Anda di halaman 1dari 73

Adab Berbakti Kepada Kedua Orang Tua di Waktu Hidup

dan Setelah Matinya





Kedua orang tua, ibu-bapak kita, adalah manusia yang paling berjasa dan
utama bagi diri seseorang, Allah telah memerintahkan dalam berbagai tempat
di dalam Al-Quran agar berbakti kepada kedua orang tua. Allah
menyebutkannya berbarengan dengan pentauhidan-Nya dan memerintahkan
para hamba-Nya untuk melaksanakannya sebagaimana akan disebutkan
berikut. Hak kedua orang tua merupakan hak terbesar yang harus
dilaksanakan oleh setiap Muslim. Baik ketika keduanya masiih hidup maupun
ketika sudah meninggal dunia. Islam menjadikan berbakti kepada kedua
orang tua sebagai sebuah kewajiban yang sangat besar. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang amal-amal saleh yang paling
tinggi dan mulia,Shalat tepat pada waktunya berbuat baik kepada kedua
orang tua jihad di jalan Allah. (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihatlah betapa kedudukan orang tua sangat agung dalam Islam, sampai-
sampai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menempatkannya sebagai
salah satu amalan yang paling utama. Lalu, sudahkah kita berbakti kepada
kedua orang tua?

Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,


Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan
perlakuan baik dariku? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Ibumu.
Laki-laki itu bertanya kembali, Kemudian siapa? Beliau menjawab, Ibumu.
Orang itu bertanya lagi, Kemudian siapa? Lagi-lagi beliau menjawab,
Ibumu. Orang itu pun bertanya lagi, Kemudian siapa? Maka beliau
menjawab, Ayahmu. (HR. Bukhari dan Muslim)

Suatu ketika Ibnu Umar radhiyallahu anhuma bertanya kepada seseorang,


Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk ke dalam surga? Orang
itu menjawab, Ya. Ibnu Umar berkata, Berbaktilah kepada ibumu. Demi
Allah, jika engkau melembutkan kata-kata untuknya, memberinya makan,
niscaya engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa
besar. (HR. Bukhari)
A. Hak yang Wajib Dilaksnakan Ketika Orang Tua Masih Hidup

1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah


Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap Muslim. Haram
hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun
mendurhakai keduanya. kecuali apabila mereka menyuruh untuk
menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya.




Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya,... (Q.S. Lukman: 15).
Tidak boleh mentaati makhluk untuk mendurhakai Allah, penciptanya,
sebagaimana sabda Rasulullah saw.


( )


Tiada kewajiban untuk taat (kepada seseorang) yang memerintahkan untuk
durhaka kepada Allah I. Kewajiban taat hanya pada hal yang maruf. [1]
2. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua
Allah berfirman:



Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, (Q.S. Al-Ahqaaf: 15),



Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, ... (Q.S. An-
Nisa: 36)
Dan di dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda:"Sungguh merugi,
sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orang
tuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu
tidak dapat memasukkannya ke dalam surga."[2]
Diantara bakti kepada kedua orang tua adalah:
- Menjauhkan ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti kedua orang tua
walaupun dengan isyarah atau ucapan "ah"
- Senantiasa membuat mereka ridha dengan melakukan apa yang mereka
inginkan.
- Tidak mengeraskan suara melebihi suara kedua orang tua atau di hadapan
mereka berdua.
- Tidak boleh berjalan di depan mereka, atau mendahului mereka, atau masuk
dan keluar mendahului mereka, atau mendahului urusan mereka berdua.
3. Berbicara dengan Lembut di Hadapan Mereka
Firman Allah Ta'ala:


.....
"..... maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. ". (Q.S. Al-Isra';23).
4. Menyediakan Makanan untuk Mereka
Sepantasnya disediakan untuk mereka makanan dan minuman yang terbaik
dan lebih mendahulukan mereka berdua daripada dirinya, anaknya, dan
isterinya.
5. Meminta Izin kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi untuk Urusan
Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang
lelaki datang menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: "Ya Rasulullah,
apakah aku boleh ikut berjihad ?" Beliau balik bertanya:'Apakah kamu masih
mempunyai kedua orang tua?" Laki-Laki itu menjawab: "masih". Beliau
bersabda: "Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya." [3]
Seorang Laki-laki berkata kepada beliau: "Aku membai'at Anda untuk
berhijrah dan berjihad semata-mata hanya mengharapkan pahala dari Allah
swt." Beliau bersabda kepada laki-laki tersebut: "Apakah salah satu kedua
orang tuamu masih hidup?" Laki-laki itu menjawab: "Masih, bahkan
keduanya masih hidup." Beliau kembali bersabda: "Apakah kamu ingin
mendapatkan pahala dari Allah Ta'ala? Lelaki itu menjawab: "Ya" Kemudian
Nabi saw. bersabda: "Kembalilah kamu kepada kedua orang tuamu dan
berbaktilah kepada keduanya." [4]
6. Memberikan Harta kepada Orang Tua Menurut Jumlah yang Mereka
Inginkan
Rasulullah saw. pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia berkata:
"Ayahku ingin mengambil hartaku." Nabi saw. bersabda: "Kamu dan hartamu
milik ayahmu."
Oleh sebab itu hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap
orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil
dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.
7. Membuat Keduanya Ridha dengan Berbuat Baik kepada Orang-Orang yang
Dicintai Oleh Mereka
Yakni dengan cara berbuat baik kepada para saudara, karib kerabat, teman-
teman dan selain mereka. Memuliakan mereka, menyambung tali silaturahim
dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka.
8. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua
Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara
tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi
seorang anak memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka.
9. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang
Lain.
Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan perbuatan
yang tercela ini, sadar atau tidak mereka terjerumus kepada saling
membangga-banggakan orang tuanya/keturunannya hingga akhirnya saling
mencela orang tua mereka. Rasulullah saw. bersabda: "Termasuk dosa besar
adalah seseorang mencela orang tuanya. " Para sahabat bertanya: "Ya
Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang utanya?" Beliau menjawab:
"Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela
orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela
ibunya." [5].
10. Mendahulukan Berbakti kepada Ibu daripada Ayah
Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah saw. :"Siapa yang paling
berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?" Beliau menjawab: "Ibumu."
Laki-laki itu bertanya lagi: "Kemudaian siapa lagi?" Beliau kembali menjawab:
"Ibumu." Laki-laki itu kembali bertanya: "Kemudian siapa lagi?" Beliau
menjawab: "Ibumu." Lalu siapa lagi?" Tanyanya. "Ayahmu" Jawab beliau."
[6].
Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepda ibu, yaitu lebih bersikap
lemah-lembut, lebih berperilaku baik, dan memberikan sikap yang lebih halus
daripada ayah. Hal ini apabila keduanya berada di aatas kebenaran.

B. Hak Orang Tua Setelah Mereka Meninggal Dunia

1. Menshalati Keduanya
Maksud menshalati di sini adalah mendo'akan keduanya setelah meninggal
duni, karena ini termasuk bakti kepada mereka. Berdasarkan sabda Rasulullah
saw.:Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali
tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang
mendo'akan dirinya. [7].
2. Beristighfar untuk Mereka Berdua
Orang tua adalah orang yang paling utama bagi seorang Muslim untuk
dido'akan agar Allah mengampuni mereka karena kebaikan mereka yang
besar. Allah Ta'ala menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. dalam Al-Qur'an:

.....
"Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku... " (Q.S. Ibrahim:
41)
3. Menunaikan Janji Kedua Orang Tua
Yakni menunaikan wasiat kedua orang tua dan melanjutkan secara
berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan
keduanya.
4. Memuliakan Teman Kedua Orang Tua
Disebutkan dalam sebuah hadits, Ibnu 'Umar r.a. pernah berpapasan dengan
seorang Arab badui di jalan menuju Makkah. Kemudian Ibnu 'Umar
mengucapkan salam kepdanya dan mempersilakannya naik ke atas keledai
yang ia tunggangi. Selanjutnya ia juga memberikan sorbannya yang ia pakai.
Ibnu Dinar berkatan: "Semoga Allah memuliakanmu, mereka itu orang Arab
badui dan mereka sudah terbiasa berjalan." Ibnu 'Umar berkata: "Sunguh,
dulu ayahnya teman 'Umar bin Khattab dan aku pernah mendengar Rasulullah
saw. bersabda: "Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang anak
yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah
ayahnya tersebut meninggal." [8].
5. Menyambung Tali Silaturahim dengan Kerabat Ibu dan Ayah
Yakni menyambung tali silaturahim dengan semua kerabat yang silsilah
keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman dari pihak
ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan anak-anak
mereka semua. Rasuullah saw. bersabda: "Barangsiapa ingin menyambung
silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka sambunglah tali
silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal." [9].

C. Ayat-Ayat Al-Qur'an Tentang Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

1. Perintah melayani orang tua dengan sabar dan penuh hormat


(17) Al-Isra': 23-24






()



Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
(23) Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (24).
2. Tidak mengikuti jika kedua orang tua menyuruh pada kesyirikan
(29) Al-Ankabut: 8






Dan Kami wajibkan manusia [berbuat] kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (8).
3. Kepayahan ibu mengandung dan menyapih
(31) Lukman: 14-15






( )








Dan Kami perintahkan kepada manusia [berbuat baik] kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (14) Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan. (15).
4. Jasa dan perjuangan orang tua untuk anak-anaknya
(46) Al-Ahqaf: 15-18





( )


( )

( )


Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah [pula]. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah
tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai
empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
nimat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku
dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah
kebaikan kepadaku dengan [memberi kebaikan] kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri". (15) Mereka itulah orang-orang
yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan
dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni
surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (16)
Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu
keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku
akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat
sebelumku?" lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah
seraya mengatakan, "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah
adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-
orang yang dahulu belaka". (17) Mereka itulah orang-orang yang telah pasti
ketetapan [azab] atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu
sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-
orang yang merugi. (18)

Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau.
Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.
Artikel Buletin An-Nur :

ADAB TERHADAP KEDUA ORANG TUA


Senin, 23 Maret 09

Seorang Muslim tentu mengetahui hak kedua orang tua atas dirinya dan kewajiban berbakti,
menaati dan berbuat baik terhadap keduanya. Bukan hanya karena mereka berdua menjadi sebab
keberadaannya, atau karena mereka telah berbuat baik terhadapnya dan memenuhi
kebutuhannya, atau karena mereka adalah manusia paling berjasa dan utama bagi dirinya, akan
tetapi lebih dari itu karena Allah Taala telah menetapkan kewajiban atas anak untuk berbakti
dan berbuat baik kepada kedua orang tuanya, bahkan perintah tersebut penyebutannya
disertakan dengan kewajiban hamba yang paling utama yaitu kewajiban beribadah hanya kepada
Allah Taala dan tidak menyekutukanNya. Firman Allah Taala yang artinya, Dan Rabbmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (QS. Al-Isra: 23)

Hak kedua orang tua merupakan hak terbesar yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim,
berikut ini adalah beberapa petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam berbakti
kepada kedua orang tua baik semasa hidup keduanya atau sepeninggal mereka.

Hak-Hak yang Wajib Dilaksanakan Semasa Hidup Orang Tua.

1. Menaati mereka selama tidak mendurhakai Allah Taala.

Menaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap muslim, sedang mendurhakai
keduanya merupakan perbuatan yang diharamkan, kecuali jika mereka menyuruh untuk
menyekutukan Allah Taala (berbuat syirik) atau bermaksiat kepadaNya. Allah Taala
berfirman, artinya, Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, .
(QS.Luqman:15)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Tidak ada ketaatan untuk


mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam melakukan kebaikan.
(HR. Al-Bukhari)

2. Berbakti dan merendahkan diri di hadapan kedua orang tua


Allah Taala berfirman, artinya, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, Wahai
Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil. (QS. Al-Israa: 23-24)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Sungguh merugi, sungguh merugi,


dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orang tuanya yang sudah renta atau
salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam
surga. (HR.Muslim)

Di antara bakti terhadap kedua orang tua adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang
dapat menyakiti mereka, walaupun berupa isyarat atau dengan ucapan ah, tidak
mengeraskan suara melebihi suara mereka. Rendahkanlah diri dihadapan keduanya
dengan cara mendahulukan segala urusan mereka.

3. Berbicara dengan lemah lembut di hadapan mereka


4. Menyediakan makanan untuk mereka

Hal ini juga termasuk bentuk bakti kepada kedua orang tua, terutama jika hal tersebut
merupakan hasil jerih payah sendiri. Lebih-lebih jika kondisi keduanya sudah renta.
Sudah seyogyanya, mereka disediakan makanan dan minuman yang terbaik dan lebih
mendahulukan mereka berdua dari pada dirinya, anaknya dan istrinya.

5. Meminta izin kepada mereka sebelum berjihad dan pergi untuk urusan lainnya

Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan (kewajibannya
untuk dirinya-pent). Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam dan bertanya, Wahai Rasulullah apakah aku boleh ikut berjihad? Beliau
balik bertanya, Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua? Laki-laki tersebut
menjawab, Masih. Beliau bersabda, Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada
keduanya. (HR. al-Bukhari dan Muslim), dan masih banyak hadits yang semakna
dengan hadits tersebut.

6. Memberikan harta kepada orang tua sebesar yang mereka inginkan.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika
ia berkata, Ayahku ingin mengambil hartaku. Nabi shallallahu alaihi wasallam
bersabda, Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan
Ibnu Majah).
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang
menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil, serta telah berbuat baik
kepadanya.

7. Membuat keduanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang


dicintainya.

Hendaknya seseorang membuat kedua orang tuanya ridha dengan berbuat baik kepada
orang-orang yang mereka cintai. Yaitu dengan memuliakan mereka, menyambung tali
silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka, dan lain
sebagainya.

8. Memenuhi sumpah / Nazar kedua orang tua

Jika kedua orang tua bersumpah untuk suatu perkara tertentu yang di dalamnya tidak
terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah
keduanya karena hal itu termasuk hak mereka.

9. Tidak Mencaci maki kedua orang tua.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Termasuk dosa besar adalah


seseorang mencaci maki orang tuanya. Para sahabat bertanya, Ya Rasulullah, apa
ada orang yang mencaci maki orang tuanya? Beliau menjawab, Ada. ia mencaci
maki ayah orang lain kemudian orang tersebut membalas mencaci maki orang tuanya.
Ia mencaci maki ibu orang lain lalu orang itu membalas mencaci maki ibunya. (HR.
al-Bukhari dan Muslim)

Terkadang perbuatan tersebut tidak dirasakan oleh seorang anak, dan dilakukan dengan
bergurau padahal hal ini merupakan perbuatan dosa besar.

