Anda di halaman 1dari 57

METODE HISAB

&
KRITERIA WAKTU
SUBUH
Adi Damanhuri
OUTLINE
• Sistem Bumi-Bulan-Matahari
• Siklus Sideris-sinodik
Metode Hisab dalam •

Sistem Koordinat
Jenis-jenis Hisab
Muhammadiyah • Implementasi Hisab
Muhammadiyah
• Kalender Islam Global

• Fenomena Alam Tanda Waktu


Subuh
Kriteria Awal Waktu • Teknik Pengamatan
Subuh • Teknik Analisa Awal Waktu
Subuh
• Hasil Munas Tarjih ke-XXI
SISTEM BUMI-BULAN-MATAHARI

Matahari Bulan Bumi

Mass: 1,98847 x 1030 kg Mass: 7,47367309 x 1022 kg Mass: 5,9722 x 1024 kg


Diameter: 1.392.700 km Diameter: 3.474,8 km Diameter: 12.742 km
Radius: 696.340 km Radius: 1.737,4 km Radius: 6.371 km
Distances: 149.600.000 km Distances: 384,400 km Distances: -

Istilah-istilah:
- Revolusi Bumi,
- Rotasi Bumi,
- Ekuator,
- Ekliptika,
- Aphelion-Perihelion,
- Apogee-Perigee,
- Siklus Bulan: Sideris, Sinodis
IMPLIKASI SISTEM BUMI-BULAN-MATAHARI
SIDERIS VS SINODIS

1) Dari nomor 1 ke nomor 2 disebut siklus


sideris, yaitu siklus dimana Bulan telah
menempuh satu putaran orbitnya, lama siklus
sideris Bulan adalah 27.32158 atau 27 hari 7
jam 43 menit 4,512 detik
2) Dari nomor 1 ke nomor 3 disebut siklus
sinodis, yaitu siklus antara konjungsi ke
konjungsi berikutnya, lama siklus sinodis
Bulan adalah 29.53049 atau 29 hari 12 jam
43 menit 54,336 detik
SISTEM KOORDINAT

SISTEM KOORDINAT SISTEM KOORDINAT SISTEM KOORDINAT


HORIZONAT EKUATORIAL AKLIPTIKAL
Sistem Koordinat Horizontal (SKH)

1. Lingkaran primer dalam SKH adalah lingkaran


Horizon.
2. Lingkaran Horizon merupakan hasil
perpotongan bidang Horizon dengan Bola
langit.
3. Titik kutub lingkaran Horizon adalah titik Zenit
(Z) dan titik Nadir (N).
4. Dalam SKH, posisi benda langit (*)
digambarkan dalam Azimuth dan Altitude.
5. Azimut adalah bujur SKH, yang diukur dari
arah utara ke posisi * sepanjang horizon
melewati arah timur.
Az. : Azimut, Alt. : Altitude (tinggi) 6. Altitude/tinggi (h) adalah tinggi * dari bidang
Z : Zenit, N : Nadir horizon. Positif (+) untuk diatas bidang
U : Utara, S : Selatan
horizon, dan negatif (-) untuk dibawah bidang
T : Timur, B : Barat
horizon.
Sistem Koordinat Horizontal (SKH)
HISAB
• Seperti kata hilal, kata “hisab” juga sering muncul di awal bulan
Ramadan dan syawal, Kata hisab berarti perhitungan

• Dalam al Qur;an kata hisab juga memiliki arti lain seperti : batas,
hari kiamat, dan tanggung jawab

• Secara harfiah berarti Perhitungan

• Dalam al Qur’an kata hisab digunakan untuk menjelaskan hari


perhitungan (yaumul hisab),

• Kata “hisab” muncul dalam al Qur’an sebanyak 37 kali, yang


kesemuanya berarti “perhitungan”

