Anda di halaman 1dari 5

Nama: Shintiya Desvi Triyan

Putri

Kelas: 4B/IF
Nim: 200204036

HISAB RUKYAT TAREKAT NAQSABANDI

Penentuan awal bulan Kamariah menurut tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah tidak banyak berbeda
dengan yang lain, pada prinsipnya tetap menggunakan metode hisab dan rukyah, akan tetapi
perbedaan yang mendasar adalah pada rukyahnya. Selain rukyah dengan menggunakan mata
telanjang (ru’yah bil fi’li), juga menggunakan ru’yah bil qalbi, yakni rukyah dengan menggunakan
hati nurani, dalam hal ini adalah keyakinan perukyat terhadap kemunculan hilal yang dilihatnya.
Rukyah seperti ini hanya dilakukan oleh jama‟ah tarekat ini saja, yang mana sebelum
melakukanrukyah ada prosesi yang melengkapinya, yakni mensucikan diri dengan cara salat, dzikir
dan berpuasa untuk mencaripetunjuk langsung dari Allah SWT.
Ada tiga tahapan untuk melakukan ru’yah bil qalbi, antara lain : ainul yaqin19yakni keyakinan dari
hati dalam wujud meyakini sebuah hasil perhitungan. Tahapan kedua haqqul yaqin20yakni
meyakini dengan nilai keyakinan yang benar adanya, keyakinan tersebut yang dibuktikan dengan
rukyah. Sedangkan tahapan yang ketiga adalah akmalul yaqin, merupakan kesempurnaan
keyakinan dalam meyakini kemunculan hilal yang dibuktikan dengan adanya saksi.Keyakinan
seorang perukyah dalam menyaksikan hilal merupakan kunci utama dalam rukyah bil qalbi, pada
tahapan ini seorang perukyah tidak hanya mengandalkan indra penglihatannya saja, akan tetapi
jauh dari itu seorang perukyah dituntut untuk dapat melihat hilal dengan menggunakan mata
batinnya, hal ini dapat dilakukan oleh mereka yang telah memiliki hati yang bersih serta berusaha
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara salat, berdzikir dan berpuasa.Karena hilal
merupakan objek yang tampak oleh mata dan bisa dilihat, maka dengan adanya konsep rukyah bil
qalbi seperti halnya yang dilakukan oleh tarekat Naqsabandiyah di Jombang ini kiranya menarik
untuk dikaji lebih lanjut, sehingga pemahaman bahwa seorang perukyah tidak hanya dituntutwujud
yang sejati tersebut, yaitu Allah swt.untuk bisa melihat hilal dengan menggunakan alat bantu saja
seperti teleskop, akan tetapi keberhasilan dalam melakukan rukyah juga ditentukan oleh kejernihan
hati perukyahnya.Terlepas dari masalah mungkin atau tidaknya dilakukan rukyatul hilal, belajar
dari fenomena spiritual yang dilakukan oleh tarekat Naqsabandiyah, harusnya menjadi bahan
kajian bahwa hilal merupakan suatu yang bersifat fisis, akan tetapi karena posisi hilal tersebut
tidak jauh dari ufuk dan kontras cahayanya rendah serta berbagai macam kendala lainnya seperti
kelembaban udara, atmosfeer dan tinggi tempat yang harus dipertimbangkan, hal yang tidak kalah
penting adalah kedekatan perukyah dengan sangKhaliq.
Konsep rukyatul hilal bil qalbi mungkin belum familiar di telinga kita, dan mungkin ini adalah
konsep rukyatul hilal yang hanya dimiliki oleh tarekat ini saja. Sebagai negara dengan populasi
muslim terbesar, Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali firqah