10. Mendahulukan berbakti kepada ibu daripada ayah

Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Siapa
yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku? beliau menjawab, Ibumu.
Lelaki itu bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? Beliau kembali menjawab, Ibumu.
Lelaki itu kembali bertanya, Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab, Ibumu. Lalu
siapa lagi? Tanyanya. Ayahmu, jawab beliau. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Hadits di atas tidak bermakna lebih menaati ibu daripada ayah. Sebab, menaati ayah
lebih didahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dalam hal yang
dibolehkan syariat. Alasannya, ibu sendiri diwajibkan taat kepada suaminya.

Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu dalam hadits tersebut adalah
bersikap lebih halus dan lembut kepada ibu daripada ayah. Sebagian Ulama salaf
berkata, Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi.
11. Mendahulukan berbakti kepada kedua orang tua daripada berbuat baik
kepada istri.

Di antara hadits yang menunjukkan hal tersebut adalah kisah tiga orang yang terjebak di
dalam gua lalu mereka tidak bisa keluar kemudian mereka bertawasul dengan amal baik
mereka, di antara amal mereka, ada yang mendahulukan memberi susu untuk kedua
orang tuanya, walaupun anak dan istrinya membutuhkan.

Hak-Hak Orang Tua Setelah Mereka Meninggal Dunia

1. Mengurus jenazahnya dan banyak mendoakan keduanya, karena hal ini merupakan
bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya.
2. Beristighfar (memohonkan ampun kepada Allah Taala) untuk mereka berdua, karena
merekalah orang yang paling utama untuk didoakan agar Allah Taala mengampuni
dosa-dosa mereka dan menerima amal baik mereka.
3. Menunaikan janji dan wasiat kedua orang tua yang belum terpenuhi semasa hidup
mereka, dan melanjutkan amal-amal baik yang pernah mereka kerjakan selama hidup
mereka. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amal baik
tersebut dilanjutkan.
4. Memuliakan teman atau sahabat dekat kedua orang tua, Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam pernah bersabda, Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah seorang
anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah
ayahnya meninggal. (HR. Muslim)
5. Menyambung tali silaturrahim dengan kerabat Ibu dan Ayah. Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda, Barang siapa yang ingin menyambung silaturrahim
ayahnya yang ada dikuburannya, maka sambunglah tali silaturrahim dengan saudara-
saudara ayahnya setelah ia meninggal. (HR. Ibnu Hibban).

Semoga petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam berbakti kepada kedua orang
tua di atas dapat kita wujudkan dalam kehidupan kita. Karena hal tersebut merupakan hak
mereka berdua sekaligus sebagai kewajiban kita sebagai anak yang shalih untuk melakukannya.
Wallahu alam.

Oleh : Abu Tholhah Andri Abdul Halim


Sumber: Mausuah al-Adab al-Islamiyah, Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhushalihin, dan
Minhajul Muslim.

Bagaimana Seorang Anak Beradab dengan Orang Tuanya?


(Seri 1)
Mar 02, 2010Muhammad Abduh Tuasikal, MScAkhlaq0 Komentar

Saudaraku Sudahkah kita berbakti kepada orang tua dengan benar? Mungkin kita katakan diri
kita telah berbakti. Ternyata masih amat jauh dari dikatakan berbakti. Risalah ini kami sarikan
dari pembahasan Syaikh Musthofa Al Adawi hafizhohullah dalam kitab beliau yang sangat
bermanfaat Fiqh At Taamul Maal Walidain. Semoga bermanfaat.

Pertama: Menghormati keduanya dengan tidak memandang keduanya dengan pandangan


yang tajam dan tidak meninggikan suara di hadapan mereka

Dalam Shohih Bukhari no. 2731, 2732, dari Miswar bin Makhromah dan Marwan , di
dalamnya disebutkan bahwa jika para shahabat berbicara kepada Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam sambil merendahkan suara dan mereka tidak memandang tajam kepadanya.

Inilah yang dilakukan oleh para shahabat di hadapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang
mereka hormati seperti orang tua mereka. Sehingga beradab kepada kedua orang tua dimisalkan
dengan cara seperti ini pula.

Kedua: Tidak mendahulukan untuk berbicara kepada kedua orang tua

Adab ini dapat dilihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar
radhiyallahu anhuma, beliau berkata,

.





Dulu kami berada di sisi Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kemudian didatangkanlah bagian
dalam pohon kurma. Lalu beliau mengatakan, Sesungguhnya di antara pohon adalah pohon
yang menjadi permisalan bagi seorang muslim. Aku (Ibnu Umar) sebenarnya ingin
mengatakan bahwa itu adalah pohon kurma. Namun, karena masih kecil, aku lantas diam. Lalu
Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, Itu adalah pohon kurma. (HR. Bukhari no. 72
dan Muslim no. 2811)

Inilah sikap shahabat Ibnu Umar radhiyallahu anhuma. Di mana beliau tidak mau
mendahulukan pembicaraan jika ada yang lebih tua umurnya di hadapannya. Padahal sebenarnya
Ibnu Umar mampu menjawab ketika itu. Dari sini, tidak ragu lagi, demikian pula seharusnya
beradab di hadapan orang tua.

Ketiga: Tidak duduk di hadapan kedua orang tua yang sedang berdiri

Larangan ini dapat dilihat dalam hadits dari Jabir. Beliau mengatakan,


- -

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedang sakit. Lalu kami shalat di belakang beliau,
sedang beliau shalat sambil duduk dan Abu Bakar mengeraskan bacaan takbirnya. Lalu beliau
shallallahu alaihi wa sallam menoleh kepada kami. Beliau melihat kami shalat sambil berdiri.
Lalu beliau berisyarat, kemudian kami shalat sambil duduk. Tatkala salam, beliau shallallahu
alaihi wa sallam mengatakan, Jika kalian baru saja bermaksud buruk, tentu kalian melakukan
seperti yang dilakukan oleh orang Persia dan Romawi. Mereka selalu berdiri untuk memuliakan
raja-raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk. Ikutilah imam-iman kalian. Jika
imam tersebut shalat sambil berdiri, maka shalatlah kalian sambil berdiri. Dan jika imam
tersebut shalat sambil duduk, maka shalatlah kalian sambil duduk. (HR. Muslim no. 413)

Syaikh Mushtofa Al Adawy mengatakan, Dalam hadits ini disebutkan mengenai hukum shalat
sambil berdiri sedangkan imam shalat sambil duduk dan perinciannya bukan di sini tempatnya.
Namun, dapat diambil pelajaran bahwa kita dilarang duduk ketika orang tua kita berdiri di
hadapan kita. Maka adab ini tetap bisa diambil sebagai pelajaran dari hadits ini.

Keempat: Tidak mendahulukan dirinya sendiri sebelum kedua orang tua

Hal ini dapat dilihat dalam kisah tiga orang yang tertutup dalam goa dan tidak bisa keluar. Salah
seorang di antara mereka bertawasul dengan amalan berbakti kepada kedua orang tuanya. Yaitu
dia selalu memberikan susu kepada kedua orang tuanya sebelum memberikan kepada anak-
anaknya bahkan dia bersabar menunggu untuk memberikan susu tersebut kepada orang tuanya
sampai terbit fajar. (HR. Bukhari no. 5974 dan Muslim no. 2743)

Kelima: Meminta maaf kepada kedua orang tua

Seyogyanya seorang anak meminta maaf atas kesalahan dirinya kepada kedua orang tuanya
karena setiap orang yang berbakti kepada kedua orang tua belum tentu bisa menunaikan seluruh
hak mereka. Sungguh Allah Taala telah berfirman,



Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah
kepadanya. (QS. Abasa [80] : 23). Maksudnya adalah manusia tidaklah dapat melaksanakan
seluruh perintah Rabbnya.

Lihatlah saudara-saudara Yusuf, mereka meminta maaf untuk diri mereka kepada orang tuanya
karena kesalahan yang telah mereka perbuat. Mereka berkata,

Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). (QS. Yusuf [12] : 97)
Keenam: Janganlah seorang anak membalas orang tua yang mencelanya

Karena Allah Taala berfirman,

Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah. (QS. Al
Isro [17] : 23)

Ibnu Katsir mengatakan, Janganlah engkau memperdengarkan pada keduanya kata-kata yang
buruk. Bahkan jangan pula mendengarkan kepada mereka kata uf (menggerutu) padahal kata
tersebut adalah sepaling rendah dari kata-kata yang jelek.

Lihatlah kisah Bilal bin Abdullah bin Umar dengan ayahnya berikut.

Dalam Shohih Muslim no. 442 dari jalan Salim bin Abdullah bin Umar bahwasanya Abdullah
bin Umar berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,




Janganlah kalian menghalangi istri-istri kalian untuk ke masjid. Jika mereka meminta izin pada
kalian, maka izinkanlah mereka.

Kemudian Bilal bin Abdullah bin Umar mengatakan,

Demi Allah, sungguh kami akan menghalangi mereka.

Lalu Abdullah bin Umar mencaci Bilal dengan cacian yang jelek yang aku belum pernah
mendengar sama sekali cacian seperti itu dari beliau. Kemudian Ibnu Umar mengatakan, Aku
mengabarkan padamu hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu engkau katakan
Demi Allah, kami akan mengahalangi mereka!!

Lihatlah bagaimana Bilal sama sekali tidak membalas cacian ayahnya. Semoga kita bisa
meneladani hal ini.

Ketujuh: Seorang anak harus betul-betul menginginkan kebaikan pada orang tuanya

Anak yang sholih haruslah selalu mengharapkan kebaikan kepada kedua orang tuanya.
Walaupun kedua orang tuanya tersebut adalah kafir, anak sholih hendaklah selalu berharap orang
tuanya mendapatkan hidayah dan terlepas dari adzab. Hendaklah dia selalu menasehati dan
memberi peringatan kepada orang tuanya sampai dia meninggal dunia.

Lihatlah kekasih Allah yaitu Nabi Ibrahim alaihis salam. Beliau tidak henti-hentinya
menasehati orang tuanya dengan perkataan yang lembut. Dia mencoba menasehati ayahnya
dengan panggilan lembut yang dikenal oleh orang Arab yaitu Yaa Abati. Perhatikanlah kisah
beliau dalam ayat berikut ini,

) 41(

) 43( ) 42(



) 44(



)45(

Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quraan) ini.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. Ingatlah ketika
ia berkata kepada bapaknya; Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak
mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku,
sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang
kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada
Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan
ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan. (QS.
Maryam [19] : 41-45)

Nabi Ibrahim alaihis salam juga meminta ampunan Allah kepada orang tuanya setelah
kematiannya. Namun, hal ini telah dilarang oleh Allah Taala sebagaimana firman-Nya,

Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah
karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi
Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. At
Taubah [9] : 114)

-bersambung insya Allah-


Adab Birrul Waalidain (Berbakti Kepada Kedua Orang Tua)

Adab Birrul Waalidain (Berbakti Kepada Kedua Orang Tua)


Posted by Semesta Ilmu Posted on 00.40 with No comments

Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Fathi as Sayyid Nada

Kedua orang tua adalah manusia yang paling berjasa dan utama bagi diri seseorang. Allah taala telah
memerintahkan dalam berbagai tempat di dalam al Quran agar berbakti kepada kedua orang tua. Allah
menyebutkan berbarengan dengan pentauhidan-Nya dan memerintahkan para hamba-Nya untuk
melaksanakan sebagaimana akan disebutkan sebagai berikut. Hak kedua orang tua merupakan hak
terbesar yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim. Disini akan dicantumkan beberapa adab yang
berkaitan dengan masalah ini. Antara lain hak yang wajib dilakukan semasa kedua orang tua hidup dan
setelah meninggal. Dengan pertolongan Allah saya sebutkan beberapa adab tersebut antara lain :

Bagian I

Hak-Hak Yang Wajib Dilaksanakan Semasa Orang Tua Masih Hidup

Diantara hak orang tua ketika masih hidup adalah:

1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah

Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap Muslim. Haram hukumnya mendurhakai
keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka berdua kecuali apabila mereka
menyuruh untuk menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya.

Allah subhanahu wa taala berfirman (yang artinya):

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya [QS.Lukman: 15]

Tidak boleh mentaati makhluk untuk mendurhakai Allah, Penciptanya, sebagaimana sabda Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam:

Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam melakukan
kebaikan. [1]

Adapun jika bukan dalam perkara yang mendurhakai Allah, wajib mentaati kedua orang tua selamanya
dan ini termasuk perkara yang paling diwajibkan. Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh
mendurhakai apa saja yang diperintahkan oleh kedua orang tua.
2. Berbakti dan Merendahkan Diri Dihadapan Kedua Orang Tua

Allah subhanahu wa taala berfirman (yang artinya):

Kami perintahkan kepada manusia suapaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya.. [QS.Al
Ahqaf: 15]

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu bapak.. [QS.An Nisaa:36]

Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin tua dan lanjut hingga
kondisi mereka melemah dan sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari anaknya.

Allah subhanahu wa taala berfirman (yang artinya):

Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat bik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih
saying dan ucapkanlah: Wahai, Rabbku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil. [QS.Al Israa: 23-24]

Di dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orang tuanya
yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke
dalam Surga. [2]

Di antara bakti terhadap kedua orang tua adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang dapat
menyakiti kedua orang tua, walaupun dengan isyarat atau dengan ucapan ah. Termasuk berbakti
kepada keduanya ialah senantiasa membuat mereka ridha dengan melakukan apa yang mereka
inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah taala, sebagaimana yang telah disebutkan.

3. Merendahkan Diri Dihadapan Mereka

Tidak boleh mengeraskan suara melebihi suara kedua orang tua atau di hadapan mereka berdua. Tidak
boleh juga berjalan di depan mereka, masuk dan keluar mendahului mereka, atau mendahului urusan
mereka berdua. Rendahkanlah diri di hadapan mereka berdua dengan cara mendahulukan segala urusan
mereka, membentangkan dipan untuk mereka, mempersilahkan mereka duduk ditempat yang empuk,
menyodorkan bantal, jangan mendahului makan dan minum, dan lain sebagainya.
4. Berbicara Dengan Lembut Dihadapan Mereka

Berbicara dengan lembut merupakan kesempurnaan bakti kepada kedua orang tua dan merendahkan
diri di hadapan mereka, sebagaimana firman Allah subhanahu wa taala (yang artinya):

Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. [QS.Al Israa: 23]

Oleh karena itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah lembut dan baik serta
dengan lafazh yang bagus.