• Secara istilah, hisab diartikan perhitungan untuk mengetahui


(menentukan) waktu-waktu ibadah, dalam arti perhitugan waktu
dan arah untuk pelaksanaan ibadah dengan menggunakan Arah
formula-formula dan kaidah matematis yang menggambarkan Kalender
Kiblat
posisi geometris serta perilaku alam semesta, khususnya posisi Waktu
Bumi-Bulan-Matahari. Shalat
NAMA-NAMA BULAN KALENDER
ISLAM
1. Muharram 7. Rajab
2. Safar 8. Sha'ban
3. Rabi’ al-awwal (Rabi’ I) 9. Ramadan
4. Rabi’ al-thani (Rabi’ II) 10. Shawwal
5. Jumada al-awwal (Jumada I) 11. Dhu al-Qi'dah
6. Jumada al-thani (Jumada II) 12. Dhu al-Hijjah

• Menurut Tantawi al-Jauhari dalam Azhari (2007) nama – nama bulan Islam yang
sekarang diadopsi berasal dari zaman Kilab bin Murrah salah satu kakek Nabi
Muhammad saw.
• Nama-nama bulan Islam itu adalah :
(1) Muharram (bulan yang disucikan), (2) Safar (bulan yang dikosongkan), (3) Rabi’ul
awal (musim semi pertama), (4) Rabi’ul akhir (musim semi kedua), (5) Jumadil awal
(musim kering pertama), (6) Jumadil akhir (musim kering kedua), (7) Rajab (bulan
pujian), (8) Sya’ban (bulan pembagian), (9) Ramadhan (bulan yang sangat panas), (10)
Syawal (bulan untuk berburu), (11) Dzulkaedah (bulan istirahat) dan (12) Dzulhijjah
(bulan ziarah).
Q.S. AT-TAUBAH: 36

َ ِ‫ض ِم ْنهَٓا اَرْ بَ َعةٌ ُح ُر ٌم ٰۗذل‬


‫ك‬ ْ‫ر‬َ ‫اْل‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ت‬ ٰ
‫و‬ ‫َّم‬
ٰ ‫س‬ ‫ال‬ ‫ق‬
َ َ ‫ل‬‫خ‬َ ‫م‬ ‫و‬
ْ ‫ي‬ ‫ش ْهرا في ك ٰتب هّٰللا‬
َ ‫ر‬ ‫ش‬
َ ‫ع‬
َ ‫ا‬َ ‫ن‬‫ث‬ْ ‫ا‬ ‫ا َّن ع َّدةَ ال ُّشه ُْور ع ْن َد هّٰللا‬
َ َ ِ َ َ ِ ِ ِ ْ ِ ً َ ِ ِ ِ ِ ِ

‫ظ ِل ُم ْوا ِف ْي ِه َّن اَ ْنفُ َس ُك ْم َوقَاتِلُوا ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َك ۤافَّةً َك َما يُقَاتِلُ ْونَ ُك ْم َك ۤافَّةً ۗ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن هّٰللا َ َم َع‬
ْ َ‫ال ِّدي ُْن ْالقَيِّ ُم ەۙ فَاَل ت‬

‫ْال ُمتَّقِي َْن‬

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz)
pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang
lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik
semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang bertakwa”

Sumber: Terjemah Kemenag 2019


MACAM-MACAM HISAB

HISAB URFI & HISAB HAKIKI


HISAB URFI

• Adalah sistem perhitungan kalender yang


ditetapkan secara konvensional
• Sistem hisab ini dimulai sejak ditetapkan
oleh khalifah Umar bin Khattab R.A. (17
H) sebagai acuan untuk menyusun
kalender Islam abadi
• Pendapat lain menyebutkan bahwa
kalender ini dimulai pada tahun 16 H
atau 18 H, akan tetapi lebih masyhur
tahun 17 H
• Sistem hisab ini tak ubahnya seperti
kalender Masehi dimana bilangan hari
pada tiap-tiap bulan berjumlah tetap
kecuali bulan tertentu pada tahun-tahun
tertentu
KARKATERISTIK KALENDER URFI
• Awal tahun pertama Hijriah (1 Muharam 1 H) bertepatan dengan hari
Kamis, 15 Juli 622 M,
• Satu periode (daur) membutuhkan 30 tahun
• Dalam satu periode (30 tahun) terdapat 11 tahun panjang (kabisat) dan 19
tahun pendek (basitat), untuk menentukannya digunakan syair :

