Anda di halaman 1dari 7

Nama :Fajar Siddiq (1602046083)

Kelas : IF A4
Dosen Pengampu : Muhammad Nurkhanif, SHI., MSI.

UAS FIKIH AWAL BULAN QAMARIAH

1. Dalam penetapan Awal bulan Qamariyah diindonesia, terbagi kedalam 3 golongan


Besar
A. Muhammadiyah
Ketetapan Muhammadiyah ini berdasarkan penyusunan kalender Hijriyah yang
menggunakan kriteria ―Hisab Hakiki Wujudul Hilal‖. Kriteria ini menyatakan bahwa awal bulan
Hijriyah dimulai apabila telah terpenuhi tiga kriteria berikut:
a. telah terjadi ijtimak (konjungsi) bulan – matahari.
b. ijtimak (konjungsi) itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan
c. pada saat terbenamnya matahari piringan atas Bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah
wujud).
Ketiga kriteria ini penggunaannya adalah secara kumulatif, ketiganya harus terpenuhi
sekaligus. Terkait teori ini, Jika setelah terjadi ijtimak, bulan terbenam setelah terbenamnya
Matahari maka malam itu ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah tanpa melihat berapapun sudut
ketinggian Bulan saat Matahari terbenam. Dalam hal ini juga, berapapunketinggian hilal, asalkan
sudah dinyatakan berada diatas ufuk, maka keesokan harinya dinyatakan sebagai awal bulan
baru.
B. Nahdlatul Ulama
Adapun ormas Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan rukyatul hilal (penyaksian )
sebagai dasar penentuan awal bulannya (Rukyah Oriented). NU mengakui kesaksian rukyat
asalkan ketinggiannya di atas ―batas imkanur rukyat‖ 2° bahkan hanya dengan mata telanjang.
Jadi apabila secara hisab hilal tidak mungkin untuk terlihat tetapi dilapangan ada laporan tentang
kesaksianhilal, maka kesaksian tersebut ditolak. Dalam penyusunan kalender Hijriyah, NU juga
menggunakan kriteria ketinggian hilal 2° tanpa syarat elongasi (sudut antara bulan dan matahari),
demikian pula umur Hilal.
Adapun NU menggunakan hisab hanya untuk menentukan posisi hilal, tingggi hilal, dan
lain sebagainya. Dalam penetapannya, Tetap ormas ini menggunakan Rukyah sebagai
penentuannya, apabila hilal berhasil terlihat, maka esok harinya termasuk bulan baru. Tapi
apabila hilal tidak terlihat, maka bulan tersebut digenapkan 30 hari dan bulan baru jatuh lusa.
C. Pemerintah
Adapun pemerintah Indonesia melalui pertemuan menteri-menteri Agama Brunei,
Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) menetapkan kriteria yang disebut
‗Imkanurrukyat’ yang dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan pada Kalender Islam.
Imkanurrukyah sendiri artinya kemungkinan hilal dapat terlihat atau dapat dilihat. Kriteria ini
menyatakan, hilal dianggap terlihat dan keesokannya ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah
berikutnya apabila memenuhi salah satu syarat-syarat berikut:
1. Ketika Matahari terbenam, ketinggian Bulan di atas horison tidak kurang dari 2°
2. Jarak lengkung Bulan-Matahari (sudut elongasi) tidak kurang dari 3°.
3. Ketika Bulan terbenam, umur Bulan tidak kurang dari 8 jam setelah konjungsi/ijtimak
berlaku.
Kriteria yang dikenal kemudian sebagai Kriteria IR238. Inilah yang dijadikan pedoman
oleh Pemerintah Indonesia melalui Badan Hisab Rukyat (BHR) Kementerian Agama RI untuk
menyusun Taqwim Standard Indonesia yang digunakan dalam penentuan hari libur nasional
keagamaan secara resmi.
Kenapa Muhammadiyah dan NU sering berbeda, karena mereka berbeda dalam
menggunakan metodenya. Muhammadiyah dengan Hisabnya bisa menentukan awal bulan jauh-
jauh hari karena menggunakan perhitungan matematis. tapi NU, dalam penentuan awal bulan
ditentukan dengan terlihat atau tidaknya hilal ketika rukyah pada tanggal 29 bulan hijriyah
Menurut saya, dari ketiga kriteria diatas, saya lebih cenderung menggunakan kriteria
Imkanurrukyah yang digagas oleh Prof. Thomas Djamaludin, dimana beda ketinggian bulan dan
Matahari saat terbenam diatas 3 derajat, (4 derajat kalo saya baca) kemudian Elongasi (sudut
kemiringan) sebesar 6,4 derajat (yang saya baca) dan umur bulan adalah 8 jam. Kenapa
demikian, karena tinggi 2 derajat untuk kondisi sekarang sudah sulit untuk teramati. untuk
elongasi ini, boleh posisi Bulan dan Matahari Sejajar ketika terbenam dengan catatan ketinggian
hilalnya harus benar-benar tinggi. Selain itu, Timur tengah saja yang notabene kawasan padang
pasir yang akan lebih jelas dalam melihat hilal karena tidak ada awan atau langka dengan
mendung memakai kriteria tingginta lebih dari 6 derajat. seharusnya Indonesia bisa lebih dari itu
melihat kondisi alam di indonesia. Tapi memang tidak bisa dipungkiti bahwa kemampuan mata
orang inndonesia dulu memang patut diacungi jempol. heheh.
Perbedaan perbedaan yang terjadi menurut yang saya baca bisa disebabkan karena
beberapa hal, yaitu
a. Tidak adanya otoritas tuggal yang disepakatiolehsemua masyarakat Indonesia
sebagaipenentu awal bulan Ramadhan dan syawal.
b. Banyak golongan yang memiliki kriteri tersendir dalampenentuan awal bulan
c. Perbedaan dalam memahami Nash Alquran dan Hadits yang menjadi sebab terjadinya
perbedaan penentuan awal bulan.
d. Kebebasan demokrasi di indonesia yang dibuka terlalu lebar.

