Anda di halaman 1dari 24

RUKYAT

Salma Supadi Putri 212111043


Tsaniatun Khoirunnisa 212111057
Fajar Agung Nugraha 212111060
Muzaki Alawi 212111075
Sub Materi
Pelaksanaan Rukyat
1 Pengertian Rukyat 4 Gawang Lokasi

Pelaksanaan Rukyat
2 Syarat Rukyat 5 dengan Thedolite

Pelaksanaan Rukyat
3 Mata Telanjang 6 Pelaporan Rakyat
SYARAT RUKYAT
Pengertian Rukyat
Rukyat menurut bahasa berasal dari kata ra’a, yara, ra’yan, wa ru’yatan yang
bermakna melihat, mengerti, menyangka, menduga dan mengira,
memperhatikan/melihat dan discern (melihat). Dalam khazanah fiqh, kata rukyat
lazim disertai dengan kata hilal sehingga menjadi rukyatul hilal yang berarti
melihat hilal (bulan baru).

Rukyatul hilal ini berkaitan erat dengan masalah ibadah terutama ibadah
puasa. Rukyat menurut istilah adalah melihat hilal pada saat matahari terbenam
tanggal 29 bulan Qamariyah. Kalau hilal berhasil dirukyat maka sejak matahari
terbenam tersebut sudah dihitung bulan baru, kalau tidak terlihat maka malam itu
dan keesokan harinya masih merupakan bulan yang berjalan dengan digenapkan
(diistikmalkan) menjadi 30 hari
Pengertian Rukyat
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan
bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat
dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.
Aktivitas rukyat dilakukan pada saat menjelang terbenamnya Matahari pertama
kali setelah ijtimak (pada waktu ini, posisi Bulan berada di ufuk barat, dan Bulan
terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari). Apabila hilal terlihat, maka pada
petang (Maghrib) waktu setempat telah memasuki tanggal 1.
SYARAT RUKYAT
Syarat Rukyat
Jika hilal di bawah ufuk Jika hilal masih di bawah ufuk atau
minus di bawah 0 derajat, maka rukyah tidak lagi berlaku fardu
1 kifayah. Hal ini mengingat hilal tidak mungkin dapat dilihat
karena posisinya berada di bawah ufuk. Dengan begitu, secara
otomatis berlaku istikmal, yaitu bulan sebelumnya digenapkan
menjadi 30 hari.
Syarat Rukyat
Jika hilal teramati Jika hilal dapat teramati dengan posisinya
yang sudah mencapai kriteria imkan rukyah (visibilitas hilal,
2 kemungkinan hilal bisa teramati), maka kesaksian perukyat
tersebut dapat diterima. Dengan begitu, bulan berlaku isbat.
Artinya, bulan hanya berumur 29 hari dan esoknya sudah mulai
bulan baru.
Syarat Rukyat
Jika hilal melebihi kriteria imkan rukyah Jika hilal telah

3 melebihi kriteria imkan rukyah yang dipedomani NU, tetapi


hilal tidak teramati di seluruh titik di Indonesia, maka berlaku
istikmal
Syarat Rukyat
Jika hilal sudah tinggi Jika hilal sudah sangat tinggi, tetapi tidak
teramati, secara hukum mestinya istikmal. Namun, jika berlaku
4 istikmal akan berpotensi mengakibatkan umur bulan berikutnya
hanya 28 hari. Karenanya, jika terjadi kondisi demikian, maka
berlaku peniadaan istikmal, meskipun hilal tidak terlihat.
PELAKSANAAN RUKYAT
MATA TELANJANG
Pelaksanaan Rukyat Mata Telanjang
Secara tradisional, pengamatan benda langit dilakukan dengan mata
telanjang atau bantuan peralatan yang sangat sederhana seperti rubu’ al-
Mujayyab, seiring dengan berkembangnya zaman yang modern seperti
sekarang ini banyak teknologi yang dapat memudahkan para pengamat
untuk melihat benda langit seperti teleskop. Para ulama berbeda pendapat
terkait hukum penggunaan alat bantu dalam rukyat al-hilāl ada yang tidak
membolehkannya seperti Ibnu Hajar yang tidak mengesahkan rukyah
dengan menggunakan cara pemantulan, misalnya melalui permukaan kaca
atau air (nahwa mir’atin), karena pengamatan dengan cara pemantulan
dikhawatirkan yang dilihat bukanlah bentuk wujud aslinya (dzohir).
Pelaksanaan Rukyat Mata Telanjang

