Anda di halaman 1dari 37

Kisah Menjadi Kaya karena Menikah

29 Mei 2010 pukul 14:47 Pada hari-hari pertama pernikahan kami, suami bertanya, Ke mana saja uangmu selama ini? Pertanyaan itu sungguh menggedor dadaku. Ya, ke mana saja uangku selama ini? Buku tabunganku tak pernah berisi angka belasan hingga puluhan juta. Selalu hanya satu digit. Itu pun biasanya selalu habis lagi untuk kepentingan yang agak besar seperti untuk bayar kuliah (ketika aku kuliah) dan untuk kepentingan keluarga besarku di kampung. Padahal, kalau dihitung-hitung, gajiku tidaklah terlalu kecil-kecil amat. Belum lagi pendapatan lain-lain yang kudapat sebagai penulis, instruktur pelatihan menulis, pembicara di berbagai acara, guru privat, honor anggota tim audit ataupun tim studi. Lalu, ke mana saja uangku selama ini? Kepada suamiku, waktu itu aku membeberkan bahwa biaya operasional untuk keaktifanku cukup besar. Ongkos jalan, pulsa telepon, nombok biaya kegiatan, makan dan traktiran. Intinya, aku mencari apologi atas aliran uangku yang tidak jelas. Namun diam-diam aku malu padanya. Sesaat sebelum pernikahan kami, dia berkata, Gajiku jauh di bawah gajimu.... Kata-kata suamiku -ketika masih calon- itu membuatku terperangah. Yang benar saja? sambutku heran. Dengan panjang kali lebar kemudian dia menjelaskan kondisi perusahaan plat merah tempatnya bekerja serta bagaimana tingkat numerasinya. Yang membuatku lebih malu lagi adalah karena dengan gajinya yang kecil itu, setelah empat tahun hidup di Jakarta, ia telah mampu membeli sebuah sepeda motor baru dan sebuah rumah walaupun bertipe RSS- di dalam kota Jakarta. Padahal, ia tidak memiliki sumber penghasilan lain, dan dikantornya dikenal sebagai seorang yang bersih, bahkan tak kenal kompromi untuk urusan uang tak jelas. Fakta bahwa gajinya kecil membuatku tahu bahwa suamiku adalah seorang yang hemat dan pandai mengatur penghasilan. Sedang aku? *** Hari-hari pertama kami pindahan. Aku menata baju-baju kami di lemari. Mana lagi baju, Mas? tanyaku pada suami yang tengah berbenah. Udah, itu aja! Aku mengernyit. Itu aja? Katanya kemarin baju Mas banyak? tanyaku lebih lanjut. Iya, banyak kan? tegasnya lagi tanpa menoleh. Aku kemudian menghitung dengan suara keras. Tiga kemeja lengan pendek, satu baju koko, satu celana panjang baru, tiga pasang baju seragam. Itu untuk baju yang dipakai keluar rumah. Sedang untuk baju rumah, tiga potong kaos oblong dengan gambar sablon sebuah pesantren, dua celana pendek sedengkul dan tiga pasang pakaian dalam. Ketika kuletakkan dalam lemari, semua itu tak sampai memenuhi satu sisi pintu sebuah lemari. Namun dua lemari besar itu penuh. Itu artinya pakaianku lebih dari tiga kali lipat lebih banyak dibanding jumlah baju suamiku. Kata orang, kaum wanita biasanya memang memiliki baju lebih banyak dibanding kaum laki-laki. Tapi isi lemari baju itu memberikan jawaban atas banyak hal padaku. Terutama, pertanyaannya di harihari pertama pernikahan kami tentang ke mana saja uangku. Isi lemari itu memberi petunjuk bahwa selain untuk keluarga dan organisasi, ternyata aku menghabiskan cukup banyak uang untuk belanja pakaian. Oo! Pekan-pekan pertama aku hidup bersamanya.