2. Pembahasan Dalil Rukyah


Rukyatul hilal adalah suatu kegiatan atau usaha melihat hilal atau bulan sabit di langit
(ufuk) sebelah Barat sesaat setelah Matahari terbenam menjelang awal bulan baru—khususnya
menjelang bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijah untuk menentukan kapan bulan baru itu
dimulai. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‗anhu, ia berkata, Rasulullah
Shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda:
‫حدثتي حويد بي هسعدة الباُلي حدثتا بشر بي هفضل حدثٌا سلوت (ُّْ ابي علقوت) عني ًناع عني عبند ا ابني عونر‬
‫ عإذا رأيتوْا الِالل عصْهْا ّاذا رأيتوٍْ عنفعررّا عنإى نن علني ن‬.‫ الشِر تس ّعشرّى‬:.‫م‬.‫ قال رسْل ا ص‬:‫قال‬
)‫ (رّاٍ هسلن‬.َ‫عاقدرّا ل‬
Artinya: “Humaid bin Mas‟adah Al-Bahiliy bercerita kepadaku: Bisyru bin Mufadhdhal
bercerita kepada kami: Salamah bin „Alqamah bercerita kepada kami, dari Nafi‟ dari
Abdullah bin Umar, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “(Jumlah
bilangan) Bulan ada 29 (hari). Apabila kalian melihat Hilal, maka berpuasalah. Apabila
kalian melihatnya (Hilal) maka berbukalah. Namun apabila kalian terhalangi (oleh
mendung), maka kadarkanlah.” (HR. Muslim)

‫ أًنَ ذكنر رهضناى‬.‫م‬.‫ قرأث على هالك عي ًاع عي ابي عور رضي ا عٌِوا عي الٌبي ص‬:‫قال‬.‫حدثٌا يحيى بي يحيى‬
)‫ (رّاٍ هسلن‬.َ‫ التصْهْا حتى ترّا الِالل ّالتفررّا حتى ترٍّ عإى أ وي علي ن عاقدرّا ل‬:‫عقال‬
Artinya: “Yahya bin Yahya bercerita kepada kami. Ia berkata: Aku berkata kepada Malik,
dari Nafi‟, dari Ibnu Umar RA, dari Nabi SAW. Bahwa Beliau SAW menyebutkan
Ramadhan seraya bersabda: “Janganlah kalian berpuasa hingga melihat Hilal, dan
janganlah kalian berhenti puasa hingga melihatnya. Apabila kalian terhalangi (oleh
mendung), maka tetapkanlah (bilangan Sya‟ban) untuknya.” (HR. Muslim).

