Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri ( UIN ) Sunan Ampel Surabaya,
Nurlailiholisatun@gmail.com
Abstrack
Difference is a normal thing, even in Islam it is a blessing that we should be grateful for. and the differences that
usually occur in Indonesia, especially the Islamic religion, namely the determination of the calendar or the
determination in determining the beginning of the qamariyah month. there are lots of opinions of the scholars which
only come from the same source, namely the Qur'an and hadith, we must understand this difference, so that in
dialogue we do not easily blame people. here there is a difference according to contemporary scholars, namely
there are 5 figures. where Shaykh Ahmad Muhammad Syakir prioritizes reckoning over the new moon. And the
second is Shaykh Muhammad Rashid Ridho who is also more reckoning than the new moon for the same reason,
namely the Muslim community. it's not umm anymore. the third is Tanawhi Jauhari who also chooses reckoning, and
Shaykh Yusuf Al Qadharawi and Shaykh Ali Jumuah who prefer reckoning
Abstrak
perbedaan merupakan suatu hal yang biasa,bahkan di dalam islam itu menjadi rahmat yang harus kita syukuri. dan
perbedaan yang biasa terjadi di Indonesia terutama agama islam yakni penentuan kalender atau penentuan dalam
menentukan awal bulan qamariyah. banyak sekali pendapat para ulamanya dimana hanya dari sumber yang sama
yakni al Qur'an dan hadist, perbedaan ini harus kita pahami, sehingga dalam berdialogtika kita tidak gampang
menyalahkan orang. sini ada perbedaan menurut ulama kontemporer, yakni ada 5 tokoh. dimana syaikh ahmad
Muhammad Syakir lebih mengutamakan hisab dari pada hilal.dan yang kedua syaikh Muhammad rasyid ridho yang
juga lebih k hisab daripada hilal dengan alasana yang sama yakni ummat musli. sudah tidak ummi lagi. yang ketiga
ada tantawhi jauhari yang memilih hisab juga, dan syaikh yusuf al qadharawi dan syaikh ali jumuah yang lebih
memilih hisab.para ulama tadi lebih seruju menganjurkan menggunakan hisab
9
Ahmad muhammad syakir op.cit., h 15-16
pada masa itu ummat muslim masih ummy, berbeda dengan konteks sekrang dimana ummat
islam sudah tidak ummy lagi. 10 Dan beliau lebih condong menggunakan metode hisab
astronomis, yang memiliki dua alasan ; pertama, al-quran sangat menganjurkan umat islam
untuk mempelajari ilmu hisab. Kedua, pengamatan hilal itu dianjurkan karena sesuai dengan
keadaan zaman dahulu. Dengan berkembangnya ilmu hisab astronomis, maka penetapan hilal
bisa diganti dengan ilmu hisab yang lebih maju. dan menurut beliau ummat islam tidak boleh
selalu berada di dala ke ummy annya.
3. Tantawhi jauhari ( w. 1358 h)
Syekh tantawi bin jauhari al-mishriy, yang dikenal dengan tantawi jauhari dilahirkan di
desa kifr, iwadiflah tahun 1287 H, ada juga yang berpendapat beliau lahir pada tahun 1870
M, beliau wafat pada 11 januari tahun 1940 m di kairo mesir. 11beliau dilahirkan di dalam
keluarga petani sehingga masa kecilnya dia sering membantu orang tuanya, beeliau adalah
seorang pemikir dan cendekiawan mesir ada yang menyebutnya sebagai filosof islam. 12sambil
membantu orang tua bertani beliau juga belajar di madrasah al-ghars, dan setelah beliau
menamatkan sekolahnya di ghar beliau mendapatkan dukungan dari orang tuanya untuk
mengembangkan ilmu, akhirnya beliau berangkat ke al azhar di kairo dan disanalah beliau
bertemu dengan tokoh-tokoh pembaharu terkemuka dikota mesir, salah satunya yakni
muhammad abduh yang mengajar diberbagai kelas waktu itu, dan syekh tantawi terpengaruh
untuk dengan pandangan-pandangan beliau, terutama pandangan dalam mengadakan
reformasi masyarakat dan menyerang bid’ah. Merasa tidak puas dengan sistem pengajaran
yang ada di al azhar beliau pun pindah ke dar al-ulum dan menyelesaikan pada tahun 1311
H.kehausan beliau akan ilmu sangatlah nyata, dan diapun menjadi guru dimadrasah ibtidaiyah
dan stanawiyah dan kemudian mengajar di kuliah universitas dar-al-ulum dan diangkat
menjadi dosen pengajar di al-jamiat al-musyirat dalam mata kuliah falsafat islam.beliau
sangat gigih dalam menyiarkan ilmu allah, sampai-sampai beliau mendirikan lembaga
pendidikan asing agar ummat islam dapat memahami bahasa barat dan pemikirannya, beliau
juga mendorong masyarakat mesir untuk untuk terus belajar. Beliau memiliki motiv yakni
keyakinannya bahwa al-quran memang menganjurkan kaum muslimin untuk menuntuk ilmu
dalam arti seluas-luasnya.13
Dalam tafsir beliau al jawahir fi tafsir al-quran al-azhim secara jelas menyatakan
keharusan dalam menggunakan data hisab astronomi dalam menentukan awal bulan
puasa,hari raya, dan bulan qamariyah. Dan pernyataan ini dapat disimak dalam pandangan
beliau dalam mengomentari QS Yunus (10) 05 dan ayat-ayat yang berkaitan dengan
perhitungan gerak siang-malam.