‫كف الخليل كفه ديا نه عن كل خل حبه فصا نه‬


• Tiap huruf yang ber-”titik” menunjukkan tahun kabisat dan tahun tidak ber-
titik menunjukkan tahun basitat.
• Dengan demikian tahun kabisat : 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, 29
Contoh :
• Tahun 1417 H, mempunyai :
1417 : 30 = 47 daur sisa 7 tahun
Jadi, 1417 H adalah tahun kabisat

• Penambahan satu hari pada tahun kabisat diletakkan pada bulan


ke-12 (Zulhijjah)
• Bulan-bulan gasal umurnya 30 hari,
• Bulan-bulan genap umurnya 29 hari (kecuali pada tahun kabisat
bulan terakhir berjumlah 30 hari)
• Panjang periode 30 tahun adalah 10.631 hari :
Jumlah Hari dalam Setahun Hisab Urfi
Nama Bulan Basit Kabisat
355 hari x 11 = 3.905 Muharram 30 30
Safar 29 29
354 hari x 19 = 6.726 +
Rabi'ul Awal 30 30
10.631 hari Rabi'ul Akhir 29 29
Jumadal Ula 30 30
Jumadal Akhirah 29 29
• Periode sinodis Bulan rata-rata = 29,5305888 hari : Rajab 30 30
29,5305888 x 12 x 30 = 10.631,01204 hari
Sya'ban 29 29
Ramadhan 30 30
Syawal 29 29
Dzulkaedah 30 30
Dzulhijjah 29 30
Jumlah Hari 354 355
MUHARRAM DZULKAEDAH
 BULAN ISLAM KE 1  BULAN ISLAM KE 11
 AWAL MUHARRAM = HARI KE 1  AWAL Dzulkaedah = HARI KE 296
 AKHIR MUHARRAM = HARI KE 30  AKHIR Dzulkaedah = HARI KE 325
 DALAM HISAB URFI BULAN MUHARRAM
SELALU TERDIRI DARI 30 HARI  DALAM HISAB URFI BULAN Dzulkaedah SELALU
TERDIRI DARI 30 HARI
 Hari Besar : 1 Muharram = Tahun Baru Islam

Muharram Hari ke Muharram Hari ke Muharram Hari ke Dzulkaedah Hari ke Dzulkaedah Hari ke Dzulkaedah Hari ke
1 1 11 11 21 21 1 296 11 306 21 316
2 2 12 12 22 22 2 297 12 307 22 317
3 3 13 13 23 23 3 298 13 308 23 318
4 4 14 14 24 24 4 299 14 309 24 319
5 5 15 15 25 25 5 300 15 310 25 320
6 6 16 16 26 26 6 301 16 311 26 321
7 7 17 17 27 27 7 302 17 312 27 322
8 8 18 18 28 28 8 303 18 313 28 323
9 9 19 19 29 29 9 304 19 314 29 324
10 10 20 20 30 30 10 305 20 315 30 325
DZULHIJJAH
BULAN ISLAM KE 12
AWAL Dzulhijjah = HARI KE 326
AKHIR Dzulhijjah = HARI KE 354 atau 355
DALAM HISAB URFI BULAN Dzulhijjah TERDIRI DARI 30 HARI untuk tahun Kabisat atau 29 hari untuk tahun Basit
Hari besar : 10 Dzulhijjah = Idul Adha

TAHUN BASITAT (TAHUN TAHUN KABISAT (TAHUN


PENDEK) PANJANG)

Dzulhijjah Hari ke Dzulhijjah Hari ke Dzulhijjah Hari ke Dzulhijjah Hari ke Dzulhijjah Hari ke Dzulhijjah Hari ke