َ‫ أخبرًا إبراُين بي سعد عي ابي شنِا عني سنعيد بني الوسنيأ عني أبني ُرينرة رضني ا عٌن‬.‫حدثٌا يحيى بي يحيى‬
‫ إذا رأيتوننْا الِننالل عصننْهْا ّاذا رأيتوننٍْ عننفعررّا عننإى ننن علنني ن عصننْهْا ثالثننيي‬:.‫م‬.‫ قننال رسننْل ا ص‬:‫قننال‬
)‫(رّاٍ هسلن‬.‫يْها‬
Artinya: “Yahya bin Yahya bercerita kepada kami: Ibrahim bin Sa‟d memberi kabar
kepada kami: dari Ibnu Syihab, dari Sa‟id bin Musayyab, dari Abi Hurairah RA, ia
berkata: Rasulullah bersabda: “Apabila kalian melihat Hilal, maka berpuasalah. Apabila
kalian melihatnya (Hilal) maka berbukalah. Namun apabila kalian terhalangi (oleh
mendung), maka berpuasalah selama 30 hari.” (HR. Muslim).
Rukyah yang dapat dipertangungjawabkan secara hukum dan ilmiah harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Ru‘yah dilaksanakan pada saat Matahari terbenam pada malam tanggal 30 atau akhir 29 nya.
b. Ru‘yah dilaksanakan dikeadaan cuaca cerah tanpa penghalang antara perukyah dan hilal.
c. Ru‘yah dilaksanakan dalam keadaan posisi hilal positif terhadap ufuk (di atas ufuk)
d. Ru‘yah dilaksanakan dalam keadaan hilal memungkinkan untuk dirukyah (imkanur rukyah)
e. Hilal yang dilihat harus berada di antara wilayah titik Barat antara 30 derajat ke Selatan dan
30 derajat ke Utara.
Dasar Penetapan Awal Ramadhan dan 1 Syawal
A. Golongan yang menggunakan rukyat berpendapat bahwa awal dan akhir Ramadhan harus
ditetapkan atas dasar hasil rukyat bil fi’li (melihat hilal dengan mata kepala), sementara
golongan yang menggunakan hisab berpendapat bahwa hisablah yang harus digunakan
dalam menetapkan awal dan akhir ramadhan (Rukyah bil aqli atau bil ‘ilmi).
B. Dengan tampaknya bulan di malam tiga puluh Sya‘ban. Hal ini memungkinkan apabila
cuaca terang dan tidak terdapat mendung yang menghalangi penglihatan. Jika bulan dapat
terlihat maka kita wajib berpuasa esok harinya. Jika bulan tidak terlihat ketika cuaca yang
terang maka kita tidak boleh berpuasa esok harinya, dan bulan tersebut diistikmalkan.
Namun jika bulan tidak terlihat karena udara mendung maka kita harus memulai puasa
esok harinya.
C. Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan ―maka kadarkanlah untuknya‖.
Menurut pendapat ahli bahasa, maknanya: maka takdirkanlah dia. Jumhur ulama dari
golongan Hanafiyah, Malikiyah, dan Syafi‘iyah berpendapat bahwa maknanya
sempurnakanlah 30 hari. Jumhur ulama mamaknakan maka kadarkanlah untuknya
dengan sempurnakanlah, mengingat bahwa hadits harus ditafsirkan dengan hadits.
Ungkapan ―maka kadarkanlah untuknya‖ ditafsirkan oleh perkataan ―maka
sempurnakanlah 30 hari.
Pandangan Saya
Dari hadits diatas dapat kita pahami bahwa Rasulallah dan para sahabat tidak
mempergunakan hisab sebagai dasar untuk memulai dan mengakhiri puasa, karena pada waktu
itu ilmu hisab belum berkembang, orang-orang Arab masih dalam keadaan buta huruf, sehingga
cara yang paling mudah dilakukan waktu itu gengan melihat bulan. Namun saat ini ilmu
pengetahuan dan teknologi telah berkembang dan maju, untuk mengetahui waktu-waktu dan
fenomena luar angkasa baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi dapat diperkirakan
secara tepat dan mudah sehingga Rukyah bil aqli pun menurut saya bisa dipakai.
Itsbat Rukyah artinya menetapkan bahwa bulan sabit sudah kelihatan. dalam hal ini kita
bisa memadukan antara rukyah bil fi‘li dan rukyah bil aqli dimana hasil dari rukyah bil aqli tetap
kita pakai dalam observasi dengan catatan sebagai pendukung rukyah sehingga tetap rukyahlah
penentu awal bulan (Rukyah adalah proses tabayyun terhadap hasil hisab). kita buktinan secara