(kelompok/golongan) yang masing- masing mereka mempunyai ciri khas sendiri. Seperti halnya
perbedaan dalam hal penetapan awal bulan Hijriah, umat muslim di Indonesia belum menemukan
kata sepakat untuk mengikuti satu kriteria saja, inilah yang kemudian menjadikan pemikiran-
pemikiran dalam dunia falak menjadi berkembang. Dengan belum disepakatinya suatu kriteria
yang pasti dalam penetapan awal bulan, membuka peluang bagi para ahli falak untuk terus
melakukan pengembangan demi mendapatkan formulasi yang tepat, sehingga dapat diterima oleh
semua kalangan masyarakat muslim diIndonesia.
 Dengan rukyat umat Islam tidak bisa membuat kalender. Rukyat tidak dapat
meramal tanggal jauh ke depan karena tanggal baru bisa diketahui pada H-1.
Dr.NidhalGuessoummenyebutsuatuironibesarbahwaumatIslamhinggakini
tidak mempunyai sistem penanggalan terpadu yang jelas. Padahal 6000 tahun
lampau di kalangan bangsa Sumeria telah terdapat suatu sistem kalender yang
terstruktur denganbaik.
 Rukyat tidak dapat menyatukan awal bulan Islam secara global. Sebaliknya,
rukyat memaksa umat Islam berbeda memulai awal bulan Qamariah, termasuk
bulan-bulan ibadah. Hal ini karena rukyat pada visibilitas pertama tidak
mengcoverseluruhmukabumi.Padahariyangsamaadamukabumiyangdapat
merukyattetapiadamukabumilainyangtidakdapatmerukyat.Kawasanbumi di
atas lintang utara 60 derajad dan di bawah lintang selatan 60 derajad adalah
kawasan tidak normal, di mana tidak dapat melihat hilal untuk beberapa waktu
lamanya atau terlambat dapat melihatnya, yaitu ketika bulan telah besar.
Apalagikawasanlingkaranartikdanlingkaranantartikayangsiangpadamusim
panas melabihi 24jam dan malam pada musim dingin melebihi 24jam.
 Jangkauan rukyat terbatas, dimana hanya bisa diberlakukan ke arah timur
sejauh 10 jam. Orang di sebelah timur tidak mungkin menunggu rukyat di
kawasan sebelah barat yang jaraknya lebih dari 10 jam. Akibatnya, rukyatfisik
tidak dapat menyatukan awal bulan Qamariah di seluruh dunia karena
keterbatasan jangkauannya. Memang, ulama zaman tengah menyatakanbahwa
apabila terjadi rukyat di suatu tempat maka rukyat itu berlaku untuk seluruh
mukabumi.Namun,jelaspandanganinibertentangandenganfaktaastronomis, di
zaman sekarang saat ilmu astronomi telah mengalami kemajuan pesat jelas
pendapat semacam ini tidak dapatdipertahankan.
Rukyat menimbulkan masalah pelaksanaan puasa Arafah. Bisa terjadi di Makkah belum
terjadi rukyat sementara di kawasan sebelah barat sudah, atau di Makkah sudah rukyat
tetapi di kawasan sebelah timur belum. Sehingga bisa terjadi kawasan lain berbeda satu
hari dengan Makkah dalam memasuki awal bulan Qamariah. Masalahnya, hal ini dapat
menyebabkan kawasan ujung barat bumi tidak dapat melaksanakan puasa Arafah karena
wukuf di Arafah jatuh bersamaan dengan hari Idul Adha di ujung barat itu. Kalau
kawasan barat itu menunda masuk bulan Zulhijah demi menunggu Makkah padahal hilal
sudah terpampang di ufuk mereka, ini akan membuat sistem kalender menjadi kacau
balau
1. Hadis riwayat AbuHurairah

