Anda di halaman 1dari 5

Iptek dalam Rukyat hilal

awal bulan dan akhir bulan

Amirullah
(21701053046)
Ahmad faiq makhzum
(21701053048)
Penentuan awal bulan menjadi sangat signifikan untuk bulan-bulan yang
berkaitan dengan ibadah dalam agama Islam, seperti bulan Ramadhan
 (yakni umat Islam menjalankan puasa ramadan sebulan penuh), Syawal
 (yakni umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri), serta Dzulhijjah (dimana
terdapat tanggal yang berkaitan dengan ibadah Haji dan Hari Raya 
Idul Adha).
Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk menentukan awal bulan,
adalah harus dengan benar-benar melakukan pengamatan hilal secara
langsung. Sebagian yang lain berpendapat bahwa penentuan awal bulan
cukup dengan melakukan hisab (perhitungan matematis/astronomis), tanpa
harus benar-benar mengamati hilal. Keduanya mengklaim memiliki dasar
yang kuat.
Metode yang digunakan dalam beberapa kriteria sebagai penentuan awal
bulan pada Kalender Hijriyah yaitu Rukyat hilal
Pengertian Rukyat hilal
• Rukyat memiliki arti “pengamatan“. Dalam Ilmu Falak, Rukyat adalah
proses pengamatan visibilitas hilal (kemunculan hilal) pada waktu yang
telah ditentukan, biasanya dilakukan setelah ijtima’. Hilal sendiri
merupakan bulan sabit pertama yang masih sangat muda sehingga
akan sangat sulit dilihat. Kemunculan hilal biasanya berada di dekat
matahari terbenam dan memiliki umur yang sangat pendek.
Pengamatan hilal biasanya dilakukan di hari ke-29 dari bulan Hijriah
untuk menentukan pergantian bulan atau belum.

• rukyat dan hilal dengan artinya tersebut digabungkan, maka arti rukyatul
hilal adalah pengamatan dengan mata kepala terhadap penampakan
bulan sabit sesaat setelah matahari terbenam di hari telah terjadinya
ijtima’ (konjungsi). Rukyatul hilal adalah suatu kegiatan atau usaha
melihat hilal atau bulan sabit di langit (ufuk) sebelah barat setelah
matahari terbenam menjelang awal bulan baru –khususnya menjelang
bulan Ramadhan, Syawwal dan Dzulhijjah- untuk menentukan kapan
bulan baru itu dimulai
Rasulullah SAW bersabda: "Berpuasalah kamu karena melihat
hilal (bulan) dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika
terhalang maka genapkanlah (istikmal) 30 hari." Berdasarkan
hadits tersebut Nahdhatul Ulama (NU) sebagai ormas Islam
berhaluan ahlussunnah wal jamaah (ASWAJA) yang
berketetapan mencontoh sunah Rasulullah dan para
sahabatnya dan mengikut ijtihad para ulama empat mazhab
(Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali) dalam hal penentuan
awal bulan Hijriyah wajib menggunakan rukyatul hilal bil fi'li,
yaitu dengan melihat bulan secara langsung. Hukum
melakukan rukyatul hilal adalah fardlu kifayah dalam
pengertian harus ada umat Islam yang melakukannya; jika
tidak maka umat Islam seluruhnya berdosa.
Pelaksanaan Rukyat hilal

Rukyat dilakukan setelah matahari terbenam. Hilal hanya tampak


setelah matahari terbenam (maghrib), karena intensitas cahaya
hilal sangat redup dibanding cahaya matahari, serta ukurannya
sangat tipis. Apabila hilal terlihat, maka pada petang (maghrib)
waktu setempat telah memasuki bulan (kalender) baru Hijriyah.
Apabila hilal tidak terlihat maka awal bulan ditetapkan mulai
maghrib hari berikutnya. Perlu diketahui bahwa dalam kalender
Hijriyah, sebuah hari diawali sejak terbenamnya matahari waktu
setempat, bukan saat tengah malam. Sementara penentuan awal
bulan (kalender) tergantung pada penampakan (visibilitas) bulan.
Karena itu, satu bulan kalender Hijriyah dapat berumur 29 atau 30
hari.

Anda mungkin juga menyukai