observasi dilapangan.
Tapi, Menurut saya pun tidak semua hasil hisab yang apabila bertolak belakang dengan
hasil rukyah maka kita selalu istikmalkan. Seperti misalkan apabila hasil hisab pada tanggal 29
itu menunjukan ketinggian hilal 7-10 derajat tetapi ketika rukyah tidak terlihat dengan alasan
mendung, maka saya lebih cenderung untuk tidak istikmal dan mengambil atau menggunakan
hasil hisab walaupun secara rukyah tidak terlihat hilal. Karena secara hasil hisab, hilal
positif akan terlihat karena irtifa hilal sangat tinggi sehingga kurang tepat ketika kasus seperti
itu tetap keukeuh atau bersikukuh dengan rukyah dan istikmal. kasus seperti ini juga bisa
dikatakan Gumma bil Fi’li yaitu mendung sesuai dengan keadaan alam tapi secara ilmiah positif
terlihat.
Arti mendung disini juga bisa kita artikan dengan gumma bil ‘aqli atau bil ‘ilmi atau
mendung secara keilmuan. disini apabila secara hisab hilal tidak mungkin terlihat karena
dibawah ufuk tapi ada laporan keberhasilan melihat hilal, maka hasil rukyah tertolak karena tidak
sesuai dan bertentangan dengan keilmuan. ini yang sekarang dipakai oleh NU meskipun
madzhab Rukyah oriented, tapi ketika bertentangan dengan ilmiah maka rukayhna bisa ditolak.
3. Apabila Hilal dinyatakan tidak terlihat secara hisab, apakah hasrus
tetap rukyah?
Menurut saya Observasi atau rukyah itu dilaksanakan sebagai tabayyun atau verifikatif
terhadap hasil hisab. Karena hasial hisab sendiri bersifat Hipotesis Verivikatif, jadiperlu adanya
observasi dilapangan. jadi tidak mengapa apabila bulan dinyatakan negatif, tapi kita tetap
rukyah. Selain itu, pengamatan akhir bulan biasanya dilaksanakan pada tanggal 29 setiap bulan,
tapi tidak mengapa apabila tanggal 30 dan tanggal 1 nya tetap melakukan rukyah karenapada
waktu itu bulan masi termasuk kategori new moon meskipun tetap apabila pada saat ru‘yah
tanggal 29 hilal tidak terlihat maka bulan tersebut diistikmalkan menjadi 30 hari sehingga awal
bulan baru jatuh keesokan harinya atau lusa. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW
َ‫ عَإِىْ ُ َّن َعلَ ْي ُ ْن عَفَتِو ْْا ثَالَثِيْي‬,‫ صُوْ ُموْ ا لِر ُْؤيَتِ ِه َوأَ ْف ِطرُوْ ا لِر ُْؤيَتِ ِه‬: ‫ َح َّدثُوْ نِي أَ َّن َرسُوْ َل هللا قَا َل‬.
Sesungguhnya mereka menyampaikan kepada saya bahwa Rasulullah Shallallahu „alaihi
wa Sallam bersabda : “Berpuasalah kamu karena melihat hilal (bulan) dan berbukalah
kamu karena melihat hilal. Jika terhalang (oleh mendung) maka genapkanlah
(istikmal) 30 hari.” (HR Bukhari Muslim).
‫صوموا لرؤيته وأﻔﻁروا لرؤيته فإى م عليﮑم فف ولّا عﺩة شعباى ﺜالﺜيى‬
Artinya: “Berpuasalah kalian karena melihat (ru‟yah) hilal, dan berbukalah karena
melihat hilal. Maka jika ia tertutup awan bagimu, maka sempurnkanlah bilangan
Sya’ban tiga puluh.” (HR.Bukhori dan Muslim)
Dalil diatas menerangkan bahwa awal bulan ditentukan dengan jalan rukyatul hilal pada
tanggan 29 bulan hijriyah tanpa menyinggung apakah hilal akan terlihat atau tidak. didalil itu
hanya dijelaskan apabila tidak dapat melihat hilal maka bilangan bulan digenapkan 30 hari. jadi
menurut saya proses observasi atau rukyah masi tetapi bisa atau boleh dilaksanakan meski
tangggal 29 itu minim ketinggiannya. Perlu kita ketahui juga mendung atau Gumma disini bisa
gumma bil ilmi atau gumma bil aini/fili bahkan bisa dua-dua nya sekaligus. dan dalam hal ini
hilal dinyatakan gumma bil ilmi atau secara hisab dinyatakan minim dan mustahil terlihat. Selain
itu, bulan termasuk benda langit yang terus menerus bergerak berputar pada garis edarnya.