Hadis riwayat Ibnu Umar

2. Perbedaan dan persaaan antara rukyatul hilal, wujudul hilal, danmabims


Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan merukyat
(mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal
terlihat), maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.
Kriteria ini berpegangan pada Hadits Nabi Muhammad:
Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika
terhalang maka genapkanlah (istikmal) menjadi 30 hari".
Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Nahdlatul Ulama (NU), dengan dalih mencontoh
sunnah Rasulullah dan para sahabatnya dan mengikut ijtihad para ulama empat mazhab.
Bagaimanapun, hisab tetap digunakan, meskipun hanya sebagai alat bantu dan bukan
sebagai penentu masuknya awal bulan Hijriyah.
Wujudul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan
menggunakan dua prinsip: Ijtimak (konjungsi) telah terjadi sebelum Matahari terbenam
(ijtima' qablal ghurub), dan Bulan terbenam setelah Matahari terbenam (moonset after
sunset); maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan (kalender)
Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude) Bulan saat Matahari
terbenam.
Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Muhammadiyahdan Persisdalam penentuan
awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha untuk tahun-tahun yang akan datang. Akan
tetapi mulai tahun 2000 PERSIS sudah tidak menggunakan kriteria wujudul-hilal lagi,
tetapi menggunakan metode Imkanur-rukyat. Hisab Wujudul Hilal bukan untuk
menentukan atau memperkirakan hilal mungkin dilihat atau tidak. Tetapi Hisab Wujudul
Hilal dapat dijadikan dasar penetapan awal bulan Hijriyah sekaligus bulan (kalender)
baru sudah masuk atau belum, dasar yang digunakan adalah perintah Al-Qur'an pada QS.
Yunus: 5, QS. Al Isra': 12, QS. Al An-am: 96, dan QS. Ar Rahman: 5, serta penafsiran
astronomis atas QS. Yasin: 36-40.
Imkanur Rukyat adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah yang
ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia,dan Singapura (MABIMS), dan dipakai secararesmi
untuk penentuan awal bulan Hijriyah pada Kalender Resmi Pemerintah, dengan prinsip:
Awal bulan (kalender) Hijriyah terjadijika:
 Pada saat Matahari terbenam, ketinggian (altitude) Bulan di atas cakrawala
minimum 2°, dan sudut elongasi (jarak lengkung) Bulan-Matahari minimum 3°,
atau
 Pada saat bulan terbenam, usia Bulan minimum 8 jam, dihitung sejakijtimak.
Secara bahasa, Imkanur Rukyat adalah mempertimbangkan kemungkinan terlihatnya
hilal. Secara praktis, Imkanur Rukyat dimaksudkan untuk menjembatani metode rukyat
dan metode hisab.Terdapat 3 kemungkinan kondisi.
 Ketinggian hilal kurang dari 0 derajat. Dipastikan hilal tidak dapat dilihat
sehingga malam itu belum masuk bulan baru. Metode rukyat dan hisab sepakat
dalam kondisiini.
 Ketinggian hilal lebih dari 2 derajat. Kemungkinan besar hilal dapat dilihat pada
ketinggian ini. Pelaksanaan rukyat kemungkinan besar akan mengkonfirmasi
terlihatnya hilal. Sehingga awal bulan baru telah masuk malam itu. Metoderukyat
dan hisab sepakat dalam kondisiini.
 Ketinggian hilal antara 0 sampai 2 derajat. Kemungkinan besar hilal tidak dapat
dilihat secara rukyat. Tetapi secara metode hisab hilal sudah di atas cakrawala.
Jika ternyata hilal berhasil dilihat ketika rukyat maka awal bulan telah masuk
malam itu. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini. Tetapi jika rukyat
tidak berhasil melihat hilal maka metode rukyat menggenapkan bulan menjadi30
hari sehingga malam itu belum masuk awal bulan baru. Dalam kondisi ini rukyat
dan hisab mengambil kesimpulan yang berbeda.
Meski demikian ada juga yang berpikir bahwa pada ketinggian kurang dari 2 derajat hilal
tidak mungkin dapat dilihat. Sehingga dipastikan ada perbedaan penetapan awal bulan
pada kondisi ini.Hal ini terjadi pada penetapan 1 Syawal 1432 H / 2011 M.
3. Kriteria neo mabims salah satu konsep menentukan awal bulan komariah dengansyarat
ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Ini dianggap perbaikan konsep
sebelumnya yang mensyaratkan ketinggian hilal 2 derajat, elongasi 3 derajat, dan umur
bulan 8 jam (MABIMS 2,3,8). Alasannya adalah Delegasi Brunei Darussalam dan
Malaysia mengusulkan perubahan kriteria imkanur rukyat MABIMS (2,3,8) karena
dianggap kurang sesuai dengan praktik di lapangan. Singapura mengusulkan tiga
alternatif. Tetap 2, 3, 8, ikut Istanbul, dan lebih tinggi dariIstanbul.

Anda mungkin juga menyukai