Dosen Pengampu
Pahrurraji, M. Pd.
Disusun oleh;
1. Pengertian Hisab
1
Loewis Ma‟luf, Al-Munjid Fī al-Lughah, (Lebanon : 1986), hlm. 132
2
Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis (Malang:2008) hlm. 213
3
Ibid, 213
2
Istilah hisab yang dikaitkan dengan sistem penentuan awal bulan Kamariah
berarti suatu sistem penentuan awal bulan yang didasarkan dengan
perhitungan benda-benda langit, matahari, dan bulan5. Dengan kata lain, hisab
adalah sistem perhitungan awal bulan Qamariah yang berdasarkan pada
perjalanan (peredaran) bulan mengelilingi bumi. Dengan sistem ini, dapat
diperkirakan dan ditetapkan awal bulan jauh-jauh sebelumnya, sebab tidak
tergantung pada terlihatnya hilal pada saat matahari terbenam menjelang
masuk tanggal 1 bulan Qamariah.
2. Pengertian Rukyat
Kata Rukyat secara bahasa berasal dari bahasa Arab ( )رأى يرى رؤيةyang
artinya yaitu melihat dengan mata6. Umumnya diartikan dengan melihat
menggunakan mata kepala. Dalam penentuan awal bulan kamariah sering
dikenal dengan istilah Ru‟yah al-hilal yaitu kegiatan mengamati hilal saat
Matahari terbenam menjelang awal bulan kamariah baik itu dengan mata
telanjang atau dengan teleskop. Juga Biasanya dikenal dengan istilah
astronomi dengan observasi benda-benda langit seperti observasi Hilal7.
Rukyat juga dapat dikatakan sebagai suatu metode, kegiatan atau usaha
untuk melihat Hilal di langit (ufuk) sebelah barat sesaat setelah Matahari
terbenam menjelang awal bulan baru (khususnya menjelang bulan Ramadhan,
Syawal, dan Dzulhijjah) untuk menentukan kapan bulan baru itu dimulai.
4
Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab Dan Rukyat (Jakarta 2005) hlm. 29
5
Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, hlm. 213
6
Atabik Ali, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta: 2016) hlm. 939.
7
Muhyiddin Khazin, Kamus Falak, hlm. 69
8
Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat Telaah Syariah, Sains dan Teknologi, (Jakarta:1996) hlm. 41
3
فَا ِم ُق ْ ِاْل ْض َحا حِ ۚ َو َح َؼ َل ام َّ َْ َل َس َكًٌا َّوا مشَّ ْم َس َوا مْ َل َم َر ُح ْس َحا ًنً ۗ ٰذ ِ َِل ث َ ْل ِد ٍْ ُر امْ َؼ ِز ٍْ ِز
امْ َؼ ِو ْ ِي
Artinya : "Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam
untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan
untuk perhitungan. Itulah ketetapan Allah Yang Maha
Perkasa, Maha Mengetahui."
ّ ِ ُ َُو َّ ِاَّل ْي َح َؼ َل امشَّ ْم َس ِض ََا ٓ ًء َّو امْلَ َم َر ه ُْو ًرا َّو كَدَّ َر ٍٗ َمٌَا ِز َل ِم َخ ْؼوَ ُم ْوا ػَدَ َد
امس ِي ْ َْي َو
ُ ّ ٰ امْ ِح َسا َب ۗ َما ََو َ َق
اّل ٰذ ِ َِل ِا َّْل ِبمْ َح ّ ِـق ۚ ً ُ َف ّ ِط ُل ْ ٰاْلًٰ ِت ِملَ ْو ٍم ً َّ ْؼو َ ُم ْو َن
Artinya : "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan
bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-
tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun,
dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui."
امس ٰم ٰو ِت َوا ْ َْل ْر َض َّ اّل ً َ ْو َم ََو َ َق ِ ّ ٰ ََش شَ ِ ًْرا ِ ِْف ِن ٰخ ِة َ َ اّل ازْيَا غ ِ ّ ٰ َِا َّن ِػ َّد َة امشُّ ِ ُْو ِر ِغ ْيد
ِ ْ ِمْنْ َ ۤا َا ْرت َ َؼ ٌة ُح ُر ٌم ۗ ٰذ ِ َِل ّ ِال ٍْ ُن امْلَ ِ ّ ُي ۙ فَ ََل ث َْظ ِو ُم ْوا ِفْيْ ِ َّن َاهْ ُف َس ُ ُْك ۗ َوكَا ِثوُوا امْ ُم
َش ِن ْ َْي ََكٓف َّ ًة َ َمَك
اّل َم َع امْ ُمخَّ ِل ْ َْي
َ ّ ٰ ًُلَا ِثوُ ْوىَ ُ ُْك ََكٓف َّ ًة ۗ َواػْو َ ُم ْۤوا َا َّن
Artinya : "Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah
dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah
pada waktu Dia menciptakan langit dan Bumi, di antaranya
ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang
lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam
(bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin
semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu
semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-
orang yang takwa".
b. Dalil Hadis
Riwayat Abdullah Bin Umar Ra9.
َ َّ ََهللا ػو
ْل، إًنَّ ٔأ َّم ٌة ٔأ ِ ّمَِّ ٌة:وسَّل كال َّ هللا غْنام ٔأ َّن اميَّ َّيب
ُ ضَّل ُ يضَ َغ ْن غح ِد هللا ُجن َمع َر َر
ىَ ْك ُذ ُة َوْل َ َْن ُسة.
Dari Abdullah Ibnu Umar Ra. Bahwasanya Nabi ﷺBeliau
Bersabda :“Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi,
tidak menulis dan tidak melakukan hisab. Bulan itu begini
dan yang begini, yang terkadang 29 hari dan terkadang 30
hari”.
َشَ ِ ُْر َر َمضَ َان َّ ِاَّل ْۤي ُا ْى ِز َل ِف ِْ َِ امْ ُل ْرٰا ُن ُُدً ى ِن ّويَّ ِاس َو ت َ ًَِّٰ ٍت ِ ّم َن امُِْدٰ ى َو امْ ُف ْركَ ِان ۚ فَ َم ْن شَ ِِد
ُ ّ ٰ ُِم ٌْ ُ ُُك امشَّ ِ َْر فَوَِْ ُـط ْم َُ ۗ َو َم ْن ََك َن َم ِرًْضً ا َا ْو ػَ َّٰل َس َف ٍر فَ ِؼ َّد ٌة ِ ّم ْن َا ََّّي ٍم ُاخ ََر ۗ ٍُ ِرًْد
اّل ِج ُ ُُك
ٮُك َو م َ َؼو َّ ُ ُْك ج َ ْش ُك ُر ْو َن
ْ ُ ٰاّل ػَ َّٰل َما َُد َ ْ ُْام
َ ْ ُْس َو َْل ٍُ ِرًْدُ ِج ُ ُُك امْ ُؼ
َ ّ ٰ ْس ۖ َو ِم ُخ ْ ِْکوُوا امْ ِؼ َّد َة َو ِم ُخ َک ِ ّ ُّبوا
9
Hadits Bukhari Nomor 1780.
5
ٌ َْســئَوُ ْوه ََم َغ ِن ْ َاْل ُِ َّ َِّل ۗ كُ ْل ِ َِه َم َوا ِك ِْ ُت ِنويَّ ِاس َوا مْ َح ّ ِج ۗ َومَُ َْس امْ ِ ُّّب ِ َب ْن ثَبِثُوا امْ ُح َُ ْو َت ِم ْن
اّل مَ َؼو َّ ُ ُْك ثُ ْف ِو ُح ْو َن
َ ّ ٰ ُظِ ُْو ِرَُا َو ٰمـ ِك َّن امْ ِ َّّب َم ِن اث َّ ٰلى ۚ َو ِأثُوا امْ ُح َُ ْو َت ِم ْن َاتْ َوا ِبِ َا ۖ َوا ث َّ ُلوا
Artinya : "Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
bulan sabit. Katakanlah, "Itu adalah (penunjuk) waktu bagi
manusia dan (ibadah) haji." Dan bukanlah suatu kebajikan
memasuki rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan adalah
(kebajikan) orang yang bertakwa. Masukilah rumah-rumah
dari pintu-pintunya dan bertakwalah kepada Allah agar
kamu beruntung."
اّل ً ُ ْو ِم ُج ام َّ َْ َل ِِف اهْنَّ َ ِار َوًُ ْو ِم ُج اهْنَّ َ َار ِِف ام َّ َْلِ َو ََس ََّر امشَّ ْم َس َو امْلَ َم َر ۖ ُ ل
ك َّ َْ ِر ْۤي َ ّ ٰ َام َ ْم حَ َر َا َّن
َ ّ ٰ ِا ٰٰۤل َا َخ ٍل ُّم َس ًّمى َّو َا َّن
اّل ِت َما ثَ ْؼ َموُ ْو َن َخد ْ ٌِي
Artinya : "Tidakkah engkau memperhatikan, bahwa Allah
memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang
ke dalam malam dan Dia menundukkan matahari dan bulan,
6
َوا مْ َل َم َر كَ َّد ْ هٰر َُ َمٌَا ِز َل َح ٰ ّّٰ ػَا. َوا مشَّ ْم ُس َ َْت ِر ْي ِم ُم ْس َخ َل ّ ٍر مََِّا ۗ ٰذ ِ َِل ث َ ْل ِد ٍْ ُر امْ َؼ ِز ٍْ ِز امْ َؼ ِو ْ ِي
َْل امشَّ ْم ُس ًًَْْۢ َد ِغ ْي مََِ ۤا َا ْن ثُدْ رِكَ امْلَ َم َر َو َْل ام َّ َْ ُل َسا ت ُِق اهْنَّ َا ِر ۗ َو ُ ل. َد ََك مْ ُؼ ْر ُح ْو ِن امْلَ ِد ْ ِْي
ك
ٍ َ َ ِ ِْف ف.
َل ٌ َّْس َح ُح ْو َن
Artinya : "Dan matahari berjalan di tempat peredarannya.
Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Maha Perkasa, Maha
Mengetahui. "Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran
bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran
yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua.
"Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan
malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing
beredar pada garis edarnya."
b. Dalil Hadis
1) Riwayat Abu Hurairah Ra10.
، َغ ْن َس ِؼَ ِد ْج ِن امْ ُم َس ُِ ّ ِة، َغ ِن ا ْج ِن ِشِ ٍَاب، َأَ َ َّْبًنَ ا ْج َرا ُِ ُي ْج ُن َس ْؼ ٍد،َح َّدزَيَا َ َْي ََي ْج ُن َ َْي ََي
ٍُ َو ا َذا َر َأًْ ُخ ُمو، ا َذا َر َأًْ ُ ُُت امِْ ََِل َل فَ ُطو ُموا: هللا ﷺ ِ ول ُ كَا َل َر ُ ّس: كَا َل، َغ ْن َأ ِِب ُ َُر ٍْ َر َة
ّ ّ
فَا ْن ُ َُّغ ػَو َ َْ ُ ُْك فَ ُطو ُموا زَ ََل ِز َْي ً َ ْو ًما،فَبَفْ ِع ُروا
ّ
Artinya : Yahya bin Yahya memberi tahu kami, Ibrahim bin
Saad memberi tahu kami, dari Ibn Shihab, dari Saeed bin Al-
Musayyib, dari Abu Hurairah Berkata, Rasulullah ﷺ
bersabda: “Jika kamu melihat bulan sabit, lalu berpuasa, dan
jika kamu melihatnya, maka berbukalah, dan jika kamu
mendung, maka berpuasalah selama tiga puluh hari”.
10
Hadist Muslim .1806
7
1. Imam Hanafi
Abu Hanifah / Imam Hanafi, Al-Nu‟man bin Tsabit bin Zutha Al-
Kufi. Beliau dilahirkan pada tahun 80 H/ 699 M, Di kufah dan Wafat Pada
tahun 150 H/ 767 M, Di Baghdad, Beliau merupakan Ulama yang ahli
tahajud, fasih dalam membaca Al-Qur'an, pernah ditawari menjadi hakim di
zaman bani Umayyah tetapi beliau menolak12.
11
Hadist Abu Daud .2342
12
Moenawir Khalil, Biografi Empat serangkai Imam Madzhab, (Jakarta: 2005), hlm 83
13
Arwin Juli Rakhmadi, Problematika Penentuan Awal Bulan Diskursus Antara Hisab dan Rukyat, hlm. 22
8
2. Imam Maliki
Imam Malik / Maliki yang bernama Malik bin Anas bin Malik.
Dilahirkan pada tahun 93 H, Di Madinah dan Wafat pada tahun 179 H, Di
Madinah, Beliau diberi gelar dengan Imam Darul Hijrah adalah karena beliau
tidak pernah keluar dari kota Madinah14.
14
Moenawir Khalil, Biografi Emapat serangkai Imam Madzhab, (Jakarta: 2005), hlm 84
15
Ibid, hlm 85
16
Lu‟luatul Badriyyah, Perbedaan Mazhab Empat Imam Besar , 2020. hlm 68
9
3. Imam Syafi‟i
Imam Syafi‟i atau Muhammad bin Idris al-Syafi'i dilahirkan pada
tahun 150 H, di Ghuzzah dan wafat pada tahun 204 H, di Mesir, Beliau juga
belajar kepada Imam Malik, kemudian beliau pergi ke Irak belajar dengan
ulama irak, Keistimewaan beliau diantaranya Hafal Al-Qur'an usia 7 Tahun,
pandai diskusi serta intelectual17.
4. Imam Hambali
Imam Hambali atau Ahmad bin Hanbal As-Syaebani dilahirkan pada
tahun 164 H, di Baghdad, kemudian wafat pada tahun 248 H, di Baghdad.
Beliau mendapatkan gelar Al Hafidh, yaitu gelar untuk ulama yang sudah
hafal lebih dari 100.000 hadis. Pasalnya, selama hidupnya, Imam Hambali
diperkirakan telah menghafal setidaknya 750.000 hadis. Pencapaian itu
melebihi Muhammad al-Bukhari atau imam bukhari, Muslim bin al-Hajjaj
atau imam muslim, dan Abu Dawud al-Sijistani20.
17
Moenawir Khalil, Biografi Emapat serangkai Imam Madzhab, (Jakarta:2005), hlm 245
18
Arwin Juli Rakhmadi, Problematika Penentuan Awal Bulan Diskursus Antara Hisab dan Rukyat, (Butar-Butar:2014). hlm 23
19
Lu‟luatul Badriyyah. Perbedaan Mazhab Empat Imam Besar , 2020. hlm 91
20
Moenawir Khalil, Biografi Empat serangkai Imam Madzhab, (Jakarta: 2005), hlm 319
10
orang yang melihat hilal walau tidak dipersaksikan didepan hakim dan begitu
pula bagi orang yang percaya dengan kesaksian hilalnya21.
1. Rubu‟ Al-Mujayyab
Pada zaman dahulu, Rubu' Mujayyab adalah kalkulator. Instrumen
seperempat lingkaran klasik ini dapat digunakan untuk menentukan arah
kiblat, juga dikenal sebagai Rubu Mujayyab. Pada zamannya, instrumen ini
adalah kalkulator trigonometri yang kuat. Terdiri dari fungsi sin, cos, dan tan
yang direpresentasikan dalam bahasa jaib (sin), qaus (cos), juyub mankusah,
dan juyub mabsuthah22. Pada zaman dahulu, Rubu'mujayyab juga dikenal
sebagai kalkulator. Alat yang berbentuk seperempat lingkaran ini juga dapat
digunakan untuk menentukan arah kiblat; di masa lalu, peralatan ini sangat
canggih pada masanya.