5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka

Menyediakan makanan juga termasuk bakti kepada kedua orang tua, terutama jika ia memberi mereka
makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi, sepantasnya disediakan untuk mereka makanan dan minuman
terbaik dan lebih mendahulukan mereka berdua daripada dirinya, anaknya, dan istrinya.

6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya

Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki datang
menghadap Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan bertanya: Ya Rasulullah, apakah aku boleh ikut
berjihad? Beliau balik bertanya: Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua? Laki-laki itu
menjawab: Masih. Beliau bersabda: Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya. [3]

Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan berkata: Aku datang
membaiatmu untuk hijrah dan aku tinggalkan kedua orang tuaku menangisi (kepergianku).

Maka Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda:

Pulanglah dan buatlah mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis. [4]

Seorang laki-laki hijrah dari negeri Yaman lalu Nabi shalallahu alaihi wasallam bertanya kepadanya:
Apakah kamu masih mempunyai kerabat di Yaman? Laki-laki itu menjawab: Masih, yaitu kedua orang
tuaku. Beliau kembali bertanya: Apakah mereka berdua mengizinkanmu? laki-laki itu menjawab:
Tidak. Lantas Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda: Kembalilah kamu kepada mereka dan
mintalah izin dari mereka. Jika mereka mengizinkan, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak,
maka berbaktilah kepada keduanya. [5]

Seorang laki-laki berkata kepada beliau: Aku membaiat Anda untuk berhijrah dan berjihad semata-
mata hanya mengharapkan pahala dari Allah taala. Beliau bersabda kepada laki-laki tersebut: Apakah
salah satu kedua orangtuamu masih hidup? laki-laki itu menjawab: Masih, bahkan keduanya masih
hidup. Beliau kembali bersabda: Apakah kamu ingin mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa
taala? Lelaki itu menjawab: Ya. Kemudian Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda: Kembalilah
kamu kepada kedua orang tuamu dan berbaktilah kepada keduanya. [6]

7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah yang Mereka Inginkan

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketik ia berkata:
Ayahku ingin mengambil hartaku.

Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda: Kamu dan hartamu milik ayahmu. [7]

Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang menyebabkan
keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.

8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai Mereka

Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik kepada para saudara, karib
sahabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan mereka, menyambung tali
silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka. Akan disebutkan nanti
beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.

9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua

Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu yang didalamnya
tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya
karena itu termasuk hak mereka.

10. Tidak Mencela Orang Tua Atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain

Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya. Para Sahabat bertanya: Ya Rasulullah,
apa ada orang yang mencela orang tuanya? Beliau menjawab: Ada. Ia mencela ayah orang lain
kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas
mencela ibunya. [8]

Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk.


Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan yang sangat tercela ini. Biasanya
perbuatan ini muncul dari orang-orang rendahan dan hina. Perbuatan seperti ini termasuk dosa besar
sebagaimana yang telah disebutkan.

11. Mendahulukan Berbakti Kepada Ibu Daripada Ayah

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam: Siapa yang paling
berhak mendapatkan perlakuan baik dariku? Beliau menjawab: Ibumu. Laki-laki itu bertanya lagi:
Kemudian siapa lagi? Beliau kembali menjawab: Ibumu. Laki-laki itu kembali bertanya: Kemudian
siapa lagi? Beliau menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? tanyanya. Ayahmu. Jawab beliau. [9]

Hadits diatas tidak bermaksud lebih mentaati ibu daripada ayah. Sebab, mentaati ayah lebih di
dahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dibolehkan dalam syariat. Alasannya, ibu
sendiri diwajibkan untuk taat kepada suaminya, yaitu ayah anaknya. Hanya saja, jika salah seorang
mereka menyuruh berbuat taat dan yang lain menyuruh berbuat maksiat, maka wajib untuk mentaati
yang pertama.

Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu yaitu lebih bersikap lemah lembut, lebih
berprilaku baik dan memberikan sikap yang lebih halus daripada ayah. Hal ini apabila keduanya berada
di atas kebenaran.

Sebagian Salaf berkata: Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi.

Demikianlah penjelasan umum hak-hak orang tua semasa mereka masih hidup.

Bagian II

Hak-Hak Orang Tua Setelah Mereka Meninggal Dunia

Diantara hak orang tua setelah mereka meninggal adalah:

1. Menshalati Keduanya

Maksud menshalati disini adalah mendoakan keduanya. Yakni, setelah mereka meninggal dunia, karena
ini termasuk bakti kepada mereka. Oleh karena itu, seorang anak hendaknya lebih sering mendoakan
kedua orang tuanya setelah mereka meninggal daripada ketika masih hidup. Apabila anak itu
mendoakan keduanya, niscaya mereka berdua akan semakin bertambah, berdasarkan sabda Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam: Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali
tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan dirinya. [10]
2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua

Orang tua adalah yang paling utama bagi seorang Muslim untuk didoakan agar Allah mengampuni
mereka karena kebaikan mereka yang besar.

Allah subhanahu wa taala menceritakan kisah Nabi Ibrahim alaihissalam dalam al Quran (yang artinya):
Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku [QS.Ibrahim: 41]

3. Menunaikan Janji Kedua Orang Tua

Hendaknya seseorang menunaikan wasiat orang tua dan melanjutkan secara berkesinambungan
amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir
kepada mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak
mereka.

4. Memuliakan Teman Kedua Orang Tua

Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik kepada orang tua, sebagaimana yang
telah disebutkan. Ibnu Umar radhiyallahu anhu pernah berpapasan dengan seorang Arab badui di jalan
menuju Mekkah. Kemudian Ibnu Umar mengucapkan salam kepadanya dan mempersilahkan naik ke
atas keledai yang ia tunggangi. Selanjutnya, ia juga memberikan sorbannya yang ia pakai. Ibnu Dinar
berkata: Semoga Allah memuliakanmu. Mereka itu orang Arab badui dan mereka sudah terbiasa
berjalan. Ibnu Umar berkata: Sungguh, dulu ayahnya teman Umar bin al Khaththab dan aku pernah
mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya bakti anak yang terbaik
adalah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah
ayahnya tersebut meninggal. [11]

5. Menyambung Tali Silaturrahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah

Hendaknya seseorang menyambung tali silaturrahim dengan semua kerabat yang silsilah keturunannya
bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman dari pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu,
kakek, nenek, dan anak mereka semua. Bagi yang melakukannya, berarti ia telah menyambung tali
silturrahim kedua orang tuanya dan telah berbakti kepada mereka. Hal ini berdasarkan hadits yang telah
disebutkan dan sabda beliau shalallahu alaihi wasallam: Barangsiapa ingin menyambung tali
silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka sambunglah tali silaturrahim dengan saudara-
saudara ayahnya setelah ia meninggal. [12]

Demikianlah akhir dari adab berbakti kepada orang tua yang telah dimudahkan Allah kepadaku untuk
menuliskannya, yang seluruhnya berjumlah enam belas adab. Walhamdulillahi Rabbil aalamiin [13]
Note :

[1] HR.Bukhari (4340, 7145, 7257) dan Muslim (1840) dari Ali radhiyallahu anhu

[2] HR.Muslim (2551) dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu

[3] HR.Al Bukhari (3004,5972) dan Muslim (2549) dari Ibnu Amr radhiyallahu anhu

[4] HR.Abu Dawud (2528), an NasaI (VII/1430, Ibnu Majah (2782), dari Ibnu Amr. Lihat kitab Shahiih Abi
Dawud (2205)

[5] HR.Ahmad (III/76), Abu Dawud (2530), al Hakim (II/103, 103) dan ia menshahihkannya serta disetujui
oleh adz Dzahabi dari Abu Said radhiyallahu anhu. Lihat kitab Shahiih Abi Dawud (2207).

[6] HR.Muslim (2549) dari Ibnu Amr radhiyallahu anhu

[7] HR.Ahmad (II/204), Abu Dawud (3530), dan Ibnu Majah (2292) dari Ibnu Amr radhiyallahu anhu.
Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami (1486)

[8] HR.Al Bukhari (5973) dan Muslim (90) dari Ibnu Amr radhiyallahu anhu.

[9] HR.Al Bukhari (5971) dan Muslim (2548) dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu

[10] HR. Muslim (1631) dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu

[11] HR. Muslim (2552) dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu

[12] HR.Ibnu Hibban (433) dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul
Jaami (5990)

[13] Referensi tambahan : Shahiih Muslim (IV/1974) dan halaman setelahnya, Fa-thul Baari (X/414) dan
halaman setelahnya. Al Ihsaan bi Tartiibi Ibni Hibban (I/315) dan halaman setelahnya, al Aadaab karya al
Baihaqi (hal.5) dan halaman setelahnya, al Aadaab asy Syariyyah karya Ibnu Muflih (I/433) dan halaman
setelahnya, Ihya Uluumuddin karya al Ghazali (II/216) dan halaman setelahnya, Birrul Waalidain karya
ath Thurthusi, dan lain-lain.

Sumber:

Diketik ulang dari buku Ensiklopedi Adab Islam Menurut al Quran dan as Sunnah Syaikh Abdul Aziz
bin Fathi as Sayyid Nada, Pustaka Imam asy SyafiI Hal.171-179.

Dipublikasikan kembali oleh : http://alqiyamah.wordpress.com/2009/10/25/adab-birrul-waalidain-


berbakti-kepada-kedua-orang-tua/
Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan
kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku dan sujud di
dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam
terakhir, dan Dia berkata: Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan
barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon
ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni. (HR. Bukhari Muslim)

2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan,
berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat
yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya. (Muslim)

Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat Qul ya ayyuhal kafirun dan Qul
huwallahu ahad.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan
mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh (Muttafaqun alaih)

Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang
sempurna pada hari kiamat. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir
waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke
kuning-kuningan. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen
sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan
berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari
terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan
membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah
sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat
adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri,
dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya
jalan menuju surga. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang (Raad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari
berdzikir kepada Allah (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid
khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan
baginya dengannya rumah di surga. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar
secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau
mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna. (Thabrani hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah
insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga melakukan mudzakarah Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

Doa adalah ibadah

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah
Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya
akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid


e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan
berlimpah insya Allah.

Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang
kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa
memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu alam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-


bulan-ramadhan-2989/
Akhlak Terhadap Orang Tua
Aqidah Akhlak

Salah satu ajaran paling penting setelah ajaran Tauhid adalah berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan,
menurut pendapat banyak ulama, ajaran berbakti kepada kedua orang tua ini menempati urutan kedua
setelah ajaran menyembah kepada Allah S.w.t. Dalam Al-Quran disebutkan:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia (Q, s. al-Isra / 17:23)

Ada tiga kelompok yang disebut orang tua dalam ajaran Islam. Pertama, : bapak-ibu
yang melahirkan, yaitu bapak-ibu kandung. Kedua, : bapak-ibu yang mengawinkan, yaitu
bapak-ibu mertua. Ketiga, : bapak-ibu yang mengajarkan, yaitu bapak-ibu guru. Ketiga
kelompok inilah yang diwajibkan atas kita untuk menghormati dan berbuat baik kepadanya.

Menghormati mertua dan guru harus sama seperti menghormati kedua orang tua sendiri. Sebab mertua
adalah bapak-ibu kandung dari istri atau suami kita. Ketika seseorang menikah, maka ia telah menikah
dengan anak dari seorang ayah dan ibu, dan bukan maaf-- anak hewan. Bagi seorang suami, misalnya,
keduanya bersifat mertua, tetapi bagi istrinya keduanya adalah orang tua kandung. Demikian pula
sebaliknya. Ketika seseorang menginjak dewasa, bapak-ibu gurulah yang mengajarkannya tentang banyak
hal hingga ia menjadi mengerti tentang banyak hal dalam kehidupan ini.

Maka, kewajiban menghormati orang tua dalam Islam merupakan salah satu ajaran yang sangat penting
dan prinsip. Ketika Allah memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua, maka perintah ini
sebetulnya sangat bisa dipahami. Cobalah bayangkan, bagaimana repotnya ibu ketika mengandung selama
kurang lebih 9 bulan. Kerepotan ibu, juga bapak, semakin bertambah ketika kita terlahir ke dunia, mulai
dari merawat, memelihara, dan memberinya makan dan minum dengan penuh kasih sayang. Bagi orang tua
tidak ada yang lebih berarti daripada sang jabang bayi yang baru saja dilahirkannya. Mereka sangat bahagia
dengan tangisan dan kotorannya, akan tetapi mereka akan sedih ketika harus melihatnya sakit.

Dalam konteks berbuat baik kepada kedua orang tua, Al-Quran menganjurkan agar kita melakukannya
dengan cara ihsn. Ihsan artinya kita melakukan sesuatu lebih dari sekedar kewajiban. Shalat lima waktu
merupakan kewajiban, tetapi jika kita menambahnya dengan shalat-shalat sunnah lainnya, maka itulah
ihsan. Puasa Ramadhan adalah kewajiban, dan jika kita mampu menambahnya dengan puasa-puasa sunnah,
puasa Senin-Kamis misalnya, maka itulah ihsan.

Berbuat baik kepada kedua orang tua harus diupayakan secara maksimal, secara ihsan, lebih dari
sekedar kewajiban kita terhadapnya. Jika sang anak ingin memberikan sesuatu kepada orang tua, berikanlah
yang maksimal. Karena yang maksimal saja belum tentu dapat sebanding dengan jerih payah dan
pengorbanan keduanya selama ini dalam mengasuh dan membesarkannya. Seseorang bisa menjadi dokter,
tentu berkat orang tua. Menjadi insinyur, juga berkat orang tua. Menjadi ulama juga berkat orang tua.
Bahkan menjadi presiden juga berkat orang tua. Setidaknya, karena doa orang tua itulah seseorang berhasil
menggapai apa yang diusahakannya.

Itulah pengorbanan orang tua dalam memelihara, mengasuh dan membesarkan kita hingga seperti ini.
Oleh karenanya, Al-Quran lagi-lagi menegaskan:

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (Q, s.
Luqman / 31:14)

Jadi menurut Al-Quran ibu mengandung, melahirkan dan menyusui adalah suatu pengorbanan yang
luhur, yang menuntut adanya balasan terimakasih dari anaknya. Ini berbeda dengan Genesis dalam
Perjanjian Lama yang mengatakan bahwa wanita mengandung, melahirkan dan menyusui adalah akibat
dosanya (melalui Hawa, istri Adam) yang telah melanggar larangan Tuhan di Surga.