Aku mencoba mencatat semua pengeluaran kami. Dan aku sudah mulai memasak untuk makan sehari-hari. Cukup pusing memang. Apalagi jika melihat harga-harga yang terus melonjak. Tapi coba lihat...! Untuk makan seminggu, pengeluaran belanjaku tak pernah lebih dari seratus ribu. Padahal menu makanan kami tidaklah terlalu sederhana: dalam seminggu selalu terselip ikan, daging atau ayam meski tidak tiap hari. Buahmakanan -kesukaanku- dan susu minuman favorit suamiku- selalu tersedia di kulkas. Itu artinya, dalam sebulan kami berdua hanya menghabiskan kurang dari lima ratus ribu untuk makan dan belanja bulanan. Aku jadi berhitung, berapa besar uang yang kuhabiskan untuk makan ketika melajang? Aku tak ingat, karena dulu aku tak pernah mencatat pengeluaranku dan aku tidak memasak. Tapi yang pasti, makan siang dan malamku rata-rata seharga sepuluh hingga belasan ribu. Belum lagi jika aku jalan-jalan atau makan di luar bersama teman. Bisa dipastikan puluhan ribu melayang. Itu artinya, dulu aku menghabiskan lebih dari 500ribu sebulan hanya untuk makan? Ups!

Baru sebulan menikah. De, kulihat pembelian pulsamu cukup banyak? Bisa lebih diatur lagi? Mas, untuk pulsa, sepertinya aku tidak bisa menekan. Karena itu adalah saranaku mengerjakan amanah di organisasi. Si mas pun mengangguk. Tapi ternyata, kuhitung dalam sebulan ini, pengeluaran pulsaku hanya 300 ribu, itu pun sudah termasuk pulsa untuk hp si Mas, lumayan berkurang dibanding dulu yang nyaris selalu di atas 500 ribu rupiah. Masih bulan awal perkawinan kami. Seminggu pertama, aku diantar jemput untuk berangkat ke kantor. Tapi berikutnya, untuk berangkat aku nebeng motor suamiku hingga ke jalan raya dan meneruskan perjalanan dengan angkutan umum sekali jalan. Dua ribu rupiah saja. Pulangnya, aku naik angkutan umum. Dua kali, masing-masing dua ribu rupiah. Sebelum menikah, tempat tinggalku hanya berjarak tiga kiloan dari kantor. Bisa ditempuh dengan sekali naik angkot plus jalan kaki lima belas menit. Ongkosnya dua ribu rupiah saja sekali jalan. Tapi dulu aku malas jalan kaki. Kuingat-ingat, karena waktu mepet, aku sering naik bajaj. Sekali naik enam ribu rupiah. Kadang-kadang aku naik dua kali angkot, tujuh ribu rupiah pulang pergi. Hei, besar juga ya ternyata ongkos jalanku dulu? Belum lagi jika hari Sabtu Ahad. Kegiatanku yang banyak membuat pengeluaran ongkos dan makan Sabtu Ahadku berlipat. Belum lagi tiga bulan menikah. Ke ITC, yuk, Mas? Kataku suatu hari. Sejak menikah, rasanya aku belum lagi menginjak ITC, mall, dan sejenisnya. Paling pasar tradisional. Oke, tapi buat daftar belanja, ya? kata Masku.