1 326 11 336 21 346 1 326 11 336 21 346


2 327 12 337 22 347 2 327 12 337 22 347
3 328 13 338 23 348 3 328 13 338 23 348
4 329 14 339 24 349 4 329 14 339 24 349
5 330 15 340 25 350 5 330 15 340 25 350
6 331 16 341 26 351
6 331 16 341 26 351
7 332 17 342 27 352
7 332 17 342 27 352
8 333 18 343 28 353
8 333 18 343 28 353
9 334 19 344 29 354
9 334 19 344 29 354
10 335 20 345
10 335 20 345 30 355
MODEL HISAB URFI
MODEL ULUGH BEG MODEL UTSMANI MODEL FATHIMIYAH MODEL HABASH AL
(ABAD 15 M) HASIB

• Pada tahun Kabisat terdiri • Pada tahun Kabisat terdiri • Pada tahun Kabisat terdiri • Pada tahun Kabisat terdiri
dari 355 hari dan bulan dari 355 hari dan bulan dari 355 hari dan bulan dari 355 hari dan bulan
Dzulhijjah terdiri dari 30 Dzulhijjah terdiri dari 30 Dzulhijjah terdiri dari 30 Dzulhijjah terdiri dari 30 hari.
hari. hari. hari.
• Dalam 30 tahun terdapat 11
• Dalam 30 tahun terdapat 11 • Dalam 30 tahun terdapat 11 • Dalam 30 tahun terdapat 11 tahun Kabisat dan 19 tahun
tahun Kabisat dan 19 tahun tahun Kabisat dan 19 tahun tahun Kabisat dan 19 tahun Basit.
Basit. Basit. Basit.
• Bila H adalah tahun Hijriah
• Bila H adalah tahun Hijriah • Bila H adalah tahun Hijriah • Bila H adalah tahun Hijriah maka tahun Hijriah Kabisat
maka tahun Hijriah Kabisat maka tahun Hijriah Kabisat maka tahun Hijriah Kabisat ditentukan sebagai berikut:
ditentukan sebagai berikut: ditentukan sebagai berikut: ditentukan sebagai berikut:
• S = Frac (H / 30) * 30, bila S
• S = Frac (H / 30) * 30, bila • S = Frac (H / 30) * 30, bila • S = Frac (H / 30) * 30, bila = 2, 5, 8, 11, 13, 16, 19, 21,
S = 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, S = 2, 5, 7, 10, 13, 16, 18, S = 2, 5, 8, 10, 13, 16, 19, 24, 27 dan 30 maka H adalah
21, 24, 26 dan 29 maka H 21, 24, 26 dan 29 maka H 21, 24, 27 dan 29 maka H tahun Kabisat
adalah tahun Kabisat adalah tahun Kabisat adalah tahun Kabisat
Model Tahun Kabisat Daur 30 tahun
 Urutan Tahun Model 1: Ulugh Beg Model 2: Utsmani Model 3: Fathimiyah Model 4: Habash al Hasib
1        
2 2 2 2 2
3        
4        
5 5 5 5 5
6        
7 7 7    
8     8 8
9        
10 10 10 10  
11       11
12        
13 13 13 13 13
14        
15 15      
16   16 16 16
17        
18 18 18    
19     19 19
20        
21 21 21 21 21
22        
23        
24 24 24 24 24
25        
26 26 26    
27     27 27
28        
29 29 29 29  
30       30
HISAB HAKIKI
Hisab hakiki adalah metode penentuan awal bulan kamariah yang
dilakukan dengan menghitung gerak faktual (sesungguhnya) Bulan di
langit sehingga bermula dan berakhirnya bulan kamariah mengacu pada
kedudukan atau perjalanan Bulan benda langit
tersebut

