Anda di halaman 1dari 5

METODE PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIYAH DENGAN MATA BATIN

(Tarekat Syattariyyah, Hikmatul Iman, Sufi)


Naza Qurotu A’yun1, Mega Patria Sri Wilujeng 2, Dava Verel Al Califa 3, Dimas Qoirul
Abidin4
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
A. Tarekat Syattariyyah
Tarekat Syattariyyah sendiri adalah sebuah tarekat yang dinisbatkan kepada Syaik
Abdullah al-Syattar (w, 890 H/1485 M). Tarekat tersebut berakat kepada tarekat
Isyqiyyah di Iran atau Bistamiyyah (asosiasi kepada Yazib al-Bisthami) di Turki
Usmani yang didirikan oleh Syihabuddin Abu Hafs al-Suhrawardi (w. 632 H/1234 M).
Sebutan Syattariyyah muncul ketika Abdullah al-Syattar mengembangkannya di
wilayah India. Penyebaran Syattariyyah lebih lanjut mendapatkan momentumnya pada
diri Muhammad Ghauts, yang memasukkan elemen-elemen yoga dalam formulasi
dzikir Syattariyyah dan menghasilkan berbagai karya penting. Pengembangan
Syattariyyah keluar dari India dilakukan oleh Sibghatullah bin Ruhillah Jamal al-
Barwaji (w. 1015 H/1606 M). Sibghatullah juga merupakan teman karib Fadlullah
Burhanpuri (w. 1029 H/1620 M), penulis kitab Tuḥfah alMursalah. 5
Awal perkembangan Tarekat Syatthȃriyyah di wilayah MelayuIndonesia tidak
dapat dipisahkan dari masa kembalinya Abdurrauf al-Sinkili bin Ali al-Jawi dari
Haramayn pada awal paruh kedua abad 17 tepatnya pada tahun 1661 M setahun setelah
pimpinan Tarekat Syatthȃriyyah pada saat itu yakni guru utamanya Ahmad al-Qusyasyi
wafat. Masa kembalinya alSinkili dari Haramayn ini dapat dianggap sebagai awal
masuknya Tarekat Syatthȃriyyah ke dunia Melayu-Indonesia. Sejauh ini tidak ada
riwayat lain yang menyebutkan bahwa Tarekat ini telah hadir sebelumnya.
Mengenai ajaran Tarekat Syatthȃriyyah yang berkembang di Nusantara yang
dibawa oleh Abdurrauf al-Sinkili, dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian. Bagian
pertama adalah Ketuhanan Dan Hubungannya Dengan Alam. Bagian kedua adalah
Insan Kamil atau Manusia Ideal, dimana Insan kamil lebih mengacu kepada hakikat
manusia dan hubungannya dengan penciptanya. Sedangkan bagian ketiga adalah Jalan

