Anda di halaman 1dari 3

Alasan Muhammadiyah Menggunakan Hisab1

Oleh: Chusnul Azhar

Hisab yang dipakai Muhammadiyah adalah hisab wujud al-hilal, yaitu metode
menetapkan awal bulan baru yang menegaskan bahwa bulan Kamariah baru dimulai
apabila telah terpenuhi tiga parameter: telah terjadi konjungsi atau ijtimak, ijtimak itu
terjadi sebelum matahari terbenam, dan pada saat matahari terbenam bulan berada di
atas ufuk. Sedangkan argumen mengapa Muhammadiyah memilih metode hisab,
bukan rukyat, adalah sebagai berikut:

1. Hisab memiliki landasan di dalam al-Quran dan as-Sunnah, antara lain :


a. QS. ar-Rahman [55] ayat 5:

   


“Matahari dan Bulan beredar menurut perhitungan”.

b. QS. Yunus [10] ayat 10:

           

             
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya bagi bulan itu manzilah-manzilah, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui”.
c. QS. Yasin [36] ayat 39-40:

            

           
“Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah
dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan
yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan
malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada
garis edarnya”.

1
Tulisan ini disarikan dari buku Hisab Bulan Kamariah Tinjauan Syar’i Tentang Penetapan Awal
Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah yang disusun oleh Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA.
d. Hadis-hadis.

ِ ‫إِذَا رأَي تموهُ فَصوموا َوإِ َذا رأَي تموهُ فَأَفْ ِطروا فَِإ ْن غُ َّم َعلَي ُكم فَاق‬
)‫(روه البخار ّي و مسلم‬.» ُ‫ْد ُروا لَه‬ ْ ْ ُ ُ ُْ َ ُ ُ ُ ُْ َ
“Apabila kamu melihat hilal berpuasalah, dan apabila kamu melihatnya
beridul fitrilah! Jika bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka
estimasikanlah”. (HR. Bukhari dan Muslim)

‫الخاارّ و مللم‬ ِ ُ‫الَ تَصوموا ح َّّت تَروا اِهََِ ََ وَالت‬


‫ رروه‬.ُ‫طط ُروا َح َّّت تَ َروهُ فَِإن غُ َّم َعلَي ُكم فَاق ُد ُروالَه‬
ّ َ َُ َ ُ ُ
“Janganlah kamu berpuasa sebelum melihat dan janganlah kamu beridul
fitri sebelum melihat hilal; jika bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka
estimasikanlah”. (HR. Bukhari dan Muslim)

ِ ِ ِ ‫َفطروا لِرؤيتِ ِه فَِإن غُِِب علَي ُكم فأ‬


ِ ِِ ِ
‫الخاارّ و مللم‬
ّ َ ‫َكملُوا ع َّدةَ َشعخَا َن ثَََث‬
‫ رروه‬.‫ني‬ َ َ َ ُ ُ ‫صو ُموا ل ُرؤيَته َوأ‬
ُ
“Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan beridulfitrilah karena melihat
hilal pula; jika bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka genapkanlah
bilangan bulan Syakban tiga puluh hari”. (HR. Bukhari dan Muslim)

ِ ِ ِ ِ ِ
‫الخاارّ و‬
ّ ‫ رروه‬.‫ني‬ َ ‫لعةً َوعش ِر‬
َ ‫ين َوَم َّرًةثَََث‬ ِ َ‫ ي‬.‫هر َه َك َذا‬
َ ‫عِن َم َّرًة ت‬ َّ ‫ب‬
ُ ‫الش‬ ُ‫ل‬ ُ ُ‫إ ََّّنأ َُّمةٌأ ُّميَّةٌ َالنَكت‬
ُ ‫ب َوَال ََن‬
‫مللم‬
“Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dan
tidak bisa melakukan hisab. Bulan itu demikian-demikian. maksudnya adalah
kadang-kadang dua puluh sembilan hari, dan kadang-kadang tiga puluh
hari”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian, perintah rukyat dalam hadis-hadis Nabi Muhammad saw.


tersebut di atas menurut para ulama, adalah perintah ber-illat (perintah yang
disertai kausa hukum), yaitu kondisi umat pada saat itu masih ummi, yaitu
kebanyakan mereka belum mengenal baca-tulis dan hisab, sehingga untuk
memudahkan, Nabi Muhammad saw. memerintahkan sarana yang mungkin dan
tersedia saat itu, yaitu rukyat. Menurut Yusuf al-Qaradhawi, langkah ini disebut
dengan Qiyas Aulawi. Yaitu, sebenarnya kalau di zaman Nabi Muhammad saw.
seandainya sudah mengenal Hisab Falaki, maka cara inilah yang akan dilakukan
oleh Nabi Muhammad saw. dan para sahabat. Hal ini dikarenakan perintah rukyat
sesungguhnya bersifat sementara, yaitu digunakan selama umat Islam masih
hidup dalam kesederhanaan budaya di mana mereka belum bisa mengamati dan
memprediksi gerak astronomis benda-benda langit berupa bulan dan matahari
untuk kepentingan perhitungan waktu.

2. Rukyat bukanlah maqasid syariah (tujuan hukum) dari nas-nas yang


memerintahkan melakukan pengintaian hilal. Rukyat hanyalah wasilah (sarana)
dan satu-satunya yang tersedia di zaman Nabi Muhammad saw. untuk
menentukan awal bulan-bulan Kamariah khususnya Ramadhan, Syawal, dan
Zulhijah. Apabila terdapat sarana lain yang lebih mampu mewujudkan tujuan
hadis, lebih memberi kepastian dan dapat memprediksi jauh ke depan, maka
mengapa kita masih tetap bertahan dalam soal sarana yang tidak menjadi tujuan.

3. Rukyat sebagaimana ditegaskan oleh Muhammad Rasyid Ridha dan Mustafa az-
Zarqa lebih lanjut bukanlah ibadah, melainkan hanyalah sarana yang tersedia
pada zaman itu dan karena hanya sarana ia dapat mengalami perubahan
sepanjang zaman dan dapat ditinggalkan apabila ia tidak lagi mampu memenuhi
tuntunan zaman.

4. Penggunaan hisab sebagai alternatif dari rukyat untuk menentukan masuknya


bulan Kamariah, khususnya bulan-bulan ibadah lebih mudah, murah biaya, dapat
memprediksi tanggal jauh ke depan, lebih memberi kepastian, dapat menyediakan
kalender akurat, dan dapat menyatukan kalender bahkan untuk seluruh dunia,
serta satu-satunya cara untuk menghindari terjadinya perbedaan jatuhnya hari
Arafah antara mekah dan tempat lain yang jauh.

Wallahu a’lam bis as-shawab.

Anda mungkin juga menyukai