Aku mengangguk. Di ITC, aku melihat ke sana ke mari. Dan tiap kali melihat yang menarik, aku berhenti. Tapi si Mas selalu langsung menarik tanganku dan berkata,Kita selesaikan yang ada dalam daftar dulu? Aku mengangguk malu. Dan aku kembali teringat, dulu nyaris setiap ada kesempatan atau pas lewat, aku mampir ke ITC, mall dan sejenisnya. Sekalipun tanpa rencana, pasti ada sesuatu yang kubeli. Berapa ya dulu kuhabiskan untuk belanja tak terduga itu? Masih tiga bulan pernikahan Kita beli oleh-oleh sebentar ya, untuk Bude? Masku meminggirkan motor. Kios-kios buah berjejer di pinggir jalan. Kami dalam perjalanan silaturahmi ke rumah salah satu kerabat. Dan membawakan oleh-oleh adalah bagian dari tradisi itu. Sekalian, Mas. Ambil uang ke ATM itu... Aku ingat, tadi pagi seorang tetangga ke rumah untuk meminjam uang. Ini adalah kesekian kali, ada tetangga meminjam kepada kami dengan berbagai alasan. Dan selama masih ada si Mas selalu mengizinkanku untuk memberi pinzaman(meski tidak langsung saat itu juga). Semua itu membuatku tahu, meskipun hemat, si Mas tidaklah pelit. Bersikaplah pertengahan, begitu katanya. Jangan menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak jelas, tapi jangan lantas menjadi pelit! *** Semester pertama pernikahan. Mengkilat. Elegan. Kokoh. Masih baru. Gress. Begitu sedap dipandang mata. Benda itu, sudah sekian lama kuinginkan. Sebuah laptop baru kelas menengah (meski masih termasuk kategori low end). Namun selama ini, setiap kali melihatnya di pameran atau di toko-toko komputer, aku hanya bisa memandanginya dan bermimpi. Tak pernah berani merencanakan, mengingat duitku yang tak pernah cukup. Tapi rasanya, dalam waktu dekat benda di etalase itu akan kumiliki. Rasanya sungguh indah, memiliki sebuah benda berharga yang kubeli dengan uangku sendiri, uang yang kukumpulkan dari gajiku. Sejak menikah, aku tak pernah lagi membeli baju untuk diriku sendiri. Pakaian dan jilbabku masih dapat di-rolling untuk sebulan. Sejak menikah, aku memilih membawa makan siang dari rumah ke kantor. Aku juga jarang ke mall lagi. Dan kini, setiap kali akan membeli sesuatu, aku selalu bertanya: perlukah aku membeli barang itu? Indahnya, aku menikmati semua itu. Dan kini, aku bisa menggunakan tabunganku untuk sesuatu yang lebih berharga dan tentu saja bermanfaat bagi aktifitasku saat ini, lingkunganku dan masa depanku nanti. Aku bersyukur kepada Allah. Semua ini, bisa dikatakan sebagai berkah pernikahan. Bukan berkah yang datang tiba-tiba begitu saja dari langit. Tapi berkah yang dikaruniakan Allah melalui pelajaran berhemat yang dicontohkan oleh suamiku. Rabb, terima kasih atas berkahMu...
endela Keluarga

Kamis, 26 Juli 2007


Ingin Cepat Kaya? Buruan Menikah! Pernikahan itu pasti indah, nyaman, dan menyenangkan. Itu garansi dari Allah 'Azza wa Jalla, sebagaimana tertuang dalam firmanNya yang suci (QS. 30 : 21). Apabila ada ungkapan "Pernikahan tidak selamanya indah", pasti ada error yang dilakukan oleh para pelaku pernikahan. Entah itu berupa pelanggaran atas rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam proses pencapaiannya. Ataupun sikap manusia yang makin tidak apresiatif terhadap kewajiban universal dari Pencipta alam semesta ini. Islam memandang, pernikahan bukan saja sebagai satu-satunya institusi yang sah, tempat pelepasan hajat birahi manusia terhadap lawan jenisnya. Tapi yang tak kalah penting adalah, pernikahan sanggup memberikan jaminan proteksi pada sebuah masyarakat dari ancaman kehancuran moral dan sosial. Itulah sebabnya, Islam selalu mendorong dan memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia untuk segera melaksanakan kewajiban suci itu. "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki serta hamba-hamba sahayamu yang wanita. Jika mereka miskin, Allah akan membuat mereka kaya dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui." (QS. 13 : 38). Dalam haditsnya, Rasulullah SAW juga menekankan para pemuda untuk bersegera menikah. "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kalian telah mampu menikah, maka segeralah menikah. Karena sesungguhnya menikah itu lebih menjaga kemaluan dan memelihara pandangan mata. Barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa menjadi benteng (dari gejolak birahi)." (HR. Bukhari). Dari sini makin jelas, ke mana orientasi perintah menikah itu sesungguhnya. Tujuan pembentukan institusi-institusi pernikahan (keluarga) tak lain adalah, agar terpancang sendi-sendi masyarakat yang kokoh. Sebab keluarga merupakan elemen dasar penopang bangunan sebuah masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat akan kuat dan kokoh apabila ditopang sendi-sendi yang juga kokoh. Dan kekokohan itu tidak mungkin tercapai kecuali lewat penumbuhan institusi-institusi keluarga yang bersih. Pasal kewajiban menikah adalah merupakan sunah Nabi SAW yang harus ditaati setiap Muslim, tidak akan kita bahas lebih jauh di sini. Begitu pun soal pernikahan merupakan aktualisasi keimanan atau aqidah seseorang terhadap Tuhannya, juga tidak akan kita perpanjang dalam tulisan ini. Sehingga dia menjadi alasan mendasar Islam, kenapa pernikahan hanya sah jika dilakukan oleh pasangan manusia yang memiliki aqidah, manhaj (konsep) hidup, serta tujuan hidup yang sama. Yakni mencari keridhaan Allah 'Azza wa Jalla.