Berbuat baik kepada orang tua dalam Islam bersifat mutlak. Artinya andaikata ada diantara kita yang
kedua orang tuanya kebetulan berbeda agama, Al-Quran tetap mengajarkan untuk berbuat baik kepada
keduanya. Artinya, berbuat baik kepada kedua orang tua itu tidak didasarkan atas kesamaan agama, tetapi
lebih karena jasa-jasa baik keduanya terhadap perkembangan dan jati diri kita.

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q, s. Luqman / 31:15)

Dalam rangka berbuat baik kepada kedua orang tua tersebut, Al-Quran mengajarkan agar kita berdoa:

Ya Tuhanku, berilah rahmat kepada kedua orang tuaku, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku
di waktu kecil. (Q, s. al-Isra/17:24)

Maka, barangsiapa yang durhaka kepada kedua orang tua, Allah akan melaknatnya, dan mengharamkan
surga baginya.



) (

Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pula
pada kemurkaan kedua orang tua (HR. Muttafaq Alaih)

Sumber : http://www.tongkronganislami.net/2012/07/akhlak-terhadap-orang-tua.html#ixzz3xqOjBWJ0
Anjuran untuk Berbakti kepada Orang tua dalam Al Quran
A+ A-

Print Email

Para pembaca yang dicerahkan hatinya, menyambung lagi artikel sebelumnya


mengenai berbakti kepada orang tua Part 2, silahkan buka artikel sebelumnya:
Memaknai berbakti kepada orang tua.
Dan di edisi kali ini akan lebih banyak menampilkan dalil dari Al-Quran yang
menggambarkan betapa pentingnya berbakti kepada orang tua. Sebelum itu mari
lihat pengertian dari berbakti kepada orang tua.

Birrul walidaini yaitu ihsan atau berbuat baik dan bakti kepada orang tua dengan
memenuhi hak-hak kedua orang tua serta menaati perintah keduanya selama tidak
melanggar syariat.

Lawan katanya yaitu Aqqul walidaini, yaitu durhaka kepada orang tua dengan
melakukan apa yang menyakiti keduanya dengan berbuat jahat baik melalui
perkataan ataupun perbuatan serta meninggalkan kebaikan kepada keduanya.

Hukum bakti kepada orang tua wajib ainiy (mutlak) sedangkan durhaka kepada
keduanya haram.

Bagaimana berbakti kepada orang tua menurut Al-Quran, sebagaimana ayat-ayat


Al-Quran berikut :
1. Perkataan Ah saja termasuk suatu dosa kepada orang tua apalagi, membentak,
memukul, atau hal lainnya yang lebih kejam. Selain itu juga perlu berlemah lembut
kepada orang tua selalu mendoakan keduanya agar dikasihi oleh Allah SWT.


.
24 -23 .

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. (Al Isra(17):23)

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil." (Al Isra(17):24)

2. Perintah berbakti kepada orang tua setelah perintah untuk beribadah kepada Allah
tanpa mempersekutukannya. Hal ini menggambarkan pentingnya berbakti kepada
orang tua. Dalam ayat lain Allah SWT menjelaskan bahwa bersyukur kepada orang
tua (dengan berbakti kepada keduanya) merupakan kesyukuran kepada Allah SWT,
karena Allah menciptakan semua manusia dari rahim orang tua.
:

.
151

yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah


terhadap kedua orang ibu bapa, (Al-Anam 151).

3. Meskipun orang tua menyuruh kepada suatu perbuatan yang menyekutukan Allah
SWT, atau orang tua tersebut masih belum memeluk Islam, sikap berbakti kepada
orang tua tetap menjadi suatu kewajiban oleh seorang anak tanpa harus mematuhi
perintah mereka yang menyalahi syariat.



[

15

15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka
Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

4. Jasa orang tua terutama ibu diungkapkan dalam suatu ayat Al-Quran, dimana
seorang ibu rela berkorban dalam mengandung anaknya, kemudian menyusuinya.
Semua jasa orang tua di kala anak masih kecil dan lemah perlu diingat dan dikenang
untuk selamanya.



]14 [

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Untuk menutup part 3, ada sebuah kisah nyata yang diceritakan Rasulullah SAW,
mengenai 3 orang yang terjebak dalam gua, kemudian berdoa kepada Allah dengan
menyebutkan amal saleh yang mereka lakukan agar Allah berkenan menolong
mereka dari gua yang tertutupi batu-batu.

Salah satu orang dari mereka menyebutkan bahwa amal shalehnya ialah aku
memiliki orang tua yang telah usia lanjut, dan aku selalu mendahulukan kepentingan
mereka dibandingkan keluarga dan hartaku, aku biasanya membawakan minuman
(susu) bagi mereka dan tidak membiarkan siapapun meminumnya kecuali setelah
mereka minum. Apabila ini merupakan merupakan amal shaleh yang mengharap
ridha-Mu maka keluarkanlah kami dari gua ini."
Pada akhir cerita, setelah setiap orang menceritakan amal shalehnya maka akhirnya
pintu gua yang tertutupi bebatuan akhirnya terbuka dan mereka akhirnya keluar
dengan selamat.

Marilah para sahabat kita merawat orang tua kita sebaik-baiknya, dan senantiasa
mendahulukan kepentingan mereka. Merupakan suatu kesalahan bila terlalu
memanjakan anak dan pasangan tetapi mengacuhkan kepentingan orang tua yang
seharusnya dijunjung tinggi dalam suatu keluarga. Orang tua memang
membutuhkan materi (uang) tetapi masih ada yang lebih penting bagi mereka yaitu
kasih sayang. Menyapa, menanyakan kabar mereka, kesehatan mereka, apa yang
mereka inginkan merupakan suatu hal sepele namun berarti besar bagi mereka.

Penulis: Azhar Alam

Artikel: www.solusiislam.com



@ Bau harum anak adalah bau harum Surga.(Thabrani)

@ Anak adalah buah hati dan penyejuk mata.(Al Barra bin Azib)

@ Allah menganugrahkan pahala pada ayah yang mencium anaknya sebagai ungkapan kasih
sayang.(Abu Nashr Samarqandi)

@ Orang tua yang tidak mengakui anaknya sendiri,akan terhalang dari rahmat Allah di hari
Kiamat.(Muslim)

@ 4 tanda termasuk kebahagiaan seorang,ialah : 1). Anak anak yang taat, 2). Bergaul dengan
orang orang sholeh, 3). Rezikinya dinegeri sendiri.(Abu Laits Samarqandi)

>>> PENDIDIKAN ANAK

@ Orang tua wajib menyuruh anaknya untuk mempelajari dan mengamalkan kewajiban agama.
Apabila ia membiarkan anaknya tidak belajar dan tidak menyuruhnya untuk melaksanakan
agama,berarti orangtua telah durhaka pada anaknya dan ia tidak berhak jadi wali bagi anak
anaknya.(Ibnu Taimiyah)

@ Disunnahkan mengawali pengajaran berbicara anak,dengan ucapan "La Ilaaha


ILLALLAH".(Hasan Basri)

@ Setelah anak umur 7 tahun,orang tua wajib mulai mengajarkan syariat agama dan
menyuruhnya untuk mengerjakan shalat2 fardlu. Dan orang tua harus menghukum merdka,jika
mereka melalaikan shalat fardlu ketika umur 10 thn.(Abu Dawud)

@ Pendidikan akhlak pada anak adalah lebih baik dari sedekah.(Tirmidzi,Ibnu Majah)

@ Baik buruk akhlak seorang bergantung pada didikan orangtuanya.(Bukhori)

@ Orang tua yang mengajarkan anaknya 1 ayat Alqur'an,akan mendapat pahala sebesar gunung
uhud atas tiap dirham yang diberikan pada gurunya.(Abu Sa'id Al Khudri Ra)

@ Orang tua hendaknya memisahkan kamar laki2 dan wanita,ketika umur 10 tahun.(Abu
Dawud,Hasan Basri)

@ Anak bisa jadi fitnah orangtuanya. Sabda Nabi Saw,"Sesungguhnya anak itu sumber sifat
bakhil dan sifat penakut.'(Ibnu Majah)

@ Orangtua wajib mengutamakan materi pendidikan berikut pada anak :


1). Mendidik tauhid dan menjauhkan dari musyrik.(Lukman:13)
2). Mendidik taat pada hukum Allah dan menjauhi laranganNYA.(Ibnu Jarir,Ibnu Mundzir)
3). Mendidik cinta pada Rosul Saw dan pada sunnah2nya.(Thabrani)
4). Mendidik rasa syukur pada Allah.(Lukman:12)
5). Mendidik berbakti pada orangtua.(Lukman:14)
6). Mendidik ikhlash dalam amal.(Lukman:15)
7). Mendidik amar ma'ruf nahi munkar dan bersabar atas musibah.(Lukmam:17)
8). Mendidik adab,sopan santun dan akhlak.(Bukhori,Muslim)
9). Mendidik agar jangan sombong dan angkuh.(Lukman:18)
10). Mendidik sederhana.(Lukman:19)
11). Mendidik istiqomah dalam hal yang hak/islam.(Al Baqoroh:132)
12). Mendidik agar minta ijin dahulu ketika akan memasuki kamar orangtuanya. Terutama pada
3 waktu,-menjelang subuh,-Sesudah Isya,-Saat istirahat siang(sudah duhur).(An Nur:59)
13). Mendidik membaca,menulis Alqur'an dan memanah.(Umar bin khottob Ra)



>>> PERGAULAN ANAK

@ Orangtua wajib memelihkan lingkungan pergaulan anaknya dengan teman2 yang shaleh dan
beragam dengan baik.(Tirmidzi)

@ Jangan menyerahkan anak pada tukang gandum,tukang jagal dan tukang jual kain kafan.(Asy
Sya'bi).* Ini adalah tamsil yang dimaksud ialah: 1). Jika anak bekerja pada tukang gandum,maka
ia akan menjadi orang yang menimbun nimbun harta dan tidak mengasihi kaum dlu'afa. 2). Bila
anak bekerja pada tukang jagal,maka akan hilanglah rasa kasih sayang dari lubuk hatinya. 3).
Bila anak kerja pada tukang kain kafan,maka ia akan menginginkan kematian seseorang.

>>> TANGGUNG JAWAB ORANGTUA

@ Ayah adalah pemimpin keluarga. Dan tiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabanya
atas kepemimpinanya.(Bukhori,Muslim)

@ Orangtua disunnahkan menikahkan anaknya ketika telah dewasa. Barangsiapa memiliki putri
sampai berusia 12 thn belum dinikahkan,lalu putrinya berbuat dosa(zina,pacaran dsb),maka
dosanya ditanggung oleh orang tuanya.(Umar bin Khottob Ra)

@ Orangtua hendaknya selalu siap membantu anak2nya berbuat baik. Allah merahmati orangtua
yang membantu anaknya untuk berbuat baik.(Asy Sya'bi,Abu Laits Samarqandi)

@ Orangtua wajib mengingatkan dan menjauhkan anaknya dari semua perbuatan dosa.(Abu
Dawud)

@ Sunnah mengaqiqohi anak,mengkhitanya,pada hari ke 7 dari kelahiranya.(Ashhabus Sunan)

@ Salah 1 hak pertama anak adalah memilihkan baginya ibu yang shalehah. (Umar bin Khottob
Ra).* Yaitu hendaknya sang ayah menikahi wanita yang sholehah.

@ Anak berhak disayangi oleh orangtuanya. Orangtua yang tidak sayang,tidak akan
disayang.(Bukhori)

@ Kasihsayang pada anak dapat mendekatkan diri pada Allah.(Al Ghozali)

@ Selalulah menyenangkan hati anak. Jangan membebani mereka dengan beban berat yang
mereka tak sanggup memikulnya.(Ahmad bin Qois)

@ Barangsiapa kematian 3 orang anaknya yang belum baligh,maka Allah akan memasukanya ke
Surga.(Nasai)

@ Jangan sekali2 berkata buruk pada anak. Ucapan itu bisa jadi doa bagi anak,walau anaknya
memang berakhlak buruk.(Al Mubarok)
@ Boleh memanggil anak orang lain dengan "Hai anakku."(Abu Dawud)

>>> MENAFKAHI ANAK

@ Orang tua wajib menafkahi anak dan keluarganya.(Albaqoroh:233).*Nafkah wajib dari usaha
yang halal lagi baik.(Abu Dawud)

@ Tanggungjawab nafkah seorang ibu ialah menyusui anaknya hingga 2 tahun


sempurna.(Albaqoroh:233-Abu Dawud)

@ Sebaik baiknya nafkah keluarga adalah dari hasil usaha sendiri.(Ibnu Hibban)

@ Orang tua tidak lagi wajib menafkahi anak,bila anak sudah mampu mencari nafkah
sendiri.(Assyafii)

@ Orangtua boleh memakan hasil usaha anaknya.(Abu Dawud)

@ Orangtua hendaknya adil dalam pemberian pada anak2nya. Sesuai kepentingan masing2
anak.(Baihaqi,Thabrani)

@ Haram membunuh anak dengan cara apapun/enggan punya anak dengan alasan takut
miskin.((Al Isro :31-Abu Dawud,Muslim)

@ Barangsiapa punya 3 orang anak wanita,lalu ia bersabar mengasuh mereka serta mencukupi
sandang pangannya,maka mereka itu akan menjadi hijab baginya dari api neraka,dan ia akan
menyebabkan dirinya dimasukkan ke dalam Surga.(Tirmidzi,Ibnu Majah)
***
Judul postingan : Pidato tentang berbakti kepada orang tua
Bidang postingan : CONTOH teknis lomba,
next Post : Bagaimana Cara Berpidato yang baik dan benar

berikut merupakan nasehat nukilan tentang cara berbuat baik dan cara berbakti kepada orang tua.
dan beberapa dari nukilan ini sering diambil referensi untuk kultum bulan ramadhan, atau juga
untuk ceramah ceramah keagamaan yang sering membutuhkan referensi dari sumber Al quran
dan hadist. sehingga apa yang tertulis dalam artikel ini yang kemudian republish di
perkuliahan.com ini bisa dipakai untuk referensi pidato. kalau temen saya sering mengantinya
untuk referensi kultum ramadhan yang juga tentunya dengan tema cara berbakti kepada kedua
orang tua, atau cara memuliakan orang tua.
berikut ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh saudara seiman Marwan bin Musa sebagai
berikut:

Mencintai dan Sayang kepada Kedua Orang Tua

Seorang muslim menyadari bahwa kedua orang tuanya memiliki jasa yang besar terhadapnya,
karena keduanya telah mengerahkan pikiran dan tenaga untuk menyenangkan anaknya. Oleh
karena itu, meskipun seorang muslim telah mengerahkan segala kemampuannya dalam berbakti
kepada kedua orang tuanya, namun tetap saja ia belum dapat membalasnya.