Wujudul Hilal IR MABIMS (2-3-8) IR Jakarta 2017 (3-6,4) Kalender Islam Global

1. Terjadi konjungsi 1. Tinggi hilal minimal 2° 1. Tinggi hilal minimal 3° KIG Hasil Turki 2016
2. Konjungsi terjadi sebelum 2. Elongasi minimal 3° 2. Elongasi minimal 6,4°
Matahari terbenam 3. Umur Bulan miniml 8 jam
3. Saat Matahari terbenam,
Bulan diatas ufuk
HISAB MUHAMMADIYAH

Munas Tarjih ke-26


5-9 Syakban 1424H/1-5 Oktober 2003M Munas Tarjih 27
Padang-Sumatera Barat 16-19 Rabiul Akhir 1431H/1-4 April 2010M
Malang-Jawa Timur
(1) Hisab = Rukyat
(2) Hisab: Hisab Hakiki dengan kriteria Wujudul Hilal
(WH) Pedoman Hisab Muhammadiyah
(3) Wilayatul Hukmi (Indonesia),
(4) Garis Batas WH membelah wilayah Indonesia, maka
kewenangan menetapkan diserahkan kepada PP.
Muhammadiyah
HISAB HAKIKI WUJUDUL HILAL
Dalam Hisab Hakiki Wujudul Hilal yang dipedoman
oleh Muhammadiyah, bulan baru dimulai apabila
memenuhi kriteria secara menyeluruh, kriterianya
adalah:
(1) Telah terjadi ijtimak atau kinjungsi,
(2) Ijtimak terjadi sebelum Matahari terbenam, dan
(3) Pada saat terbenamnya Matahari, piringan atas
Bulan berada di atas ufuk.

Bulan
Matahari
IMPLEMENTASI

(1) Telah terjadi ijtimak atau kinjungsi,


(2) Ijtimak terjadi sebelum Matahari terbenam, dan
(3) Pada saat terbenamnya Matahari, piringan atas Bulan berada
di atas ufuk.
IMPLEMENTASI (LANJUTAN…)

(1) Telah terjadi ijtimak atau kinjungsi,


(2) Ijtimak terjadi sebelum Matahari terbenam, dan
(3) Pada saat terbenamnya Matahari, piringan atas Bulan berada
di atas ufuk.
PROBLEM

Berdasarkan Putusan Munas Tarjih ke-26, pada poin 4 dinyatakan:


“Apabila Garis Batas Wujudul Hilal pada awal bulan qaamariyah tersebut di atas membelah wilayah
Indonesia, maka kewenangan menetapkan awal bulan tersebut diserahkan kepada Kebijakan Pimpinan
Pusat Muhammadiyah”
KALENDER ISLAM GLOBAL

Internal Muhammadiyah: Kongres Penyatuan Kalender Internasional


Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015 (Hijri Calendar Unity Congress)
28-30 Mei 2016 di Istanbul Turki
Rekomendasinya adalah tentang kalender Islam, 1) Bulan baru masuk apabila di bagian manapun di
yang berbunyi: muka Bumi sebelum Pkl. 00.00 UT telah
“Berdasarkan kenyataan itulah maka memenuhi IR Global yaitu elongasi minimal 8°
Muhammadiyah memandang perlu untuk adanya dan ketinggian Bulan diatas ufuk saat Matahari
upaya penyatuan kalender hijriyah yang berlaku terbenam minimal 5°,
secara internasional, sehingga dapat memberikan 2) Bulan baru akan tetap masuk walau kriteria IR
kepastian dan dapat dijadikan sebagai kalender global terpenuhi setelah Pkl. 00.00 UT dengan
transaksi. Penyatuan kalender Islam tersebut syarat:
meniscayakan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan a) IR Global terjadi di manapun di muka Bumi
teknologi” dan konjungsi terjadi sebelum waktu fajar di
New Zealand,
b) IR Global terpenuhi (sebagaimana pada huruf
a) terjadi di daratan benua Amerika
PRINSIP-PRINSIP KALENDER