4. Yusuf al-qardhawi
Muhammad yusuf al qardawi yakni nama lengkap dari syekh yusuf al-qardhawi dimana
beliau lahir didesa shafat turab mesir bagian barat pada tanggal 9 september 1926, desa sharf
turab terletak antara kota thanta dan kota al-mahallah al kubra, yang merupakan kota
kabupaten ( markaz ) paling terkenal di provinsi al-gharbiyyah. Berjarak sekitar 21 kilometer
10
Rasyid ridho, “itsbat syhar ramadhon wa bahts al- ‘amal fhi wa ghairihi “ jurnal al manar vol 1, no hal 63-73
11
Zaki muhammad mujahid, al-a’lam asy-syarqiyah, cet 2 juz. 1( beirut : dar al-garbal-islami, 1994), hal 319
12
Dewan redaksi, ensikopedia islam di indonesia,( jakarta; anda utama, 1992)hal 1187
13
Dewan redaksi ,ensikolopedi islam, jilid II ( jakarta; ikhtiyar van hoeve, 1993), hlm 307
dari thanta dan 9 kilometer dari al-mahallah. 14ketika berusia 2 tahun ayah dari beliau
meninggal dunia, dan diambil asuh oleh pamannya yang memperlakukan beliau layaknya
seperti anak sendiri. Dan beliau lahir dari keluarga yang taat agama. Dengan mendapatkan
perhatian penuh dari pamannya dan lingkungan sekitar beliau mulai serius menghafal al-
quran sejak usia 5 tahun dengan belajar kepada syeikh hamid, dengan ketekunan dan
kecerdasan beliau, akhirnya berhasil menghafal al-quran 30 juz dalam usia 10 tahun, dan kala
itu sudah mahir dalam tajwid dan kefasihannya swehingga seringkali menjadi imam masjid.
Beliau sangat tertarik pada tokoh-tokoh ikhwanul muslimin yang lain, karena fatwa dan
pemikiran kokoh dan mantap, diantara tokoh tersebut ialah bakhil al-khauli, muhammad al-
ghazali dan muhammad abdullah darras, selain itu beliau juga kagun terhadap dan hormat
terhadap imam mahmud sekaligus dosen yang mengajar difakultas ushuluddin dalam bidang
filsafat, meskipun yusuf al-qadri kagum dan hormat tapi beliau tidak taqlid terhadap beliau-
beliau dan tidak mengurangi sikap kritisnya, beliau pernah berkata “ karunia allah pada saya ,
bahwa kecintaan saya terhadap seorang tokoh tidak menjadikan saya taqlid kepadanya,
karena saya bukan lembaran kopiah dari orang-orang terdahulu, tetapi saya mengikuti ide dan
perilakunya, hanya saja hal itu merupakan penghalang antara saya dan pengambilan manfaat
tersebut.”
Dalam penentuan awal bulan qamariyah beliau dengan sangat tegas untuk menyeru
dalam menerima perhitungan astronomi di dalam fiqh as-syhiam-nya. Dan dalam hal ini
beliau banyak berimam terhadap rasyid ridhho dan amhad muhammad syakir.