Menaati Kedua Orang Tua

Seorang muslim hendaknya menaati perintah kedua orang tuanya, kecuali apabila kedua orang
tua menyuruh berbuat maksiat kepada Allah Subhanahu wa Taala. Allah Subhanahu wa Taala
berfirman:





Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
(QS. Luqman: 15)

Oleh karena itu, ketika Saad bin Abi Waqqash masuk Islam, ibunya mogok makan dan minum
sampai Saad mau murtad dari agamanya, tetapi ia tetap di atas Islam dan tidak mau murtad, ia
menolak taat kepada ibunya dalam hal maksiat kepada Allah, sampai ia berkata kepadanya,
Wahai ibu, engkau (mesti) tahu, demi Allah, jika engkau memiliki seratus nyawa, lalu nyawa
itu keluar satu persatu, aku tetap tidak akan meninggalkan agamaku. Jika engkau mau silahkan
makan atau tidak makan. Akhirnya ibunya makan.

Menanggung dan Menafkahi Kedua Orang Tua


Seorang muslim juga hendaknya menanggung dan menafkahi orang tua agar ia memperoleh
keridhaan Allah. Jika ia seorang yang berharta banyak, lalu orang tuanya butuh kepada sebagian
harta itu, maka ia wajib memberikannya. Hal ini berdasarkan hadis berikut:





Dari Jabir bin Abdillah, bahwa seseorang berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
mempunyai harta dan anak, sedangkan bapakku ingin menghabiskan hartaku. Maka Beliau
bersabda, Engkau dan hartamu adalah milik bapakmu. (HR. Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh
Syaikh Al Albani, lihat Al Irwa (838) dan Ar Raudhun Nadhir (195 dan 603))

Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua

Seorang muslim berusaha untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya meskipun keduanya
non muslim. Asma binti Abu Bakar berkata, Ibuku pernah datang kepadaku dalam keadaan
musyrik di masa Quraisy ketika Beliau mengadakan perjanjian (damai) dengan mereka, lalu aku
meminta fatwa kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, aku berkata, Wahai Rasulullah,
ibuku datang kepadaku karena berharap (bertemu) denganku. Bolehkah aku sambung
(hubungan) dengan ibuku? Beliau menjawab, Ya. Sambunglah (hubungan) dengan ibumu.
(HR. Muslim)

Menjaga Perasaan Keduanya dan Berusaha Membuat Ridha Kedua Orang Tua

Seorang muslim juga harus menjauhi ucapan atau tindakan yang menyakitkan hati orang tuanya
meskipun sepele, seperti berkata Ah. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:





Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
(QS. Al Israa: 23)

Hendaknya ia mengetahui, bahwa ridha Allah ada pada keridhaan orang tua, dan bahwa murka-
Nya ada pada kemurkaan orang tua. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:







Ridha Allah ada pada keridhaan orang tua dan murka Allah ada pada kemurkaan orang tua.
(HR. Tirmidzi dan Hakim dari Abdullah bin Amr, dan Al Bazzar dari Ibnu Umar, dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 3506)
Tidak Memanggil Kedua Orang Tua dengan Namanya

Seorang anak hendaknya memanggil orang tuanya tidak dengan namanya. Oleh karena itu, ia
panggil bapaknya Abi dan ia panggil ibunya Ummi. Abu Hurairah radhiallahu anhu pernah
melihat ada dua orang, lalu ia bertanya kepada salah satunya tentang hubungannya dengan yang
satu lagi, ia berkata, Ia adalah bapakku. Maka Abu Hurairah berkata, Janganlah kamu panggil
ia dengan namanya, jangan berjalan di depannya dan jangan duduk sebelumnya. (Diriwayatkan
oleh Bukhari dalam Al Adabul Mufrad).

Tidak Duduk Ketika Keduanya Berdiri dan Tidak Mendahuluinya Dalam Berjalan

Tidaklah termasuk adab yang baik kepada kedua orang tua jika seorang anak duduk sedangkan
ibu-bapaknya berdiri atau meluruskan kedua kakinya, sedangkan keduanya duduk di
hadapannya, bahkan hendaknya ia memiliki adab yang baik di hadapannya dan merendahkan diri
kepada keduanya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:




Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah,
Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil. (QS. Al Israa: 24)
















Meminta Izin Kepada Kedua Orang Tua Ketika Hendak Keluar Berjihad







Dari Abdullah bin Amr ia berkata, Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa
sallam meminta izin untuk berjihad, lalu Beliau bertanya, Apakah kedua orang tuamu masih
hidup? Ia menjawab, Ya. Beliau bersabda, Kepada keduanyalah kamu hendaknya berjihad
(bersungguh-sungguh dalam berbakti). (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal ini apabila jihadnya fardhu kifayah, tetapi jika jihadnya fardhu ain seperti musuh
menyerang negerinya, maka tidak disyaratkan meminta izin.

Tidak Mengutamakan Istri dan Anak daripada Kedua Orang Tua

Hal ini berdasarkan hadits yang menyebutkan tentang tiga orang Bani Israil yang berjalan-jalan
di gurun, lalu mereka terpaksa bermalam di gua. Ketika mereka masuk ke dalamnya, tiba-tiba
ada sebuah batu besar yang jatuh dari atas gunung sehingga menutupi pintu gua itu, lalu mereka
berusaha menyingkirkan batu tersebut, tetapi mereka tidak bisa, maka akhirnya mereka berdoa
kepada Allah dengan menyebutkan amal saleh yang pernah mereka lakukan.

Salah seorang di antara mereka berkata, Ya Allah, saya memiliki kedua orang tua yang sudah
lanjut usia dan saya biasanya tidak memberi minuman kepada keluarga dan harta yang saya
miliki (seperti budak) sebelum keduanya. Suatu hari saya pernah pergi jauh untuk mencari
sesuatu sehingga saya tidak pulang kecuali setelah keduanya tidur, maka saya perahkan susu
untuk keduanya, namun saya mendapatkan keduanya telah tidur dan saya tidak suka memberi
minum sebelum keduanya baik itu keluarga maupun harta (yang aku miliki). Aku menunggu,
sedangkan gelas masih berada di tanganku karena menunggu keduanya bangun sehingga terbit
fajar. Keduanya pun bangun lalu meminum susu itu.

Ya Allah, jika yang aku lakukan itu karena mengharapkan wajah-Mu, maka hilangkanlah derita
yang menimpa kami karena batu ini, yang lain juga menyebutkan amal saleh mereka yang
ikhlas yang pernah mereka lakukan, sehingga batu besar itu pun bergeser dan mereka dapat
keluar.

Mendoakan Keduanya Baik Mereka Masih Hidup atau Sudah Wafat

Demikianlah seharusnya sikap yang seharusnya dilakukan seorang muslim terhadap kedua orang
tuanya, yakni banyak mendoakan kedua orang tuanya, dan itulah akhlak para nabi; mereka
berbakti kepada kedua orang tuanya dan mendoakan kebaikan kepada mereka. Nabi Nuh alaihis
salam pernah berdoa untuk orang tuanya sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Nuh:
28:

Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan
semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi
orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan. (QS. Nuh: 28)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

Apabila seseorang meninggal, maka terputuslah amalnya selain tiga perkara; sedekah jaariyah,
ilmu yang dimanfaatkan atau anak saleh yang mendoakannya. (HR. Muslim)



Sesunguhnya seseorang benar-benar diangkat derajatnya di surga, lalu ia berkata, Karena apa
ini? Lalu dikatakan kepadanya, Karena permintaan ampun anakmu untukmu. (HR. Ibnu
Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah 1598 dan Al Misykat
2354/tahqiq ke-2)

Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim mendoakan ampunan untuk kedua orang tuanya,
membayarkan hutang dan nadzarnya, dsb.

Berbuat Baik Kepada Kawan-kawan Orang Tua Setelah Orang Tua Telah Wafat

Dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar, bahwa seseorang dari kalangan Arab baduwi
pernah ditemuinya di jalan menuju Mekah, lalu Abdullah mengucapkan salam kepadanya dan
menaikkannya ke atas keledai yang ditungganginya dan memberikan sorban yang dipakainya
kepadanya. Abdullah bin Dinar berkata: Kami pun berkata, Semoga Allah memperbaikimu,
sesungguhnya mereka adalah orang-orang Arab baduwi, mereka biasanya puas dengan perkara
yang sedikit, lalu Abdullah berkata, Sesunggunya bapak orang ini adalah teman Umar bin
Khaththab, dan sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Sesungguhnya berbakti yang paling baik adalah ketika seorang anak menyambung hubungan
dengan kawan-kawan bapaknya. (HR. Muslim)

Demikianlah adab terhadap orang tua, referensi dari penulis diatas diambil dari
http://khotbahjumat.com/adab-terhadap-orang-tua dengan hanya mengambil poin isianya.

Adab Terhadap Orang Tua

KHUTBAH PERTAMA


.

Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Taala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya,
yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa
sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi
wa sallam, keluarga, sahabat-shabatnya serta pengikutnya sampai akhir zaman kelak.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah radhiallahu
anhu, bahwa ia berkata:

Aku berusaha mengajak ibuku masuk Islam ketika ia masih musyrik. Suatu hari, aku
mengajaknya (masuk Islam), lalu ia mengatakan kata-kata yang tidak aku sukai tentang
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, kemudian aku mendatangi Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam dalam keadaan menangis. Aku berkata, Wahai Rasulullah, aku mengajak
ibuku masuk Islam, namun ia menolak. Pada hari ini, aku ajak lagi ia (masuk Islam), lalu ia
malah berkata-kata tentangmu perkataan yang aku tidak sukai. Oleh karena itu, berdoalah kepada
Allah agar Dia memberi hidayah kepada ibu Abu Hurairah.
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdoa, Ya Allah, berilah hidayah kepada ibu
Abu Hurairah. Lalu aku pergi dengan gembira karena doa Nabiyyullah shallallahu alaihi wa
sallam.

Ketika aku datang dan telah berada di dekat pintu, tiba-tiba pintu itu merenggang, ternyata ibuku
mendengar langkah cepat kakiku, lalu ia berkata, Diamlah di tempatmu wahai Abu Hurairah.
Aku mendengar bunyi siraman air, ibuku mandi dan memakai baju gamisnya dengan cepat
sehingga kerudungnya tertinggal, lalu ia membuka pintu dan berkata, Wahai Abu Hurairah, aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Maka aku kembali menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan mendatanginya dalam
keadaan menangis karena terharu, aku katakan, Wahai Rasulullah, bergembiralah. Allah telah
mengabulkan doamu dan telah memberi hidayah kepada ibu Abu Hurairah.

Maka Beliau memuji Allah dan menyanjungnya serta berkata, Baguslah. Aku berkata, Wahai
Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikanku dan ibuku cinta kepada hamba-
hamba-Nya yang mukmin dan agar mereka mencintaiku. Maka Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam berdoa, Ya Allah, jadikanlah hamba kecil-Mu ini -yakni Abu Hurairah- dan ibunya
cinta kepada hamba-hamba-Mu yang mukmin dan jadikanlah kaum mukmin cinta kepada
mereka. Oleh karena itu, tidak ada seorang mukmin pun yang dicipta yang mendengar
tentangku atau melihatku kecuali akan cinta kepadaku.

Adab Terhadap Orang Tua

Kedua orang tua merupakan sebab adanya manusia. Keduanya telah merasakan kelelahan karena
mengurus anak dan menyenangkan mereka. Allah Subhanahu wa Taala mewajibkan hamba-
hamba-Nya berbakti kepada kedua orang tua, firman-Nya,

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tuanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(QS. Luqman: 14)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendorong untuk berbakti kepada kedua orang tua,
Beliau bersabda,

Barang siapa yang senang dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka
berbaktilah kepada kedua orang tuanya dan sambunglah tali silaturrahim. (Al Haitsami dalam
Al Majma berkata, Hadis tersebut ada dalam kitab shahih tanpa kata berbakti kepada orang tua,
tetapi diriwayatkan oleh Ahmad dan para perawinya adalah perawi hadis shahih)
Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,

Hinalah ia, hinalah ia dan hinalah ia. Lalu ada yang bertanya, Siapa wahai Rasulullah?
Beliau menjawab, Yaitu orang yang mendapatkan orang tuanya sudah tua; salah satunya atau
kedua-duanya tetapi ia tidak masuk surga. (HR. Muslim)

Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim berbakti kepada kedua orang tuanya dan bergaul
dengan sikap yang baik. Di antara adab bergaul dengan orang tua adalah sebagai berikut:

1. Mencintai dan Sayang kepada Kedua Orang Tua

Seorang muslim menyadari bahwa kedua orang tuanya memiliki jasa yang besar terhadapnya,
karena keduanya telah mengerahkan pikiran dan tenaga untuk menyenangkan anaknya. Oleh
karena itu, meskipun seorang muslim telah mengerahkan segala kemampuannya dalam berbakti
kepada kedua orang tuanya, namun tetap saja ia belum dapat membalasnya.

2. Menaati Keduanya

Seorang muslim hendaknya menaati perintah kedua orang tuanya, kecuali apabila kedua orang
tua menyuruh berbuat maksiat kepada Allah Subhanahu wa Taala. Allah Subhanahu wa Taala
berfirman:

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
(QS. Luqman: 15)

Oleh karena itu, ketika Saad bin Abi Waqqash masuk Islam, ibunya mogok makan dan minum
sampai Saad mau murtad dari agamanya, tetapi ia tetap di atas Islam dan tidak mau murtad, ia
menolak taat kepada ibunya dalam hal maksiat kepada Allah, sampai ia berkata kepadanya,
Wahai ibu, engkau (mesti) tahu, demi Allah, jika engkau memiliki seratus nyawa, lalu nyawa itu
keluar satu persatu, aku tetap tidak akan meninggalkan agamaku. Jika engkau mau silahkan
makan atau tidak makan. Akhirnya ibunya makan.