2. Theodolite
21
Arwin Juli Rakhmadi, Problematika Penentuan Awal Bulan Diskursus Antara Hisab dan Rukyat, (Butar-Butar:2014). hlm 25.
22
Kemenag RI, Buku Saku Hisab Rukyat (Tanggerang:, 2013), hlm. 66
11
3. Teleskop
Teleskop adalah peralatan optik yang digunakan untuk memperbesar
objek yang jauh di langit, seperti bintang, agar terlihat lebih dekat dan lebih
jelas. Teleskop adalah alat pengamatan yang mengumpulkan radiasi
elektromagnetik sekaligus membentuk gambaran bentuk yang terlihat, dan
merupakan alat yang paling esensial.
4. Tongkat Istiwa‟
Tongkat istiwa' berasal dari istilah tongkat dan istiwa'. Tongkat adalah
bambu yang relatif panjang (rotan, kayu, dll). (untuk mendukung saat
berjalan, untuk mendukung). Dalam leksikon al-Bisri, istiwa' menyiratkan
keadaan lurus. Jadi tongkat istiwa' adalah tongkat lurus yang telah
dikondisikan dalam posisi berdiri. Hal ini dikarenakan para astronom
menyebut kata tersebut sebagai tongkat yang digunakan untuk
memperkirakan ketinggian Matahari, khususnya dalam meramalkan momen
kulminasinya (dalam menentukan waktu Dzuhur)24.Tongkat ini sering
digunakan untuk menghitung waktu salat, khususnya waktu salat zuhur dan
ashar, dan untuk mencocokkan waktu istiwa(waktu pertengahan matahari
setempat atau waktu rata-rata setempat) .
23
Dhiauddin Tanjung, Kajian Akurasi Arah Kiblat Kota Medan, Metode Dan Solusi (Medan: 2018), hlm. 113
24
Kemenag RI, Buku Saku Hisab Rukyat (Tanggerang:2013), hlm. 60
12
5. Hisab Urfi
Hisab urfi, juga dikenal sebagai hisab a‟dadi atau hisab a‟lamah,
adalah teknik penghitungan untuk memperkirakan awal bulan yang tidak
mengandalkan gerak intrinsik (nyata) benda langit bulan. Perhitungan, di sisi
lain, didasarkan pada pergerakan rata-rata Bulan dengan mengalokasikan
jumlah hari dalam bulan secara bergantian antara bulan bernomor ganjil dan
genap sesuai dengan parameter tertentu. Dengan kata lain, menghitung urfi
adalah teknik menghitung bulan lunar dengan menjumlahkan semua hari dari
1 Muharram sampai tanggal yang ditentukan menurut aturan, yang jumlahnya
adalah sebagai berikut25:
Kecuali bulan Zulhijah yang memiliki tambahan umur karena setiap tahun
kabisat, bulan dengan nomor urut genap berumur 29 hari.26
6. Hisab Hakiky
Hisab haqiqi adalah perhitungan posisi benda langit serta
memperhatikan faktor-faktor yang terlibat. Hisab hakiki ini lebih tepat
daripada sistem hisab urfi, karena hisab ultimat menggunakan data dan rumus
astronomi yang tepat dan instrumen untuk mendapatkan temuan yang lebih
akurat. Perhitungan yang benar dibagi lagi menjadi banyak komponen, yaitu
sebagai berikut27:
26
Majelis Tarjih Dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pedoman Hisab Muhammadiyah (Yogyakarta:, 2009), hlm. 18-19
27
Arifin Jaenal, Fiqih Hisab Rukyah Di Indonesia ( Telaah Sistem Penetapan Awal Bulan Qamariyyah ) 2014, hlm. 101.
14
c. Hisab Kontemporer
Teknik penetapan awal Sawwal berdasarkan hisab hakiki yang diikuti oleh
para ahli hitung terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut28:
1. Sistem Ijtima‟
Menurut teori imkan rukyah, salah satu syarat untuk dapat melihat
hilal dengan baik, jika ketinggian hilal menurut data hisab yang diperoleh
belum mencapai ketinggian minimal 2 derajat, maka hilal tersebut tidak
pernah terlihat; inilah alasan teori imkan rukyah, salah satu syarat untuk bisa
melihat hilal dengan baik. Tinggi hilal 2 derajat (menurut ide ini, Anda harus
melihat dengan mata rukyah bil 'aini). Namun, penganut teori hilal tidak
menghitung ketinggian minimal hilal berdasarkan data hisab karena beberapa
29
Arifin, Fiqih Hisab Rukyah Di Indonesia ( Telaah Sistem Penetapan Awal Bulan Qamariyyah ).hlm. 419
16
alasan, salah satunya adalah selama hilal masih ada (dalam hal ini derajat
positif), besok akan menjadi bagian dari hilal karena penganut teori ini
melihat apa yang dimaksud dengan ilmu (rukyah bil 'ilmi)30.
Salat hari Raya adalah salat yang dijalankan umat islam pada
dua hari raya, baik idul fitri maupun idul adha. Salat hari raya idul fitri
dilaksanakan pada setiap tanggal 1 Syawal, seusai umat muslim
30
Dhiauddin Tanjung, Ramadhan 1435H Rukyah Dan Hisab Serta Aplikasinya, (2014): hlm 18.
31
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Jakarta: 2002), hlm 351
17
32
Hasbi As, Pedoman salat, (Jakarta: 1983). hlm 393.
33
Al-Nawawi, Majmu’ Syarah Muhazzab. hlm 358.
18
فطَّل كدل اخلعحة مث خعة, فاكن ذِل ًوم امجلؼة, مث شِدت امؼَد مع غامثن جن غفان:كال ٔأتو غحَد
مفن ٔأحة ٔأن ًًذظر امجلؼة من ٔأُل امؼوايل, ٔأن ُذا ًوم كد احمتع مُك فَِ غَدان, َّي ٔأُّيا امياس:فلال
ومن ٔأحة ٔأن ٍرحع فلد ٔأذهت هل,فوًَذظر.
Artinya : Abu Ubaid berkata, “kemudian aku menyaksikan hari raya
bersama Ustman bin Affan, dan saat itu adalah hari Jumat. Dia salat
sebelum khutbah, lalu berkhutbah. Dia berkata, „Wahai sekalian
manusia, sesungguhnya hari ini telah berkumpul pada kalian dua hari
raya, barang siapa ingin menunggu salat Jumat diantara mereka yang
tinggal di pinggiran kota , maka silahkan menunggu, dan barang siapa
ingin pulang, maka sungguh aku telah mengizinkannya".
(HR.Bukhari).
ُل شِدت مع:حدًر زًد جن ٔأرمق ريض هللا غيَ ٔأن مؼاوًة جن ٔأِب سفِان ريض هللا غيَ سبٔهل
ضَّل امؼَد مث رخص: هَف ضيع؟ كال: كال، هؼم:رسول هللا ﷺ غَدٍن احمتؼا ِف ًوم واحد؟ كال
َ رواٍ ٔأمحد و ٔأتو داود وامًسايئ واجن ماخ. من شاء ٔأن ًطيل فوَطل: فلال،ِف امجلؼة
Artinya :“Bahwasanya Muawiyah bin Abi Sufyan ia bertanya kepada
Zaid bin Arqom: Apakah kamu pernah mengalami shalat dua Id dalam
satu hari? Zaid bin Arqom menjawab: ia aku pernah. Abu Sufyan
kembali bertanya: bagaimana Rasulullah saw menyikapinya? dia
menjawab: Beliau Sholat Id bersama kita, dan kemudian beliau
memberikan keringanan kepada kita, barangsiapa yang mau sholat
Jumat, dan barangsiapa yang tidak mau maka silahkan”. (HR. Ahmad,
Abu Daud, Ibnu Majjah, An Nasai).
34
Syaikh Muwafiquddin Ibnu Qudamah, Al-Mughni, (Riyadh: 1997), Jidil III, hlm 242
19
Pertanyaan !!!
1. Pengertian
Dilihat, dari segi pengorbanannya, ibadah terbagi menjadi tiga bentuk,
yaitu: ibadah murni badaniyah atau fisik, ibadah murni maliyah dan ibadah
badaniyah maliyah. Ibadah murni badaniyah ialah ibadah yang modal
utamanya berupa gerakan fisik. Seperti shalat, puasa, zikir, azan, membaca
Al-Qur‟an, dan sebagainya. Sedangkan ibadah murni maliyah ialah ibadah
yang pengorbanan utamanya berupa harta. Misalnya zakat, infak, sedekah,
dan seterusnya. Sementara itu, ibadah badaniyah maliyah ialah ibadah yang
menggabungkan fisik serta harta sebagai pendukung utamanya. Contohnya
jihad, haji, dan umrah. Para ulama sepakat bahwa semua ibadah maliyah atau
yang dominan maliyah, seperti infak, sedekah, atau haji bisa dihadiahkan
kepada mayit. Sebagian ibadah badaniyah yang bisa diwakilkan, seperti puasa
pun bisa dihadiahkan pahalanya kepada mayit.
ٔأما الػاء و الاس خغفار وامطدكة وكضاء الٍن و ٔأداء امواحدات فَل هؼَّل فَِ ََلفا اذ َكهت امواحدات مما ًدَِل
اميَاتة.
Artinya : “Doa, istighfar, sedekah, melunasi hutang, menunaikan
kewajiban (yang belum terlaksana), bisa sampai kepada mayit. Kami tidak
tahu adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama, apabila kewajiban itu
bisa diwakilkan.”
َر َوا ٍُ ُم ْس ِ ٌَّل. َأ ْو َو َ ٍل َضا ِم ٍح ًَدْ غُو َ ُهل،َِ َأ ْو ِػ ْ ٍَّل ًًُْذَ َف ُع ِت، َضدَ كَ ٍة َخ ِارً َ ٍة:ات ا ْج ُن أ ٓ َد َم اهْلَ َع َع َ َمع ُ ُِل ا َّْل ِم ْن زَ ََل ٍث
َ ا َذا َم
ّ ّ
Artinya : “Jika anak Adam mati, maka amalnya terputus kecuali tiga
hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang
mendoakan orang tuanya.” (H.R. Muslim)
21
Adapun ibadah lain yang bukan berupa ibadah maliyah atau tidak
dapat diwakilkan masih diperdebatkan apakah pahalanya bisa dihadiahkan
kepada mayit atau tidak. Termasuk pahala membaca Al-Qur‟an. Sebagian
masyarakat meyakini bahwa pahala membaca Al-Qur‟an dapat dihadiahkan
kepada mayit. Biasanya pahala tersebut dihadiahkan kepada mendiang orang
tua mereka, kiai atau guru yang dihormati, maupun tokoh-tokoh yang
disegani. Sehingga beredar di kalangan masyarakat sejumlah budaya, seperti
haul, tahlilan, dan yasinan.
Haul atau sering disebut khol, berasal dari bahasa Arab “haul” yang
artinya “tahun”. Adapun pengertian yang lazim di masyarakat ialah acara
peringatan hari ulang tahun kematian seseorang. Selain membaca Al-Qur‟an
dan menghadiahkan pahalanya bagi mayit, acara ini juga kerap diisi dengan
bacaan tahlil secara massal, ceramah agama, hingga penampilan seni Islam35.
35
Abu Ubaidah Yusuf, Hukum Tahlilan (Selamatan Kematian) dan Perayaan Haul (Ulang Tahun Kematian), (Bogor: 2012), hlm. 21-22.
22
acara ini dikenal dengan istilah tahlilan. Tahlilan biasanya diadakan mulai
hari pertama hingga hari ketujuh setelah kematian mayit, kemudian hari
keempat puluhnya, hari keseratus, setahun, dan seterusnya. Pada acara
tersebut, keluarga mayit menyajikan hidangan makanan dan minuman kepada
orang-orang yang sedang berkumpul di rumahnya. Ini gambaran secara
umum, daerah lain mungkin memiliki teknis yang berbeda36.
2. Tinjauan Sosial
36
Ibid, hlm. 47-48
23
Qur‟an adalah amalan yang bisa dilakukan satu waktu, tidak perlu
mengeluarkan biaya, namun pahalanya bisa sampai kepada orang tua atau
guru yang telah tiada.
َر َوا ٍُ ُم ْس ِ ٌَّل.ُ َأ ْو َو َ ٍل َضا ِم ٍح ًَدْ غُو َهل،َِ َأ ْو ِػ ْ ٍَّل ًًُْذَ َف ُع ِت، َضدَ كَ ٍة َخ ِارً َ ٍة:ات ا ْج ُن أ ٓ َد َم اهْلَ َع َع َ َمع ُ ُِل ا َّْل ِم ْن زَ ََل ٍث
َ ا َذا َم
ّ ّ
Artinya : “Jika anak Adam mati, maka amalnya terputus kecuali tiga hal,
yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang
mendoakan orang tuanya.” (H.R. Muslim)
24
Dari Ibnu Abbas ra. bahwa seorang wanita dari Juhainnah datang kepada
Nabi Saw. dan bertanya, “Sesungguhnya ibuku nazar untuk berhaji, namun
belum terlaksana sampai ia meninggal, apakah saya melakukan haji
untuknya?” Rasul menjawab, “Ya, bagaimana pendapatmu kalau ibumu
mempunyai hutang, apakah kamu membayarnya? Bayarlah hutang Allah,
karena hutang Allah lebih berhak untuk dibayar.” (H.R. Bukhari)
a. Ibadah yang pahala dan manfaatnya dibatasi oleh Allah dan hanya
berlaku bagi pemiliknya. Allah tidak menjadikan pahala itu dapat
berpindah atau dihadiahkan kepada orang lain. Contohnya, iman
dan tauhid.
Sementara itu Ibnu Katsir, salah satu ulama Syafi‟iyah, sangat tegas
menyatakan bahwa pahala membaca Al-Qur‟an tidak dapat dihadiahkan
kepada mayit. Ketika beliau menafsirkan firman Allah dalam Surat An-Najm:
َومن وُذٍ الاًة امكرمية اس خًدط امشافؼي رمحَ هللا ومن اثحؼَ ان املراءة ْل ًطل اُداء زوا ِبا ايل املويت ْله
مُس من معوِم وْل هس هبم
Artinya : “Dan dari ayat yang mulia ini, Imam Syafi‟i rahimahullah beserta
para ulama yang mengikutinya mengeluarkan hukum bahwa bacaan Al-
Qur‟an tidak akan sampai hadiah pahalanya kepada orang yang telah mati.
Karena bacaan tersebut bukan dari amal dan usaha mereka.”
37
Abdul Hakim, Hukum Tahlilan (Selamatan Kematian) Menurut Empat Madzhab dan Hukum Membaca Al-Qur’an Untuk Mayit Bersama
Imam Asy-Syafi’i, (Jakarta:2016), hlm. 62-67.
26
sebelum mereka. Ini menunjukkan bahwa orang yang telah meninggal dapat
manfaat dari istighfar orang yang masih hidup.