Selanjutnya as-Syarwani menjelaskan benda kaca yang dimaksud oleh


Ibnu Hajar antara lain adalah air, ballur (benda yang berwarna putih seperti
kaca), dan alat yang mendekatkan yang jauh atau memperbesar yang kecil.
Namun, as-Syarwani berpendapat bahwa rukyat dengan alat (nadzarah)
tetap dikatakan sebagai rukyat.
PELAKSANAAN RUKYAT
GAWANG LOKASI
Pelaksanaan Rukyat Gawang Lokasi
Gawang Lokasi merupakan alat bantu rukyat hilal kasik yang hingga saat ini
masih banyak digunakan oleh para pegiat falak dalam praktik rukyat hilal. Gawang
Lokasi termasuk kedalam kelompok alat bantu rukyat non optik, sehingga alat terebut
tidak dilengkapi dengan lensa tertentu yang mampu memperbesar dan memperbesar
objek yang diamati. fungsi dari alat bantu rukyat non optik hanya untuk membantu
memfokuskan pandang kita ke arah posisi hilal berada. Konsep kerja alat ini adalah
menggunakan sistem koordinat sumbu x dan y. koordinat sumbu x berfungsi untuk
mengukur azimuth hilal, sedangkan sumbu y berfungsi untuk mengukur altitude hilal.
Azimuth dan altitude hilal di ukur dari posisi Matahari terbenam. Alat ini terdiri dari
dua komponen utama yaitu, tiang pembidik dan bidang Gawang Lokasi.
Pelaksanaan rukyat dengan theodolite
Penggunaan theodolit untuk mengukur arah kiblat dapat digunakan dengan fasilitas
kompas dan sinar matahari. Berikut langkah-langkah yang harus dilalui:

1 Tahap penyiapan

Pasang penyangga (tripod) di lokasi yang mendapat sinar Matahari (panduan


2 Matahari)

Pasang penyangga (tripod) di lokasi yang tidak terpengaruh medan magnetik


2 (panduan kompas)
Lanjut...
4 Pasang Theodolite di atas penyangga (tripod)

Lakukan centering menggunakan optik atau gunakan bandul dan lakukan leveling
pada alat sehingga gelembung nivo bulat dan nivo tabung berada di tengah. Untuk
5 memudahkan, lakukan leveling pada ketiga sisi bagian tripodnya. Jika sudah presisi
pada ketigasisinya maka secara otomatis nivo tabung berada ditengah bulatannya

Pastikan Theodolit siap digunakan seperti memeriksa baterai dan semua bagian
6 Theodolit dapat berfungsi dengan baik
PELAPORAN RAKYAT
Pelaporan Rakyat
Hasil rukyah hilal yang telah dilakukan dibeberapa daerah kemudian
dilaporkan kepada Menteri Agama RI sebagai salah satu bahan data untuk hasil
rukyatul hilal secara nasional. Mengungkapkan bahwa penentuan awal bulan
baru lewat rukyat bisa dibedakan atas rukyat yang berpandukan hisab, dan
rukyat tanpa hisab. Pada rukyat yang berpandukan hisab, jika hasil pengamatan
hilal positif, maka akan dibandingkan dengan posisinya berdasarkan hisab. Jika
cocok, maka dimulailah bulan baru. Sedangkan jika menurut hisab hilal tidak
mungkin bisa diamati karena bulan telah terbenam, maka hasil rukyat yang
menyatakan hilal teramati, akan dibatalkan.
Pelaporan Rakyat
Prosedur Prosedur
Struktural Non Struktural

Ada dua macam prosedur yang ditempuh


dalam penyampaian laporan hasil pelaksanaan
rukyat al-hilal
Prosedur Struktural
Yaitu laporan bulanan dan tahunan yang disampaikan oleh Pengadilan Agama kepada
Pengadilan Tinggi Agama dan kepada Ditbinbapera Islam, atau laporan tahunan dari Pengadilan
Tinggi Agama kepada Ditbinbapera Islam, yang memuat kegiatan rukyat yang dilakukan oleh
seluruh Pengadilan Agama yang ada di wilayah juridiksinya. Di samping memuat data kegiatan
rukyat yang dilakukan, juga memuat kegiatan-kegiatan lain yang ada kaitannya dengan hisab
rukyat, seperti musyawarah, kursus, kerjasama dengan instansi lain dan sebagainnya.
Prosedur Non Struktural
Yaitu laporan yang disampaikan langsung ke pusat, baik oleh Pengadilan Agama,
Pengadilan Tinggi Agama atau petugas lainnya di luar laporan bulanan dan tahunan. Ada dua
macam laporan dengan prosedur non struktural:

Laporan lisan untuk kepentingan penentuan awal Ramadhan, Syawal dan


1 Dzulhijjah

2 Laporan tulisan untuk kepentingan teknis hisab rukyat.


Sesi Diskusi

Anda mungkin juga menyukai