1
Naza Qurotu A’yun, NIM 1261002234
2
Mega Patria Sri Wilujeng, NIM 126102202253
3
Dava Verel Al Califa, NIM 126102202258
4
Dimas Qoirul Abidin, NIM 126102202262
5
Ahwan Fanani, Ajaran Tarekat Syattariyah dalam Naskah Risalah Shattariyyah, jurnal: Walisongo 20, no.2
(Gresik, November 2012), hal. 358
Kepada Allah, dalam hal ini Tarekat Syatthȃriyyah menekankan pada rekonsiliasi
Syari’at dan Tashawuf, artinya memadukan Tauhid dan Dzikir. 6
Di antara murid-murid al-Sinkili, yang paling terkemuka di antaranya adalah
Syaikh Burhanuddin dari Ulakan, Pariaman, Sumatera Barat dan Syaikh Abdul Muhyi
dari Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa barat. Kedua murid al-Sinkili ini berhasil
melanjutkan dan mengembangkan silsilah Tarekat Syatthȃriyyah, dan menjadi tokoh
sentral di wilayahnya masing masing. Syaikh Burhanuddin menjadi khalifah utama
bagi semua khalifah Tarekat Syatthȃriyyah di wilayah Sumatera Barat pada periode
berikutnya.
B. Tarekat Sattariyyah dalam Menentukan Awal Bulan Hijriyah
Menentukan awal bulan Islam bagi jamaah Tarekat Syatthȃriyyah merupakan
salah satu kewajiban yang harus dilakukan. Dalam ajaran Tarekat Syatthȃriyyah,
penentuan awal bulan Islam cukup dilakukan sekali seumur hidup. Inipun jika hasil
rumusan sebelumnya tidak hilang. Dilakukannya hal tersebut, karena dalam ajaran
Tarekat Syatthȃriyyah, hilal yang dimaksud dalam hadits-hadits Nabi bukanlah bulan
sabit sebagaimana yang dipersepsikan kebanyakan umat Islam dunia. Melainkan
penanggalan yang terdapat pada kening Nabi Muhammad SAW. Sedangkan
penanggalan yang terdapat dikeningnya Nabi Muhammad SAW hanya bisa dilihat
dengan mata hati, yang kemudian diaplikasikan kedalam bentuk kalender melalui
metode hisab ‘urfi. Artinya, hilal yang berada dikeningnya Nabi Muhammad SAW yang
telah dilihat dengan mata hati, akhirnya dirumuskan menjadi sebuah kalender. Hanya
saja perumusan tersebut cuma bisa dilakukan dengan menggunakan metode hisab
‘urfi. 7
Pengaplikasian perhitungan dalam ajaran Tarekat Syatthȃriyyah yang
menggunakan hisab ‘urfi tersebut dengan hitungan 1 windu, 8 tahun dan pada tahun
pertama dimulai pada hari Rabo wage. Tahun Kabisat dalam perhitungan ini terjadi
pada tahun ke 2, 5, dan 8. Perhitungan ini memunculkan rumusan dalam satu tahun
terdapat 12 bulan. Dalam satu bulannya terdapat 29-30 hari. Dalam hal ini bulan genap
berumur 29 hari dan bulan yang ganjil berumur 30 hari. Dengan demikian maka tidak

6
Ilham Nadhirin, Penentuan Awal Bulan Islam dalam Ajaran Thariqah Syatthariyyah (Studi di Desa Setono
Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Jawa Timur), (Malang: UIN Maulana Malik Malang, 2013), pada laman
https://syariah.uin-malang.ac.id/penentuan-awal-bulan-islamdalam-ajaran-thariqah-syatthariyyah-setudi-di-desa-
setono-kecamatan-ngrambe-kabupatenngawi-jawa-timur/ diakses pukul 13.00 WIB tanggal 11 April 2023
7
ibid
khayal apabila penentuan awal bulan Islam dalam ajaran Tarekat Syatthȃriyyah cukup
dilakukan sekali seumur hidup. 8
C. Hikmatul Iman
Metode yang dilakukan di perguruan Hikmatul Iman dalam melihat hilal untuk
menentukan awal bulan yakni dengan menggunanakan metode ngimpleng. Ngimpleng
sendiri merupakan penerawangan dengan mata tertutup tetapi mata batin terbuka.
Fungsinya untuk melihat sesuatu dari jarak jauh, makhluk gaib, atau segala sesuatu
yang diluar jangkauan pandangan. Caranya dengan memejamkan mata dan konsentrasi
pada objek yang dituju, sambil mengosongkan pikiran sampai ada gambaran atau
visualisai di kepala. Metode penentuan awal bulan Hikmatul Iman merupakan metode
penentuan awal bulan dalam penanggalan Islam yang dikembangkan oleh organisasi
Hikmatul Iman Indonesia. Metode ini didasarkan pada perhitungan astronomi yang
menggunakan pengamatan bulan saat terbit dan tenggelam.