Selain itu, para ulama juga menggunakan dalil qiyas. Mereka meng-
qiyaskan hadiah pahala membaca Al-Qur‟an dan pahala amal saleh lainnya
dengan sedekah dan doa bagi orang yang sudah meninggal. Ibnu Shalah suatu
hari pernah ditanya, ”Apakah diperbolehkan seseorang membaca AlQur‟an
dan dia hadiahkan (pahalanya) untuk kedua orang tuanya dan kerabatnya
secara khusus dan bagi kaum muslimin secara umum?
4. Kesimpulan Hukum
Dengan perbedaan pendapat para ulama di atas, terlihat bahwa
masalah ini merupakan masalah ikhtilaf ijtihadiyah fiqhiyah. Tidak ada dalil
sharih (eksplisit) yang membicarakan kebolehan menghadiahi pahala bacaaan
Al-Qur‟an kepada mayit. Para ulama yang mendukung pun meng-qiyaskan
bacaan Al-Qur‟an dengan amalan lain. Sehingga kita berharap pahala itu
dapat sampai kepada mayit, sebagaimana pahala puasa, haji, serta lainnya.
Namun, tetap saja masalah ini termasuk masalah ghaib. Tidak ada yang tahu
sampainya pahala itu selain Allah, kecuali untuk amal-amal yang telah
ditegaskan melalui dalil sharih.
Pendapat mayoritas ulama dalam hal ini ialah pahala membaca Al-
Qur‟an dapat dihadiahkan kepada mayit. Pendapat ini juga diambil demi
menjaga stabilitas masyarakat dari kericuhan karena diganggunya sebuah
tradisi.
1. Pengertian
Kata “Maulid” berasal dari akar kata wa-la-da, yang berarti
melahirkan, memberi keturunan, atau beranak. Bentuk masdar dari wa-la-da
ialah Wiladah, artinya kelahiran. Dari kata wa-la-da ini muncul istilah
Maulud, yang bermakna seseorang yang dilahirkan. Ada pula Walid, artinya
28
seorang bapak (yang punya anak) dan Walidah, yang berarti seorang ibu
(yang melahirkan anak)38.
Dari kata wa-la-da ini lalu muncul istilah Maulid, yang berarti tempat
atau waktu dilahirkannya seseorang. Tempat maulid Nabi adalah di Mekkah.
Sedangkan waktu maulid Nabi adalah pada hari Senin bulan Rabi‟ul Awwal
pada tahun Gajah 53 SH (Sebelum Hijrah) atau bertepatan dengan bulan April
571 M39.
2. Tinjauan Sosial
a. Sejarah Maulid Nabi
Perayaan Maulid Nabi di tengah umat Islam telah berlangsung
lama sejak abad 3 H. Mengenai sejarah perayaan Maulid Nabi,
setidaknya ada tiga teori berbeda.
38
AM. Waskito, Pro dan Kontra Maulid Nabi, (Jakarta:2014), hlm. 20
39
Abu Muawiah Muhammad Arvan, Siapa Bilang Perayaan Maulid Nabi Bid’ah?, (Bekasi:2012), hlm. 153.
29
b. Kompromi Sejarah
40
Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa, Benarkah Shalahuddin Al-Ayubi Merayakan Maulid Nabi?, (Jakarta:2014), hlm. 21-31.
41
AM. Waskito, Pro dan Kontra Maulid Nabi, (Jakarta:2014), hlm. 23-24.
30
Ada pula perayaan Maulid Nabi yang diadakan secara rutin dan
serius. Acara biasanya diisi dengan pembacaan ayat Al-Qur‟an,
sambutan tokoh, lantunan syair-syair pujian kepada Rasulullah, zikir
dan shalawat bersama-sama, pembacaan Manaqib (riwayat hidup)
Rasulullah, doa bersamasama, dan lain-lain.
43
AM. Waskito, Pro dan Kontra Maulid Nabi, (Jakarta:2014), hlm. 28-41
32
44
Ibid, hlm. 41-43.
33
Para ulama terbagi dalam tiga pendapat mengenai Maulid Nabi. Ada
yang mendukung, ada yang menolak secara bulat, serta ada pula yang tidak
terlalu mendukung dan tidak menolak secara mutlak. Berikut adalah landasan
syar‟i dari masing-masing pendapat.
11) Peringatan Maulid Nabi telah dinilai baik oleh para ulama
dan dilaksanakan oleh kaum muslimin di berbagai negara.
Oleh karena itu, Maulid Nabi termasuk sesuatu yang
dianjurkan syariat berdasarkan hadits mauquf dari Ibnu
Abbas, “Apa yang dipandang orang-orang Muslim baik,
maka itu adalah baik di sisi Allah. Dan apa yang
dipandang buruk oleh orang-orang Muslim, maka itu
adalah buruk di sisi Allah.” (H.R. Ahmad)
15) Tidak semua bid‟ah itu haram. Jika begitu, kita bisa
menyebut pembentukan mushaf AlQur‟an di masa Abu
Bakar ra. dan shalat tarawih berjamaah di era Umar bin
Khattab sebagai sebuah bid‟ah.
17) Semua yang dilihat secara utuh tidak ada pada awal masa
Islam, tetapi perincian-perincian amalnya ada, maka itu
juga dituntut oleh syara‟. Karena apa yang tersusun dari
hal-hal yang berasal dari syara‟, pun dituntut oleh syara‟.
45
Muhammad bin Alawi Al-Maliki, Wajibkah Memperingati Maulid Nabi Saw. (Surabaya:2007), hal. 43- 65.
38
Alu Syaikh, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, dan lain-lain.
Dalil-dalil yang mereka kemukakan pun tidak luput pula dari bantahan
kelompok pendukung Maulid Nabi. Pembaca dapat merujuk dalam
buku Pro dan Kontra Maulid Nabi karya AM. Waskito untuk
mengetahuinya.
4. Kesimpulan Hukum
Sebelum sampai kepada kesimpulan hukum Maulid Nabi dalam
pandangan Islam, berikut sejumlah keterangan untuk memperjelas praktik
perayaan Maulid Nabi:
Oleh karena itu, dalam hal ini tidak menggunakan Thariqah Ar-Rajih
atau menguatkan satu dalil lalu melemahkan dalil yang lain. Jika demikian,
justru akan semakin memperlebar perpecahan di kalangan umat Islam,
khususnya di Indonesia. Sebagai tradisi yang sudah mengakar kuat, tentu
Maulid Nabi tidak dapat dihapuskan begitu saja. Perlu diperhatikan, dalam
buku Pro dan Kontra Maulid Nabi, AM. Waskito menyebutkan sebuah fakta
42
menarik. Maulid Nabi disebut oleh beliau sebagai salah satu corong Syiah
Rafidhah untuk menguatkan ajarannya. Selama ini mereka membuat nasyid
dan puji-pujian terhadap Rasulullah Saw. disertai pujian terhadap sosok Ali,
Fathimah, Hasan, dan Husain. Sebagaimana dapat disimak pada lirik lagu-
lagu ciptaan Hadad Alwi. Kemudian mereka mencoba mengadu-domba kaum
muslimin dengan membesar-besarkan isu perselisihan seputar Maulid Nabi.
Pertanyaan !!!
1. Jelaskan wahyu apa yang dimaksud pada hadits yang memperbolehkan maulid?
2. Jelaskan mengapa tidak ada haul rasulullah? Dan jelaskan hukum dasar haul?
3. Apa hukumya memperingati haul para aulia atau wali Allah ? sedangkan arti dari
haul adalah memperingati hari kematian seseorang yang berlawanan dari firman
Allah dalam surah Ali Imran ayat 169 dan surah Yunus ayat 62 !
4. Kenapa imam malik dan iman syafie menyebutkan bahwa mendoakan orang yg
sudah meninggal tidak sampai pahalanya dan Mengapa maulid disebut dengan
bid'ah hasanah ?
5. Bagaimana hukum jika tidak menunaikan amanah untuk melaksanakan sholat
hadiah dari orang lain dan Jelaskan Dasar hukum shalat hadiah?
BAB III
A. Poligami
1. Pengertian Poligami
Poligami (berasal dari bahasa Yunani yaitu apolus yang berarti
banyak) dapat diartikan sebagai suatu sistem pernikahan yang membolehkan
seseorang menikahi lebih dari satu pasangan dalam waktu yang bersamaan.
Sidi Ghazalba mengartikan bahwa poligami adalah perkawinan antara
seorang laki-laki dengan lebih dari satu orang perempuan. Lawannya adalah
poliandri, yaitu perkawinan antara seorang perempuan dengan beberapa orang
laki-laki. Namun dari segi makna poligami terdiri atas pernikahan antara
seorang laki-laki dengan dua atau lebih perempuan (poligini) dalam waktu
yang bersamaan, atau prnikahan seorang wanita dengan dua atau lebih laki-
laki (poliandri) dalam waktu yang bersamaan. Poligini diberi peluang dalam
Islam dengan persyaratan-persyaratan. Sedangkan praktik poliandri dilarang
dalam Islam46.
2. Hukum Poligami
Dasar poligami ada pada Ayat suci Al-Qur‟an surat An-Nisa ayat 3 :
ْ ُ َ َو ِا ْن ِخ ْف ُ ُْت َا َّْل ثُ ْل ِس ُع ْوا ِِف امْ ََ ٰخ ٰمى فَا ىْ ِك ُح ْوا َما َظا َب م
ـُك ِ ّم َن ام ًِ ّ َسا ٓ ِء َمث ْٰٰن َوزُ ٰو َر َو ُرتٰ َع فَ ِا ْن ِخ ْف ُ ُْت َا َّْل ث َ ْؼ ِدمُ ْوا
فَ َوا ِحدَ ًة َا ْو َما َموَـ َك ْت َاًْ َما ىُ ُ ُْك ٰذ ِ َِل َاد ْٰٰۤن َا َّْل ثَ ُؼ ْومُ ْوا
Artinya “Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat. Kemudian
jika kamu tikut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja,
atau budak budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya.”
46
Muhammad Yusuf, Masail Fiqhiyah; Memahami Permasalahan Kontemporer (Jakarta::2017), hlm. 67.
45
Menurut jumhur „ulama, huruf waw dalam lafaz َ َمثْ ٰنى َوث ُ ٰل
ث َو ُر ٰب َع
menunjukkan arti „pilihan (atau)‟ sehingga bermakna „dua, atau tiga, atau
empat„ dan pendapat semacam itu tidak pernah dikenal sejak era sahabat.
Dalam masyarakat Arab juga tidak dikenal penyebutan istilah „sembilan‟
dengan „dua dan tiga dan empat‟. Demikian juga tidak dikenal penyebutan
istilah „delapan belas‟ dengan „empat dan enam dan delapan‟.
47
Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: 2017), hlm. 176.
48
Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil, (Tanggerang:2018), hlm. 183.
49
Iffah Muzammil, Fiqh Munahakat (Hukum Pernikahan dalam Islam), (Tanggerang:2019), hlm. 94.
46
Bila suami khawatir berbuat zalim dan tidak mampu memenuhi semua
hak-hak mereka, maka ia diharamkan berpoligami. Bila yang sanggup
dipenuhinya hanya tiga, maka baginya haram menikah dengan empat orang.
Jika ia hanya sanggup memenuhi hak dua orang istri, maka haram baginya
menikah tiga orang. Begitu juga kalau ia khawatir berbuat zalim dengan
mengawini dua orang perempuan, maka haram baginya melakukannya51.
3. Poligami di Indonesia
Hukum perkawinan di Indonesia juga membuka untuk seorang laki-
laki berpoligami. Walaupun sesungguhnya hukum perkawinan di Indonesia
ini menganut asas monogami. Asas monogami ini dimungkinkannya untuk
melakukan poligami bila dikehendaki. Ada yang mengatakan bahwa asas
yang dianut oleh Indonesia ini adalah asas perkawinan monogami terbuka.
50
Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, …… hlm. 178.
51
Rusdaya Basri, Fiqh Munahakat 4 Mazhab dan Kebijakan Pemerintah, (Sulawesi: 2019), hlm. 201.
47
52
Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan …, hlm. 178.
53
Ibid hlm. 178.
49
4. Hikmah Poligami
D. Nikah Mut’ah
54 Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia Sebuah Kajian ..., hlm. 204.
50
55
Rusdaya Basri, Fiqh Munahakat 4 Mazhab dan Kebijakan Pemerintah….., hlm. 222.
56
Iffah Muzammil, Fiqh Munahakat (Hukum Pernikahan dalam Islam) …. , hlm.112.
57
Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan …, hlm. 185
51
yang berat. Sebagian mereka ada yang kuat imannya dan sebagian tidak kuat
imannya.
Bagi yang lemah imannya aka nmudah untuk berbuat zina yang
merupakan sebagai berbuatan yang keji dan terlarang. Dan bagi yang kuat
imannya berkeinginan untuk mengkebiri dan mengipotenkan kemaluannya.
Hal ini sebagaimana yang dikatakatan oleh Abdullah :
هللا ػَوَ َْ َِ َو َس َّ ََّل مَُ َْس مَيَا ِو َسا ٌء فَ ُلوْيَا َأ َْل ِ ِول ُنيَّا هَغ ُْزو َم َع َر ُسول
ُ هللا َض ََّّل ِ ََغ ْن كَُ ٍْس كَا َل َ َِس ْؼ ُت َغ ْحد
ُ هللا ً َ ُل
و َ ْس خَخْىص فْناًن غن ذِل ُ َّمث َرخ ََّص ميا ٔأن هي ِك َح امْ َم ْر ٔأة بمثوب ا َٰٕل َأ َخ ٍل
Artinya: “Dari Qais berkata saya mendengar Abdullah mengatakan: waktu itu
kami sedang perang bersama Rasulullah Saw dan tidak ada bersama kami
wanita, maka kami berkata: bolehkah kami mengkebiri (kemaluan kami).
Maka Raulullah Saw. melarang kami melakukan itu. Dan Rasulullah
memberikan keringanan kepada kami untuk menikahi perempuan dengan
mahar baju sampai satu waktu.”( HR. Muslim).
هللا ػَو َ َْ َِ َو َس َّ ََّل ػَام َأ ْو َظ ِاس ِِف امْ ُم ْخ َؼ ِة ز َ ََل ًًث ُ َّمث َنَ َىى َغْنْ َا
ُ هللا َض ََّّل
ِ ولُ َغ ْن ا ََّي ِس ْج ِن َسوَ َم َة َغ ْن ٔأتَِ َِ كَ َامرخ ََّص َر ُس
ّ
Artinya: “Dari Iyas bin Salamah dari bapaknya berkata : Rasulullah Saw.
memberikan keringanan nikah muth‟ah pada tahun authas (penaklukan kota
Makah) selama 3 hari kemudian beliau melarangnya” (HR Muslim).”