Penerimaan terhadap hisab,

Transfer hasil,

Kesatuan mathla’,

Keselarasan hari yaitu satu hari satu tanggal di seluruh dunia,

Penerimaan garis tanggal, dan

Kalender digunakan untuk kegiatan sipil dan ibadah

Sumber: MTT PP Muhammadiyah


KRITERIA AWAL WAKTU SUBUH
HISAB AWAL WAKTU
SHALAT
• “Perhitungan waktu merupakan penerjemahan posisi
Matahari pada saat-saat tertentu . . .” (Arwin Juli, 2014)
• “Istilah awal waktu shalat merupakan hasil ijtihad para
‘ulama ketika menafsirkan ayat-ayat Qur’an dan Hadits
yang berkaitan dengan waktu shalat...” (Susiknan
Azhari, 2007)
• “Menentukan awal waktu shalat, pada dasarnya adalah
menentukan posisi Matahari pada waktu yang telah
ditentukan (Qur’an dan Hadits) pada tempat tertentu...”
(Ahmad Izzan, 2013)
• “Hisab waktu adalah menentukan kedudukan Matahari
sehingga dapat diketahui kedudukan Matahari pada bola
langit di saat-saat tertentu...” (Maskufa, 2010)
DATA YANG DIBUTUHKAN DALAM
PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT :

• Data Astronomis :
• Posisi Matahari,
• Tinggi Matahari,
• Jarak zenit,

• Fenomea awal fajar :


• Matahari terbit,
• Matahari melintas meridian,
• Matahari terbenam,
• Dan akhir senja
LANDASAN WAKTU
SUBUH

• Fenomen awal waktu subuh hampir sama


dengan awal waktu ‘Isya,
• Untuk ‘Isya ditandai dengan terlihatnya
bintang-bintang di langit atau ketika hilangnya
mega merah di ufuk Barat, atau perubahan dari
terang ke gelap,
• Untuk waktu Subuh kebalikan dari waktu ‘Isya,
yaitu mulai surutnya cahaya bintang-bintang di
langit, atau perubahan dari gelap ke terang
• Praktisnya, pada saat zenit Matahari hari 90º +
standar waktu Subuh, untuk Indonesia standar
yang digunakan adalah 20º dibawah horizon,
jadi jarak zenitnya menjadi 90º + 20º = 110º
FAJAR SHADIQ & FAJAR KADZIB

ASTRONOMI
SUBUH

| 𝜆𝑡 − 𝜆 𝑧|
𝑊𝑎𝑘𝑡 𝑢𝑆𝑢𝑏𝑢h =12.00 − 𝑒 − 𝑡 ± +𝑖
15

sin h
cos 𝑡 =− tan 𝜑 tan 𝛿 +
cos 𝜑 cos 𝛿
STANDAR YANG SUDAH ADA

Organisasi h Negara
University of Islamic -18° Pakistan, Bangladesh,
Science Karachi India, Afghanistan, dan
sebagian Eropa
Islamic Science of North -15° Kanada dan sebagian
America (ISNA) Amerika Serikat
Muslim World League -18° Eropa Timur dan sebagian
Amerika Serikat
Ummul Qura Committee -19° Semenanjung Arabia

Egyptian General -19.5° Afrika, Siria, Irak, dan


Authority of Survey Lebanon
Malaysia -19.5° Malaysia

Indonesia -20° Indonesia


ISU AWAL WAKTU
SUBUH
Agustus 2016, di Pusat Atrjih UAD

November 2016, UHAMKA

Majalah Qiblati (2010)


2010 Mei 2017, UHAMKA
| 𝜆𝑡 − 𝜆 𝑧|
𝑊𝑎𝑘𝑡 𝑢𝑆𝑢𝑏𝑢h =12.00 −𝑒 − 𝑡 ± +𝑖
15

sin h
cos 𝑡 =− tan 𝜑 tan 𝛿+
cos 𝜑 cos 𝛿

Q.S:
an-Nisa:103, al-Isra:78, al-
Takwir:18, al-Baqarah:182 Qur’an, Hadis, Ijma’
Hadis: ada 8 hadis