5. Ali jumuah
Beliau adalah seorang sosok ulama yang tawadhu, dilahirkan dengan nama Ali dari
keluarga sederhana pada 3 Maret 1952 M ( 7 Jumadal Akhirah 1341) di perkampungan Bani
Sueif, Mesir. Ayahnya bernama Jum’ah sehingga terkenal dengan nama Syekh Ali Jum’ah
nisbat kepada ayahnya.Ayahnya bekerja sebagai pengacara swasta di wilayah Bani Sueif.
Syekh Ali Jum’ah memulai pendidikannya dengan memasuki sekolah umum jenjang Sekolah
Dasar hingga Sekolah Menengah Atas atau Tsanawi di Bani Sueif dan memiliki ketertarikan
pada Ilmu Syariat dan Bahasa Arab pada tingkat 2 Tsanawiyah. Beliau memulai pendidikan
agamanya dengan menghapalkan alquran pada usia 15 tahun, Setelah lulus dari perguruan
tinggi, Sheikh Ali Jum'ah terdaftar di Universitas al-Azhar. Setelah menyelesaikan gelar
sarjana kuliah Dirasat Islamiyyah wal Arabiyyah Universitas al-Azhar pada tahun 1979,
Sheikh Ali Jum'ah terdaftar dalam program magister dalam Ushulul Fiqih kuliah Syari'ah
wal Qanun Universitas al-Azhar. Beliau memperoleh gelar magister pada tahun 1985 dengan
nilai mumtaz. Diikuti dengan gelar doktor dalam Ushulul Fiqih Kuliah Syari'ah wal Qanun
Universitas al-Azhar tahuan 1988 M dengan nilai Syaraf Ula.Selain studi resminya, Sheikh
Ali Jum'ah juga belajar kepada banyak syekh dan ahli ilmu-ilmu syariah. Diantaranya ulama
hadits Maroko dan Syekh Abdullah bin Siddiq al-Ghumari. Sehingga mereka menganggap
Syekh Ali Jum'ah adalah salah satu mahasiswa yang paling berhasil.
Menurut syaikh ali jumuah ialah lebih utama menggunakan hisab dari rukyat, karena
mengandung unsur kepastian, dan rukya mengandung unsur keraguan yang disebabkan
banyak hambatan. Melalui pembacaan utuh turâts dan fenomena kontem- porer terkait
14
Yusuf al-qardhawi , perjalanan hidupku I, alih bahasa oleh ceceptaufikurrahman, ( jakarta: pustaka al-
kautsar,2003), 103.
masalah ini, Syaikh Ali Jum'ah memberi porsi obyektif terhadap hisab astronomi. Ia
mengatakan, "Tidak diragu- kan, hilal merupakan fenomena astronomis yang tetap (tsabitah)
dimana tidak ada perdebatan tentang kemungkinan terlihatnya hilal apabila terpenuhi kriteria
keterlihatannya secara indrawi Peluang keterlihatan itu tentunya akan lebih mudah lagi jika
menggunakan sarana akurat yang telah diakui keakuratannya dan populer dikalangan
spesialis"" Lebih lanjut Ali Jum'ah mengata kan, "kelahiran bulan (milad al-hill) adalah
hakikat ilmiah yang pasti dan merupakan ijmak di kalangan ulama astronomi dan hisab tanpa
ada keraguan.15
Daftar Pustaka
Majelis tarjih dan tajdid pimpinan pusat muhammadiyah ( yogyakarta; majelis tarjih dan tajdid pimpinan pusat
muhammadiyah,2009) h 18
Departemen agama R.I pedoman perhitungan awal bulan qamariyah (jakarta;pembinaan administrasi hukum dan
peradilan agama 1983) hal 8
15
Prof,dr ali jumuah ,al kalim ath tayyib fatwa asyyirriyah, 2, kairo dar as-sallam,cet II,1431 h 91
Martin Van bruinessen, kitab kuning. Pesantren dan tarekat: tradisi-tradisi islam di indonesia, (bandung; Mizan,
1995), hlm. 160
Abdullah, “biografi muhammad syakir”,http:wwscrib.com|doc|528160
Taufik abdullah, ensiklopedi tematis dunia islam,akar dan awal, (jakarta: PT. Iktiar Baru Van Hoeve,2002), hlm 173
Rasyid ridho, “itsbat syhar ramadhon wa bahts al- ‘amal fhi wa ghairihi “ jurnal al manar vol 1, no hal 63-73