Ada sisi krusial lain dari pernikahan yang akan kita bahas lebih jauh. Yakni pernikahan dan kaitannya dengan peradaban manusia. Pasal ini yang mungkin jarang dicermati oleh kebanyakan masyarakat, termasuk masyarakat Islam. Bahwa ada korelasi kuat antara keberadaan institusi pernikahan dengan potret masyarakat yang akan muncul (seperti telah disinggung sebelumnya), adalah tidak bisa kita pungkiri. Sebab indikasinya gampang sekali dilihat dan dirasakan. Masyarakat yang menghargai pernikahan, pasti mereka merupakan masyarakat yang beradab. Demikian sebaliknya. Maka tatkala kita telusuri, apa penyebab masyarakat Barat menjadi masyarakat yang tumbuh liar tanpa nilai-nilai etika, moral, dan agama. Itu sangat mudah kita pahami. Lantaran mereka adalah masyarakat yang tidak memahami makna sakral pernikahan. Hasrat seksual menurut mereka, bisa mereka lampiaskan kepada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Sehingga tak ada kaitan antara kehormatan dan kesucian seseorang dengan pernikahan. Dari sinilah awal munculnya masyarakat Barat yang tidak beradab. Mereka menjadi masyarakat pemuja syahwat, menawarkan budaya buka-bukaan aurat alias telanjang, memamerkan secara vulgar budaya hidup seatap tanpa menikah antara laki-laki dan wanita. Maka kasus-kasus perceraian kian tidak terhitung jumlahnya. Ribuan anak-anak lahir tanpa jelas nasabnya (garis keturunannya). Setelah besar, generasi tanpa bapak itu pun membentuk komunitas anak-anak jalanan yang selalu menimbulkan problem bagi masyarakat mereka sendiri. Dari situlah siklus budaya nista bermula. Ironisnya, dalam masyarakat Islam pun mulai muncul sikap yang kurang apresiatif terhadap perintah menikah. Jika tidak sampai dikatakan enggan menikah, setidaknya ada gejala masyarakat Islam mulai bersikap mengulur-ulur waktu pernikahan. Padahal ini sangat berbahaya. Boleh jadi gaya hidup hedonis Barat yang sangat intens disuguhkan lewat bacaan dan film-film, telah menyebabkan perubahan pola pemikiran masyarakat Islam. Khususnya dalam menyikapi perintah menikah. Inilah barangkali yang menyebabkan pasangan muda-mudi dalam masyarakat kita, lebih senang berlama-lama pacaran ketimbang memikirkan untuk serius membangun rumah tangga. Kalau pun di sana-sini marak acara-acara pesta pernikahan, itu mungkin tak lebih hanya sebuah basa-basi kultural. Semuanya terlepas dari ikatan nilai-nilai religius yang sakral. Sehingga kita sering menyaksikan pestapesta pernikahan, tak lebih hanya sebagai ajang pamer kemewahan dan bahkan pamer kemaksiatan. Sebab boleh jadi, sebelum pesta itu berlangsung mereka sudah menjalani praktek-praktek layaknya kehidupan suami-isteri. Astaghfirullah! Kenapa Islam menggesa para pemuda untuk menikah, semakin jelas kita pahami. Bahwa di tengah maraknya budaya hedonisme yang menjangkiti dunia, sudah barang tentu institusi-institusi pernikahan kian dibutuhkan keberadaannya. Namun tentu saja bukan hanya memperbanyak lembaga-lembaga Rabbani itu saja yang kita perhatikan. Tapi yang lebih penting adalah, bagaimana rambu-rambu suci untuk mencapainya, bisa tetap kita jaga. Sehingga banyaknya lembaga-lembaga pernikahan berbanding