58
Rusdaya Basri, Fiqh Munahakat 4 Mazhab dan Kebijakan Pemerintah….., hlm 224
52
ـُك َّما َو َرا ٓ َء ٰذ ِم ُ ُْك َا ْن ثَ ْحذَـغ ُْوا ِ َب ْم َوا ِم ُ ُْك ِ ّ ٰ َّوا مْ ُم ْح َطًٰ ُت ِم َن ام ًِ ّ َسا ٓ ِء ِا َّْل َما َموَـ َك ْت َاًْ َما ىُ ُ ُْك ِن ٰخ َة
ْ ُ َ اّل ػَو َ َْ ُ ُْك َو ُا ِح َّل م
ُّم ْح ِط ِي ْ َْي غَ ْ َي ُم َسا ِف ِح ْ َْي فَ َما ْاس خَ ْم َخ ْؼ ُ ُْت ِت َٖ ِمْنْ ُ َّن فَ ٰا ث ُْوُ َُّن ُا ُح ْو َرُ َُّن فَ ِرًْضَ ًة َو َْل ُحٌَا َح ػَو َ َْ ُ ُْك ِف ِْ َما حَ ٰرضَ ِْ ُ ْـُت ِت َٖ ِم ْْۢن
اّل ََك َن ػَ ِو َْ ًما َح ِك ِْ ًما َ ّ ٰ ت َ ْؼ ِد امْـ َف ِرًْضَ ِة ِا َّن
Artinya: “Dan (diharamkan juga atas kalian untuk menikahi)
perempuanperempuan yang telah bersuami, kecuali perempuan yang menjadi
budak kalian. (Ini adalah) ketetapan dari Allah atas kalian. Dan dihalalkan
bagi kalian perempuan-perempuan selain yang telah disebutkan tadi dengan
memberikan harta kalian untuk menikahi mereka dan tidak untuk berzina.
Maka karena kalian menikmati mereka, berikanlah mahar kepada mereka,
dan hal itu adalah kewajiban kalian. Dan tidak mengapa apabila kalian telah
saling rela sesudah terjadinya kesepakatan. Sesungguhnya Allah itu maha
mengetahui dan maha bijaksana”.
59
Rudi Santoso, “Hukum Nikah Mut’ah Pendekatan Tekstual dan Kontektual”, Jurnal El-Izdiwaj, Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2020, hlm.
45.
53
Ubay bin Ka‟ab, Ibn Abbas, Sa‟id bin Jubair, as-Suddiy dan beberapa yang
lainnya membacanya dengan menambahkan kata إٰل ٔأخل مسمى
Tidak ada perbedaan pendapat fuqaha dari kalangan ahlu sunnah dan
syi‟ah tentang kebolehan nikah mut‟ah pada masa Rasulullah saw., namun
kemudian nikah mut‟ah menjadi perbedaan (ikhtilaf) dikalangan mereka.
Menurut fuqaha ahlu sunnah bahwa nikah mut‟ah hukumnya haram di era
setelah nabi sampai sekarang bahkan sampai hari kiamat, sebagaimana
rasulullah telah mengharamkannya sampai enam kali dalam peristiwa yang
berbeda. Empat mazhab sepakat bahwa nikah mut‟ah adalah batal.
60
M. Luthfi Habibi, “Kajian Hadis Tentang Larangan Melakukan Nikah Mut’ah (Studi Analisis Sanad dan Matan Hadis), Jurnal Studi
Hadis Nusantara, Vol. 1, No. 2, Desember 2019, hlm. 4.
61
Rusdaya Basri, Fiqh Munahakat 4 Mazhab dan Kebijakan Pemerintah….., hlm. 231.
55
(bepergian), maupun muqim (menetap), dan hukum nikah mut‟ah sampai saat
ini masih dibolehkan62.
62
Rudi Santoso, Hukum Nikah Mut’ah Pendekatan Tekstual....., hlm. 52.
56
E. Nikah Sirri
Secara etimologi, Kata siri berasal dari bahasa Arab yaitu sirrun yang
artinya adalah rahasia. Namun apabila digabungkan antara kata nikah dan
kata siri maka dapat diartikan secara bahasa dengan nikah diam-diam yang
dirahasiakan yakni tidak ditampakkan. Suami-istri, wali dan saksi bersepakat
untuk merahasiakan pernikahan ini dari masyarakat. Dalam hal ini, sering
pihak lelakilah yang berpesan supaya dua saksi menutup rapat-rapat berita
mengenai pernikahan yang terjadi64.
63
M. Luthfi Habibi, Kajian Hadis Tentang Larangan Melakukan Nikah…., hlm.6.
64
Mahmud Hadi Riyanto, Nikah Siri: Apa Sih Hukumnya?, (Bandung: Hakim PA Soreang), hlm. 3&8.
58
dilakukan tersebut tidak dicatatkan, tidak diketahui negara, dan tidak dapat
dikatakan sebagai perbuatan hukum dimata hukum Indonesia65.
65
Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Yogyakarta:, 2017), hlm. 164-165.
59
66
Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan..., hlm. 166-167
60
َاػْ ِو ُي ْوا َُ َذا ام ِيّ َاك َح َو ْاح َؼوُ ْو ٍُ ِِف امْ َم َساخِ ِد:اّل ػَو َ َْ َِ َو َس َّ ََّل
ُ َّ اّل َغْنْ َا كَامَ ْت كَا َل َر ُس ْو ُل َّاّل َض َّيل
ُ َّ يض َ ِ َغ ْن ػَائِشَ َة َر
ْضت ُ ْوا ػَو َ َْ َِ ِبلُّ ت ُ ْوب
ِ ْ َو ا
Artinya: ”Diriwayatkan dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
tampakkanlah pernikahan ini dan laksanakan di masjid-masjid serta pukullah
terbang atasnya.” (HR al-Tirmidzi)
Pendapat yang rajih (kuat), nikah ini sah, karena syarat-syarat dan
rukunnya telah terpenuhi, walaupun tidak diberitahukan kepada khalayak.
Sebab kehadiran wali dan dua saksi telah merubah sifat kerahasiaan menjadi
sesuatu yang diketahui oleh umum. Semakin banyak yang mengetahui, maka
semakin baik. Oleh karena itu, dimakruhkan merahasiakan pernikahan agar
supaya pasangan itu tidak mendapatkan gunjingan dan tuduhan tidak sedap,
ataupun persangkaan-persangkaan yang buruk dari orang lain67.
a. Faktor ekonomi;
67
Mahmud Hadi Riyanto, Nikah Siri..., hlm. 8.
61
b. Dampak negatif
1) Hukum
a) Tidak ada perlindungan hukum bagi wanita;
2) Ekonomi
3) Pendidikan
Pertanyaan !!!
A. Pengertian Pernikahan
Kedua-dua kata inilah yang menjadi istilah pokok dalam al-Qur‟an untuk menunjuk
pernikahan. Istilah atau kata nakaha berarti berhimpun, sedangkan istilah zawwaja
berarti berpasangan.
Pengertian pernikahan secara istilah adalah ikatan lahir dan bathin antara
dua insan sebagai pasangan untuk menciptakan keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan sejahtera, sebagaimana yang diisyaratkan dalam surah al-Rum (30): 21.
Karena itu, dari sudut pandang sosiologi, pernikahan yang pada mulanya
perpaduan antara dua insan untuk membina rumah tangga, dapat pula menjadi
pemersatu dua keluarga menjadi satu keluarga yang utuh dan menyatu.
4. Menjaga Kehormatan
Kalau hanya untuk memenuhi hasrat nafsu syahwat atau seksual saja,
seseorang lelaki atau perempuan dapat saja mencari pasangan kemudian
melakukan hubungan badan untuk memenuhi hasrat nafsu syahwat atau
seksualnya. Tetapi dengan melakukan hal itu di luar pernikahan dia
kehilangan kehormatan, sama halnya dengan wanita yang melacurkan diri.
Tetapi dengan pernikahan keduanya dapat terpenuhi, yaitu hasrat nafsu
syahwat atau seksualnya terpenuhi dan kehormatannya terjaga.
5. Menjadi Ibadah
sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin- Nya. Dan
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya”.
Sebalik dari itu, janganlah kamu wahai para wali menikahkan wanita-
wanita mukminat dengan orang orang musyrik sebelum mereka beriman yang
benar kepada Allah Ta‟ala dan Nabi Muhammad s.a.w. Biasanya lelaki
tertarik kepada wanita karena cantiknya. Disebalik itu, wanita tertarik kepada
lelaki, karena kayanya. Tetapi keyakinan harus lebih utama dari kecantikan
dan kekayaan.
Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahwa Saidah, isteri Shaifi bin
al- Rahib hijrah dari Makkah ke Madinah dan meninggalkan suaminya yang
masih kafir di Makkah. Ia hijrah setelah Perjanjian Hudaibiyah. Kaum kafir
Quraish menuntut pengembaliannya. Dengan turunnya ayat di atas, dia tidak
dikembalikan Nabi.
Sekalipun tidak ada ayat yang secara tegas melarang wanita muslimat
menikah dengan lelaki muslim, menurut jumhur ulama tetap terlarang karena
beralasan dengan kaidah: “Hukum asal pada kemaluan perempuan adalah
haram kecuali ada alasan yang membolehkan”. Dengan demikian, tidak ada
nash al-Qur‟an bukan berarti boleh tetapi terlarang. Demikian pendapat
jumhur Ulama. Tidak ada seorangpun di antara mereka yang membolehkan
wanita muslimat menikah dengan lelaki muslim. Dalam Undang-Undang
Peradilan Agama di Indonesia juga melarang wanita Islam menikah dengan
pria bukan Islam.
70
Syamruddin Nasution, Pernikahan Beda Agama dalam Al-Qur’an, (Riau: 2011), hlm. 267-297
76
Pasal 8 (f) UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan adalah sah, apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Dan
77
bahwa perkawinan dilarang antara dua orang yang mempunyai hubungan yang oleh
agamanya atau peraturan lain yang berlaku , dilarang kawin.
Dalam beberapa pendapat mazhab maka perlu menjadi pandangan bagi kita
untuk membahas tentang makalah perkawinan beda agama terutama melakukan
pernikahan dengan perempuan yang dari kalangan lain (ahlul kitab), sebagai
berikut:
72
Az-Zailay, Tabyin Al-Haqaiq Syah Kanzu Ad-Daqaiq, (Beirut : Daar Al-Ma‟rifah, t.th), juz II, h. 109.
79
a. Nabi Musa dan Nabi Isa hanya diutus untuk bangsa Israel bukan
bangsa lainnya.
kategori ahli kitab, karena tidak sesuai dengan bunyi ayat min
qoblikum tersebut.
Pertanyaan !!!
1. Bagaimana cara mengetahui orang yang dimaksud sebagai ahli kitab saat ini dan
bagaimana cara membedakan dengan orang yang kafir?
2. Bagaimana hukum bagi orang yang melakukan mandi kembang dan bagaimana
hukum bagi orang yang mengamalkan sesuatu untuk memikat seseorang?
3. Bagaimana seorang laki-laki muslim dengan seorang wanita non muslim menikah
atau sebaliknya, menurut agama dan menurut undang-undang?
4. Apa yang dimaksud dengan kedamaian dalam pernikahan?
5. Bagaimana hukum seorang wali bagi perempuan yang ternyata bukan islam dan
bagaimana hukumnya menghadiri pesta pernikahan yang bukan agama islam?
BAB V
1. Pengertian Jihad
Secara etimologi, kata jihad bila ditelaah akar katanya dalam bahasa
Arab, berasal dari akar kata jahada-yajhadu-jahdan/juhdan yang berarti
kesungguhan (al-Taqah), kesulitan (alMasyaqqah), kelapangan (al-
Mubalaqah). Jihad berkedudukan sebagai masdar dari kata jahada diartikan
sebagai “berusaha menghabiskan segala daya kekuatan, baik berupa
perkataan maupun perbuatan.
Dari segi bahasa, secara garis besarnya jihad dapat pula diartikan
sebagai penyeruan (alDa‟wah), menyeruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah
kemungkaran, (amar ma‟ruf nahi munkar), penyerangan (gazwah),
pembunuhan (qitâl), peperangan (harb), penaklukan (siyar), menahan hawa
nafsu (jihad al-Nafs) dan lain yang semakna dengannya ataupun mendekati.
73
Farid Naya, “MENGUNGKAP MAKNA DAN TUJUAN JIHAD DALAM SYARIAT ISLAM”, Tahkim : Jurusan Hukum Keluarga Fak.
Syariah dan Ekonomi Islam, Vol. IX No. 2, (Desember 2015), h. 90 - 91
82
Arti kata Jihad sering disalahpahami oleh orang yang tidak mengenal
prinsip-prinsip agama Islam sebagai “perang suci” (holy war); istilah untuk
perang adalah Qital, bukan Jihad. Jihad dalam bentuk perang dilaksanakan
jika terjadi fitnah yang membahayakan eksistensi ummat (antara lain berupa
serangan-serangan dari luar).
Pada dasarnya arti kata jihad adalah "berjuang" atau "berusaha dengan
keras", namun bukan harus berarti "perang dalam makna fisik". Jika sekarang
jihad lebih sering diartikan sebagai "perjuangan untuk agama", itu tidak harus
berarti perjuangan fisik. Jika mengartikan jihad hanya sebagai peperangan
fisik dan extern, untuk membela agama, akan sangat berbahaya, sebab akan
mudah dimanfaatkan dan rentan terhadap fitnah74.
74747474
Amri Rahman, op.cit, h. 144 - 145
83
اّل َو اتْخَغ ُْوْٓا ِام َ َْ َِ امْ َو ِس َْ َ ََّل َو َخا ُِدُ ْوا ِ ِْف َس ِخ ِْ ِ ِِل م َ َؼو َّ ُ ُْك ثُ ْف ِو ُح ْو َن
َ ّ ٰ ٰ ٓ ََّيُّيُّ َا َّ ِاَّل ٍْ َن ٰا َمٌُوا اث َّ ُلوا
Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah
kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk
mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah
(berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung".
ِاه َّ َما امْ ُم ْؤ ِمٌُ ْو َن َّ ِاَّل ٍْ َن ٰا َمٌُ ْوا ِب ٰ ّ ِّل َو َر ُس ْو ِ ِهل ُ َّمث م َ ْم ٍَ ْرَتَ ت ُ ْوا َو َخاَُدُ ْوا ِ َب ْم َوا ِمِِ ْم َو َاهْ ُف ِسِِ ْم ِ ِْف
ّ ٰ اّل ۗ ُاو ٰمۤى َم ُ ُُه
امط ِدكُ ْو َن ِ ّ ٰ َِس ِخ ِْل
ّ
75
Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaidi, “Ki Fatul Akhyar “ (Surabaya : Bina Iman), 2003, h. 426
84
ٍٓٗ ٰ ٓ ََّيُّيُّ َا َّ ِاَّل ٍْ َن ٰا َمٌُ ْوْٓا ِا َذا مَ ِل ِْ ُ ُُت َّ ِاَّل ٍْ َن َن َف ُر ْوا َز ْح ًفا فَ ََل ث َُوم ُّ ْو ُ ُُه ْ َاْلد َْب َر َو َم ْن ً ُّ َو ِم ِّ ِْم ً َ ْو َمى ٍذ دُجُ َر
ّ ِ ّ ٰ ِا َّْل ُمذَ َح ّ ِرفًا ِم ّ ِلذَالٍ َا ْو ُمذَ َح ِ ّ ًّيا ِا ٰٰل ِفئَ ٍة فَلَدْ َ ۤب َء ِتغَضَ ٍة ِ ّم َن
اّل َو َمبِ ٰوى َُ َ َْجّنَّ ُ ۗ َو ِتئْ َس
امْ َم ِط ْ ُي
Artinya : ”Wahai orang yang beriman! Apabila kamu
bertemu dengan orang-orang kafir yang akan
menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik
membelakangi mereka (mundur). Dan barangsiapa mundur
pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau
hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain,
maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa
kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka
Jahanam, seburuk-buruk tempat kembali”.