Metode ini mempertimbangkan enam kriteria, yaitu:

1. Waktu terbit bulan: bulan harus terbit sebelum Matahari terbenam pada hari tersebut.
2. WaktuWaktu tenggelam bulan: bulan harus tenggelam setelah Matahari terbenam pada
haritersebut.
3. KetinggianKetinggian bulan: bulan harus di atas horizon minimal 2 derajat saat
terbenam.
4. Umur bulan: bulan harus memiliki umur minimal 8 jam dan 48 menit saat Matahari
terbenam pada hari terbenam
5. Jarak bulan dari Matahari: bulan harus memiliki jarak lebih dari 3 derajat dari Matahari
saat terbenam.
6. Jarak bulan dari bumi: bulan harus memiliki jarak lebih dari 10 derajat dari bumi saat
terbenam.

Jika semua kriteria terpenuhi, maka hari tersebut dianggap sebagai awal bulan
dalam penanggalan Hikmatul Iman. Namun, jika kriteria tidak terpenuhi, maka bulan
dianggap belum terlihat dan hari tersebut dianggap sebagai 30 Ramadan dalam
penanggalan sebelumnya.

8
ibid
Metode ini sering digunakan oleh masyarakat muslim di Indonesia dalam
menentukan awal bulan, terutama bagi yang mengikuti organisasi Hikmatul Iman
Indonesia. Namun, metode ini belum secara resmi diakui oleh pemerintah Indonesia
maupun organisasi-organisasi lain yang menggunakan penanggalan Hijriyah. 9
D. Sufi

Metode penentuan awal bulan dengan menggunakan metode sufi merupakan


salah satu metode yang digunakan dalam Islam untuk menentukan awal bulan. Metode
ini dilakukan dengan mengamati hilal atau bulan sabit yang muncul di langit pada
malam pertama bulan. Para sufi percaya bahwa melalui meditasi dan pengetahuan
spiritual, mereka dapat memperoleh pandangan langsung terhadap bulan sabit pada
malam pertama bulan. Metode sufi bukanlah satu-satunya metode yang digunakan
dalam Islam untuk menentukan awal bulan, namun metode ini dianggap memiliki
kemungkinan keberhasilan yang lebih tinggi karena dilakukan dengan cara yang lebih
terstruktur. Metode sufi biasanya dilakukan oleh para ahli astronomi dan agenda
religius yang dipercayakan untuk menentukan awal bulan.

Namun, metode sufi juga memiliki keterbatasan. Metode ini hanya dapat
digunakan di tempat-tempat tertentu di dunia, di mana langit benar-benar berawan pada
malam pertama bulan, maka sulit bagi para sufi untuk melihat bulan sabit. Oleh karena
itu, metode sufi kadang-kadang digabungkan dengan metode penentuan awal bulan
lainnya untuk menghasilkan keputusan yang lebih akurat.10

9
https://metafisis.wordpress.com/2012/07/19/rukyat-1-ramadhan-1433-menurut-dicky-zainal-arifin/, di akses
pukul 22.38 WIB, tanggal 12 April 2023
10
A Reynold Nicholson, The Mystics of Islam, (Sacramento: Maurine Press, 2006), h. 16.
DAFTAR PUSTAKA

Ilham, Nadhirin.2013. Penentuan Awal Bulan Islam dalam Ajaran Thariqah Syatthariyyah.
(https://syariah.uin-malang.ac.id/penentuan-awal-bulan-islamdalam-ajaran-thariqah-
syatthariyyah-setudi-di-desa-setono-kecamatan-ngrambe-kabupatenngawi-jawa-timur/ ,
diakses pukul 13.00 WIB tanggal 11 April 2023).

Dicky,Zainal Arifin.2012. Rukyat 1 Ramadan 1433.


(https://metafisis.wordpress.com/2012/07/19/rukyat-1-ramadhan-1433-menurut-dicky-zainal-
arifin/, diakses pukul 22.38 WIB, tanggal 12 April 2023).

Anda mungkin juga menyukai