SINKRON
FENOMENA ALAM
TEKNIK PENGAMATAN

Mengamati awal Mendeteksi hadirnya


waktu subuh cahaya fajar

Bagi para peneliti awal waktu salat subuh, dapat


dilakukan pengamatan dengan berbagai cara,
diantaranya:
(1)Dengan mata telanjang,
(2)Dengan kamera DSLR, dan
(3)Dengan alat fotometri
INSTRUMEN PENGAMATAN

SQM adalah instrumen yang diproduksi oleh Unihedron dari Kanada, dan
digunakan untuk mengambil data-data ilmiah dan penelitian yang berkaitan
dengan:
 Perbandingan kuantitatif kecerlangan langit untuk lokasi-lokasi pengamatan
astronomi,
 Pencatatan evolusi dari polusi cahaya,
 Monitoring kecerlangan langit dalam rentang waktu tertentu untuk data
pengamatan astronomi,
SKY QUALITY METER  Penentuan malam yang pas untuk pengamatan objek-objek langit tertentu,
(SQM)  Kalibrasi kecerlangan langit dengan perhitugan kualitatif, seperti Bortle Scale
atau NELM (Naked Eye Limiting Magnitude)
 Investigasi hubungan antara kecerlangan langit dengan siklus Mataharii, atau
dengan aktifitas bintik Matahari dari bulan ke bulan,
 Membantu peneliti kura-kura laut khususnya terkait perilaku reaksi kura-kura
terhadap cahaya buatan manusia seperti cahaya lampu dan lain-lain,
 Penelitian kesesuaian kicau burung dengan kehadiran cahaya fajar,
OUTPUT DATA PENGAMATAN
Dengan Kamera All-Sky

Dengan SQM
ANALISIS DATA

Metode Solver Data Pantai Krakal, Wonosari Beberapa metode yang


Yogyakarta, 20 Juli 2018
ada:
23
22
21
Data SQM

Solusi: x = mean * 3 stdev


Model
1) Metode gradien,
20
19
18
hasil dip = -18,29126⁰ 2) Metode Moving
17
16
average,
15
3) Metode polynomial,
MPSAS

14
13
12
11
4) Metode “solver”,
5) Image Processing
10
9
8
7
6
5
4
-2 -2 -2 -2 -2 -2 -2 -2 -2 -2 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

Dip Matahari
CONTOH: METODE MOVING AVERAGE
CONTOH: METODE MOVING AVERAGE

𝑌 𝑛+1 −𝑌 𝑛 𝑌 18 −𝑌 17 17,18 −17,19


𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒= = = =− 0,01
𝑋 𝑛+1 − 𝑋 𝑛 𝑋 18 − 𝑋 17 18 −17
CONTOH: METODE POLINOMIAL
• Fungsi polinomial adalah fungsi atau pernyataan matematika yang melibatkan jumlahan perkalian
pangkat dalam satu atau lebih variabel dengan koefisien. Ekspresi umum dari fungsi polinomial
seperti diperlihatkan di bawah ini:

• Dengan ( , , , dan ) adalah konstanta yang merupakan bilangan real atau kompleks, dengan dan n
adalah bilangan bulat non-negatif.
• Sedangkan pangkat tertinggi dari fungsi polinomial menunjukkan orde atau derajat fungsi tersebut.
Misalnya, seperti ditunjukkan oleh persamaan dibawah ini:

• Pangkat tertinggi dari variabel x-nya adalah pangkat 5 (lima) artinya persamaan diatas merupakan
fungsi polinomial berderajat 5 atau orde 5. Dan turunan dari fungsi polinomial mengikuti aturan
seperti ditunjukkan oleh rumus ( 16 ). Maka jika rumus ( 14 ) turunannya menjadi seperti rumus:

• Dan turunan keduanya adalah:

