Anda di halaman 1dari 6

RESUME ILMU FALAK KELOMPOK 7

A. Dasar Hukum Menentukan Awal Bulan Qomariyah

Pada garis besarnya ada dua macam sistem penanggalan. Yaitu yang
didasarkan pada peredaran bumi mengelilingi matahari (dikenal dengan sistem
syamsiyah, solar sistem atau tahun surya) dan yang didasarkan pada peredaran
bulan mengelilingi bumi (dikenal dengan sistem qamariyah, lunar sistem, atau tahun
candra).1 Terdapat dalam surat al-Baqarah (2) ayat 185:
‫ش ِهد َ ِم ْنكُ ُم‬ ِ ِۚ َ‫ت ِِّمنَ ْال ُه ٰدى َو ْالفُ ْرق‬
َ ‫ان فَ َم ْن‬ ِ َّ‫ِي ا ُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْالقُ ْر ٰانُ هُدًى ِلِّلن‬
ٍ ‫اس َوبَ ِِّي ٰن‬ ْ ‫ضانَ الَّذ‬ َ ‫ش ْه ُر َر َم‬ َ
ُ ‫ّٰللاُ بِكُ ُم ا ْليُس َْر َو ََل ي ُِر ْيد‬ َ ‫ع ٰلى‬
‫سفَ ٍر فَ ِعدَّة ِِّم ْن اَي ٍَّام اُخ ََر ۗ ي ُِر ْيد ُ ه‬ َ ‫ضا ا َ ْو‬
ً ‫ص ْمهُ ۗ َو َم ْن َكانَ َم ِر ْي‬ ُ َ‫ش ْه َر فَ ْلي‬
َّ ‫ال‬
َ‫ع ٰلى َما َه ٰدىكُ ْم َولَعَلَّكُ ْم ت َ ْشكُ ُر ْون‬ َ ‫بِكُ ُم ْالعُس َْر ۖ َو ِلت ُ ْك ِملُوا ْال ِعدَّة َ َو ِلت ُ َكبِِّ ُروا ه‬
َ ‫ّٰللا‬
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di
bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak
berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan
Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”
Melihat atau mengetahui kehadiran hilal atau bulan sabit pada bulan Ramadlan
adalah tanda kewajiban berpuasa, sebagaimana melihat atau mengetahui kehadiran
bulan sabit Syawal adalah tanda berakhirnya puasa Ramadlan. Hari kesembilan dari
kehadiran bulan Zulhijjah adalah hari wukuf di Arafah. Dan banyak kewajiban atau
anjuran agama yang dikaitkan dengan bulan. Ayat di atas mengandung pengertian
yang mudah dapat dipahami oleh orang-orang yang memiliki persepsi sederhana.
Makna yang lebih dalam akan dapat ditangkap oleh orang-orang yang memiliki
kebudayaan yang lebih maju. Akan tetapi, dengan semakin majunya kebudayaan,
yang mengakibatkan penentuan awal bulan qamariyah menggunakan sistem yang
lebih canggih, maka dikalangan ahli hukum Islam (fuqaha) timbul perbedaan
pendapat mengenai penentuan awal bulan. 2