lurus dengan tumbuh suburnya budaya kesadaran masyarakat untuk memelihara kesucian diri. Dari keluarga-keluarga yang bersih inilah, kelak akan lahir generasi yang kokoh. Jika ini yang terjadi, dapat dipastikan janji Allah, bahwa masyarakat bisa makmur (kaya) dan kuat lewat jalur pernikahan, akan terbukti. Karena itu makin tertutup alasan bagi para pemuda-pemudi untuk tidak segera menikah, jika mereka nyata-nyata telah sanggup melaksanakannya. Dengan kata lain, sikap menunda-nunda untuk segera menikah di kalangan muda-mudi, memang sangat aneh. "Aku heran dengan orang yang tidak mau mencari kekayaan dengan cara menikah. Padahal Allah berfirman : Jika mereka miskin, maka Allah akan membuat mereka kaya dengan KeutamaanNya," kata Umar bin Khattab RA. Ayo, tunggu apa lagi? Jangan tunda-tunda pernikahan
Carilah Kaya dengan Nikah Sebagian pemuda begitu khawatir untuk menikah karena khawatir dalam hal rizki. Padahal saat ini ia telah berpenghasilan cukup, sudah bisa ditakar ia dapat menghidupi seorang istri. Namun begitulah, kekhawatiran demi kekhawatiran terus menghantuinya sehingga ia pun mengulur waktu untuk segera menikah. Padahal janji Allah itu pasti, Dia akan mencukupi kita jika kita miskin. Karena kita harus yakin bahwa Allah-lah pemberi rizki setelah kita melakukan usaha. Ayat yang bisa menjadi renungan adalah firman Allah Taala, Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nuur: 32). Di antara tafsiran Surat An Nur ayat 32 di atas adalah: jika kalian itu miskin maka Allah yang akan mencukupi rizki kalian. Boleh jadi Allah mencukupinya dengan memberi sifat qonaah (selalu merasa cukup) dan boleh jadi pula Allah mengumpulkan dua rizki sekaligus (Lihat An Nuk at wal Uyun). Jika miskin saja, Allah akan cukupi rizkinya, bagaimana lagi jika yang bujang sudah berkecukupan dan kaya? Dari ayat di atas, Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata, Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah . (Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim mengenai tafsir ayat di atas). Lihatlah pemahaman cemerlang dari seorang Ibnu Masud karena yakin akan janji Allah. Disebutkan pula dalam hadits bahwa Allah akan senantiasa menolong orang yang ingin menjaga kesucian dirinya lewat menikah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang tiga golongan yang pasti mendapat pertolongan Allah. Di antaranya, seorang yang menikah karena ingin menjaga kesuciannya. (HR. An Nasai no. 3218, At Tirmidzi no. 1655. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ahmad bin Syuaib Al Khurasani An Nasai membawakan hadits tersebut dalam Bab Pertolongan Allah bagi orang yang nikah yang ingin menjaga kesucian dirinya. Jika Allah telah menjanjik an demikian, itu berarti pasti. Maka mengapa mesti ragu?

Patut dipahami ... Allah memberi rizki tanpa ada kesulitan dan sama sekali tidak terbebani. Ath Thohawi rahimahullah dalam matan kitab aqidahnya berkata, Allah itu Maha Pemberi Rizki dan sama sekali tidak terbebani. Seandainya semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan pada mereka dan itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun juga. Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah Taala berfirman, Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan . (HR. Muslim no. 2577, dari Abu Dzar Al Ghifari). Mengenai hadits ini, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, Hadits ini memotivasi setiap makhluk untuk meminta pada Allah dan meminta segala kebutuhan pada-Nya. (Jaamiul Ulum wal Hikam, 2: 48) Dalam hadits dikatakan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Allah Taala berfirman padaku, Berinfaklah kamu, niscaya Aku akan berinfak (memberikan ganti) kepadamu. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Pemberian Allah selalu cukup, dan tidak pernah berkurang walaupun mengalir siang dan malam. Adakah terpikir olehmu, sudah berapa banyakkah yang diberikan Allah sejak terciptanya langit dan bumi? Sesungguhnya apa yang ada di Tangan Allah tidak pernah berkurang karenanya." (HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim no. 993). Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata, Allah sungguh Maha Kaya. Allah yang memegang setiap rizki yang tak terhingga, yakni melebihi apa yang diketahui setiap makhluk-Nya. (Fathul Bari, 13: 395) Dengan merenungkan hal ini, semoga Allah memberi taufik pada Anda yang masih ragu untuk menikah untuk segera menuju pelaminan. Berusahalah dalam mengais rizki dan tawakkal pada Allah, niscaya akan selalu ada jalan keluar. Barangkali di awal nikah atau ingin beranjak, Anda akan penuh rasa khawatir atau merasa berat dalam hidup. Namun jika Anda yakin terhadap hal di atas, niscaya kekhawatiran akan beralih menjadi percaya dan rizki pun akan datang dengan mudah, asalkan berusaha dan terus bekerja demi menghidupi keluarga. Wallahu waliyyut taufiq.

Menikah-lah Maka Engkau Akan Kaya!!!

28 Komentar

Berbicara soal nikah? Kebanyakan orang menduga bahwa pembicaraan seputar nikah (dalam tulisan) hanyalah hak mereka yang sudah memiliki pujaan hati. Saya pikir dugaan ini belum sepenuhnya tepat. Saya sendiri percaya bahwa pembicaraan tentang nikah (dalam bentuk tulisan) juga hak saya, seorang anak muda yang belum jua mendapatkan pendamping hidup. Sebagian orang percaya bahwa melangsungkan pernikahan harus memiliki persiapan yang matang. Bukan saja kesiapan mental (bathiniah) tapi juga persiapan fisik. Samapai-sampai, ketika akan mempersunting seorang wanita,

pastilah orang tuanya akan menanyakan kemampuan kita: pekerjaan dimana, pendapatan sudah berapa banyak, simpanan ada nggak, dan seterusnya. Menyaksikan fenomena itu, hati saya merinding. Saya sangat terpukau dengan keadaan jaman sekarang ini. Haruskah kita menikahi seseorang kalau kita sudah cukup mapan (punya banyak uang, dll)? Astaghfirullah!!! Apa memang begitu anjuran Allah dan Rasul-Nya? Saya tidak dapat memastikannya. Saya pun tak banyak tahu mengenai hal itu. Yang saya tahu: nikah itu mendatangkan banyak kekayaan; nikah dapat memberikan kemapanan financial (banyak uang, semangat kerja, dll). Di sela-sela menyelesaikan sebuah naskah buku, saya terhenti sejenak. Lalu, tiba-tiba saya mulai memikirkan akan rezeki Allah kaitannya dengan pernikahan. Benarkah nikah itu dapat mendatangkan banyak kelimpahan dalam hidup? Kalau benar, saya musti membuktikannya. Minimal saya harus punya dasar. Dan, Alhamdulilah, tak sampai lima menit, saya buka buku ust. M. Fauzil Adim. Di dalamnya saya dapati sebuah hadis sahih yang menggembirakan saya. Begini arti hadis itu: nikahkanlah orang-orang yang masih sendirian di antara kamu, sesungguhnya Allah akan memperbaiki akhlak mereka, meluaskan rezeki mereka, dan menambah keluhuran mereka. Diam-diam, saya tersenyum kegirangan sendiri dalam kamar. Saya kembali bertanya ke dalam alam bawah sadar saya: benarkah nikah itu mendatangkan kekayaan? Belum tentu! Bisa ya. Bisa juga tidak. Pasalnya, tak jarang kita saksikan mereka yang sudah berkeluarga justru tak kunjung menjadi kaya. Bahkan, sering kali kita saksikan di media elektronik maupun cetak, orang tua begitu tegah menghabisi anak kandungnya sendiri. Tak lain, lantaran terjepit oleh kondisi ekonomi. Lantas, bagaimana dengan kebenaran perkataan Rasulullah di atas? Oh tenang!!! Rupanya, menikah yang sesuai dengan sunnah Rasulullah-lah yang mendatangkan banyak kekayaan bagi pasangan. Bahkan, bukan saja kekayaan. Kebahagiaan, ketenangan, ketentraman bakal menyelimuti keluarga Anda. Menurut Anda nikah seperti apakah yang diserukan oleh Rasulullah Saw. sehingga mendatangkan kekayaan bertumpuk-tumpuk? Silahkan Anda mengomentarinya! Saya tunggu lho!

