Anda di halaman 1dari 77

RAMADHAN

PERSPEKTIF
HISAB DAN RUKYAT
OLEH
OMAN FATHUROHMAN SW

Disampaikan pada
Diklat Ramadhan 1444 H Forum Komunikasi Masjid Muhammadiyah
Banguntapan Utara, pada hari Ahad Kliwon, 13 Sya’ban 1444H/5 Maret 2023 M
HISAB RUKYAT
Perhitungan Penglihatan
Menghitung posisi Melihat Bulan sabit
atau kedudukan Bulan (hilal) pada saat
di langit. terbenam Matahari
tanggal 29 dari bulan
berjalan.
PENENTUAN
1 RAMADAN dengan RUKYAT
Jika pada saat terbenam matahari tanggal
29 Sya’ban hilal (bulan sabit) terlihat,
maka mulai malam itu sudah masuk
tanggal 1 Ramadan.
Sebaliknya, jika hilal tidak terlihat, maka
malam itu masih termasuk akhir bulan
Sya’ban, yakni tanggal 30 Sya’ban.
Tanggal 1 Ramadan ditetapkan pada
malam berikutnya
PENERIMAAN terhadap
HASIL RUKYAT
1. Hasil rukyat dapat diterima apabila
perukyat bersedia diambil sumpahnya
(bersumpah) di hadapan hakim.
2. Hasil rukyat dapat diterima apabila
perukyat bersedia diambil sumpahnya
(bersumpah) di hadapan hakim dan
posisi hilal yang terlihat oleh perukyat
sesuai dengan kriteria hisab visibilitas
hilal
‘ URFI HAKIKI
Perhitungan Perhitungan
rata-rata sebenarnya
Metode perhitungan untuk
penentuan awal bulan Menghitung gerak dan
dengan berpatokan pada posisi bulan yang
gerak rata-rata bulan di sebenarnya dan setepat-
langit. Kemudian dibuat tepatnya sebagaimana
kaidah-kaidah berdasarkan adanya di langit untuk
pada gerak rata-rata bulan mengetahui momentum
tersebut. awal bulan Kamariah
Arah Kiblat Waktu Salat
Menghitung
Menentukan gerak Matahari
posisi Ka’bah yang setepat-
yang setepat- tepatnya untuk
mengetahui
tepatnya dari posisinya ketika
tempat salat menunjukan awal
waktu salat
Gerhana Gerhana
Matahari Bulan
Menghitung Menghitung
posisi Matahari, posisi Matahari,
Bulan, dan Bumi Bumi, dan Bulan
sedemikian rupa sedemikian rupa
sehingga terjadi sehingga terjadi
gerhana Matahari gerhana Bulan
Terdapat dua pandangan pokok tentang metode
penetapan awal bulan:
1. Pandangan pertama: penetapan awal bulan
hanya sah dengan melakukan rukyat fisik
(fikliah) secara langsung.
2. Pandangan kedua: penetapan awal bulan
kamariah dapat juga dilakukan dengan
menggunakan hisab, bahkan metode hisab
lebih akurat dan karena itu lebih utama untuk
digunakan.
1. Hadis perintah memulai dan mengakhiri puasa
Ramadan ketika telah melihat hilal, antara lain
sabda Nabi saw,

‫ إِ َذا‬:‫ت َر ُس ْوَل هللا صعلم يَ ُق ْو ُل‬ ‫ع‬ َِ :‫ع ِن اب ِن عمر رع قال‬


‫َس‬
ُ ْ َ َ ُ ْ َ
‫فص ْوُم ْوا َوإِ َذا َرأَيْتُ ُم ْوهُ فَأَفْ ِطُرْوا فَِإ ْن غُ َّم َعلَْي ُك ْم فَاقْ ُد ُرْوا لَ ُه‬
ُ ُ‫َرأَيْتُ ُم ْوه‬
. ]‫ ومسلم‬، ‫ واللفظ له‬، ‫[رواه البخاري‬
Artinya: Apabila kamu melihat hilal berpuasalah, dan apabila
kamu melihatnya beridulfitrilah! Jika Bulan terhalang oleh awan
terhadapmu, maka estimasikanlah.
[HR al-Bukhari, dan lafal di atas adalah lafalnya, dan juga diriwayatkan oleh Muslim].
2. Hadis larangan berpuasa dan beridul fitri sebelum
melihat hilal,

ِ
‫ىت تَ َرْوهُ فَإ ْن‬ ِ ِ
َّ ‫ىت تَ َرُوا اْلالَ َل َوالَ تُ ْفط ُرْوا َح‬
َّ ‫ص ْوُم ْوا َح‬
ُ َ‫ت‬ ‫ال‬
َ
]‫ك ْم فَاقْ ُد ُرْوا لَهُ [رواه البخاري ومسلم‬ ُ ‫غُ َّم َعلَْي‬
Artinya: Janganlah kamu berpuasa sebelum
melihat hilal dan janganlah kamu beridul fitri
sebelum melihat hilal; jika Bulan terhalang oleh
awan terhadapmu, maka estimasikanlah.
[HR al-Bukhari dan Muslim].
 Perintah melakukan “estimasi” ُ‫دروا لَه‬
ْ ُ ُ ْ‫ فَاق‬dalam kedua
hadis di atas manakala hilal tidak dapat dirukyat karena
langit berawan ditafsirkan dengan menggenapkan
bilangan bulan sedang berjalan menjadi tiga puluh hari
sejalan dengan hadis berikut,

‫ب َعلَْي ُك ْم فَأَ ْك ِملُ ْوا‬ ُِّ‫ص ْوُم ْوا لُِرْؤيَتِ ِه َوأَفْ ِط ُرْوا لُِرْؤيَتِ ِه فَِإ ْن غ‬
ُ
َ ِ‫ِع َّد َة َشعباَ َن ثَالَث‬
. ]‫ ومسلم‬، ‫ واللفظ له‬، ‫ي [رواه البخاري‬ َْ ْ
Artinya: Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan
beridulfitrilah karena melihat hilal pula; jika Bulan terhalang
oleh awan terhadapmu, maka genapkan-lah bilangan bulan
Syakban tiga puluh hari
[HR al-Bukhārī, dan lafal di atas adalah lafalnya, dan juga di-riwayatkan Muslim].
3.Hadis tentang keadaan umat yang masih ummi,
yaitu sabda Nabi saw,

‫َّهُر َه َك َذا َوَه َك َذا‬


‫الش‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫َن‬َ ‫وال‬ ‫ب‬ ‫ت‬ ‫ك‬
ْ ‫ن‬
َ ‫ال‬ ‫ة‬
ٌ ‫ي‬
َّ ِ
‫ُم‬‫أ‬ ‫ة‬
ٌ ‫ُم‬
َّ ‫أ‬ َّ
‫َّن‬ ِ
‫إ‬
ْ ُ ُْ ُ ُ ّ
.]‫ي [رواه البخاري ومسلم‬ ِ‫ي ع ِِن مَّرًة تِسعةً و ِع ْش ِرين ومَّرًة ثَالث‬
َ ََ َ َ َ ْ َ َْ
Artinya: Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi;
kami tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan
hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Maksudnya
adalah kadang-kadang dua puluh sembilan hari, dan
kadang-kadang tiga puluh hari. [HR al-Bukhari dan Muslim].
4. Pendapat ulama bahwa hisab merupakan spekulasi dan
tidak memberikan kepastian.
Ibn Hajar mengutip Ibn Bazīzah:
‫ وهو مذهب ابطل فقد هنت الشريعة عن اخلوض يف‬: ‫قال ابن بزيزة‬
‫علم النجوم ألهنا حدس وختمي ليس فيها قطع وال ظن غالب مع‬
]127 ‫ ص‬4 ‫أنه لو ارتبط األمر هبا لضاق إذ ال يعرفها اال القليل [فتح الباري ج‬
.
Ibn Bazīzah Berkata: Hisab itu mazhab yang batil. Syariah melarang
untuk melibatkan diri di dalam ilmu perbintangan karena ia adalah
spekulasi dan kira-kira, tidak ada kepastian ataupun probabilitas
yang kuat di dalamnya. Seandainya perintah (untuk memulai bulan
baru) dikaitkan kepadanya maka akan timbul kesulitan karena
hanya segelintir kecil orang saja yang menguasainya [Fath al-Bārī,
IV: 127].
Para penganut hisab tidak saja menggunakan hadis-hadis,
tetapi juga menggunakan ayat-ayat al-Quran dan argumen-
argumen rasional:

1. Firman Allah dalam surat ar-Rahman:

ٍ ِ
]5 :55[ ‫قمر بسبان‬َ ‫ل‬
ْ ‫ا‬
‫و‬ ‫س‬‫َّم‬
‫الش‬
َْ ُ َُ َ ُ ْ
Artinya: Matahari dan Bulan beredar menurut perhitungan [55:
5].
2. Firman Allah dalam surat Yunus:

‫َّرُه‬
‫د‬ ‫ق‬
َ‫و‬ ‫ور‬
‫ا‬ ُ‫ن‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ق‬َ ‫ل‬
ْ ‫و‬
‫ا‬ ‫ء‬ ‫ا‬‫ي‬ ِ
‫ض‬ ‫س‬ ‫َّم‬
‫الش‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫ج‬ ‫ي‬ ِ
‫ذ‬ َّ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ه‬
َ َ ً َ َ َ ًِ َ َِ ِ ْ َ َ َ ِ ِ َ ُ
‫اّلل‬
َُّ ‫اب َما َخلَ َق‬ ‫س‬ ‫اْل‬
ْ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫الس‬ ‫د‬َ
َ َ ٍ َِ َِ ّ ِ َ ِ ُ ِْ ِ ِ َ‫د‬
َ ‫ع‬ ‫ا‬‫و‬‫م‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫ت‬
َ ‫ل‬ ‫ل‬ َ‫ز‬ ‫ا‬‫ن‬
َ ‫م‬
.]5 :10[ ‫ن‬َ ‫آلَيت ل َق ْوم يَ ْعلَ ُمو‬ ‫ا‬
ْ
َ ُ ُ َ‫ل‬‫ص‬ّ ‫ف‬
َ ‫ي‬ ‫ق‬
ّ ‫ْل‬
ْ ‫اب‬ َّ
‫ال‬ ‫إ‬ ‫ك‬َ ‫ل‬ ‫ذ‬
َ
Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya bagi Bulan itu manzilah-
manzilah, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian
itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
[Q. 10: 5].
3. Firman Allah dalam surat Ya Sin ayat 39-40,

‫ون الْ َق ِد ِي‬


)39( ِ ‫والْ َقمر قَدَّرََّنه منَا ِزَل ح َّىت عاد َكالْعرج‬
ُ ُْ َ َ َ َ ُ ْ ََ َ
‫َّها ِر‬ ِ َّ ِ َ ِ
َ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ ََ ‫س يَْن بَغ‬
‫الن‬ ‫ق‬‫ب‬ ‫ا‬‫س‬ ‫ل‬‫ي‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ر‬‫م‬ ‫ق‬ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ‫ك‬‫ر‬ ‫د‬‫ت‬ ‫ن‬‫أ‬ ‫ا‬‫ل‬ ‫ي‬ ُ ‫َّم‬
ْ ‫الش‬ َ‫ال‬
]40-39 ، ‫ن [يس‬ ‫س‬ ‫ي‬ ٍ
َ ُ َ ْ َ َ ‫َوُكل‬
‫و‬‫ح‬ ‫ب‬ ‫ك‬ ‫ل‬
َ ‫ف‬ ‫يف‬ِ
Artinya: Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah,
sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir)
kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah
mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak
dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis
edarnya [Q. 36: 39-40].
4. Hadis al-Bukhārī dan Muslim,

‫فص ْوُم ْوا َوإِ َذا َرأَيْتُ ُم ْوهُ فَأَفْ ِط ُرْوا فَِإ ْن غُ َّم‬ ‫ه‬‫و‬‫م‬ُ‫ت‬
ُ ُُْ ْ َ‫َي‬
‫أ‬‫ر‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ ِ
‫إ‬
. ]‫ ومسلم‬، ‫ واللفظ له‬، ‫ك ْم فَاقْ ُد ُرْوا لَهُ [رواه البخاري‬ ُ ‫َعلَْي‬
Artinya: Apabila kamu melihat hilal berpuasalah, dan apabila
kamu melihatnya beridulfitrilah! Jika Bulan terhalang oleh
awan terhadapmu, maka estimasikanlah [HR al-Bukhārī, dan lafal di
atas adalah lafalnya, dan juga diriwayatkan Muslim].
Terdapat tiga penafsiran terhadap hadis ini:
1. Mayoritas ulama berpendapat bahwa makna
faqduru> lahu adalah “sempurnakanlah bilangan
bulan Sya’ban 30 hari”.
2. Ulama Hanabilah mengatakan bahwa faqduru>
lahu berarti qaddiruhu tah}ta as-sah}a>b
(anggaplah ia berada di bawah awan), sehingga
malam itu ditetapkan tanggal 1 bulan baru dan
bulan berjalan berumur 29 hari. Ini berarti juga
menafsirkan faqduru> dengan “menyempitkan”.
3. Pendapat lain, menafsirkan dengan “hisablah”,
lakukanlah perhitungan hisab. (Ibn Suraij).
Penggunaa metode rukyat di zaman Rasulullah
saw dan para sahabat adalah wajar dan tidak
menimbulkan masalah karena:
1. Pada saat itu sarana yang mudah dan tersedia
hanya rukyah sementara hisab belum dikuasai.
2. Pada saat itu penggunaan rukyah tidak
menimbulkan problem karena wilayah umat
Islam masih terbatas di jazirah Arab belum
menyebar ke seluruh penjuru bumi.
1. Rukyat terbatas kaverannya (cakupannya) di muka
bumi pada hari pertama visibilitas hilal. Rukyat
tidak mencakup seluruh muka bumi, tetapi
sebaliknya membelah bumi.
▪ Tampakan hilal pada visibilitas pertama tidak
mengkaver seluruh muka bumi.
▪ Tampakan hilal membelah bumi, antara yang
dapat melihat dan yang tidak dapat melihat.
2. Rukyat tidak dapat memberikan kepastian karena
sangat ditentukan oleh sejumlah faktor, seperti
faktor geometris, asmosferik, fisiologis, dan
bahkan psikologis.
3. Rukyat tidak dapat memprediksi tanggal jauh
ke depan karena dengan rukyah tanggal satu
paling cepat baru bisa diketahui pada hari H-1
4. Rukyat tidak dapat diberlakukan ke arah timur
lebih dari 9 atau 10 jam karena kawasan dunia
di sebelah timur sudah memasuki pagi hari.
5. Rukyah dapat menimbulkan problem
berbedanya hari Arafah antara Mekah dengan
tempat lain yang jaraknya jauh dari Mekah.
6. Rukyat memerlukan tempat yang representatif
karena rukyat mensyaratkan terlihatnya cakrawala
(ufuk) sehingga tidak dapat dilakukan di
sembarang tempat.
7. Dengan rukyat tidak dapat dirumuskan sebuah
sistem kalender yang unifikatif dan komprehensif.
8. Penggunaan rukyah dapat mengakibatkan orang
yang bepergian lintas negara dalam bulan
Ramadan dan mengakhir Ramadan di negeri
tujuan hanya berpuasa 28 hari.
1. Rukyat bukan maqa>s}id syari>’ah dari hadis-
hadis yang memerintahkan rukyat, tetapi wasilah
(sarana) yang ada pada zaman Nabi saw.
2. Menurut Rasyid Rida dan Mustafa az-Zarqa,
rukyat itu bukan merupakan ibadah. Oleh karena
dapat berubah sesuai dengan perkembangan
zaman.
3. Hisab lebih akurat dan memiliki kepastian, di
samping lebih mudah dan murah.
4. Hisab memiliki landasan dalam al-Qur’an
maupun as-Sunnah, seperti terurai terdahulu.
5. Perintah rukyat dalam hadis-hadis Nabi saw.
Mengandung ‘illat (kausa), yaitu keadaan umat
pada saat itu masih ummi, kebanyakan tidak
mengenal baca tulis apalagi menghitung
astronomi. Seperti dijelaskan dalam hadis
berikut:
Hadis tentang keadaan umat yang masih ummi, yaitu
sabda Nabi saw,

‫َّهُر َه َك َذا َوَه َك َذا‬


‫الش‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫َن‬َ ‫وال‬ ‫ب‬ ‫ت‬ ‫ك‬
ْ ‫ن‬
َ ‫ال‬ ‫ة‬
ٌ ‫ي‬
َّ ِ
‫ُم‬‫أ‬ ‫ة‬
ٌ ‫ُم‬
َّ ‫أ‬ َّ
‫َّن‬ ِ
‫إ‬
ْ ُ ُْ ُ ُ ّ
]‫ي [رواه البخاري ومسلم‬ ِ‫ي ع ِِن مَّرًة تِسعةً و ِع ْش ِرين ومَّرًة ثَالث‬
َ ََ َ َ َ ْ َ َْ
Artinya: Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi;
kami tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan hisab.
Bulan itu adalah demikian-demikian. Maksudnya adalah
kadang-kadang dua puluh sembilan hari, dan kadang-
kadang tiga puluh hari [HR al-Bukhārī dan Muslim]
Dua hadis terdahulu difahami sesuai dengan kaidah fikih
(al-qawā‘id al-fiqhiyyah) yang berbunyi,

‫اَ ْْلُ ْك ُم يَ ُد ْوُر َم َع ِعلَّتِ ِه َو َسبَبِ ِه ُو ُج ْوًدا َو َع َد ًما‬

Artinya: Hukum itu berlaku menurut ada atau


tidak adanya ‘illat dan sebabnya

[I‘lām al-Muwaqqi‘īn, IV: 105].


‫ي َر ُسوالً ِمْن ُه ْم يَْت لُو َعلَْي ِه ْم ءَ َاَيتِِه‬ ِ
‫ي‬ ِ ‫ث ِيف اْأل‬
‫ُم‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ِ َّ‫هو ال‬
‫ذ‬
َ ّّ َ ََ َ ُ
‫اْلِ ْك َمةَ َوإِ ْن َكانُوا ِم ْن قَ ْب ُل لَِفي‬ ِ ‫ا‬ ‫م‬‫ه‬ ‫م‬ ِ
‫ل‬ ‫ع‬ ‫ي‬‫و‬ ‫م‬ ِ
ْ َ َ َ ْ ُ ُ ُ ّ َ ُ َ ْ ‫َويَُزّك‬
‫و‬ ‫اب‬ ‫ت‬‫ك‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ي‬ِ
.]2 : )62( ‫ي [اجلمعة‬ٍ ِ‫ضالٍَل ُمب‬ َ
Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummi
seorang rasul yang dari kalangan mereka sendiri, yang
membacakan berasal ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab
dan kebijaksanaan. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata [Q. al-Jumu‘ah
(62): 2].
6. Perintah rukyat besifat sementara sebelum
dikuasainya cara yang lebih akurat dan pasti
yaitu hisab , seperti diisyaratkan dalam ayat
al-Qur’an di atas. Itulah sebabnya maka
Syekh Syaraf al-Qudah mengemukakan
suatu kaidah:
ِ ‫َّه ِر أَ ْن ي ُكو َن ابِ ْْلِس‬
‫اب‬ ‫الش‬ ِ َ‫اْألَصل ِيف إِثْبا‬
‫ت‬
َ ْ َ ْ ْ ُْ
Artinya: Pada asasnya penetapan bulan
kamariah itu adalah dengan hisab.
1. Ijtimak qablal-fajri.
2. Ijtimak qablal-gurub.
3. Moonset after Sunset.
4. Wujudul-hilal.
5. Imkanur-rukyat.
A. KRITERIA IJTIMAK QABLAL FAJRI
❖ Telah terjadi ijtimak Bulan dan
Matahri (konjungsi).
❖ ijtimak Bulan dan Matahri terjadi
sebelum terbit fajar.
B. KRITERIA IJTIMAK QABLAL GURUB
❖ Telah terjadi ijtimak Bulan dan
Matahari (konjungsi).
❖ Ijtimak Bulan dan Matahari terjadi
sebelum terbenam Matahari.
C. KRITERIA MOONSET AFTER SUNSET
❖ Pertama kali dalam siklus bulanan
peredaran Bulan, Bulan terbenam
setelah terbenam Matahari.
MOONSET AFTER SUNSET :
Pada saat Matahari terbenam
Bulan belum terbenam.
Matahari terbenam terlebih
dahulu dibanding Bulan

Bulan Matahari

33
❖ Telah terjadi ijtimak (konjungsi) bulan
dan matahari.
❖ Ijtimak bulan dan matahari terjadi
sebelum terbenam matahari.
❖ Ketika terbenam matahari, bulan
belum tebenam, masih di atas ufuk.
WUJUDUL HILAL:
Pada saat Matahari terbenam
Bulan belum terbenam.
Matahari terbenam terlebih
dahulu dibanding Bulan.

Bulan Matahari

35
WUJUDUL HILAL
"Wujudul-hilal“ menurut rumusan K. H.
Muhammad Wardan adalah "Matahari
terbenam lebih dahulu dari pada
terbenamnya Bulan (hilal) walaupun
hanya sejarak 1 menit atau kurang“.
Wujudul hilal bukan hilal dapat dilihat
atau mungkin terlihat.
HASIL HISAB
AWAL RAMADAN 1444 H
LOKASI “YOGYAKARTA”
IJTIMAK
Rabu Pahing
30 Sya’ban 1444 H
22 Maret 2023 M
Pukul 00:25:41 WIB
TERBENAM MATAHARI
Rabu Pahing
30 Sya’ban 1444 H
22 Maret 2023 M
Pukul 17:49:47 WIB
TERBENAM BULAN
Rabu Pahing
30 Sya’ban 1444 H
22 Maret 2023 M
Pukul 18:25:07 WIB
TINGGI BULAN
Rabu Pahing
30 Sya’ban 1444 H
22 Maret 2023 M
Pukul 07:57:17 WIB
ELONGASI
09 58 45
UMUR BULAN
17jam 24menit 06detik
TINGGI BULAN dari MATAHARI
09 08 31

LAMA BULAN di atas ufuk


35menit 20detik
KESIMPULAN
1. Ijtimak terjadi pada hari Rabu
Pahing 22 Maret 2023 M.
2. Ijtimak terjadi sebelum
terbenam matahari.
3. Ketika matahari terbenam
bulan belum terbenam, masih
di atas ufuk.
KESIMPULAN
Sejak magrib Rabu Pahing 22
Maret 2023 M sudah masuk
tanggal 1 Ramadan 1444 H.
Konversinya:
1 Ramadan 1444 H =
23 Maret 2023 M
REKAP
MARKAZ: YOGYAKARTA
RAMADAN 1444 H
RABU PAHING, 22 MARET 2023 M

IJTIMAK TB MTR TB BLN TINGGI BLN ELONGASI UMUR BULAN

00:25:41 17:49:47 18:25:07 +07 57 17 +09 58 45 17j 24m 06d

AZ MTR AZ BLN TG RLTF BLN LAG TIME BLN

270 27 34 273 47 47 +09 05 17 00j 35m 20d
peta garis ketinggian Bulan pada hari Jum’at 27 Juni 2014
(29 Syakban 1435 H)

-1

-0,5

0
0,5
Perhatikan posisi bulan setelah
Perhatikan
29.52 hari posisi bulan !

Waktu tempuh
Bulan bulan
360o revolusi kembali= ke posisi semula
26.92484 tepatbumi
o revolusi pada
garis lurus antara matahari dan bumi.
Jarak ini ditempuh selama 27.321661 hari atau 655.71586 jam.
Periode ini disebut “satu bulan sinodik”
dan dinamakan “Satu bulan sidereal”
29.1061o o
26.92484

Selanjutnya perhatikan rute bulan selama satu bulan sidereal
Rutenya bukan berupa lingkaran seperti yang mungkin anda bayangkan
melainkan berbentuk kurva yang panjangnya L = v . T

L = v. T
Dimana:
v = kecepatan bulan
T = periode revolusi bulan
26.92848o
 = 27.321661 hari

27.321661 days
 = * 360o = 26.92848o
365.25636 days
Kwartir Pertama (1st QTR)
BENTUK / FASE BULAN
Periode fase bulan = 29,53055 hari

Sabit Muda Bulan Besar


(Waxing Gibbous)
(Waxing Crescent)

hilal

arah Barat Bumi


Bulan Baru arah Timur
(Ijtima’, New)
sinar matahari Purnama
(Full)

Bulan Susut
Sabit Tua (Waning Gibbous)
(Waning Crescent)

Kwartir Kedua (2nd QTR)

Fase Bulan
tampak dari Bumi
Ijtimak Bulan dan Matahari jelang Ramadan 1435 H
dilihat dari Yogyakarta

Sabtu 27 Juni 2014 pukul 15:10 WIB


Ijtimak Bulan dan Matahari jelang Ramadan 1435 H
dilihat dari Yogyakarta

Sabtu 27 Juni 2014 pukul 15:10 WIB


Posisi Bulan saat Matahari terbenam di Yogyakarta

Sabtu 27 Juni 2014 pukul 17:33 WIB


Posisi Bulan saat Matahari terbenam di Yogyakarta

Sabtu 27 Juni 2014 pukul 17:33 WIB


Ijtimak Bulan dan Matahari jelang Ramadan 1435 H
dilihat dari Jakarta

Sabtu 27 Juni 2014 pukul 15:10 WIB


Ijtimak Bulan dan Matahari jelang Ramadan 1435 H
dilihat dari Jakarta

Sabtu 27 Juni 2014 pukul 15:10 WIB


Posisi Bulan saat Matahari terbenam di Jakarta

Sabtu 27 Juni 2014 pukul 17:50 WIB


Posisi Bulan saat Matahari terbenam di Jakarta

Sabtu 27 Juni 2014 pukul 17:50 WIB


gb 2
gb3
Gb 4
Gb5
Gb 5:
BENTUK HILAL DI MEKKAH (DI INDONESIA TGL. 29 RAMADLAN 1430 H.)

iIluminasi 1,17 %
Umur : 20 jam 36 menit 35 detik

SABTU, 19 SEPTEMBER 2009 M.


GARIS KETINGGIAN HILAL MENJELANG AWAL BULAN RAMADLAN 1434 H.
DI WILAYAH INDONESIA TANGGAL 8 JULI 2013.

950 BT 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300 1350 1400
+100 +100

+ 50 + 50

00 00

- 50
- 50 0O

- 100 - 100
950BT 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300 1350 1400

950 BT 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300 1350 1400

Ijtimak: Senin Pon, 8 Juli 2013, Jam: 14:15:55 WIB.


GARIS BATAS TANGGAL WUJUDUL
HILAL
1 RAMADAN 1434 H / 8 JULI 2013

165
IJTIMAK: Rabu Pon, 7 Agustus 2013
(30 Ramadan 1434 H) pukul 04:52:19 WIB
Terbenam Matahari di Yogyakarta pukul 17:39:53
WIB
Tinggi Bulan di Yogyakarta: +03 54 11
Tinggi Bulan di wilayah Indonesia berkisar antara:
+02 27 53 sampai dengan +03 57 10
Tanggal 1 Syawal 1434 H Kamis Wage 8 Agustus
2013.
TEMPAT MAGRIB TINGGI BULAN TEMPAT MAGRIB TINGGI BULAN
BND. ACEH 18:54 +02 52 03 PLK. RAYA 17:32 +03 11 17
MEDAN 18:40 +03 00 25 BJR. MASIN 18:27 +03 17 08
PADANG 18:28 +03 26 25 SAMARINDA 18:21 +02 54 56
PKN. BARU 18:25 +03 16 00 DEN PASAR 18:20 +03 46 20
JAMBI 18:14 +03 25 27 MATARAM 18:16 +03 44 02
BENGKULU 18:17 +03 41 20 KUPANG 17:44 +03 39 15
PALEMBANG 18:08 +03 31 24 MENADO 17”53 +02 29 43
LAMPUNG 18:03 +03 44 26 GORONTALO 18:00 +02 38 45
TJ.PINANG 18:13 +03 07 51 MAJENE 18:11 +03 04 13
PKL.PINANG 18:03 +03 24 16 PALU 18:10 +02 53 09
SERANG 17:59 +03 47 50 MAKASSAR 18:06 +03 18 15
JAKARTA 17:56 +03 46 56 KENDARI 17:56 +03 07 38
BANDUNG 17:52 +03 49 54 TERNATE 18:42 +02 30 00
SEMARANG 17:41 +03 45 24 AMBON 18:34 +02 55 37
SURABAYA 17:31 +03 43 23 MANOKWARI 18:13 +02 29 04
PONTIANAK 17:53 +03 06 16 JAYAPURA 17:45 +02 27 53
GARIS KETINGGIAN HILAL MENJELANG AWAL BULAN SYAWAL 1434 H.
DI WILAYAH INDONESIA TANGGAL 7 AGUSTUS 2013.

950 BT 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300 1350 1400
+100 +100

+ 50 + 50

00 00

03O
- 50 - 50

- 100 - 100
950BT 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300 1350 1400

950 BT 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300 1350 1400

Ijtimak: Rabu Pon, 7 Agustus 2013, Jam: 04:52:19 WIB.


GARIS BATAS TANGGAL WUJUDUL
HILAL
1 SYAWAL 1434 H / 7 AGUSTUS
2013

169
IJTIMAK: Sabtu Pahing, 5 Oktober 2013 (29 Zulkaidah
1434 H) pukul 07:36:13 WIB
Terbenam Matahari di Yogyakarta pukul 17:34:13 WIB
Tinggi Bulan di Yogyakarta: +03 03 31
Tinggi Bulan di wilayah Indonesia berkisar antara:
+01 58 51 sampai dengan +03 20 02
Tanggal 1 Zulhijah 1434 H Ahad Pon 6 Oktober 2013.
Arafah (9 Zulhijah 1434 H) Senin Legi 14 Oktober 2013.
Idul Adha (10 Zulhijah 1434 H) Selasa Pahing 15
Oktober 2013.
TEMPAT MAGRIB TINGGI BULAN TEMPAT MAGRIB TINGGI BULAN
BND. ACEH 18:28 +02 50 31 PLK. RAYA 17:18 +02 47 31
MEDAN 18:17 +02 53 32 BJR. MASIN 18:15 +02 50 19
PADANG 18:12 +03 08 19 SAMARINDA 18:05 +02 34 58
PKN. BARU 18:07 +03 00 59 DEN PASAR 18:15 +03 07 05
JAMBI 17:59 +03 04 56 MATARAM 18:11 +03 04 53
BENGKULU 18:05 +03 15 42 KUPANG 17:42 +02 55 04
PALEMBANG 17:55 +03 07 38 MENADO 17:33 +02 13 16
LAMPUNG 17:54 +03 15 00 GORONTALO 17:41 +02 20 25
TJ.PINANG 17:54 +02 53 24 MAJENE 17:58 +02 38 55
PKL.PINANG 17:49 +03 02 05 PALU 17:54 +02 31 32
SERANG 17:50 +03 16 13 MAKASSAR 17:56 +02 46 43
JAKARTA 17:48 +03 15 03 KENDARI 17:45 +02 37 56
BANDUNG 17:45 +03 16 08 TERNATE 18:23 +02 11 23
SEMARANG 17:34 +03 10 57 AMBON 18:22 +02 25 51
SURABAYA 17:24 +03 07 34 MANOKWARI 17:57 +02 05 08
PONTIANAK 17:35 +02 48 22 JAYAPURA 17:32 +01 58 51
GARIS KETINGGIAN HILAL MENJELANG AWAL BULAN ZULHIJAH 1434 H.
DI WILAYAH INDONESIA TANGGAL 5 OKTOBER 2013.

950 BT 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300 1350 1400
+100 +100

+ 50 + 50
02O

00 00

- 50 - 50
03O

- 100 - 100
950BT 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300 1350 1400

950 BT 1000 1050 1100 1150 1200 1250 1300 1350 1400

Ijtimak: Sabtu Pahing, 5 Oktober 2013, Jam: 07:36:13 WIB.


GARIS BATAS TANGGAL WUJUDUL
HILAL
1 ZULHIJAH 1434 H / 5 OKTOBER
2013

173

Anda mungkin juga menyukai