1
Ahmad Thaha, Astronomi Dalam Islam, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1983), 82
2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan Dan Keserasian al-Qur‟an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), 405.
B. Macam-macam Metode Awal Bulan Qomariyah
Mengenai penetapan awal bulan qamariah terdapat beragam metode. Namun
secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam: 3
1. Metode rukyat
Yaitu dengan mengintai hilal pada hari ijtimak (hari ke-29 bulan berjalan), di
mana apabila pada sore itu hilal terlihat, maka keesokan harinya dinyatakan sebagai
bulan qamariah baru. Sebaliknya apabila tidak terlihat, maka keesokan harinya
dinyatakan sebagai hari ke-30 bulan berjalan dan bulan baru dimulai luasa.
Misalnya untuk Ramadan 1433 H, rukyat akan dilakukan pada sore hari ijtimak (29
Syakban). Ijtimak akan terjadi pada hari Kamis 19 Juli 2012 M pukul 11:25:24
WIB. Apabila pada sore Kamis besok hilal terlihat, maka keesokan harinya, yaitu
hari Jumat 20 Juli 2012 M dinyatakan anggal 1 Ramadan, dan apabila tidak terlihat,
maka hari Jumat 20 Juli 2012 M dinyatakan sebagai hari ke-30 Syakban, dan 1
Ramadan 1433 H jatuh lusa, yaitu hari Sabtu 21 juli 2012 M. Metode rukyat sendiri
banyak ragamnya. Ada yang hanya menerima rukyat yang terjadi dari daratan saja.
Ada yang menerima rukyat yang terjadi dari lautan juga di samping dari daratan.
Ada yang menerima rukyat dengan mata telanjang dan tidak menerima rukyat
dengan alat optik. Tetapi ada yang menerima rukyat dengan alat optik juga. Ada
pula rukyat dari pesawat dan bahkan rukyat dengan satelit.
2. Metode hisab
Yaitu cara menentukan awal bulan tidak dengan melihat hilal secara langsung,
melainkan dengan menggunakan kriteria-kriteria geometris tertentu. Apabila
kriteria tersebut telah terpenuhi padaq sore hari konjungsi, maka keesokan harinya
dinyatakan sebagai awal bulan baru, jika tidak maka keesokan hari itu dijnyatakan
hari ke-30 bulan berjalan dan bulan baru dimulai lusa.
C. Konversi Waktu Dan Interpolasi Data Matahari Dan Bulan Dalam Metode
Ephemeris
1. Julian Day
Adalah jumlah hari yang telah berlalu sejak hari Senin tanggal 1 Januari
4713 SM (dinamakan pula tahun -4712). JD sangat berguna karena memudahkan

3
Syamsul Anwar. METODE PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIAH. Jurnal Analytica Islamica,
Vol. 1, No. 1, 2012: 32-56.
untuk menentukan jumlah hari antara dua kejadian dengan mengurangi jumlah hari
Juliannya.1 JD dihitung sejak pertengahan hari atau pukul 12:00:00 UT (Universal
Time) atau GMT.Tanggal-tanggal yang dinyatakan di dalam JD dan pecahan-
pecahannya menyatakan waktu yang telah berlalu dari sejak epok ini (1 Januari
4713 SM pukul 12:00:00 UT).3 Adapun algoritma untuk menghitung JD adalah
sebagai berikut.4 a. D, M, dan Y secara berturut-turut adalah tanggal, bulan, dan
tahun yang akan dihitung JDnya.
2. Julian Day Ephemeris (JDE)
JDE adalah JD yang sesuai dengan waktu yang diukur dalam skala
Terrestrial Dynamical Time (TDT/TT).6Di dalam TT/TDT, satu detik diartikan
sebagai durasi dari 9192631770 kali radiasi yang sesuai dengan transisi antara dua
tingkat hyperfine(tingkat energi terendah) dari keadaan dasar atom Cesium-133.7
Adapun persamaan menghitung JDE adalah: JDE = JD + ∆T : 86400
Di mana ∆T (dalam sekon) merupakan selisih antara TT dan UT yang nilainya
meningkat sekitar 0.5 hingga 1.0 sekon per tahun. ∆T dapat dihitung dengan
persamaan: ∆T = 102 + 102t + 25,3T (kuadrat).
3. Ekliptika
Merupakan lintasan yang ditempuh bumi dan planet-planet mengitari
Matahari yang berbentuk elips. Bidang lintasannya dinamakan bidang ekliptika.
Sama seperti koordinat ekuator, di dalam koordinat ekliptika, dikenal pula titik aries
(vernal equinox/Υ) yaitu titik perpotongan antara lingkaran ekuator dan ekliptika.
Di dalam koordinat ekliptika dikenal istilah lintang ekliptika atau lintang cakrawala
yaitu jarak sudut dari ekliptika ke bintang tertentu yang diwakili oleh β (beta). Nilai
β positif jika ke arah utara dan negatif ke arah selatan. Selain itu, dikenal pula istilah
garis bujur ekliptika atau panjang cakrawala yang diwakili oleh λ (baca: lamda)
yaitu panjang sudut yang diukur dari titik aries (vernal equinox) ke lingkaran bujur
ekliptika ke arah timur dari 0° sampai 360°. Sedangkan pengertian lingkaran bujur
ekliptika itu sendiri ialah lingkaran besar yang menghubungkan kutub utara
ekliptika (pada gambar di atas disombolkan dengan PE) dengan kutub selatan
ekliptika.
4. Jarak Bumi ke Matahari (R)
Hasil perhitungan berdasarkan teori VSOP87 berdasarkan persamaan term
sebelumnya (seperti menghitung L0,L1, L2, L3, L4, L5 dan B0, B1) diperoleh nilai-
nilai berikut. R0 = 101490322.395758 R1 = -79412.0477274119 R2 = -
2617.24837784414 R3 = 103.774768940043 R4 = 2.12296486168248
Dengan mensubstitusikan nilai-nilai di atas, diperolehR = 1,014889373 AU
5. True Obliquity