اّل از َّلَوْ ُ ُْت ِا َٰل ْ َاْل ْر ِۗض َا َر ِض َْ ُ ُْت ِ ّ ٰ ِٰ ٓ ََّيُّيُّ َا َّ ِاَّل ٍْ َن ٰا َمٌُ ْوا َما مَ ُ ُْك ِا َذا ِك ِْ َل مَ ُ ُُك اهْ ِف ُر ْوا ِ ِْف َس ِخ ِْل
ِبمْ َح َٰو ِة الُّ هْ ََا ِم َن ْ ٰاْل ِخ َر ِ ۚة فَ َما َمذَا ُع امْ َح َٰو ِة الُّ هْ ََا ِِف ْ ٰاْل ِخ َر ِة ِا َّْل كَ ِو َْ ٌل ِا َّْل ث َ ْي ِف ُر ْوا ًُ َؼ ِّذ ْج ُ ُْك
َش ٍء كَ ِد ٍْ ٌر َْ ك ّ ِ ُ اّل ػَ َّٰل ُّ ُ ػَ َذ ًاب َا ِهمي ً ۙا َّو ٌ َْسد َ ْد ِد ْل كَ ْو ًما غَ ْ َيُ ُْك َو َْل ث
ُ ّ ٰ ََّض ْو ٍُ شَ ِْ ًٔـا ۗ َو
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa
apabila dikatakan kepada kamu, “Berangkatlah (untuk
berperang) di jalan Allah,” kamu merasa berat dan ingin
85
b. Hadis
َح َّدزَيَا ُم َح َّمدُ ْج ُن ثَشَّ ٍار َح َّدزَيَا َ َْي َي ْج ُن َس ِؼ َْ ٍد َغ ْن ُس ْفَِ َان َو ُش ْؼ َح َة َغ ْن َح ِد َْ ِة ْج ِن َأ ِِب ًَثت ٍِت
هللا ػَو َ َْ َِ َو َس َّ ََّل
ُ هللا جْ ِن َ ْمع ٍر َو كَا َل َخ َاء َر ُخ ٌل ا َٰل اميَّد ّ ِِـي َض ََّّل ِ َغ ْن َأ ِِب امْ َؼحَّ ِاس َغ ْن َغ ْح ِد
ّ
ٌ َْس َخبِ ِذه ُ َُ ِِف ا ِجلَِا ِد فَلَا َل َأ َ َِل َو ِ َال ِان كَا َل ه َ َؼ ْم كَا َل فَ ِفْيْ ِ َما فَ َجا ُِدْ كَا َل َأت ُ ْو ِػُ ََْس َو ِِف امْ َحا ِب
َص َْ ٌح ِ َ َغ ْن ا ْج ِن َغ َّح ٍاس َو َُ َذا َح ِدًْ ٌر َح َس ٌن
Artinya : Kami telah disampaikan Muhammad bin
Bashshâr, telah disampaikan kepada kami Yahyâ bin Sa‟îd
dari Sufyân dan Shu‟bah, dari Habîb bin Abî Thâbit dari
Abî al-„Abbâs dari „Abd Allâh bin „Amr berkata: Seorang
laki-laki telah mendatangi Nabi saw, ia sengaja meminta
izin untuk berjihad, maka Nabi berkata: Apakah kamu
mempunyai orang tua, lakilaki itu menjawab: ya, lalu Nabi
berkata: Maka kepada keduanya kamu berjihad. Manurut
86
سايِـ َْ ُل َ ْ اِس ْج ُن ِدًْيَ ٍار امْ ُك ْو ِف ُّـي َح َّدز َ َيا َغ ْحدُ َّامر ْمح َِن ْج ُن ُم ْط َؼ ٍة َأت ُ ْو ٍَ ِزًْدَ َح َّدزَيَا ا
ُ ِ َح َّدزَيَا امْ َل
ّ
اّل ػَو َ َْ َِ َو َس َّ ََّل
ُ َّ َغ ْن ُم َح َّم ِد ْج ِن ُح َحا َد َة َغ ْن َغ ِعََّ َة َغ ْن َأ ِ ِْب َس ِؼ َْ ٍد امْخُدْ ِر ِ ّي َأ َّن اميَّ ِ َّيب َض ََّّل
كَا َل ا َّن ِم ْن َأغ َْظ ِم امْجِ َِا ِد َ َِك َم َة ػَدْ لٍ ِغ ْيدَ ُسوْ َع ٍان َخائِ ٍر
ّ
Artinya : Kami diberitakan Qâsim bin Dînâr al-Kûfiyyu,
diberitakan kepada kami „Abd al-Rahmân bin Mus‟ab Abû
Yazîd, diberitakan kepada kami Isrâ‟îl dari Muhammad bin
Juhâdah dari Âthiyyah dari Abî Sa‟îd al-Khudrî,
bahwasanya Nabi saw., telah berkata: Sesungguhnya dari
semua jihad yang lebih besar adalah jihad ucapan yang adil
(benar) di depan penguasa yang kejam.
ََح َّدزَيَا َأت ُ ْو َ َّمع ٍار َح َّدزَيَا امْ َو ِم َْدُ جْ ُن ُم ْس ِ ٍَّل َغ ْن ْ َاْل ْو َزا ِغ ّ ِي َح َّدزَيَا ُّامز ُْ ِر ُّي َغ ْن َغ َعا ِء جْ ِن ٍَ ِزًد
اّل ػَوَ َْ َِ َو َس َّ ََّل َأ ُّي اميَّ ِاس
ُ َّ اّل َض ََّّلِ َّ انو َّ َْ ِ ِ ّث َغ ْن َأ ِ ِْب َس ِؼ َْ ٍد اخلُدْ ِر ِ ّي كَا َل ُس ِئ َل َر ُس ْو ُل
ّ ِ اّل كَامُ ْوا ُ َّمث َم ْن كَا َل ُ َّمث ِِف ِش ْؼ ٍة ِم ْن
امش َؼ ِاب ً َـخَّ ِلي ِ َّ َِأ ْفضَ ُل كَا َل َر ُخ ٌل ََُا ُِدُ ِِف َس ِخ ِْل
ٍِ ش
ِ ّ َ َرتَّـ َُ َوًَدَ ُع اميَّ َاس ِم ْن
َح َّدزَيَا ُم َس َّد ٌد َح َّدزَيَا َ ِ ٌَال َح َّدزَيَا َح ِد َْ ُة ْج ُن َأ ِِب َ ْمع َر َة َغ ْن ػَائِشَ َة ِتً ْ ِت َظوْ َح َة َغ ْن ػَائِشَ َة
اّل ث َُـرى امْجِ َِا َد َأفْضَ َل امْ َؼ َملِ َأفَ ََل ُُنَا ُِدُ كَا َل مَ ِك َّن
ِ َّ اّل غٌَ ْـَِا َأهَّـَِا كَامَ ْت ََّي َر ُس ْو َل َ ِ َر
ُ َّ يض
َأفْضَ َل امْجِ َِا ِد َح لج َم ْد ُـر ٌور
Artinya : Kami disampaikan Musaddad, kami disampaikan
Khâlid, kami disampaikan Habîb ibn Abî „Amrah dari
„Âishah bint Talhah dari „Âishah ra. Telah berkata kepada
Rasulullah: Ya Rasulullah, kami telah melihat jihad adalah
amal yang paling utama, pada hal kami tidak berjihad. Lalu
Nabi berkata: Tidak, akan tetapi jihad yang paling utama
adalah haji mabrur.
76
Kamarudin,”JIHAD DALAM PERSPEKTIF HADIS”, Jurnal Hunafa, Vol. 5 No. 1, (April 2008), h. 105 - 107
77
Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaidi, op.cit., h. 429.
89
a. Madzhab Maliki
Adapun definisi jihad menurut mazhab Maliki, seperti yang
termaktub di dalam kitab Munah al-Jaliil, adalah perangnya seorang
Muslim melawan orang Kafir yang tidak mempunyai perjanjian, dalam
rangka menjunjung tinggi kalimat Allah Swt. atau kehadirannya di sana
(yaitu berperang), atau dia memasuki wilayahnya (yaitu, tanah kaum
Kafir) untuk berperang. Demikian yang dikatakan oleh Ibn „Arafah.
78
Muhammad „Ilyasy, “Munah al-Jaliil, Muhktashar Sayyidi Khaliil”, juz III, h. 135.
90
b. Madzhab as Syafi‟i.
Madzhab as-Syafi‟i, sebagaimana yang dinyatakan dalam kitab
al-Iqnaa‟, mendefinisikan jihad dengan “berperang di jalan Allah”. Al-
Siraazi juga menegaskan dalam kitab al-Muhadzdzab; sesungguhnya
jihad itu adalah perang.
c. Madzhab Hanbali.
Sedangkan madzhab Hanbali, seperti yang dituturkan di dalam
kitab al-Mughniy, karya Ibn Qudaamah, menyatakan, bahwa jihad yang
dibahas dalam kitab al-Jihaad tidak memiliki makna lain selain yang
berhubungan dengan peperangan, atau berperang melawan kaum Kafir,
baik fardhu kifayah maupun fardlu „ain, ataupun dalam bentuk sikap
berjaga-jaga kaum Mukmin terhadap musuh, menjaga perbatasan dan
celah-celah wilayah Islam. Dalam masalah ini, Ibnu Qudamah berkata:
Ribaath (menjaga perbatasan) merupakan pangkal dan cabang jihad.
Beliau juga mengatakan: Jika musuh datang, maka jihad menjadi fardhu
„ain bagi mereka... jika hal ini memang benar- benar telah ditetapkan,
maka mereka tidak boleh meninggalkan (wilayah mereka) kecuali atas
seizin pemimpin (mereka). Sebab, urusan peperangan telah diserahkan
kepadanya.
d. Madzhab Hanafi.
Menurut mazhab Hanafi, sebagaimana yang dinyatakan dalam
kitab Badaa‟i‟ as-Shanaa‟i‟, “Secara literal, jihad adalah ungkapan
tentang pengerahan seluruh kemampuan... sedangkan menurut
pengertian syariat, jihad bermakna pengerahan seluruh kemampuan dan
tenaga dalam berperang di jalan Allah, baik dengan jiwa, harta, lisan
ataupun yang lain.
91
Bom bunuh diri atau juga dikenal sebagai bom manusia (human
bombing) menurut Nawaf Hail Takruri adalah aktivitas seorang (mujahid)
mengisi tas atau mobilnya dengan bahan peledak, atau melilitkan bahan
peledak pada tubuhnya, kemudian menyerang musuh di tempat mereka
berkumpul, hingga orang tersebut kemungkinan besar ikut terbunuh. Adapun
menurut Muhammad Tha‟mah Al- Qadah, bom bunuh diri adalah aktivitas
seorang mujahid yang melemparkan dirinya pada kematian untuk
melaksanakan tugas berat, dengan kemungkinan besar tidak selamat, akan
tetapi dapat memberi manfaat besar bagi kaum muslimin. Bom bunuh diri
yaitu kegiatan bunuh diri yang dilatarbelakangi keyakinan oleh pelaku bahwa
perbuatan tersebut merupakan salah satu bentuk perjuangan untuk
memperjuangkan kebenaran. Dalam bahasa arab, bom bunuh diri disebut
intihaar, yang berasal dari kata kerja nahara yang berarti menyembelih
(dzabaha) dan membunuh (qatala). Artinya seseorang menyembelih dan
membunuh dirinya sendiri.
79
Mohammad Rosyid, “Kontribusi Penyuluh Agama dalam Meminimalisasi Bunuh Diri,” Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling
Islam 5, no. 2 (2014): 353
92
80
Mohammad Rosyid, “Kontribusi Penyuluh Agama dalam Meminimalisasi Bunuh Diri,” Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling
Islam 5, no. 2 (2014): 353
93
َ ّ ٰ اّل َو َْل ثُوْ ُل ْوا ِ َبًْ ِد ٍْ ُ ُْك ِا َٰل اهََّّ ْوُ َك ِة ۛ َو َا ْح ِس ُي ْوا ۛ ِا َّن
اّل ُ َِي ُّة امْ ُم ْح ِس ِي ْ َْي ِ ّ ٰ َِو َاهْ ِف ُل ْوا ِ ِْف َس ِخ ِْل
Artinya : “Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan
berbuatbaiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
Dalam ilmu Ushul, memelihara jiwa (hifdz al-nafs) adalah salah satu
dari lima maslahat dharuriyat (maslahat utama) yang harus kita jaga. Jika
seseorang hendak menghilangkan kehidupan (nyawa) kita, maka menjadi
kewajiban kita untuk mempertahankan diri kita. Artinya kita tidak boleh
begitu saja membiarkan diri kita dibunuh, tanpa berusaha lebih dahulu untuk
mempertahankan jiwa yang kita punya. Selain itu juga, berkenaan dengan
menjaga hidup kita dilarang untuk membunuh orang lain tanpa alasan yang
jelas, yaitu yang memang dibenarkan secara syar‟i untuk menghilangkan
nyawa orang lain81.
81
Nasruddin Yusuf, “Fatwa Fiqih Jinayah : Bom Bunuh Diri,” Jurnal Al-Syir‟ah 1, no. 2 (2003): h. 2
94
1. Pengetian terorisme
Salah seorang pakar ilmuan barat, bernama John Louis Esposito
mengemukakan, bahwa tindakan terrorisme tidak ada hubungannya sama
sekali dengan Islam, atau agama besar manapun. Oleh karena itu, prase
seperti “ terorisme Islam “ secara signifikan member gambaran yang keliru
terhadap keagamaan dari kekerasan yang dilakukan oleh kaum muslimin82.
Kata “ Islam “ secara bahasa dapat berarti tunduk, patuh dan pasrah.
Dalam konteks yang lebih luas, Islam dapat bermakna selamat, sejahtera dan
damai, maka dalam konteks ini, Islam sebagai agama yang dapat member
keselematan, kesejahteraan dan kedamaian bagi masyarakat disekitarnya.
Islam menghendaki agar setiap ummatnya memiliki faham “ Egalitarisme “
adalah faham seseorang yang memandang sesuatu atau seseorang itu
sederajat, tidak menganggap rendah dan tidak diskriminatif. Dari paham
inilah kemudian menjadi sikap positif kepada orang lain.
82
Hamzah junaid, “Pergerakan Terorisme Dalam Persfektif Barat Dan Islam”, Pendidikan Agama Islam, Vol. 8 No. 2, 2013, h. 213
95
83
Muhammad Amin Suma, “Perkuliahan Pascasarjana” (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah), 30 Desember 2003.
96
Teks-teks suci, baik al-Qur‟an maupun Hadis, tidak ada yang secara
tegas menyebut terminologi “terorisme”. Namun menilik modus dan dampak
yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut, meluruskan suatu pemikiran untuk
mengangkat diskursus terorisme ke dalam konteks perilaku perusakan di
muka bumi, sebagaimana yang terekam dalam Q.S. al-Mâidah/5 ayat 33 :
84
Muhammad „Alî al-Sayis, Tafsîr Âyât al-Ahkâm (Mesir:1953), h. 183-184
98
Pertanyaan !!!
85
1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. IV; Jakarta, Balai Pustaka, 1995), h.527.
86
Huzaemah T. Yangggo, “Korupsi, Kolusi, Nepotisme, dan Suap (KKNS) Dalam Pandangan Hukum Islam” Tahkim Vol. IX, Juni 2013, h.
2-3.