3. Menanggung dan Menafkahi Orang Tua


Seorang muslim juga hendaknya menanggung dan menafkahi orang tua agar ia memperoleh
keridhaan Allah. Jika ia seorang yang berharta banyak, lalu orang tuanya butuh kepada sebagian
harta itu, maka ia wajib memberikannya. Hal ini berdasarkan hadis berikut:

Dari Jabir bin Abdillah, bahwa seseorang berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
mempunyai harta dan anak, sedangkan bapakku ingin menghabiskan hartaku. Maka Beliau
bersabda, Engkau dan hartamu adalah milik bapakmu. (HR. Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh
Syaikh Al Albani, lihat Al Irwa (838) dan Ar Raudhun Nadhir (195 dan 603))

4. Berbuat Baik Kepada Keduanya

Seorang muslim berusaha untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya meskipun keduanya
non muslim. Asma binti Abu Bakar berkata, Ibuku pernah datang kepadaku dalam keadaan
musyrik di masa Quraisy ketika Beliau mengadakan perjanjian (damai) dengan mereka, lalu aku
meminta fatwa kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, aku berkata, Wahai
Rasulullah, ibuku datang kepadaku karena berharap (bertemu) denganku. Bolehkah aku sambung
(hubungan) dengan ibuku? Beliau menjawab, Ya. Sambunglah (hubungan) dengan ibumu.
(HR. Muslim)

5. Menjaga Perasaan Keduanya dan Berusaha Membuat Ridha Orang Tuanya

Seorang muslim juga harus menjauhi ucapan atau tindakan yang menyakitkan hati orang tuanya
meskipun sepele, seperti berkata Ah. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. (QS. Al Israa: 23)

Hendaknya ia mengetahui, bahwa ridha Allah ada pada keridhaan orang tua, dan bahwa murka-
Nya ada pada kemurkaan orang tua. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Ridha Allah ada pada keridhaan orang tua dan murka Allah ada pada kemurkaan orang tua.
(HR. Tirmidzi dan Hakim dari Abdullah bin Amr, dan Al Bazzar dari Ibnu Umar, dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami no. 3506)

6. Tidak Memanggil Orang Tua dengan Namanya


Seorang anak hendaknya memanggil orang tuanya tidak dengan namanya. Oleh karena itu, ia
panggil bapaknya Abi dan ia panggil ibunya Ummi. Abu Hurairah radhiallahu anhu pernah
melihat ada dua orang, lalu ia bertanya kepada salah satunya tentang hubungannya dengan yang
satu lagi, ia berkata, Ia adalah bapakku. Maka Abu Hurairah berkata, Janganlah kamu panggil
ia dengan namanya, jangan berjalan di depannya dan jangan duduk sebelumnya. (Diriwayatkan
oleh Bukhari dalam Al Adabul Mufrad).

7. Tidak Duduk Ketika Keduanya Berdiri dan Tidak Mendahuluinya Dalam Berjalan

Tidaklah termasuk adab yang baik kepada kedua orang tua jika seorang anak duduk sedangkan
ibu-bapaknya berdiri atau meluruskan kedua kakinya, sedangkan keduanya duduk di
hadapannya, bahkan hendaknya ia memiliki adab yang baik di hadapannya dan merendahkan diri
kepada keduanya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah, Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil. (QS. Al Israa: 24)

KHUTBAH KEDUA

8. Meminta Izin Kepada Kedua Orang Tua Ketika Hendak Keluar Berjihad

Dari Abdullah bin Amr ia berkata, Seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu alaihi
wa sallam meminta izin untuk berjihad, lalu Beliau bertanya, Apakah kedua orang tuamu masih
hidup? Ia menjawab, Ya. Beliau bersabda, Kepada keduanyalah kamu hendaknya berjihad
(bersungguh-sungguh dalam berbakti). (HR. Bukhari dan Muslim)

Hal ini apabila jihadnya fardhu kifayah, tetapi jika jihadnya fardhu ain seperti musuh
menyerang negerinya, maka tidak disyaratkan meminta izin.

9. Tidak Mengutamakan Istri dan Anak daripada Kedua Orang Tua

Hal ini berdasarkan hadits yang menyebutkan tentang tiga orang Bani Israil yang berjalan-jalan
di gurun, lalu mereka terpaksa bermalam di gua. Ketika mereka masuk ke dalamnya, tiba-tiba
ada sebuah batu besar yang jatuh dari atas gunung sehingga menutupi pintu gua itu, lalu mereka
berusaha menyingkirkan batu tersebut, tetapi mereka tidak bisa, maka akhirnya mereka berdoa
kepada Allah dengan menyebutkan amal saleh yang pernah mereka lakukan.

Salah seorang di antara mereka berkata, Ya Allah, saya memiliki kedua orang tua yang sudah
lanjut usia dan saya biasanya tidak memberi minuman kepada keluarga dan harta yang saya
miliki (seperti budak) sebelum keduanya. Suatu hari saya pernah pergi jauh untuk mencari
sesuatu sehingga saya tidak pulang kecuali setelah keduanya tidur, maka saya perahkan susu
untuk keduanya, namun saya mendapatkan keduanya telah tidur dan saya tidak suka memberi
minum sebelum keduanya baik itu keluarga maupun harta (yang aku miliki). Aku menunggu,
sedangkan gelas masih berada di tanganku karena menunggu keduanya bangun sehingga terbit
fajar. Keduanya pun bangun lalu meminum susu itu.

Ya Allah, jika yang aku lakukan itu karena mengharapkan wajah-Mu, maka hilangkanlah derita
yang menimpa kami karena batu ini, yang lain juga menyebutkan amal saleh mereka yang
ikhlas yang pernah mereka lakukan, sehingga batu besar itu pun bergeser dan mereka dapat
keluar.

10. Mendoakan Keduanya Baik Mereka Masih Hidup atau Sudah Wafat

Demikianlah seharusnya sikap yang seharusnya dilakukan seorang muslim terhadap kedua orang
tuanya, yakni banyak mendoakan kedua orang tuanya, dan itulah akhlak para nabi; mereka
berbakti kepada kedua orang tuanya dan mendoakan kebaikan kepada mereka. Nabi Nuh alaihis
salam pernah berdoa untuk orang tuanya sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Nuh:
28:

Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan
semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi
orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan. (QS. Nuh: 28)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

Apabila seseorang meninggal, maka terputuslah amalnya selain tiga perkara; sedekah
jaariyah, ilmu yang dimanfaatkan atau anak saleh yang mendoakannya. (HR. Muslim)

Sesunguhnya seseorang benar-benar diangkat derajatnya di surga, lalu ia berkata, Karena


apa ini? Lalu dikatakan kepadanya, Karena permintaan ampun anakmu untukmu. (HR. Ibnu
Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah 1598 dan Al Misykat
2354/tahqiq ke-2)

Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim mendoakan ampunan untuk kedua orang tuanya,
membayarkan hutang dan nadzarnya, dsb.
11. Berbuat Baik Kepada Kawan-kawan Orang Tua Setelah Orang Tua Telah Wafat

Dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar, bahwa seseorang dari kalangan Arab baduwi
pernah ditemuinya di jalan menuju Mekah, lalu Abdullah mengucapkan salam kepadanya dan
menaikkannya ke atas keledai yang ditungganginya dan memberikan sorban yang dipakainya
kepadanya. Abdullah bin Dinar berkata: Kami pun berkata, Semoga Allah memperbaikimu,
sesungguhnya mereka adalah orang-orang Arab baduwi, mereka biasanya puas dengan perkara
yang sedikit, lalu Abdullah berkata, Sesunggunya bapak orang ini adalah teman Umar bin
Khaththab, dan sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,

Sesungguhnya berbakti yang paling baik adalah ketika seorang anak menyambung hubungan
dengan kawan-kawan bapaknya. (HR. Muslim)

Demikianlah adab terhadap orang tua, semoga Allah Subhanahu wa Taala memudahkan kita
untuk dapat melakukannya.

Wallahu alam, wa shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad wa alaa aalihi wa shahbihi wa


man waalaah.

.
.



.

.

.
HORMAT KEPADA ORANG TUA DAN GURU

4.1 Menjelaskan isi Q.S Al-Isra / 17:23-24

Al-Quran Surat Al-Isra (17) ayat 23-24.

Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

(Qs. Al Israa [17]:23)

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah,
Wahai Tuhanku,kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil.

(Qs. Al Israa [17]:24)

Surat Al-Isra ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter. Definisi dari
karakter adalah satu kesatuan yang membedakan satu dengan yang lain atau dengan kata lain
karakter adalah kekuatan moral yang memiliki sinonim berupa moral, budipekerti, adab, sopan
santun dan akhlak. Akhlak dan adab sumbernya adalah wahyu yakni berupa Al-Quran dan
Sunah. Sedangkan budi pekerti, moral, dan sopan santun sumbernya adalah filsafat. Kembali
kepada pengertian dari Surah Al-Isra ayat 23 disebutkan bahwa yang pertama Allah
memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menyembah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-
Nya.yang kedua, kita harus berbakti kepada orang tua. Lalu pada ayat 24 disebutkan bahwa anak
hendaknya mendoakan kedua orang tuanya. Ulama menegaskan bahwa doa kepada kedua orang
tua yang dianjurkan adalah bagi yang muslim, baik yang masih hidup atau telah meninggal.
Sedangkan bila ayah atau ibu yang tidak beragama islam telah meninggal, maka terlarang bagi
anak untuk mendoakannya. Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa ketika kita menghargai
dan menyayangi orang tua kita dengan baik maka akan menumbuhkan akhlak serta moral yang
baik pula bagi anak sedangkan jikalau kita acuh maka akan timbuh akhlak dan moral yang tidak
baik. Dengan kata lain, hal ini sangat berpengaruh dalam pendidikan karakter. Antara orangtua
sebagai pendidik dan anak. Segala sesuatu yang diajarkan dengan baik pada mulanya akan
menanamkan karakter yang baik pula pada anak. Untuk itu berbakti kepada orang tua merupakan
suatu cara yang harus dilakukan.

4.2 Menjelaskan isi hadis-hadis yang terkait dengan hormat dan patuh kepad orang tua
dan guru
1. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.



:

( )

Artinya: dari Abdullah bin Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda:
Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada
murka orang tua. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-
Hakim)[1][1]

1. Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.


( ) : : : : : : :

Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: Suatu saat ada seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah SAW, lalu bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak aku pergauli dengan
baik? Rasulullah menjawab : Ibumu!, lalu siapa? Rasulullah menjawab: Ibumu!, lalu
siapa? Rasulullah menjawab: Ibumu!. Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian siapa?
Rasulullah menjawab: Bapakmu!(H.R.Bukhari).[1][2]

1. Hadis Abdullah bin Masud tentang amal yang paling disukai Allah SWT.

:
: :

( ) : :

Artinya: dari Abdullah bin Masud r.a. ia berkata: Saya bertanya kepada Nabi saw: amal
apakah yang paling disukai oleh Allah Taala? beliau menjawab: shalat pada waktunya.
saya bertanya lagi: kemudian apa? beliau menjawab: berbuat baik kepada kedua orang
tua. saya bertanya lagi: kemudian apa? beliau menjawab: berjihad(berjuang) di jalan
Allah. (H.R. Bukhari dan Muslim).[1][3]

1. Hadis Al-Mughirah bin Subah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada ibu,
menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya.

:
( )
Artinya: dari Al-Mughirah bin Syuban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: Sungguh
Allah taala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang
bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang
banyak bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta. (H.R.Bukhari).[1][4]

1. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang dosa-dosa besar.

. :
) : .
)

Artinya: dari Abdullah bin amr bin al-ash ia berkata, Rasulullah Saw telah bersabda:
diantara dosa-dosa besar yaitu seseorang memaki kedua orang tuanya. para sahabat
bertanya: Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yang memaki kedua orang tuanya?
Beliau menjawab: Ya, apabila seseorang memaki ayah orang lain, kemudian orang itu
membalas memaki ayahnya kemudian ia memaki ibu orang lain, dan orang itu memaki ibunya.
(H.R. Bukhari).[1][5]

4.3 Menunjukkan contoh perilaku yang mencerminkan hormat dan patuh kepada orang
tua dan guru

PEMBAHASAN

A. Birrul Walidain

1. Pengertian Birrul Walidain

Istilah Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-birru artinya
kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Jadi, Birrul Walidain adalah
berbuat kebajikan terhadap kedua orang tua.

2. Kedudukan Birrul Walidain

Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya
menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya
juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati
posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses
reproduksi dan regenerasi umat manusia.

Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam
mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut
mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi,
membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat
tidak terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat
kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya.[1][6]

3. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain

Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:

1. Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang tua dalam nasihat,
dan perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita
disuruhnya berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita
tetap menjalin hubungan dengan baik.
2. Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik
dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia
senja.[1][7]
3. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah
pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan saran-
saran itu sesuai dengan ajaran Islam.
4. Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum berkeluarga dan
mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua terutama ibu. Dan mengerjakan
pekerjaan rumah.
5. Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan kesejahteraan
hidup di dunia dan akhirta.
6. Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
7. Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
8. Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan dengan cara
antara lain:

Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya

Melunasi semua hutang-hutangnya

Melaksanakan wasiatnya

Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup

Memuliakan sahabat-sahabatnya

Mendoakannya.

4. Doa Anak untuk Orang Tua

Seorang anak yang ingin mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil contoh dari ayat suci
Alquran yaitu, doa Nabi Ibrahim as ketika mengajukan permohonan kepada Allah Swt agar dapat
lah kiranya Allah memberi ampunan pada kedua orang tuanya dari dosa-dosa yang telah mereka
perbuat.
Doa Nabi Ibrahim as dalam Q.S.Ibrahim:41

41. Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang
mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).

Permohonan Nabi Ibrahim dalam Q.S. Al-Israa: 24

24. dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil.

1. Uququl Walidain

Uququl Walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Durhaka kepada kedua orang tua adalah
dosa besar yang dibenci oleh Allah Swt, sehingga adzabnya disegerakan oleh Allah di dunia ini.
Hal ini mengingat betapa istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam dan juga
mengingat betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa diganti
dengan apapun.

Adapun bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan bertingkat-tingkat,


mulai dari mendurhaka di dalam hati, mengomel, mengatakan ah ( uffin, berkata kasar,
menghardik, tidak menghiraukan panggilannya, tidak pamit, tidak patuh dan bermacam-macam
tindakan lain yang mengecewakan atau bahkan menyakitkan hati orang tua.) di dalam Q.S. A-
Israa:23 di ungkapkan oleh Allah dua contoh pendurhakaan kepada orang tua yaitu,
mengucapkan kata uffin dan menghardik ( lebih-lebih lagi bila kedua orang tua sudah berusia
lanjut)

Akhlak Kepada Guru

Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi
lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh azza wa jalla. Sebagaimana wajib
hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru
selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syariat agama.

Di antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki
guru, sebagaimana sabda Rosululloh saw :


Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak
menyayangi orang yang lebih muda. ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )

Di antara akhlaq kepada guru adalah mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh
semangat, sebagaimana sabda Rosululloh saw :






Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan baginya
dengannya jalan menuju syurga. ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu
Majah )

Di antara akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang
rapi, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.( HR. Ahmad, Muslim dan Al-
Hakim )

Di antara akhlaq kepada guru yaitu diam memperhatikan ketika guru sedang
menjelaskan, sebagaimana hadits Abu Said Al-Khudri ra :


Orang-orang pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala mereka. ( HR. Al-Bukhori )

Imam Sufyan Ats-Tsauri rohimahullohberkata : Bila kamu melihat ada anak muda yang
bercakap-cakap padahal sang guru sedang menyampaikan ilmu, maka berputus-asalah
dari kebaikannya, karena dia sedikit rasa malunya.( AR. Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol
ilas-Sunan )
Di antara akhlaq kepada guru adalah bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum
dia mengerti dengan cara baik. Alloh berfirman :

Bertanyalah kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.( Qs. An-Nahl : 43
dan Al-Anbiya : 7 )

Rosululloh saw bersabda :



Mengapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ? Bukankah obat dari ketidaktahuan adalah
bertanya ? ( HSR. Abu Dawud )

Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar mengolok-


olok atau yang dilatarbelakangi oleh niat yang buruk, oleh karena itu Alloh berfirman :

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan sesuatu yang bila dijawab
niscaya akan menyusahkan kalian. ( Qs. Al-Maidah : 101 )

Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :




Sesungguhnya orang muslim yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang
sesuatu yang tidak diharamkan, lantas menjadi diharamkan lantaran pertanyaannya itu. ( HR.
Ahmad, Al-Bukhori dan Muslim )

Ketika bertanya mestinya dilakukan dengan cara dan bahasa yang bagus.

Berkata Imam Maimun bin Mihron : Pertanyaan yang bagus menunjukkan separuh dari
kefahaman. ( AR. Al-Khothib Al-Baghdadi dalam Al-Jami )

Di antara akhlaq kepada guru adalah menegur guru bila melakukan kesalahan dengan
cara yang penuh hormat, sebagaimana sabda Rosululloh :

: ,

Agama adalah nasihat. Kami ( Shahabat ) bertanya : Untuk siapa ? Beliau menjawab :
Untuk mentaati Alloh, melaksanakan Kitab-Nya, mengikuti Rosul-Nya untuk para pemimpin
kaum muslimin dan untuk orang-orang umum. ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-
Tirmidzi dll )

1. Akhlak terhadap orang tua menurut etika :

Orang tua adalah oran yang telah merawat kita, menjaga, memelihara, dan mendidik kita
sejak kecil hingga kita menjadi dewasa. Mereka melakukannya secara sunguh-sungguh dan
penuh kasih sayang demi mengharapkan kehidupan kita yang lebih baik. Bahkan orang tua
dengan susah payah bekerja mencari nafkah untuk membahagiakan kita.

Sedemikian besar peran orang tua dalam hidup kita, sehingga sudah sepantasnya kita sebagai
orang yang berpengetahuan haruslah menjaga etika kita terhadap orang tua. Diantara bentuk-
bentuk perbuatan kita yang sesuai dengan etika adalah :

1. Selalu taat kepada keduanya dan menjalankan segala perintahnya, asalkan perintah itu
tidak bertentangan dengan ajaran agama dan tidak melanggar hukum yang berlaku di
suatu tempat. Meskipun orang tua kita berbuat aniaya kepada kita, tetaplah kita tidak
boleh menyinggung perasaan mereka ataupun membalas perbuatan yang mereka terhadap
kita. Baik bagaimanapun mereka tetaplah orang tua kita yang telah merawat kita
semenjak kita kecil.

Menurut ukuran umum, orang tua tidak akan berbuat aniaya kepada anaknya sendiri. Jikalau
terjadi aniaya, biasanya disebabkan oleh perbuatan si anak yang berbuat keterlaluan kepada
orang tua.

2. Jika hendak pergi hendaklah meminta izin kepada keduanya. Apabila tidak diizinkan kita
harus menerimanya dengan lapang dada.
3. Berbicaralah dengan lemah lembut, bermuka manis, dan berseri-seri. Janganlah
meninggikan suara ketika berbicara kepada orang tua dan jangan pula menggunakan
kata-kata yang kasar kepada keduanya.
4. Perhatikan nasihat-nasihat orang tua dan janganlah memotong pembicaraannya.
5. Membantu pekerjaan orang tua dengan sekuat tenaga, terutama jika orang tua sudah
berusaha lanjut.
6. Selalu bersikap baik dan sopan santun baik dalam perbuatan maupun perkataan.
7. Selalu menyambung silaturahim kepada keduanya meskipun kita dalam perantauan
ataupun kita sudah memiliki keluarga sendiri, selalu menepati janji kita, dan
menghormati sahabat-sahabat orang tua dengan baik.
8. Selalu mendoakan orang tua agar diampuni dosa-dosanya oleh Allah swt.

Sementara itu menurut imam al-Ghazali, etika anak terhadap orang tuanya adalah sebagai
berikut:

1. Mendengarkan pembicaraannya.
2. Melaksanakan perintahnya.
3. Tidak berjalan di depannya.
4. Tidak mengeraskan suara ketika berbicara kepadanya.
5. Menjawab panggilannya.
6. Berkemauan keras menyenangkan hatinya.
7. Menundukkan badannya.
8. Tidak mengungkit kebaikan kita terhadap mereka.
9. Tidak memandang dengan mata melotot dan tidak menatap matanya.

Itulah sebagian kecil bentuk akhlak anak terhadap orang tua menurut etika

1. Akhlak Kepada Guru Menurut Etika

Murid adalah orang yang sedang belajar dan menuntut ilmu kepada seorang guru. Demi untuk
keberkahan dan kemudahan dalam meraih dan mengamalkan ilmu atau pengetahuan yang telah
diperoleh dari seorang guru, maka seorang murid haruslah memiliki akhlak atau etika yang benar
terhadap gurunya.

Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Muallim), diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Seorang murid hendaklah hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
2. Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila
menghadap atau berjumpa dengan beliau.
3. Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini bahwa
gurunya itu memiliki derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan untuk
mengambil manfaat dari beliau.
4. Seorang murid hendaklah mengetahui dan memahami hak-hak yang harus diberikan
gurunya dan tidak melupakan jasanya.
5. Seorang murid hendaklah bersikap sabar jika menghadapi seorang guru yang memiliki
perangai kasar dan keras.
6. Seorang murid hendaklah duduk dengan sopan di hadapan gurunya, tenang, merendahkan
diri, hormat sambil mendengarkan, memperhatikan, dan menerima apa yang disampaikan
oleh gurunya.
Jangan duduk sambil menengok kanan kiri kecuali untuk suatu kepentingan.

7. Seorang murid hendaklah ketika mengadap gurunya dalam keadaan sempurna dengan
badan dan pakaian yang bersih.
8. Seorang murid hendaklah jangan banyak bicara di depan guru ataupun membicarakan
hal-hal yang tidak berguna.
9. Seorang murid hendaklah jangan bertanya dengan tujuan untuk mengujinya dan
menampakkan kepandaian kepada guru.
10. Seorang murid hendaklah jangan bersenda gurau di hadapan guru
11. Seorang murid hendaklah jangan menanyakan masalah kepada orang lain ditengah majlis
guru.
12. Seorang murid hendaknya tidak banyak bertanya, apalagi jika pertanyaan itu tidak
berguna
13. Jika guru berdiri, Seorang murid hendaklah ikut berdiri sebagai penghormatan kepada
beliau.
14. Seorang murid hendaklah tidak bertanya suatu persoalan kepada guru ketika sedang di
tengah jalan.
15. Seorang murid hendaklah tidak menghentikan langkah guru di tengah jalan untuk hal-hal
yang tidak berguna.
16. Seorang murid hendaklah tidak berburuk sangka terhadap apa yang dilakukan oleh
guru ( guru lebih mengetahui tentang apa yang dikerjakannya).
17. Seorang murid hendaklah tidak mendahului jalannya ketika sedang berjalan bersama.
18. Ketika guru sedang memberi penjelasan/ berbicara hendaklah murid tidak memotong
pembicaraannya. Kalaupun ingin menyanggah pendapat beliau maka sebaiknya
menunggu hingga beliau selesai berbicara dan hendaknya setiap memberikan sanggahan
atau tanggapan disampaikan dengan sopan dan dalam bahasa yang baik.
19. Apabila ingin menghadap atau bertemu untuk sesuatu hal maka sebaiknya murid
memberi konfirmasi terlebih dahulu kepada guru dengan menelphon atau mengirim
pesan, untuk memastikan kesanggupannya dan agar guru tidak merasa terganggu.
20. Murid haruslah berkata jujur apabila guru menanyakan suatu hal kepadanya.
21. Seorang murid hendaklah menyempatkan diri untuk bersilaturahim ke rumah guru di
waktu-waktu tertentu, sebagai bentuk rasa saying kita terhadap beliau.
22. Meskipun sudah tidak dibimbing lagi oleh beliau ( karena sudah lulus) murid hendaklah
tetap selalu mengingat jasanya dan tetap terus mendoakan kebaikan kebaikan atas
mereka.

Bagaimanapun juga guru merupakan orang tua kedua kita setelah orang tua kita yang di rumah.
Mereka adalah orang tua kita saat kita berada di luar rumah. Jadi sebagaiman kita menghormati
orang tua kandung kita, maka kitapun juga harus menghormati guru kita.

Sebagaimana disyiratkan dalam sabda Rasulullah SAW :

Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dari kami, tidak
mengasihi orang yang lebih kecil dari kami dan tidak mengetahui hak orang alim dari kami.
(HR.Ahmad, Thabrani, dan Hakim dari Ubadah bin Shamit Ra.)
Pelajarilah oleh kalian ilmu, pelajarilah oleh kalian ilmu(yang dapat menumbuhkan)
ketenangan, kehormatan, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kalian menuntut ilmu
darinya. (HR. Thabrani dari Abu Hurairah. Ra)

1. Kedudukan Guru

Bapak Guru lebih mulia dari bapak kandung . Sebab, Ibu Bapak itu mendewasakan dari segi
jasmani yang bersifat material, sedangkan Bapak/Ibu Guru mendewasakan dari segi rohani yang
bersifat spiritual dan universal.

Para Guru, Ustadz, Ustadzah, atau Mualim, Mursyid, selain mengantarkan kita menjadi orang
yang beramal sholih, mereka termasuk pewaris Nabi-Nabi, justru merekalah penyalur pusaka
dalam menjalankansyariat, akhlak, aqidah, dan mereka pula contoh yang terdekat dengan kita.
Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi bersabda :

Ulama adalah penerima pusaka Nabi-Nabi. (HR. al-Tirmizi dan Abu Daud).

Sehubungan dengan hadist tersebut, maka kita diperintahkan untuk menghormati para Ulama,
meski bukan Guru kita. Begitupula dengan para DaI dan Muballigh selaku penyalur risalah
kenabian, yang kini disebut Dawah atau Kulyah Agama. Adapun Ulama yang sebenarnya
adalah yang berilmu, dan beramal dengan ilmunya itu, serta ilmudan amalanya tersebut sesuai
dengan Al-Quran dan Hadist.
1 Menjelaskan isi Q.S Al-Isra / 17:23-24

Al-Quran Surat Al-Isra (17) ayat 23-24.

Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

(Qs. Al Israa [17]:23)

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah,
Wahai Tuhanku,kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil.

(Qs. Al Israa [17]:24)

Surat Al-Isra ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter. Definisi dari
karakter adalah satu kesatuan yang membedakan satu dengan yang lain atau dengan kata lain
karakter adalah kekuatan moral yang memiliki sinonim berupa moral, budipekerti, adab, sopan
santun dan akhlak. Akhlak dan adab sumbernya adalah wahyu yakni berupa Al-Quran dan
Sunah. Sedangkan budi pekerti, moral, dan sopan santun sumbernya adalah filsafat. Kembali
kepada pengertian dari Surah Al-Isra ayat 23 disebutkan bahwa yang pertama Allah
memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menyembah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-
Nya.yang kedua, kita harus berbakti kepada orang tua. Lalu pada ayat 24 disebutkan bahwa anak
hendaknya mendoakan kedua orang tuanya. Ulama menegaskan bahwa doa kepada kedua orang
tua yang dianjurkan adalah bagi yang muslim, baik yang masih hidup atau telah meninggal.
Sedangkan bila ayah atau ibu yang tidak beragama islam telah meninggal, maka terlarang bagi
anak untuk mendoakannya. Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa ketika kita menghargai
dan menyayangi orang tua kita dengan baik maka akan menumbuhkan akhlak serta moral yang
baik pula bagi anak sedangkan jikalau kita acuh maka akan timbuh akhlak dan moral yang tidak
baik. Dengan kata lain, hal ini sangat berpengaruh dalam pendidikan karakter. Antara orangtua
sebagai pendidik dan anak. Segala sesuatu yang diajarkan dengan baik pada mulanya akan
menanamkan karakter yang baik pula pada anak. Untuk itu berbakti kepada orang tua merupakan
suatu cara yang harus dilakukan.

4.2 Menjelaskan isi hadis-hadis yang terkait dengan hormat dan patuh kepad orang tua
dan guru

1. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.


:

( )

Artinya: dari Abdullah bin Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda:
Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada
murka orang tua. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-
Hakim)[1][1]

1. Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.


( ) : : : : : : :

Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: Suatu saat ada seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah SAW, lalu bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak aku pergauli dengan
baik? Rasulullah menjawab : Ibumu!, lalu siapa? Rasulullah menjawab: Ibumu!, lalu
siapa? Rasulullah menjawab: Ibumu!. Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian siapa?
Rasulullah menjawab: Bapakmu!(H.R.Bukhari).[1][2]

1. Hadis Abdullah bin Masud tentang amal yang paling disukai Allah SWT.

: : :

( )
: :


Artinya: dari Abdullah bin Masud r.a. ia berkata: Saya bertanya kepada Nabi saw: amal
apakah yang paling disukai oleh Allah Taala? beliau menjawab: shalat pada waktunya.
saya bertanya lagi: kemudian apa? beliau menjawab: berbuat baik kepada kedua orang
tua. saya bertanya lagi: kemudian apa? beliau menjawab: berjihad(berjuang) di jalan
Allah. (H.R. Bukhari dan Muslim).[1][3]

1. Hadis Al-Mughirah bin Subah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada ibu,
menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya.

:
( )

Artinya: dari Al-Mughirah bin Syuban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: Sungguh
Allah taala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang
bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang
banyak bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta. (H.R.Bukhari).[1][4]

1. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang dosa-dosa besar.