6. Asensio Rekta dan Deklinasi


Asensio rekta (disimbolkan dengan /alpha) adalah jarak sudut antara vernal
equinox (perpotongan ekliptika dan ekuator langit) dan bidang meridian yang
melalui benda langit. Asensio rekta diukur dari barat ke timur di sepanjang ekuator
langit dengan vernal equinox sebagai titik acuan sampai ke lingkaran waktu
objek.20 Jadi, asensio rekta Matahari adalah jarak Matahari dari vernal equinox
diukur sepanjang lingkaran ekuator.
7. Equation of Time (Perata Waktu)

Equation of Time adalah perbedaan antara waktu Matahari rata-rata (mean


time) dan waktu Mataharihakiki (solar time).23 Solar time diperoleh dari sudut
waktu Matahari, sedangkan mean timemerupakan pembagian satu hari menjadi 24
jam yang kita gunakan sebagai standar waktu sehari-hari. Karena itu, solar time
tidak sinkron dengan mean time, karena variasi fakta astronomis.

Jadi Perhitungan data Matahari menggunakan algoritma Jean Meeus diawali


dengan menghitung terlebih JD dan JDE. Di dalam proses perhitungan, terdapat
algoritma utama yaitu persamaan untuk suatu nilai yang dicari. Namun, terdapat
pula algoritma lanjutan berdasarkan teori VSOP87 untuk mencari nilai-nilai lain
dan nilai koreksi. Berdasarkan apa yang telah penyusun lakukan, perlu ketelitian
dalam penggunaan algoritma dan proses perhitungan data ephemeris agar
dihasilkan data yang benar-benar akurat.4

D. Ijtima’ Awal Bulan Qomariyah Dengan Data Ephemeris


Mencari FIB. terkecil pada tanggal 24 November 2003 (Apabila FIB terkecil
jatuh pada jam 0 atau 1 atau 2 maka harus dicek nilai FIB pada hari sebelumnya jika
ada yang lebih kecil maka FIB tersebut yang dipakai) b.Mencari ELM. dan ALB sesuai
dengan jam FIB terkecil c. Mencari Sabak Matahari (SM), dan Sabak Bulan (SB)
d. Mencari Saat Ijtima’ dengan rumus sebagai berikut :

Ijtima’ = Jam FIB + ((ELM – ALB)/( SB – SM)) + 7 Jam WIB


Keterangan :
1. FIB = Fraction Illuimination Bulan
2. ELM = Ecliptic Longitude Matahari
3. ALB = Apparent Longitude Bulan
ad. a) FIB terkecil yaitu 0,00008 yang terjadi pada jam 23.00 GMT
tanggal 23 November 2003
b) ELM pada jam 23.00 GMT adalah 241° 14’ 31”
ALB pada jam 23.00 GMT adalah 241° 13’ 38”
c) SM = E.L.M jam 24.00 GMT = 241° 17’ 03”
jam 23.00 GMT = 241° 14’ 31”-
Sabak Matahari = 0° 02’ 32”
SB = A.L.B. jam 24.00 GMT = 241° 51’ 45”
jam 23.00 GMT = 241° 13’ 38”
Sabak Bulan = 0° 38’ 07”