100
ringan dibanding dengan hasil korupsi, kolusi, dan nepotisme tidak ada teladan
kejujuran para pemimpin dan lain-lain. Secara rinci, terjadi setidaknya ada tiga hal
87
:
Ketiga sebab diatas terkadang menyatu. Dengan kata lain seorang koruptor,
disamping mentalnya serakah, dipicu oleh kebutuhan dasar ekonomi yang tinggi,
87
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah, (Jakarta:2006), h. 13-15.
102
pun ditunjang adanya peluang atau kesempatan yang aman untuk korupsi. Kemauan
yang tinggi atau keserakahn yang kelewat batas sekalipun, jika peluang korupsi
ditutup rapat, korupsi akan sulit terlaksana. Parahnya, jika ketiga sebab ini
menyatu, dapat dipastikan dampak yang ditimbulkan juga pasti lebih hebat.
1. Risywah (Gratifikasi/penyuapan)
Risywah menurut bahasa adalah sesuatu yang dapat menghantarkan
tujuan dengan segala cara agar tujuan tersebut dapat tercapai. Definisi
tersebut diambil dari kata rosya yang bermakna tali timba yang dipergunakan
untuk sumur. Sedangkan ar-raasyi adalah orang yang memberikan sesuatu
kepada pihak kedua untuk mendukung maksud jahat dari perbuatannya. Lalu
ar-roisyi adalah mediator atau penghubung antara pemberi suap dan penerima
suap, sedangkan penerima suap disebut sebagai al-murtasyi. Praktik Suap bisa
terjadi apabila unsur-unsurnya telah terpenuhi. Unsur-unsur suap meliputi,
pertama yang disuap (al-murtasyī), kedua, penyuap (al-rasyī), dan ketiga,
suap (al-risywah). Suap dilarang dan sangat dibenci dalam Islam karena
sebenarnya perbuatan tersebut (suap) termasuk perbuatan yang batil. Suap
dengan segala bentuknya haram hukumnya, di antara bentuk suap adalah
hadiah. Seorang pejabat haram hukumnya menerima hadiah, meskipun
seorang pejabat tersebut yang tidak sedang terkait perkara atau urusan.
88
Fazzan, “Korupsi Di Indonesia Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam” Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA Vol. 14. No. 2, Februari 2015,
h.158-159
103
Artinya: Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasul SAW bersabda: “Allah SWT
melaknat penyuap dan yang di suap”. (HR. Imam Ahmad).
2. Ghulul (Penggelapan)
Menurut Abu Firda dalam Suradi, Ghulul (penggelapan) adalah
“mencuri harta rampasan perang atau menyembunyikan sebagiannya untuk
dimiliki sebelum menyampaikan ke tempat pembagian. Nama lain yang
masih dalam satu makna, kata ghulul dimaknai “akhdzu al-syai wa dassahu fi
mata‟ihi”, yang artinya “ambil sesuatu dan menyembunyikan dalam
hartanya”. Dengan demikian, ghulul merupakan perbuatan khianat dalam
rangka mengambil harta yang bukan haknya dan menyembunyikan di dalam
hartanya. Manifestasi praktik ghulul bagi aparatur negara, antara lain berupa
komisi, hadiah atau gratifikasi. Rasulullah menperjelas praktik ghulul melalui
haditsnya: “siapa saja yang telah aku angkat sebagai pekerja dalam satu
jabatan, kemudian aku gaji, maka suatu yang diterima di luar gajinya adalah
korupsi (ghulul)” (HR. Abu Daud).
Ghasab berasal dari kata kerja غطحا ًغطة غطة yang berarti
mengambil sesuatu secara paksa dan zalim. Secara istilahi, ghasab dapat
diartikan sebagai upaya untuk menguasai hak orang lain secara
permusuhan/terang-terangan. Menurut Dr.Nurul irfan, MA, ghasab adalah
mengambil harta atau menguasai hak orang lain tanpa izin pemiliknya dengan
unsur pemaksaan dan terkadang dengan kekerasan serta dilakukan dengan
cara terang-terangan. Karena ada unsur terang-terangan, maka ghasab
berbeda dengan pencurian dimana salah satu unsurnya adalah pengambilan
barang secara sembunyi-sembunyi89.
4. Khiyanat ( Penghianatan)
Kata khianat berasal dari bahasa Arab خِون َان yang artinya sikap
ingkarnya seseorang saat diberikan kepercayaan. Bentuk isim, dari kata kerja
َان- خِون adalah َائن yang definisinya dikemukakan oleh al Syaukani yaitu
89
Luluatu Nailul Roja, “Analisis Memadu Hukum Islam dan Hukum Nasionl Mengenai Korupsi Di Indonesia” Diktum: Jurnal Syariah dan
Hukum, Volume 18 Nomor 2 Desember 2020, h. 256-257.
105
5. Sariqah (Mencuri)
90
Nur Iqbal Mahfudh, “Hukum Pidana Islam Tentang Korupsi” In Right Jurnal Agama dan Asasi, Vol. 6, No. 2, Mei 2017, h.256.
106
Mencuri adalah mengambil harta hak milik orang lain dengan cara
yang sembunyi-sembunyi (tidak terang-terangan) terhadap harta yang
seharusnya dijaga baik, sementara harta itu tersimpan di tempat yang
seharusnya. Jadi, ciri utama pencurian adalah caranya yang tidak terang-
terangan, barangnya tersimpan rapi, dan ditempat yang dipandang aman oleh
pemiliknya, serta barang yang sebaiknya dijaga oleh pencuri.
Menurut Ibnu Arafah “pencuri” menurut orang arab adalah orang yang
datang dengan sembunyi-sembunyi ke tempat penyimpanan barang orang lain
untuk mengambil isinya. Dengan demikian, mencuri mengandung 3 unsur,
yaitu :
Jadi, apabila barang yang diambil bukan milik orang lain, cara
mengambilnya dengan terang-terangan, atau barang yang diambil berada
tidak pada tempat penyimpanannya, pelakunya tidak dijatuhi hukuman
potong tangan.
6. Hiraabah (Perampokan)
Hirabah adalah gerombolan pembunuh, sindikat penculik anak – anak
kecil, sindikat penjahat untuk menggarong rumah-rumah dan bank, sindikat
penculik perempuan untuk dijadikan pelacur, sindikat penculikan pejabat
untuk dibunuh agar terjadi fitnah dan kegoncangan stabilitas keamanan, serta
sindikat perusak tanaman dan peternakan. pada satu sisi dan menyerang
ajaran Islam yang datang untuk memberi keamanan dan keselamatan
masyarakat pada sisi lain. Kata hirabah berasal dari kata Harb artinya perang.
Bagi sindikat yang keluar dari peraturan disebut orang yang menyerang
masyarakat pada satu sisi dan menyerang ajaran Islam yang datang untuk
memberi keamanan dan keselamatan masyarakat pada sisi lain.
107
Ayat tersebut jika dilihat secara harfiyah, setidaknya ada empat sanksi
yang disebutkan kepada pelaku perampokan:
a. Hukuman mati.
b. Hukuman pasung.
d. Hukuman pengasingan.
1. Korupsi
Sejarah mencatat, setidaknya telah terjadi empat kali kasus korupsi
pada zaman Nabi SAW, yaitu pertama, kasus ghulul atau penggelapan yang
dituduhkan oleh sebagian pasukan perang Uhud terhadap Nabi SAW. Kedua,
kasus budak bernama Mid‟am atau Kirkirah yang menggelapkan mantel.
Ketiga, kasus seseorang yang menggelapkan perhiasan seharga 2 dirham.
Keempat, kasus hadiah (gratifkasi) bagi petugas pemungut zakat di kampung
Bani Sulaim, bernama Ibn al-Lutbiyyah.
108
Menurut ulama ahli tafsir dan ahli sejarah, ayat ini turun berkaitan
dengan kasus yang terjadi saat perang Uhud tahun ke-2 Hijriah. Kala itu
pasukan kaum muslimin menderita kekalahan sangat tragis, para pasukan
panah berbondong-bondong turun dari bukit Uhud untuk ikut berebut harta
rampasan perang. Padahal Rasulullah SAW sejak semula sudah berpesan
jangan sekali-kali meninggalkan bukit Uhud. Apapun yang terjadi, kata
beliau, menang atau kalah, jangan sekali-kali meninggalkan posisi bukit Uhud
agar kita bisa melindungi atau membentengi bala tentara yang berada di
bagian bawah bukit, termasuk Nabi SAW sendiri yang kala itu menjadi
panglima perang. Namun mereka melanggar perintah Nabi SAW, bahkan
mencurigai Nabi SAW akan menggelapkan harta rampasan perang yang
tampak sangat banyak oleh mereka. Pada saat Rasulullah SAW mengetahui
pasukan pemanah turun dari bukit Uhud, beliau bersabda:“Kalian past
mengira bahwa kami akan melakukan ghulul, korupsi terhadap ghanimah,
atau harta rampasan perang dan tdak akan membagikannya kepada kalian”!
akan masuk surga. Nabi Bersabda yang Artinya: “Tidak demi Allah, yang
diriku berada di tanganNya, sesungguhnya mantel yang diambilnya pada
waktu penaklukan Khaibar dari rampasan perang yang belum dibagi akan
menyulut api neraka yang akan membakarnya. Ketika orang-orang
mendengar pernyataan Rasulullah itu ada seorang lelaki datang kepada
Rasulullah SAW membawa seutas tali sepatu atau dua utas tali sepatu. Ketika
itu, Nabi SAW mengatakan: seutas tali sepatu sekalipun akan menjadi api
neraka (HR. Abu Dawud).
Pelajaran yang bisa diambil, korupsi sebuah mantel dan seutas tali
sepatu saja, sabda Nabi SAW, pasti akan masuk neraka. Jelaslah, posisi
korupsi yang terjadi pada hari ini, dengan modus dan jumlah yang sangat
besar, dan dampak yang sangat luas, sistemik, dan terstruktur.
Ibn al-Lutbiyyah ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dan al-Bukhari dengan
redaksi Imam Muslim sebagai berikut :
2. Kolusi
Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai
rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat
111
rasul, anak- anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil, jika kamu
beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba
Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan.
Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
3. Nepotisme
Pada saat itu, tersebarlah berbagai fitnah keji yang menimpa beliau
melalui motif nepotisme. Jika ditelusuri secara mendalam sikap nepotisme
khalifah Usmān bin Affān bukanlah untuk kepentingan pribadi beliau dan
keluarganya. Beliau mendapatkan berbagai tuduhan untuk menjatuhkan dari
kursi pemerintahan saat itu, diantaranya :
Sanksi KKN dapat diklasifikasikan sesuai dengan berat dan ringannya cara
atau akibat yang ditimbulkan. Di antaranya91:
91
Dewi Kusuma Putri, Tafsir Makna Kekerabatan dan Nepotisme Dalam al-Qur’an, (Jakarta, 2022), h. 40-41.
114
g. Sanksi Akhirat. Selain ancaman sanksi dunia yang cukup berat dan
menghinakan, di akhirat kelak para koruptor akan sangat dihinakan
di hadapan Allah dengan saksi barang-barang atau segala sesuatu
yang ia korupsi ketika di dunia. Hal ini betul-betul akan terjadi
sebagaimana sabda Rasulullah dalam sebuah Hadis yang
diriwayatkan dari sahabat Abu Humaid al-Saïdy: "Demi yang
menguasai jiwa Muhammad, tidaklah seseorang di antara kalian
mengkorupsi sesuatu kecuali dia pada hari kiamat akan memanggul
sesuatu yang dikorupsi pada tengkuknya. Jika yang dikorupsi
seekor unta, ia akan datang (menghadap Allah) dengan unta hasil
korupsinya yang bersuara. Jika yang dikorupsi seekor sapi, maka ia
akan datang dengan sapi korupsinya yang melenguh. Jika yang
dikorupsi seekor kambing, maka ia akan datang dengan kambing
hasil korupsinya yang mengembik. "(HR. Bukhari no. 6145)
h. Sanksi Moral dan Sosial. Adapun sanksi moral dan sosial bagi para
koruptor, jenazahnya tidak disalatkan, terutama oleh para pemuka
agama yang dikenal kedudukan dan kredibilitasnya. Hal ini
berdasarkan pada salah satu Hadis: "Dari Zaid ibn Khalid, seorang
laki-laki mari pada Perang Khaibar, lantas Rasulullah bersabda:
salatkanlah teman kalian itu, (Aku sendiri tidak mau
menyalatkannya) karena dia telah melakukan penggelapan (ghulul)
saat berjuang di jalan Allah. Ketika kami periksa barang-
barangnya, kami menemukan manik-manik orang Yahudi yang
harganya tidak mencapai dua dirham." (HR. Nasai, Kitab Janaiz,
no.1933)
Pertanyaan !!!
1. Bagaimana orang yang minjam barang orang tapi tidak meminta ijin terlebih
dahulu( karena merasa sudah terbiasa seperti kerabat, keluarga, atau tetangga) ?
2. Apakah hukum potong tangan bisa diterapkan diindonesia dan kenapa tidak
diterapkan ?
3. Sanksi KKN yang sudah dijelaskan apakah harus diterapkan semuanya ?
4. Bagaimana menyuap orang demi bisa masuk pekerjaan, tapi kita sebenarnya
sudah sesuai dengan kompetensi pekerjaan tersebut ?
5. Bagaimana hukum Sim, vaksin betembak ?
BAB VII
Transgender berasal dari dua kata yaitu “trans” yang berarti pindah
atau pemindahan dan “gender” yang berarti jenis kelamin. Transgender
adalah orang yang mengidentifikasi karakter atau sifatnya berlawanan dengan
jenis kelamin yang dimilikinya. Istilah lain yang digunakan dalam operasi
pergantian kelamin ialah “transseksual” yaitu merupakan terjemahan dari
Bahasa Inggris. Disebut juga dengan transseksual karena memang operasi
tersebut sasaran utamanya adalah mengganti kelamin seorang waria yang
menginginkan dirinya menjadi perempuan atau laki-laki, baik perpindahan
kelamin dari kelamin laki-laki atau pindah dengan kelamin perempuan.93
2. Jenis-Jenis Transgender
Berbicara tentang transgender berarti berkaitan dengan operasi
kelamin. Era globalisasi saat ini banyak orang yang merasa tidak cocok
dengan kelamin yang dimilikinya dan mereka beranggapan bahwa operasi
92
Edward Brace, Penuntun Populer Bahasa Kedokteran, (Bandung:Angkasa, 1984), h. 344.
93
Gibtiah, Fiqh Kotemporer, (Palembang: Rafah Press, 2016), h. 269-270.
119
kelamin atau pergantian kelamin suatu jalan keluar yang tepat. Dalam hal ini
transgender bisa dimulai dari berubahnya bentuk gaya dandanan bahkan
sampai kepada operasi kelamin, namun hal yang paling ironisnya di kalangan
masyarakat kita pada saat ini ada saja seseorang yang melakukan operasi
kelamin dari kelamin yang memang normal. Karena operasi kelamin itu mulai
dari penyempurnaan pembuangan dan pergantian kelamin. Namun ada yang
operasi dari kelamin normal, penyempurnaan kelamin serta pembuangan
kelamin. Dalam hal ini ada tiga bentuk transgender atau operasi kelamin
antara lain:
Selain dari tiga bentuk operasi itu transgender juga dari berbagai
bentuk gaya make up serta dandanan yang dilakukan seseorang tersebut.