. :
) : .
)

Artinya: dari Abdullah bin amr bin al-ash ia berkata, Rasulullah Saw telah bersabda:
diantara dosa-dosa besar yaitu seseorang memaki kedua orang tuanya. para sahabat
bertanya: Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yang memaki kedua orang tuanya?
Beliau menjawab: Ya, apabila seseorang memaki ayah orang lain, kemudian orang itu
membalas memaki ayahnya kemudian ia memaki ibu orang lain, dan orang itu memaki ibunya.
(H.R. Bukhari).[1][5]

4.3 Menunjukkan contoh perilaku yang mencerminkan hormat dan patuh kepada orang
tua dan guru

PEMBAHASAN

A. Birrul Walidain

1. Pengertian Birrul Walidain

Istilah Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-birru artinya
kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Jadi, Birrul Walidain adalah
berbuat kebajikan terhadap kedua orang tua.

2. Kedudukan Birrul Walidain

Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya
menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya
juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati
posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses
reproduksi dan regenerasi umat manusia.

Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam
mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut
mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi,
membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat
tidak terbatas.

Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat
kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya.[1][6]
3. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain

Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:

1. Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang tua dalam nasihat,
dan perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita
disuruhnya berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita
tetap menjalin hubungan dengan baik.
2. Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik
dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia
senja.[1][7]
3. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah
pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan saran-
saran itu sesuai dengan ajaran Islam.
4. Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum berkeluarga dan
mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua terutama ibu. Dan mengerjakan
pekerjaan rumah.
5. Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan kesejahteraan
hidup di dunia dan akhirta.
6. Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
7. Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
8. Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan dengan cara
antara lain:

Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya

Melunasi semua hutang-hutangnya

Melaksanakan wasiatnya

Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup

Memuliakan sahabat-sahabatnya

Mendoakannya.

4. Doa Anak untuk Orang Tua

Seorang anak yang ingin mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil contoh dari ayat suci
Alquran yaitu, doa Nabi Ibrahim as ketika mengajukan permohonan kepada Allah Swt agar dapat
lah kiranya Allah memberi ampunan pada kedua orang tuanya dari dosa-dosa yang telah mereka
perbuat.

Doa Nabi Ibrahim as dalam Q.S.Ibrahim:41


41. Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang
mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).

Permohonan Nabi Ibrahim dalam Q.S. Al-Israa: 24

24. dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil.

1. Uququl Walidain

Uququl Walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Durhaka kepada kedua orang tua adalah
dosa besar yang dibenci oleh Allah Swt, sehingga adzabnya disegerakan oleh Allah di dunia ini.
Hal ini mengingat betapa istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam dan juga
mengingat betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa diganti
dengan apapun.

Adapun bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan bertingkat-tingkat,


mulai dari mendurhaka di dalam hati, mengomel, mengatakan ah ( uffin, berkata kasar,
menghardik, tidak menghiraukan panggilannya, tidak pamit, tidak patuh dan bermacam-macam
tindakan lain yang mengecewakan atau bahkan menyakitkan hati orang tua.) di dalam Q.S. A-
Israa:23 di ungkapkan oleh Allah dua contoh pendurhakaan kepada orang tua yaitu,
mengucapkan kata uffin dan menghardik ( lebih-lebih lagi bila kedua orang tua sudah berusia
lanjut)

Akhlak Kepada Guru

Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi
lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh azza wa jalla. Sebagaimana wajib
hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru
selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syariat agama.

Di antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki
guru, sebagaimana sabda Rosululloh saw :


Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak
menyayangi orang yang lebih muda. ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )

Di antara akhlaq kepada guru adalah mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh
semangat, sebagaimana sabda Rosululloh saw :






Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan baginya
dengannya jalan menuju syurga. ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu
Majah )

Di antara akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang
rapi, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.( HR. Ahmad, Muslim dan Al-
Hakim )

Di antara akhlaq kepada guru yaitu diam memperhatikan ketika guru sedang
menjelaskan, sebagaimana hadits Abu Said Al-Khudri ra :


Orang-orang pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala mereka. ( HR. Al-Bukhori )

Imam Sufyan Ats-Tsauri rohimahullohberkata : Bila kamu melihat ada anak muda yang
bercakap-cakap padahal sang guru sedang menyampaikan ilmu, maka berputus-asalah
dari kebaikannya, karena dia sedikit rasa malunya.( AR. Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol
ilas-Sunan )
Di antara akhlaq kepada guru adalah bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum
dia mengerti dengan cara baik. Alloh berfirman :

Bertanyalah kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.( Qs. An-Nahl : 43
dan Al-Anbiya : 7 )

Rosululloh saw bersabda :



Mengapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ? Bukankah obat dari ketidaktahuan adalah
bertanya ? ( HSR. Abu Dawud )

Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar mengolok-


olok atau yang dilatarbelakangi oleh niat yang buruk, oleh karena itu Alloh berfirman :

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan sesuatu yang bila dijawab
niscaya akan menyusahkan kalian. ( Qs. Al-Maidah : 101 )

Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :




Sesungguhnya orang muslim yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang
sesuatu yang tidak diharamkan, lantas menjadi diharamkan lantaran pertanyaannya itu. ( HR.
Ahmad, Al-Bukhori dan Muslim )

Ketika bertanya mestinya dilakukan dengan cara dan bahasa yang bagus.

Berkata Imam Maimun bin Mihron : Pertanyaan yang bagus menunjukkan separuh dari
kefahaman. ( AR. Al-Khothib Al-Baghdadi dalam Al-Jami )

Di antara akhlaq kepada guru adalah menegur guru bila melakukan kesalahan dengan
cara yang penuh hormat, sebagaimana sabda Rosululloh :

: ,

Agama adalah nasihat. Kami ( Shahabat ) bertanya : Untuk siapa ? Beliau menjawab :
Untuk mentaati Alloh, melaksanakan Kitab-Nya, mengikuti Rosul-Nya untuk para pemimpin
kaum muslimin dan untuk orang-orang umum. ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-
Tirmidzi dll )

1. Akhlak terhadap orang tua menurut etika :

Orang tua adalah oran yang telah merawat kita, menjaga, memelihara, dan mendidik kita
sejak kecil hingga kita menjadi dewasa. Mereka melakukannya secara sunguh-sungguh dan
penuh kasih sayang demi mengharapkan kehidupan kita yang lebih baik. Bahkan orang tua
dengan susah payah bekerja mencari nafkah untuk membahagiakan kita.

Sedemikian besar peran orang tua dalam hidup kita, sehingga sudah sepantasnya kita sebagai
orang yang berpengetahuan haruslah menjaga etika kita terhadap orang tua. Diantara bentuk-
bentuk perbuatan kita yang sesuai dengan etika adalah :

1. Selalu taat kepada keduanya dan menjalankan segala perintahnya, asalkan perintah itu
tidak bertentangan dengan ajaran agama dan tidak melanggar hukum yang berlaku di
suatu tempat. Meskipun orang tua kita berbuat aniaya kepada kita, tetaplah kita tidak
boleh menyinggung perasaan mereka ataupun membalas perbuatan yang mereka terhadap
kita. Baik bagaimanapun mereka tetaplah orang tua kita yang telah merawat kita
semenjak kita kecil.

Menurut ukuran umum, orang tua tidak akan berbuat aniaya kepada anaknya sendiri. Jikalau
terjadi aniaya, biasanya disebabkan oleh perbuatan si anak yang berbuat keterlaluan kepada
orang tua.

2. Jika hendak pergi hendaklah meminta izin kepada keduanya. Apabila tidak diizinkan kita
harus menerimanya dengan lapang dada.
3. Berbicaralah dengan lemah lembut, bermuka manis, dan berseri-seri. Janganlah
meninggikan suara ketika berbicara kepada orang tua dan jangan pula menggunakan
kata-kata yang kasar kepada keduanya.
4. Perhatikan nasihat-nasihat orang tua dan janganlah memotong pembicaraannya.
5. Membantu pekerjaan orang tua dengan sekuat tenaga, terutama jika orang tua sudah
berusaha lanjut.
6. Selalu bersikap baik dan sopan santun baik dalam perbuatan maupun perkataan.
7. Selalu menyambung silaturahim kepada keduanya meskipun kita dalam perantauan
ataupun kita sudah memiliki keluarga sendiri, selalu menepati janji kita, dan
menghormati sahabat-sahabat orang tua dengan baik.
8. Selalu mendoakan orang tua agar diampuni dosa-dosanya oleh Allah swt.

Sementara itu menurut imam al-Ghazali, etika anak terhadap orang tuanya adalah sebagai
berikut:

1. Mendengarkan pembicaraannya.
2. Melaksanakan perintahnya.
3. Tidak berjalan di depannya.
4. Tidak mengeraskan suara ketika berbicara kepadanya.
5. Menjawab panggilannya.
6. Berkemauan keras menyenangkan hatinya.
7. Menundukkan badannya.
8. Tidak mengungkit kebaikan kita terhadap mereka.
9. Tidak memandang dengan mata melotot dan tidak menatap matanya.

Itulah sebagian kecil bentuk akhlak anak terhadap orang tua menurut etika

1. Akhlak Kepada Guru Menurut Etika

Murid adalah orang yang sedang belajar dan menuntut ilmu kepada seorang guru. Demi untuk
keberkahan dan kemudahan dalam meraih dan mengamalkan ilmu atau pengetahuan yang telah
diperoleh dari seorang guru, maka seorang murid haruslah memiliki akhlak atau etika yang benar
terhadap gurunya.

Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Muallim), diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Seorang murid hendaklah hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
2. Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila
menghadap atau berjumpa dengan beliau.
3. Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini bahwa
gurunya itu memiliki derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan untuk
mengambil manfaat dari beliau.
4. Seorang murid hendaklah mengetahui dan memahami hak-hak yang harus diberikan
gurunya dan tidak melupakan jasanya.
5. Seorang murid hendaklah bersikap sabar jika menghadapi seorang guru yang memiliki
perangai kasar dan keras.
6. Seorang murid hendaklah duduk dengan sopan di hadapan gurunya, tenang, merendahkan
diri, hormat sambil mendengarkan, memperhatikan, dan menerima apa yang disampaikan
oleh gurunya.
Jangan duduk sambil menengok kanan kiri kecuali untuk suatu kepentingan.

7. Seorang murid hendaklah ketika mengadap gurunya dalam keadaan sempurna dengan
badan dan pakaian yang bersih.
8. Seorang murid hendaklah jangan banyak bicara di depan guru ataupun membicarakan
hal-hal yang tidak berguna.
9. Seorang murid hendaklah jangan bertanya dengan tujuan untuk mengujinya dan
menampakkan kepandaian kepada guru.
10. Seorang murid hendaklah jangan bersenda gurau di hadapan guru
11. Seorang murid hendaklah jangan menanyakan masalah kepada orang lain ditengah majlis
guru.
12. Seorang murid hendaknya tidak banyak bertanya, apalagi jika pertanyaan itu tidak
berguna
13. Jika guru berdiri, Seorang murid hendaklah ikut berdiri sebagai penghormatan kepada
beliau.
14. Seorang murid hendaklah tidak bertanya suatu persoalan kepada guru ketika sedang di
tengah jalan.
15. Seorang murid hendaklah tidak menghentikan langkah guru di tengah jalan untuk hal-hal
yang tidak berguna.
16. Seorang murid hendaklah tidak berburuk sangka terhadap apa yang dilakukan oleh
guru ( guru lebih mengetahui tentang apa yang dikerjakannya).
17. Seorang murid hendaklah tidak mendahului jalannya ketika sedang berjalan bersama.
18. Ketika guru sedang memberi penjelasan/ berbicara hendaklah murid tidak memotong
pembicaraannya. Kalaupun ingin menyanggah pendapat beliau maka sebaiknya
menunggu hingga beliau selesai berbicara dan hendaknya setiap memberikan sanggahan
atau tanggapan disampaikan dengan sopan dan dalam bahasa yang baik.
19. Apabila ingin menghadap atau bertemu untuk sesuatu hal maka sebaiknya murid
memberi konfirmasi terlebih dahulu kepada guru dengan menelphon atau mengirim
pesan, untuk memastikan kesanggupannya dan agar guru tidak merasa terganggu.
20. Murid haruslah berkata jujur apabila guru menanyakan suatu hal kepadanya.
21. Seorang murid hendaklah menyempatkan diri untuk bersilaturahim ke rumah guru di
waktu-waktu tertentu, sebagai bentuk rasa saying kita terhadap beliau.
22. Meskipun sudah tidak dibimbing lagi oleh beliau ( karena sudah lulus) murid hendaklah
tetap selalu mengingat jasanya dan tetap terus mendoakan kebaikan kebaikan atas
mereka.

Bagaimanapun juga guru merupakan orang tua kedua kita setelah orang tua kita yang di rumah.
Mereka adalah orang tua kita saat kita berada di luar rumah. Jadi sebagaiman kita menghormati
orang tua kandung kita, maka kitapun juga harus menghormati guru kita.

Sebagaimana disyiratkan dalam sabda Rasulullah SAW :

Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dari kami, tidak
mengasihi orang yang lebih kecil dari kami dan tidak mengetahui hak orang alim dari kami.
(HR.Ahmad, Thabrani, dan Hakim dari Ubadah bin Shamit Ra.)
Pelajarilah oleh kalian ilmu, pelajarilah oleh kalian ilmu(yang dapat menumbuhkan)
ketenangan, kehormatan, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kalian menuntut ilmu
darinya. (HR. Thabrani dari Abu Hurairah. Ra)

1. Kedudukan Guru

Bapak Guru lebih mulia dari bapak kandung . Sebab, Ibu Bapak itu mendewasakan dari segi
jasmani yang bersifat material, sedangkan Bapak/Ibu Guru mendewasakan dari segi rohani yang
bersifat spiritual dan universal.

Para Guru, Ustadz, Ustadzah, atau Mualim, Mursyid, selain mengantarkan kita menjadi orang
yang beramal sholih, mereka termasuk pewaris Nabi-Nabi, justru merekalah penyalur pusaka
dalam menjalankansyariat, akhlak, aqidah, dan mereka pula contoh yang terdekat dengan kita.
Berkaitan dengan hal tersebut, Nabi bersabda :

Ulama adalah penerima pusaka Nabi-Nabi. (HR. al-Tirmizi dan Abu Daud).

Sehubungan dengan hadist tersebut, maka kita diperintahkan untuk menghormati para Ulama,
meski bukan Guru kita. Begitupula dengan para DaI dan Muballigh selaku penyalur risalah
kenabian, yang kini disebut Dawah atau Kulyah Agama. Adapun Ulama yang sebenarnya
adalah yang berilmu, dan beramal dengan ilmunya itu, serta ilmudan amalanya tersebut sesuai
dengan Al-Quran dan Hadist.

Anda mungkin juga menyukai