d) Jam 23j 00m 0d + ((241°14’ 31”-241°13’38”)/(0°38’07”- 0°02’32”))+7


Ijtima’ jam = 30 j 1 m 29.37 d WIB - 24 j = 06.1.29.37 WIB
Jadi : Ijtima al-hilal awal bulan Syawal 1424 H. terjadi jam 06.1.29.37 WIB, tanggal
24 November 2003.

4
Reza Akbar. PERHITUNGAN DATA EPHEMERIS KOORDINAT MATAHARI MENGGUNAKAN
ALGORITMA JEAN MEEUS HIGHER ACCURACY DAN KETERKAITANNYA DENGAN PENGEMBANGAN
ILMU FALAK. Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA. Vol. 16. No. 2, 2017, 166-187.
Mencari Posisi dan Situasi Hilal Awal Bulan Syawal 1424 H., dengan langkah-langkah
sebagai berikut :

a. Menetapkan markas hisab dan rukyat, serta data astronominya.


b. Mencari sudut waktu Matahari saat matahari terbenam.
c. Mencari Saat Matahari Terbenam.
d. Mencari sudut waktu Bulan, saat Matahari terbenam.
e. Mencari ketinggian Hilal Mar’i saat Matahari terbenam.
f. Mencari Mukuts Hilal.
g. Mencari Azimut Matahari dan Bulan.
h. Mencari Letak dan Keadaan Hilal.
E. Situasi Dan Kondisi Hilal Awal Bulan Qomariyah
Pada fase bulan, terdapat fase Wane (al-mahaq), yaitu masa sampainya bulan
pada peredaran sempurna, dimana bumi, bulan, dan matahari dalam posisi sejajar (pada
garis bujur), yang disebut dengan konjungsi/ijtimak (halah al-iqtiran), dan nyaris tidak
terlihat dari bumi dikarenakan gelap (bagian bulan yang menghadap ke bumi adalah
bagian yang gelap/tidak disinari matahari). Konjungsi (ijtima', iqtiran) sebagai syarat
awal masuknya bulan baru adalah saat bulan berada di antara matahari dan bumi (fase
wane, almahâq), dimana wajah bulan menjadi tidak tampak dari bumi. Secara detail,
ijtimak merupakan pertemuan atau berimpitnya dua benda yang berjalan secara aktif.
Pengertian ijtimak bila dikaitkan dengan bulan baru kamariah adalah suatu peristiwa
saat bulan dan matahari terletak pada posisi garis bujur yang sama, bila dilihat dari arah
timur ataupun arah barat. Pada saat itu bulan sangat sulit terlihat dari bumi dikarenakan
bagian bulan yang menghadap ke bumi adalah bagian yang gelap/tidak disinari
matahari. Sekalipun ada, hilal sangat tipis sekali dan nyaris tak dapat dilihat karena
bulan yang sedang berijtimak, berdekatan letaknya dengan matahari. Mengetahui saat
terjadinya ijtimak sangat penting dalam penentuan awal bulan kamariah. Semua
astronom (ahli hisab) sepakat bahwa peristiwa ijtimak merupakan batas penentuan
secara astronomis antara bulan kamariah yang sedang berlangsung dan bulan kamariah
berikutnya. Oleh karena itu, para ahli astronomi umumnya menyebut ijtimak atau
konjungsi sebagai awal perhitungan bulan baru, yang dalam ilmu falak dikemukakan
bahwa ijtimak antara bulan dan matahari merupakan batas dua bulan kamariah. 5

5
Dedi Jamaludin. Penetapan Awal Bulan Kamariah dan Permasalahannya di Indonesia. AL-
MARSHAD: JURNAL ASTRONOMI ISLAM DAN ILMU-ILMU BERKAITAN. 2018.

Anda mungkin juga menyukai