Misalnya laki-laki namun kejiwannya seperti wanita padahal dia telah jelas
memiliki kelamin laki-laki bukanlah perempuan. Di dalam Islam juga
94
mengenal istilah khuntsa dan khuntsa ini terbagi dua yakni khuntsa
musykil95 dan khuntsa ghoiru musykil 96
. Ada lagi mutarajjil dan
mukhannasts ini bagian dari transgender karena operasi kelamin itu bermula
dari hal seperti ini.
94
Khuntsa adalah seseorang yang diragukan jenis kelaminnya apakah laki-laki atau perempuan karena memiiki alat kelamin secara
bersamaan ataupun tidak memiliki alat kelamin sama sekali, baik alat kelamin laki-laki atau perempuan. Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 172.
95
Khuntsa Musykil adalah orang yang terlahir dengan dua alat kelamin yang berbeda yakni alat kelamin perempuan dan alat kelamin laki-
laki dan kedua alat kelamin itu berfungsi dengan baik secara bersamaan atau orang yang memang tidak memiliki kelamin sama sekali.
Hasbiyallah, Belajar Mudah Ilmu Waris, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 87.
96
Khuntsa Ghoiru Musykil adalah orang yang terlahir dengan dua alat kelamin secara bersamaan namun salah satu alat kelamin dari kedua
tersebut lebih dominan, yakni seseorang yang jelas tanda-tanda kelaki-lakiannya (maskulinitas) dan kewanitaannya (feminitas). Ahmad
Rofiq Fiqh Mawaris, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 173 .
120
3. Hukum Transgender
Kedudukan hukum dari operasi pergantian kelamin kelompok
transgender tergantung kepada keadaan organ kelamin. Dalam dunia
kedokteran modern sendiri, dikenal tiga bentuk operasi atau transgender
kelamin yakni97:
97
Duski Ibrahim, Kaidah-Kaidah Fiqh Pedoman Praktis dalam Penyelesaian Masalah Hukum Islam Kotemporer, (Palembang:Grafika
Telindo Press, 2014), h. 38.
98
Kutbuddin Aibak, Kajian Fiqh Kontemporer, (Yogyakarta: 2017), h. 140.
121
99
Muhammad Yusuf, Masail Fiqhiyah : Memahami Permasalahan Kontemporer, (Makasar: 2017), h. 200.
122
d. Jika penyebab rusak selaput dara itu adalah zina yang tidak
diketahui oleh masyarakat dalam artian yang sudah dijelaskan,
100
Nalisa Agustina, “Penetapan Kewarisan Bagi Transgender Ditinjau Dari Hukum Islam”, (Palembang: 2016), h. 42.
124
Pertanyaan !!!
1. Apakah jatuh talak ketika suami baru mengetahui ternyata istri tidak perawan lagi
padahal belum ada disentuh oleh suaminya?
2. Bagaiman hukumnya seseorang yang di atas seperti wanita bawah nya laki-laki,
maka boleh kah operasi mengganti kelamin?
3. Bagaimana hukum seorang suami meubar atau menceritakan aib istri ke mertua
bahwa istrinya tidak perawaanya gara-gara kecelakaan?
BAB VIII
َ ّ ٰ ـُك تٌََُْ ُ ُْك ِب مْ َحا ِظلِ ِا َّ ْۤل َا ْن حَ ُك ْو َن َِتَا َر ًة َغ ْن حَ َرا ٍض ِ ّمٌْ ُ ُْك ۗۗ َو َْل ث َ ْل ُذوُ ْۤوا َاهْـ ُف َس ُ ُْك ۗۗ ِا َّن
اّل ْ ُ َ ًٰۤـ َاُّيُّ َا َّ ِاَّل ٍْ َن ٰا َمٌُ ْوا َْل ثَبِ ُ َُك ْۤوا َا ْم َوا م
ََك َن ِج ُ ُْك َر ِح ِْ ًما
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
hartasesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengansuka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
ـُك َّما َح َّر َم ػَوَ َْ ُ ُْك ِا َّْل َما اضْ ُع ِر ْر ُ ُْت ِام َ َْ َِ ۗۗ َو ِا َّن َن ِث ْ ًيا م َّ َُ ِضو ُّ ْو َن ِ َب
ْ ُ َ اّل ػَو َ َْ َِ َوكَدْ فَ َّط َل مِ ّ ٰ اِس ُ ْ ـُك َا َّْل ثَبِ ُ َُك ْوا ِم َّما ُذ ِن َر
ْ ُ َ َو َما م
ُ َْوآِئِ ِ ْم ِتغ ْ َِي ِػ ْ ٍَّل ۗۗ ِا َّن َرت َّ َم ُ َُو َاػْ َ َُّل ِب مْ ُم ْؼ َخ ِدٍْ َن
Artinya “Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang
disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah
menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang
terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar
127
benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa
pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang melampaui batas.”101
اّل َو َْل امشَّ ِ َْر امْ َح َـرا َم َو َْل امَِْدْ َي َو َْل امْلَ ۤ ََل ِيدَ َو َ ْۤل ٰا ٓ ِ ّم ْ َْي امْ َحُ َْت امْ َح َـرا َم ً َ ْدـ َخغ ُْو َن فَضْ ًَل
ِ ّ ٰ ًٰۤـ َاُّيُّ َا َّ ِاَّلٍْ َن ٰا َمٌُ ْوا َْل ُ ُِتو ُّ ْوا شَ َؼا ٓ ِئ َر
ۗۘ ِ ّم ْن َّر ِ ّ ِِب ْم َو ِرضْ َوا ًنً ۗۗ َو ِا َذا َحوَوْ ُ ُْت فَا ْض َعا د ُْوا ۗۗ َو َْل َ َْ ِر َمٌ َّ ُ ُْك َش يَ ٰا ُن كَ ْو ٍم َا ْن َضد ُّْو ُ ُْك َغ ِن امْ َم ْسجِ ِد امْ َح َـرا ِم َا ْن ث َ ْؼ َخدُ ْوا
اّل شَ ِدًْدُ امْ ِؼ َلا ِب َ ّ ٰ اّل ۗۗ ِا َّن َ ّ ٰ َوث َ َؼ َاوه ُْوا ػَ ََّل امْ ِ ِّّب َوا مخَّ ْل ٰوى ۖۗ َو َْل ثَ َؼ َاوه ُْوا ػَ ََّل ْ ِاْل ْ ِمث َوا مْ ُؼدْ َوا ِن ۖۗ َوا ث َّ ُلوا
Artinya "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syi'ar-
syi'ar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram,
jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban), dan Qalaid (hewan-hewan
kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya.
Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu.
Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-
halangimu dari Masjidilharam mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya."102
101
Ibid hlm. 106
102102102
Ibid. hlm. 143.
103
4Masjfuk Zuhdi, Pencangkokan Organ tubuh dalam Masaail Fiqhiyah (Jakarta: haji mas agung, 1993). Hlm.
128
Maka dari itu, tidak dibenarkan mendermakan organ tubuh seperti mata,
tangan dan kaki. Karena menimbulkan dharar yang besar pada diri sendiri.
Seseorang harus lebih mengutamakan penjagaan dirinya sendiri daripada menolong
orang lain dengan cara mengorbankan dirinya sendiri yang berakibat fatal. Kedua,
transplantasi dalam keadaan koma. Hukumnya tetap haram. Karena ini sama halnya
dengan mempercepat kematian pendonor. Maka tidak dibenarkan melakukan
transplantasi organ. Ketiga, transplantasi dalam keadaan meninggal. Ada beberapa
syarat diantaranya: penerima donor dalam keadaan darurat, yang dapat mengancam
jiwanya, dan pencangkokan tidak mengakibatkan penyakit yang lebih gawat.
Kemudian firman Allah dalam Qs. Al-Maidah ayat 32:
سا ٓ ِءًْ َل َاه َّ َٗ َم ْن كَذَ َل ه َ ْف ًسا ِتْۢغ ْ َِي ه َ ْف ٍس َا ْو فَ َسا ٍد ِِف ْ َاْل ْر ِض فَ َاكَ ه َّ َما كَذَ َل اميَّا َس َ ْ ِم ْن َا ْخلِ ٰذ ِ َِل ۛۗ َن َخخٌَْا ػَ َّٰل ت َ ِ ِْۤ ِا
َ ُِج َْ ًؼا ۗۗ َو َم ْن َا ْحَِاَُا فَ َاكَ ه َّ َم ۤا َا ْح َِا اميَّا َس َ ُِج َْ ًؼا ۗۗ َومَـلَدْ َخا ٓ َءهتْ ُ ْم ُر ُسوُيَا ِب مْ َح ِ ًَّٰ ِت ُ َّمث ِا َّن َن ِث ْ ًيا ِ ّمْنْ ُ ْم ت َ ْؼدَ ٰذ ِ َِل ِِف ْ َاْل ْر ِض
ِ ْ م َ ُم
ْسفُ ْو َن
Artinya : “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada
mereka rasul- rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas,
kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas
dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”
104
5M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, . (Jakarta: 2002). Hlm. 81
129
Pertanyaan !!!
A. Bayi Tabung
105
Febri Handayani, “Problematika Bayi Tabung Menurut Hukum Islam” Jurnal Hukum Islam Vol. XIII No. 01 Juni 2013. H. 111
131
106
Hasballah Thaib, 20 Kasus Kedokteran Kontemporer dalam Perspektik Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2011) H. 35
107
Katbuddin Aibak, Kajian Fiqh Kontemporer, (Yogyakarta: Kalimedia, 2017) H. 113
132
B. Kloning
1. Pengertian Kloning
Istilah “kloning” adalah khas dalam bidang biologi, berasal dari kata
clone atau klon (Indonesia) yang berarti kumpulan sel turunan dari sel induk
tunggal dengan reproduksi seksual (KBBI, 1991: 509). Menurut sebagian ahli
biokimia dan biologi, kloning merupakan istilah umum yang digunakan untuk
menghasilkan atau memperoleh individu yang persis sama dengan induknya.
Individu yang dihasilkan melalui kloning biasanya disebut klon (clone)108.
108
Muh. Idris. “Bayi Tabung dalam Pandangan Islam” Jurnal Al-„Adl Vol. XII No. 1 Januari 2019. h. 20
134
sel telur pada suatu firma, memberikan selnya dari salah satu organ tubuhnya
dan kemudian menitip calon anaknya pada rahim seorang wanita yang bisa
jadi telah disediakan oleh firmanya tersebut (Daulay, 2005: 42). Namun
kloning yang dilakukan tidaklah sesederhana itu tapi ia memiliki prosedur
dan mekanisme yang cukup rumit untuk dijelaskan, terutama bagi kaum non
eksakta dan non biologi.
tidak akan mempunyai ayah. Dan anak produk Kloning tersebut jika
dihasilkan dari proses pemindahan sel telur-yang telah digabungkan dengan
inti sel tubuh-ke dalam rahim perempuan yang bukan pemilik sel telur, tidak
pula akan mempunyai ibu. Sebab rahim perempuan yang menjadi tempat
pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi penampung, tidak lebih. Ini
merupakan tindakan menyia-nyiakan manusia, sebab dalam kondisi ini tidak
terdapat ibu dan ayah. Hal ini bertentangan dengan firman Allah SWT (QS.
Al-Hujuraat: 13)
d. tidak akan ada lagi rasa saling mencintai dan saling memerlukan
antara laki-laki dan perempuan;
109
Zainal Fadri, “Mengkaji Kloning Manusia dari Perspektik Hukum Kodrat” Jurnal AlAqidah:Jurnal Ilmu Aqidah Filsafat
Vo. 12 No. 2 Desember 2020. h. 81
136
110
Aman, “Kloning Manusia dan Masalah Sosial-Etik” Jurnal Dimensia Vol. 1 No. 1 Maret 2007. h. 9
137
Syariat Islam selalu menjunjung tinggi norma, etika, dan ikatan moral
luhur yang disepakati bersama, sebagaimana diketahui bersama bahwa Islam
sangat memperhatikan kesehatan dan kedokteran. Salah satu tujuan pokok
Islam adalah untuk memelihara jiwa (hifzun-nafs). Banyak ayat alqur‟an dan
hadits yang membicarakan pentingnya memelihara kesehatan diri dan
melarang melakukan hal-hal yang membahayakan diri.
Yang dimaksud dari kaidah ini adalah sesuatu yang pada hukum
asalnya ialah haram, tapi disebabkan ada kemudaratan, Dengan kata lain,
kemudaratan yang terjadi telah mengharuskan untuk memakan atau
menggunakan perkara-perkara yang diharamkan syarak. “Sebab jika ia tidak
138
Pertanyaan !!!
Adapun kata riba, secara etimologi diambil dari bahasa Arab yang
mempunyai makna Ziyadah yaitu tambahan, kelebihan, tumbuh, tinggi dan
naik. Selain itu riba juga bisa diartikan sebagai tambahan khusus yang
dimiliki dalam satu dari dua pihak yang terlibat tanpa ada imbalan tertentu.
Dalam pengertian lain secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan
membesar.
batil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam. mengenai hal
ini Allah SWT mengingatkan dalam firmannya:
َ ََّي َأُّيُّ َا َّ ِاَّل ٍَن أ ٓ َمٌُوا َْل ثَبِ ُ َُكوا َأ ْم َوامَ ُ ُْك تٌََُْ ُ ُْك ِبمْ َحا ِظلِ ا َّْل َأ ْن حَ ُك
َ َّ ون َِت ََار ًة َغ ْن حَ َر ٍاض ِمٌْ ُ ُْك ۚ َو َْل ثَ ْل ُذوُوا َأهْ ُف َس ُ ُْك ۚ ا َّن
اّل
ّ ّ
ََك َن ِج ُ ُْك َر ِحميًا
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”. (QS. An-Nisa‟: 29) 111
2. Jenis-Jenis Riba
Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua. Masing-masing
adalah riba utang-piutang dan riba jual-beli. Kelompok pertama terbagi lagi
menjadi riba qaradh dan riba Jahiliyyah. Adapun kelompok kedua, riba jual-
beli terbagi menjadi riba fadhl dan riba nasiah112.
c. Riba Fadhl, disebut juga riba buyu yaitu riba yang timbul akibat
pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kreteria sama
kualitasnya (mistlan bi mitslin), sama kuantitasnya (sawa-an bi
sawa-in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bi yadin).
Pertukaran seperti mengandung gharar yaitu ketidakjelasan bagi
kedua pihak akan nilai masing-masing barang yang dipertukarkan.
111
Abdurrohman Kasdi, Masail Fiqhiyyah, (Kudus: Nora Media Enterprise, 2011), h. 136-138
112
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia, 2007), h. 16-17
141
Tahap Kedua, riba digunakan sebagai suatu yang buruk. Allah SWT
mengancam akan memberi balasan yang keras kepada orang Yahudi yang
memakan riba. Terdapat dalam QS. An-Nisaa‟: 160-161
113
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 48-49.
142
orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An-Nisaa‟:
160-161)114.
Ayat ini turun pada tahun ke-3 Hijriyah. Secara umum, ayat ini harus
dipahami bahwa kriteria berlipat ganda bukanlah merupakan syariat dari
terjadinya riba (jikalau berlipat ganda maka riba, tetapi jikalau kecil bukan
riba), tetapi ini merupakan sifat umum dari praktik pembungaan uang pada
saat itu.