• Penggunaan metode polinomial dalam pengamatan dan penelitian awal waktu subuh adalah untuk
menentukan titik belok (turning point). Dengan mencari akar persamaan turunan kesatu, lalu akar-
akar turunan kesatu dimasukkan ke persamaan turunan kedua, dan yang hasilnya negative-lah yang
menunjukkan titik belok
CONTOH: METODE POLINOMIAL
• Dari contoh persamaan di atas:

• Turunan kesatunya:

• Turunan keduanya:

• Setelah melalui perhitungan, diperoleh akar-akar persamaannya yiatu: akar


pertama 2,741.53, akar kedua 692.46, akar ketiga 357.54, dan akar keempat -
191.53,
• Hasil dari memasukkan akar persamaan turunan kesatu ke turunan kedua
menunjukkan yang memiliki nilai negatif adalah akar ke-2 atau 692.46 dan
akar ke-4 atau -191.53,
• Kita bisa langsung abaikan hasil dari akar ke-4, maka yang kita ambil adalah
hasil dari akar ke-2, dan kita bisa interpretasikan bahwa data urutan ke 693-lah
titik belok yang dihasilkan dari fungsi polinomial.
• Dan kita lihat data kita bisa lihat pada data urutan ke-693 menunjukkan sudut
kedalaman Matahari adalah -18.58187 atau bisa kita bulatkan menjadi -18.58,
waktunya bertepatan pada Pkl. 04:36:56 waktu lokal untuk lokasi pengamatan
CONTOH: METODE SOLVER
• Metode ini penulis dapatkan dari Bapak Dr. Mahasena Putra,
dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung dan Kepala
Observatorium Bosscha periode 2012-2018.
• Saat Dr. Mahasena Putra terlibat dalam pertemuan-pertemuan di
Badan Hisab Rukyat (BHR) Kementeria Agama Republik
Indonesia, tepatnya pasca pertemua rutin BHR Kemenag yang
dilaksanakan di Labuanbajo pada tahun 2018, Dr. Mahasena Putra
mengusulkan sebuah metode untuk mengetahui titik belok data
SQM sebagai representasi dari kehadiran fajar.
• Dalam buku saya, awalnya metode tersebut penulis sebut dengan
“Metode MP” yang merupakan inisial dari nama Dr. Mahasena
Putra, namun atas permintaan Dr. Mahasena Putra sendiri untuk
tidak mencantumkan namanya maka penulis menyebut
metodenya tersebut sebagai “Metode Solver”
CONTOH: METODE SOLVER
• Untuk menentukan titik belok pada grafik ada dua data yang
digunakan, yaitu data sudut elevasi Matahari dan nilai mpsas, lalu
data mpsas didekati dengan fungsi eksponensial yang diperoleh
menggunakan formula dibawah ini:

• Dengan C adalah level konstan, N adalah normalisasi, µ ada rata-


rata, dan σ adalah standar deviasi. Nilai C, N, µ, dan σ masing-
masing akan diperoleh dengan menggunakan menu solver,
dengan variabel C, N, µ, dan σ dijadikan sebagai variabel batasal,
X^2 atau chi-square dipilih sebagai variabel tujuan. Sedangkan
untuk menentukan titik belok, diperoleh dari formula:

• Untuk mempermudah perhitungan digunakan menu solver, agar


fungsi prediksi mendapatakan selisih minimum secara optimal
dari data asli
CONTOH: METODE SOLVER
ISRN-OIF UMSU-PASTRON UAD

ISRN UHAMKA OIF UMSU

PASTRON UAD
Untuk Muhammadiyah, melalui Munas Tarjih ke-31 yang diadakan pada tahun 2020 melalui media
dalam jaringan (daring) telah menetapkan bahwa sudut kedalaman Matahari untuk dijadikan standar awal
waktu subuh adalah -18°, sedangkan pemerintah sampai hari ini belum merubah sudut kedalaman yaitu -
18°.
IMPLIKASI

h=−20 °

h=−18 °
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai