Anda di halaman 1dari 22

Hisab dan Ru’yah

Oleh:
Dian Oka Putra
• zaman Nabisaw metode penentuan awal
bulan kamariah, khususnya bulan-bulan
ibadah, adalah rukyat.
• nabi saw sendiri memerintahkan melakukan
rukyat untuk memulai Ramadan dan Syawal,
sebagaimana dapat kita baca dalam hadis
beliau
Ru’yat bil Fi’ly
Tidak kurang dari 33 hadits Rasulullah s.a.w. yang
menerangkan tentang ru’yatul hilal :
 Shohih Bukhori : 1 hadits
 Shohih Muslim : 4 hadits
 Turmudzy : 2 hadits
 Nasa’ie : 6 hadits
 Ibnu Majah : 1 hadits
 Imam Ahmad : 17 hadits
 Ad-Darimy : 1 hadits
Hadits 1

• Berpuasalah kamu ketika melihat hilal dan


beridulfitrilah ketika melihat hilal pula; jika
Bulan terhalang oleh awan terhadapmu,
maka genapkanlah bilangan bulan Syakban
tiga puluh hari
[HR al-Bukhari, dan lafal di atas adalah
lafalnya, dan juga diriwayatkan Muslim].
Hadits 2

• Janganlah kamu berpuasa sebelum melihat


hilal dan janganlah kamu beridulfitri sebelum
melihat hilal; jika Bulan terhalang oleh awan
terhadapmu, maka estimasikanlah
[HR al-Bukhari dan Muslim]
Kesimpulan 2 hadits
• Hadis pertama jelas memerintahkan berpuasa
atau beridulfitri ketika hilal bulan bersangkutan
terlihat;
• Hadis kedua melarang berpuasa atau beridulfitri
sebelum dapat merukyat hilal bulan
bersangkutan.
• Oleh karena itu para fukaha berpendapat bahwa
penentuan awal bulan kamariah, khususnya
bulan-bulan ibadah, dilakukan berdasarkan
metode rukyat.
• Pada zaman Nabi saw ilmu falak belum
berkembang.
• Pengetahuan masyarakat Arab mengenai
benda-benda langit pada saat itu lebih banyak
bersifat pengetahuan perbintangan praktis
untuk kepentingan petunjuk jalan di tengah
padang pasir di malam hari
• Oleh karena itu penentuan waktu-waktu
ibadah, khususnya Ramadan dan Idulfitri, pada
masa Nabi saw didasarkan kepada rukyat fisik,
karena inilah metode yang tersedia dan
mungkin dilakukan di zaman tersebut
Sejarah Hisab
• Namun dalam perjalanan sejarah peradaban Islam,
muncul gagasan untuk menggunakan hisab sebagai
metode penentuan awal bulan kamariah, termasuk bulan-
bulan ibadah.
• Hal ini sejalan dengan besarnya perhatian Dinasti Abbasiyyah
terhadap kajian-kajian Ilmu Falak/Astronomi, khususnya pada
masa Khalifah Ja’far al-mansur dan al-Makmun. Pada masa itu
pengembangan Ilmu Falak menempati posisi ke empat
setelah Ilmu Tauhid, Fikih dan Kedokteran. Sehingga muncul
beberapa Ulama Falak seperti: al-Battani (w.317 H), al-Buzjani
(w.387 H), Ibn Yunus (399 H), At-Thusy (w.672 H), al-Biruny
(w.442 H).
Di masa al-Makmun ini pula gerakan penerjemahan literatur-
literatur Ilmu Falak/Astronomi asing ke dalam bahasa Arab
mulai marak Memang
• mula-mula penggunaan hisab dibatasi saat bulan tertutup
awan saja. Namunkemudian pemakaian hisab itu meluas
hingga mencakup penentuan awal bulan dalam semua
keadaan tanpa mempertimbangkan keadaan cuaca
• Dalam “Temu Pakar II untuk Pengkajian
Perumusan Kalender Islam” tahun 2008 di
Maroko, diputuskan bahwa, “Para peserta telah
menyepakati bahwa pemecahan problematika
penetapan bulan kamariah di kalangan kaum
Muslimin tidak mungkin dilakukan kecuali
berdasarkan penggunaan hisab untuk
menetapkan awal bulan kamariah, sepertihalnya
penggunaan hisab untuk menentukan waktu-
waktu salat …”
1. Firman Allah Swt dalam Q.s. Yunus ayat 5: .1

‫يَا ًء َو ْالقَ َم َر نُو ًرا‬#‫ض‬


ِ ‫س‬ َ #‫هُ َو الَّ ِذي َج َع َل ال َّش ْم‬
َ ‫ين َو ْال ِح َس‬
‫اب‬ َ ِ‫لَ ُموا َع َد َد ال ِّسن‬#‫از َل لِتَ ْع‬
ِ َ‫َوقَ َّد َرهُ َمن‬
2. Artinya: “Dia-lah yang menjadikan Matahari bersinar dan
Bulan bercahaya, dan ditetapkannya manazila (tempat
tempat) bagi - perjalanan Bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan hisab (perhitungan waktu).”
2. Firman Allah Swt dalam Q.s. Al Isra’ ayat 12:

َ َ‫َو َج َع ْلنَا اللَّ ْي َل َوالنَّه‬


‫ار آيَتَ ْي ِن فَ َم َح ْونَا آيَةَ اللَّ ْي ِل‬
‫اًل ِم ْن‬#‫ض‬ ْ َ‫ص َرةً لِتَ ْبتَ ُغوا ف‬ ْ
‫ب‬
ِ ُ ِ ‫م‬ ‫ار‬ َ ‫ه‬َّ ‫ن‬‫ال‬ َ ‫ة‬َ ‫ي‬ ‫آ‬ ‫ا‬َ ‫ن‬‫ل‬ْ ‫َو َج َع‬
‫اب َو ُك َّل‬
َ َ ِ ‫ين َو‬
‫س‬ ‫ح‬ ْ
‫ال‬ َ ِ‫َربِّ ُك ْم َولِتَ ْعلَ ُموا َع َد َد ال ِّسن‬
ِ ‫َش ْي ٍء فَص َّْلنَاهُ تَ ْف‬
‫صياًل‬
Artinya: “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda,
lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda
siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu,
dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan
perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan
dengan jelas.”
3. Firman Allah Swt dalam Q.s. Al An-am ayat 96:

َ ‫اح َو َج َع َل اللَّ ْي َل َس َكنًا َوال َّش ْم‬


‫س‬ ِ َ ‫ب‬ ْ
‫ص‬ ‫ِإْل‬ ‫ا‬ ُ
‫ق‬ ِ ‫ل‬‫ا‬َ ‫ف‬
‫يز ْال َعلِ ِيم‬
ِ ِ ‫ز‬ ‫ع‬
َ ْ
‫ال‬ ‫ر‬
ُ ‫ي‬ ‫د‬
ِ ْ
‫ق‬ َ ‫ت‬ ‫ك‬
َ ِ ‫ل‬‫ذ‬َ ‫ا‬ ً ‫ن‬‫ا‬َ ‫ب‬ ‫س‬ْ ‫ح‬
ُ ‫ر‬َ ‫م‬ َ
َ ‫َو‬ ‫ق‬ ْ
‫ال‬
Artinya: “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk
beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk
perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Mengetahui.”
4. Firman Allah Swt dalam Q.s. Ar Rahman ayat 5:

‫ان‬
ٍ َ ‫ب‬‫س‬ْ ‫ح‬
ُ ‫ب‬ ‫ر‬
ُ ‫م‬َ ‫ق‬ ْ
ِ َ ‫ال َّش ْمسُ َو‬
‫ال‬
Artinya: “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.”
5. Firman Allah Swt dalam Q.s. Yasin ayat 39-40:

‫ُون‬
ِ ‫ج‬ ْ
‫ُر‬ ‫ع‬ ْ
‫ال‬ َ
‫ك‬ ‫د‬
َ ‫ا‬ ‫ع‬
َ ‫ى‬ َّ ‫ت‬‫ح‬َ ‫ل‬
َ ‫از‬
ِ َ َ ‫ن‬ ‫م‬ ُ ‫ه‬ ‫ا‬ َ ‫ن‬‫ر‬ْ َّ
‫د‬ َ ‫ق‬ ‫ر‬
َ ‫م‬َ
َ ‫َو‬
‫ق‬ ْ
‫ال‬
‫ك ْالقَ َم َر‬
َ ‫َا َأ ْن تُ ْد ِر‬#‫) اَل ال َّش ْمسُ يَ ْنبَ ِغي لَه‬.( ‫ْالقَ ِد ِيم‬
َ ‫ك يَ ْسبَح‬
‫ُون‬ ٍ َ‫ار َو ُك ٌّل فِي فَل‬ ِ َ ‫ه‬َّ ‫ن‬‫ال‬ ُ
‫ق‬ ِ َ ‫َواَل الل‬
‫ب‬‫ا‬ ‫س‬ ‫ل‬ ُ ْ
‫ي‬ َّ
Artinya: “Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-
manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang
terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan
malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing
beredar pada garis edarnya”
6. Firman Allah Swt dalam Q.s. al-Baqarah:189:

‫اس‬
ِ َّ ‫ن‬ ‫ل‬ِ ‫ل‬ ُ
‫يت‬ِ ‫ق‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ي‬
َ َ َ ‫ه‬
ِ ْ
‫ل‬ ُ ‫ق‬ ‫ة‬
ِ َّ ‫ل‬‫ه‬ِ ‫األ‬ ‫ن‬
ِ ‫ع‬
َ #
‫ك‬
َ َ ‫ن‬ ‫و‬ ُ ‫ل‬‫َأ‬ ‫يَ ْس‬
‫َو ْال َح ّج‬
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit.
Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi
manusia dan (bagi ibadat) haji”
7. Hadist dari Ibnu Umar:

ٌ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأنَّهُ قَا َل ِإنَّا ُأ َّمة‬


َ ‫َع ْن النَّبِ ِّي‬
‫ُأ ِّميَّةٌ اَل نَ ْكتُبُ َواَل نَ ْحسُبُ ال َّش ْه ُر هَ َك َذا َوهَ َك َذا‬
َ ِ‫ين َو َم َّرةً ثَاَل ث‬
‫ين‬ َ ‫يَ ْعنِي َم َّرةً تِ ْس َعةً َو ِع ْش ِر‬
Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya kami
umat yang umi, tidak menulis dan idak berhisab. Bulan itu
demikian dan demikian artinya satu kali 29 dan satu kali 30.”
(HR Bukhori dan Muslim)
Ayat Al-Qur’an
dan Hadits Ru’yat bil
Fi’ly

Hisab Urfy

Penetapan Kriteria Imkanur


Awal Bulan Ilmu Hisab
Ru’yat

Hisab
Wujudul Hilal
Haqiqie

Perkembangan Ijtima’ Qoblal


IPTEK Ghurub
Ru’yat bil Fi’li

Ru’yat bila ‘ain (mata telanjang)


Ru’yat Nahwal Mir’atain (dua
cermin)
Ru’yat bin Nazhoroh (alat optik)
Kriteria Hasil Hisab
Imkan Ru’yat :
Irtifa’ > 8º (zaman Imam Syafi’ie)
Irtifa’ > 6º (Kriteria Dunjon, astronom Perancis)
Irtifa’ > 5º (Ulama’ Mesir)
Irtifa’ > 2º, jarak ke matahari > 3º,umur bulan > 8 jam (Kriteria
MABIMS)
Wujudul Hilal :
Telah terjadi Ijtima’ sebelum ghurub
Hasil Hisab Haqiqie bit Tahqiq Irtifa’ hilal telah bernilai positif.
Ijtima’ Qoblal Ghurub :
Telah terjadi Ijtima’ sebelum ghurub.
Tanpa memperhatikan apakah irtifa’ bernilai positif atau masih
negatif.
Perspektif NU
Keputusan Munas Ulama’ 1983 di Situbondo :
Ru’yat al-hilal atau istikmal
Penetapan pemerintah yang berdasar hisab tidak wajib diikuti
Ahli hisab dan orang yang meyakini hitungannya boleh
menepatkan sendiri.
Keputusan Alim Ulama, 1987 di Kasugihan Cilacap :
Menguatkan ru’yat atau istikmal.
Mathla’ wilayatul hukmi.
Ru’yatul hilal hukumnya fardlu kifayah.
Rekomendasi-rekomendasi.
Keputusan Bahtsul Masa-il, 1999 di Lirboyo Kediri :
Menolak mathla’ global (mathla’ul alam)
Perspektif Muhammadiyah
Himpunan Putusan Tarjih (HPT) tahun 1972 :
Bila hasil Ru’yat mendahului Hisab, maka yang lebih rojih
adalah ru’yat.
Munas Tarjih tahun 2000 di Jakarta :
Melihat perkembangan ilmu hisab sekarang, maka hasil hisab
haqiqi bit tahqiq dengan ijtihad jama’ie hukumnya sama
dengan ru’yat.
Kriteria yang digunakan adalah wujudul hilal.
Munas Tarjih tahun 2003 di Padang :
Kriteria wujudul hilal dengan mathla’ wilayatul hukmi.
Bila sebagian wilayah hilal sudah wujud, maka seluruh wilayah
negara sudah masuk tanggal baru.
DAFTAR IJTIMA' AWAL RAMADHAN, SYAWWAL, DAN DZUL HIJJAH 25 TAHUN

Ijtim. Ramadhan Ijtim . Syawwal Ijtim. Dzulhijjah


Tahun
Tanggal Jam Tanggal Jam Tanggal Jam
1420 08/12/1999 5:32 07/01/2000 1:14 06/03/2000 12:17
1421 26/11/2000 6:11 26/12/2000 0:22 23/02/2001 15:21
1422 15/11/2001 13:40 15/12/2001 3:48 12/02/2002 14:41
1423 05/11/2002 3:35 04/12/2002 14:35 01/02/2003 17:49
1424 25/10/2003 19:51 24/11/2003 6:00 22/01/2004 4:05
1425 14/10/2004 9:48 12/11/2004 21:27 10/01/2005 19:03
1426 03/10/2005 17:28 02/11/2005 8:25 31/12/2005 10:12
1427 22/09/2006 18:45 22/10/2006 12:14 20/12/2006 21:01
1428 11/09/2007 19:44 11/10/2007 12:01 09/12/2007 0:40
1429 31/08/2008 2:58 29/09/2008 15:12 27/11/2008 23:55
1430 20/08/2009 17:02 19/09/2009 1:44 17/11/2009 2:14
1431 10/08/2010 10:08 08/09/2010 17:30 06/11/2010 11:52
1432 31/07/2011 1:40 29/08/2011 10:04 27/10/2011 2:56
1433 19/07/2012 11:24 17/08/2012 22:55 15/10/2012 19:03
1434 08/07/2013 14:14 07/08/2013 4:51 05/10/2013 7:35
1435 27/06/2014 15:09 27/07/2014 5:42 24/09/2014 13:14
1436 16/06/2015 21:06 16/07/2015 8:25 13/09/2015 13:42
1437 05/06/2016 10:00 04/07/2016 18:01 01/09/2016 16:03
1438 26/05/2017 2:45 24/06/2017 9:31 22/08/2017 1:30
1439 15/05/2018 18:48 14/06/2018 2:44 12/08/2018 16:58
1440 05/05/2019 5:46 03/06/2019 17:02 01/08/2019 10:12
1441 23/04/2020 9:26 23/05/2020 0:39 21/07/2020 0:33
1442 12/04/2021 9:31 12/05/2021 2:00 10/07/2021 8:17
1443 01/04/2022 13:25 01/05/2022 3:28 29/06/2022 9:53
1444 22/03/2023 00:24 20/04/2023 11:13 18/06/2023 11:37

Anda mungkin juga menyukai