ِ َّ ) فَا ْن م َ ْم ث َ ْف َؼوُوا فَبِ َذهُوا ِِب َْر ٍب ِم َن۸۷۲( اّل َو َذ ُروا َما ت َ ِل َي ِم َن ّ ِامر َب ا ْن ُن ْي ُ ُْت ُم ْؤ ِم ٌِ َْي
اّل َ َّ ََّي َأُّيُّ َا َّ ِاَّل ٍَن أ ٓ َمٌُوا اث َّ ُلوا
ّ ّ
۸۷۲( ون َ ون َو َْل ث ُْظوَ ُم َ وهل ۖ َوا ْن ثُ ْخ ُ ُْت فَوَ ُ ُْك ُر ُء ُوس َأ ْم َوا ِم ُ ُْك َْل ث َْظ ِو ُم
ِ ِ ) َو َر ُس
ّ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka, jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka
ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan, jika kamu
bertobat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak
menganiaya, dan tidak pula dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 278-279). 115
114
M. Ali Hasan, Masail fiqhiyah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 80-81
115
Muhammad Syafi‟i Antonio, Op.Cit., h. 49-50
143
116
Heri Sudarsono, Op.Cit., h. 13
144
1. Asuransi Konvensional
Kata asuransi berasal dari kata Assurantie yang berasal dari bahasa
Belanda dan memiliki arti pertanggungan. Kemudian dalam bahasan inggris,
asuransi disebut juga insurance yang menurut Echols dan Shadly bermakna
(a) asuransi dan (b) jaminan. Menurut pengertian secara ekonomi, istilah
asuransi adalah suatu aransemen ekonomi yang mengurangi akibat yang
merugikan di masa akan datang disebabkan karena kemungkinan menyangkut
individu. Sedangkan asuransi dalam bahasa Arab disebut at-ta‟min, berasal
dari kata amanah yaitu memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman dan
bebas dari rasa sakit.117
117
Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 57.
148
118
Abdul Aziz Dahlan, et. Al, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), 138.
149
2. Asuransi Syari‟ah
Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, insurance, yang dalam
bahasa Indonesia telah menjadi bahasa populer dan diadopsi dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia dengan padanan kata “pertanggungan”. Echols dan
Shadilly memaknai kata insurance dengan (a) asuransi, dan (b) jaminan.
Dalam bahasa Belanda biasa disebut dengan istilah assurantie (asuransi) dan
verzekering (pertanggungan).
dan tidak ada rasa takut ataupun waswas dalam menjalani kehidupan, karena
ada pihak yang memberikan jaminan atau pertanggungan.
Bila kita melirik ke sejarah Islam, dari sisi praktik tentang dasar-dasar
takâful di antara sesama Muslim telah berlangsung. Misalnya, pada sistem
“aqila”, sebagaimana dipraktikkan antara Muslim Makkah (Muhajirin)
dengan Madinah (Anshar). Bantu membantu merupakan salah satu sikap yang
tampak diantara sikap-sikap baik lainnya memancar dari “Persaudaraan
Islam”.
3. Prinsip-Prinsip Asuransi
Berdasarkan hukum untuk mempertanggungkan suatu risiko berkaitan
dengan keuangan yang diakui secara sah oleh hukum, antara tertanggung dan
suatu yang dipertanggungkan dan dapat menimbulkan hak dan kewajiban
keuangan secara hukum. Ada beberapa prinsip-prinsip dalam asuransi,
yaitu119:
b. Utmost good faith, atau itikad baik dari kedua pihak, antara
tertanggung dan penanggung. Karena itu, hal yang sangat penting
bagi kedua belah pihak dalam prinsip ini adalah adanya informasi
yang benar dari masing-masing pihak. Artinya, informasi yang
diberikan tidak mengandung unsur kebohongan, penipuan dan
kecurangan. Di dalam bermuamalah hal tersebut dapat merusak
perjanjian (akad) karena dalam perjanjian muamalah satu sama lain
harus saling memenuhi akad atau perjanjian tersebut.
119
Zarqâ, Musthafâ Ahmad, al-Ta’mîm fî al-Islâm, (Syria: Mathba‟ah Jamiah Dimasq: tp, 1999), h. 200.
153
Prinsip dasar yang ada dalam asuransi syariah tidaklah jauh berbeda
dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomi Islam secara
komprehensif dan bersifat major, hal ini disebabkan karena kajian asuransi
Islam merupakan turunan dari konsep ekonomi Islam.
a. Tauhid (Unity)
Tauhid merupakan prinsip dasar dalam asuransi syariah.
Karena pada hakikatnya setiap muslim harus melandasi dirinya
dengan tauhid dalam menjalankan segala aktivitas kehidupannya,
tidak terkecuali dalam bermuamalah (baca ; berasuransi syariah).
Artinya bahwa niatan dasar ketika berasuransi syariah haruslah
berlandaskan pada prinsip tauhid, mengharapkan keridhaan Allah
SWT.
154
b. Keadilan (Justice)
Prinsip kedua yang menjadi nilai-nilai dalam
pengimplementasian asuransi syariah adalah prinsip keadilan.
Artinya bahwa asuransi syariah harus benar-benar bersikap adil,
khususnya dalam membuat pola hubungan antara nasabah dengan
nasabah, maupun antara nasabah dengan perusahaan asuransi
syariah, terkait dengan hak dan kewajiban masing-masing.
Asuransi syariah tidak boleh menzalimi nasabah dengan hal-hal
yang akan menyulitkan atau merugikan nasabah.
e. Amanah
Hal ini dapat terwujud dalam nilai-nilai akuntabilitas
(pertanggungjawaban) perusahaan tiap periode, amanah juga
melekat pada nasabah asuransi dimana seseorang yang menjadi
nasabah asuransi berkewajiban menyampaikan informasi yang
benar berkaitan dengan pembayaran premi dan tidak memanipulasi
kerugian yang dideritanya.
f. Kerelaan
Dalam transaksi apapun, aspek saling meridhai harus selalu
menyertai. Nasabah ridha dananya dikelola oleh perusahaan
asuransi syariah yang amanah dan profesional. Dan perusahaan
asuransi syariah ridha terhadap amanah yang diembankan nasabah
dalam mengelola kontribusi (premi) mereka. Demikian juga
nasabah ridha dananya dialokasikan untuk nasabah-nasabah lainnya
yang tertimpa musibah, untuk meringankan beban penderitaan
mereka. Dengan prinsip inilah, asuransi syariah menjadikan saling
tolong menolong memiliki arti yang luas dan mendalam, karena
156
g. Larangan Riba
Dalam asuransi diharamkan adanya unsur riba. Ar-riba,
makna asalnya adalah bertumbuh, bertambah dan subur. Adapun
pengertian tambahan dalam konteks riba ialah tambahan uang atas
modal yang diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan oleh
syar‟a.
a. Dalil Alquran
158
c. Ijtihad
Ada baiknya, kita mengutip pandangan ulama Islam
terhadap eksistensi asuransi pada masa-masa awal sehingga
melahirkan satu konsep yang disebut dengan asuransi takaful.
Tujuannya sama dengan asuransi, namun beda dalam banyak
praktik dan teori. Yang paling mengemuka dari pendapat-pendapat
tersebut terbagi tiga, yaitu: pertama, Mengharamkan. Asuransi itu
162
Pertanyaan !!!
Abdat, Abdul Hakim bin Amir. 2016. Hukum Tahlilan (Selamatan Kematian) Menurut
Empat Madzhab dan Hukum Membaca Al-Qur‟an Untuk Mayit Bersama
Imam Asy-Syafi‟i. Jakarta: Maktabah Mu‟awiyah bin Abi Sufyan.
Agustina, Nalisa. Penetapan Kewarisan Bagi Transgender Ditinjau Dari Hukum Islam.
Skripsi. Palembang: Universitas Islam Negeri Raden Fatah, 2016.
Al-Husaidi, Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad. 2003. “Ki Fatul Akhyar“.
Surabaya : Bina Iman.
Ali, Hasan. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta: Kencana. 2004
Ali, Sidin, dan Khaeruddin, Evaluasi Pembelajaran, (Makassar: Badan Penerbit UNM,
2012.
Al-Sayis, Muhammad „Alî. 1953. “Tafsîr Âyât al-Ahkâm”. Mesir: Muhammad „Alî
Shubhî wa Auladuh.
Aman, “Kloning Manusia dan Masalah Sosial-Etik” Jurnal Dimensia Vol. 1 No. 1
Maret2007
Amin, Ma‟ruf. Himpunan Fatwa Majlis Ulama‟ Indonesia Sejak 1975. Jakarta: Erlangga,
2011.
Anonim. Tafsir Ayat Pilihan Al-Haramain: Al-Qur'an Terjemahan dan Tajwid Berwarna.
(Bandung: Cordoba, 2012).
Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press. 2001. h. 48-49
Arfaj, Abdul Ilah bin Husain Al. 2013. Konsep Bid‟ah dan Toleransi Fiqih. Jakarta: Al-
I‟tishom.
Arvan, Abu Muawiah Muhammad. 2012. Siapa Bilang Perayaan Maulid Nabi Bid‟ah?.
Bogor: Khazanah Islamiah.
140
Az-Zailay, Tabyin Al-Haqaiq Syah Kanzu Ad-Daqaiq, Beirut : Daar Al-Ma‟rifah, t.th.
Dahlan, Abdul Aziz et. al. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
1996
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai
Pustaka Cet. IV, 1995.
Fazzan. “Korupsi Di Indonesia Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam”. Jurnal Ilmiah
ISLAM FUTURA Vol. 14. No. 2, Februari 2015.
Hafiyah, Evie Nurlyta. 2014. “Mengapa Bom Bunuh Diri?”. Jurist-Diction Vol. 4 No. 1
Hasan, M. Ali. Masail Fiqhiyah. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1996. h. 80-81
Hifdzil Alim Dkk. Jihad NU Melawan Korupsi. Jakarta: Lakpesdam PBNU Lembaga
Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama, 2016.
Idris, Muh. “Bayi Tabung dalam Pandangan Islam” Jurnal Al-„Adl Vol. XII No. 1
Januari2019
Ilham Muhammad, Nikah Beda Agama dalam Kajian Hukum Islam dan Tatanan Hukum
Nasional, Jurnal Syariah dan Hukum Vol. 2, No. 1, Riau: 2020.
141
Iqbal Mahfudh, Nur. “Hukum Pidana Islam Tentang Korupsi”. In Right Jurnal Agama
dan Asasi, Vol. 6, No. 2, Mei 2017, h.256.
Irawan, Andre. Pandangan Hukum Islam Tentang Operasi Keperawanan Sebagai Alasan
Untuk Memperlancar Pernikahan. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2016.
Jaenal Arifin, “Fiqih Hisab Rukyah Di Indonesia ,Telaah Sistem Penetapan Awal Bulan
Qamariyyah” 2014.
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. 2015. Yasinan. Bogor: Media Tarbiyah.
Junaid, Hamzah. 2013. “Pergerakan Terorisme Dalam Persfektif Barat Dan Islam”.
Pendidikan Agama Islam. Vol. 8 No. 2.
Kamarudin. 2008. ”JIHAD DALAM PERSPEKTIF HADIS”. Jurnal Hunafa. Vol. 5 No.
1. April 2008.
Kasdi, Abdurrohman. Masail Fiqhiyyah. Kudus: Nora Media Enterprise. 2011. h. 136-
138
Kemenag RI, Buku Saku Hisab Rukyat, Sub Direktorat Pembinaan Syariah dan Hisab
Rukyat, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Tanggerang:2013.
Kusuma Putri, Dewi. Tafsir Makna Kekerabatan dan Nepotisme Dalam al-Qur‟an.
Skripsi: UIN Jakarta, 2022.
Mahmudah Fadhliyatun AS, Jurnal Peranan Hisab Urfi dan Hisab Hakiki Dalam
Penentuan Awal Bulan Qamariyah , UIN Alauddin Makassar: 2012.
Maliki, Muhammad bin Alawi Al. 2007. Wajibkah Memperingati Maulid Nabi Saw?.
Surabaya: Cahaya Ilmu.
142
Mustofa, Imam. 2017. “Kajian Fikih Kontemporer: Jawaban Hukum Islam atas Berbagai
Problem Kontekstual Umat”. Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta.
Nailul Roja, Luluatu. “Analisis Memadu Hukum Islam dan Hukum Nasionl Mengenai
Korupsi Di Indonesia”. Diktum: Jurnal Syariah dan Hukum, Volume 18
Nomor 2 Desember 2020.
Nasution Syamruddin, Pernikahan Beda Agama dalam Al-Qur‟an, Yayasan Pusaka Riau:
2011.
Noviyanti, Erlina, dkk, Penerapan Penilaian Beracuan Patokan dan Beracuan Norma
pada Pelajaran Bahasa Indonesia di SDN 1 Wana, Jurnal Pendidikan dan
Dakwah, Vol. 2, No. 2, Mei 2020.
Pangastuti, Ratna, Penilaian Acuan Norma, Penilaian Acuan Patokan, Kriteria Ketuntasan
Minimal di Madrasah Ibtidaiah An-Nur Plus Junwangi Krian Sidorajo Jawa
Timur, Surabaya: UIN Sunan Ampel.
Rakhmadi Arwin Juli, Problematika Penentuan Awal Bulan Diskursus Antara Hisab dan
Rukyat, Malang: Madani
Saini, Ibnu. 2014. Benarkah Shalahuddin Al-Ayyubi Merayakan Maulid Nabi. Jakarta:
Maktabah Mu‟awiyah bin Abi Sufyan.
Saldi, Rafli. Analisis Korupsi dan Dampaknya (Telaah Atas Hukum Islam). Makassar,
2017.
143
Shalabi, Ali Muhammad Ash. 2013. Shalahuddin Al-Ayyubi. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.
Sidawi, Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As. 2012. Hukum Tahlilan (Selamatan
Kematian) dan Perayaan Haul (Ulang Tahun Kematian). Bogor: Media
Tarbiyah.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta: Ekonisia. 2007. h. 16-17
Sufiati, Perkawinan Beda Agama Dalam Perspektif Islam Dan Kompilasi Hukum Islam
(KHI), Universitas Muhammadiyah Makasar 2022.
T. Dhiauddin, Kajian Akurasi Arah Kiblat Kota Medan, Metode Dan Solusi,
Medan:2018, Perdana Publishing 1999
Waskito, AM. 2014. Pro dan Kontra Maulid Nabi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Witrin Gamayanti, Witrin. 2014. “Usaha Bunuh Diri Berdasarkan Teori Ekologi
Bronfenbrenner”. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol.1 No. 2.
Yusuf, Nasruddin. 2003. “Fatwa Fiqih Jinayah : Bom Bunuh Diri”. Jurnal Al-Syir‟ah
Vol. 1. No. 2.
Zarqâ, Musthafâ Ahmad. al-Ta‟mîm fî al-Islâm. Syria: Mathba‟ah Jamiah Dimasq: t.p.
Ali Atabik, Ahmad Muhdlor Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
Yogyakarta: 2015 Multi Karya Grafika
144
Zuhdi Masjfuk, Pencangkokan Organ tubuh dalam Masaail Fiqhiyah (Jakarta: haji mas
agung, 1993).
Zuhdi, Masjfuk. Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam.Jakarta: Haji Masagung,
1994.