Selain itu, masih banyak hal lain yg sebenarnya penting, bermanfaat dan hanya bisa
didapatkan, dikaji, dipelajari dg pelaksanaan rukyah meski tinggi hilal negatif atau sama sekali
tdk dpt dilihat. sebagaimana yg telah dicontohkan oleh para ahli falak sejak zaman dahulu meski
alat observasi beliau2 belum secanggih saat ini.
a. verifikasi posisi Matahari
Banyak sekali metode hisab awal bulan qamariyah yg ditawarkan. beberapa mahasiswa
mungkin sudah mencoba bermacam-macam metode tersebut. ya, hanya sekedar mencoba,
mencicipi metode hisab yg ada yg masing-masing hasilnya berbeda. Tidak pernah sampai
berusaha memverifikasi hasil hisab mereka dg observasi. Data yg bisa diverifikasi pertama
adalah. posisi Matahari sebelum ghurub sehingga dari data2 pengamatan itulah kita bisa
mengecek sejauh mana akurasi sistem hisab yg kita gunakan
b. verifikasi jam Ghurub Matahari
Memverifikasi jam ghurub Matahari sangatlah penting. karena perhitungan posisi hilal
dilakukan dg acuan jam ghurub Matahari. jika jam ghurub meleset, maka sudah pasti posisi hilal
jg meleset. walaupun memang biasanya hilal dpt diamati tdk tepat saat ghurub. verifikasi jam
ghurub Matahari ini dilakukan dg pembidikan Matahari terus-menerus sebelum ghurub (lakukan
dulu verifikasi 1 di atas) saat Matahari benar-benar mulai terbenam/saat piringan atasnya masuk
ke ufuk, catat jamnya dan posisi Mataharinya.
c. Pemantapan pengoperasian teleskop
Dalam pelaksanaan rukyah, khususnya yg dilakukan mahasswa, sering sekali yg
mengoperasikan teleskop hanya orang itu-itu saja. sedangkan yg lain jarang atau tidak pernah
sama sekali. Moment rukyah sbg momen pmbelajaran pengoperasian teleskop dg berbagai
macam mount utk rukyah yg real bagi semua mahasswa, bukan sekedar simulasi belaka.
d. verifikasi posisi hilal
Jika secara hisab, tinggi hilal negatif maka perukyah juga tetap harus melakukan
verifikasi terkait apakah hilal benar-benar tdk teramatikarena hisab itubersifat Hipotesis
Verifikatif.

Anda mungkin juga menyukai