Lebih Kaya Dengan Menikah

Pada saat saya hendak menikah, saya rutin datang ke sebuah pengajian yang diasuh oleh alumni pesantren milik Prof. Dr. Sayid Muhammad bin Alwi Al-MalikiMakkah, Ustad Muhammad bin Idrus Al Haddad. Selesai pengajian para jamaah bersalaman mencium tangan sang ustad satu persatu, termasuk diri saya. Saat saya bersalaman dengannya, beliau yang sebelumnya telah mengetahui rencana pernikahan saya, memberikan suntikan semangat untuk jangan takut dalam menghadapi kehidupan berumah tangga, utamanya dalam soal rezeki. Kata beliau, Kalo ente mau kaya, ya menikahlah, ujarnya sembari mengutip hadits Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wasallam Carilah rezeki lewat jalan nikah. Ungkapan beliau membuat saya optimis menyongsong hari H pernikahan, namun yang masih menjadi ganjalan di hati, seperti apa bunyi lengkap hadits tersebut? Kurang lebih dua tahun saya mengakrabi buku-buku yang berbicara tentang bagaimana berumah tangga yang baik, menjadi suami yang baik, menjadi istri yang baik, dan sebagainya, tapi tak juga mememukan hadits yang dimaksud. Sampai suatu ketika ketika ada Islamic Book Fair di awal bulan Desember, saya mengunjungi stan buku Darul Kutub Al-Islamiyah, di situ saya memborong beberapa buah buku, salah satunya berjudul Tanqiihul Qaul fi Syarhi Lubaabil Hadits. Kitab ini merupakan Syarah kitab Imam Suyuthi berjudul Lubaabul Hadits, yang ditulis oleh Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani. Setelah saya obok-obok sejenak daftar isinya, mata saya tertuju pada sebuah sub judul yang berbunyi Fi Fadhiilatin Nikaah (Keutamaan menikah) yang terletak di bab ke-limabelas halaman 104. Saya buka dan alhamdulillah, rasa penasaran yang menggelayut di benak tentang bunyi hadits yang disampaikan oleh Ustad Muhammad di atas, menjadi sirna seketika. Ya, saya berhasil menemukannya! Bunyi lengkapnya, Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda, Iltamisur Rizqa Bin Nikaah. Menurut Syeikh Nawawi, sang komentator kitab ini, Sesungguhnya menikah itu mendatangkan keberkahan dan mengalirkan rezeki, bila niatnya telah benar. Hadits ini diriwayatkan oleh Dailami dari Sayidina

Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhu. Selain itu, saya juga membaca hadits lainnya dalam bab yang sama yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar. Bunyinya, Tazawwajuu Ya`tiyannakum bil Amwaal. (Menikahlah, niscaya Allah akan mendatangkan pundi-pudi harta kepada kalian).

"Menikah membuat kita senang dan gembira, dijamin kaya dan dijanjikan surga."
Dalam lafad hadits yang lain, Ar Rizqu Yazdaadu bin Nikaah (rezeki akan semakin bertambah dengan menikah). Sungguh kenyataan yang membuat hati saya bergembira tak terkira. Mengapa? Pertama, karena mendapatkan ilmu yang memantapkan hati saya dalam berumah tangga yang baru berjalan 2 tahun lebih ini. Jujur saja, saya sebelumnya sempat bimbang bahkan pusing tujuh keliling soal yang satu ini, nafkah. Sebelum menikah, saya terkadang masih mendapat subsidi dari sang bunda untuk memenuhi kebutuhan kuliah, bensin, SPP, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Tak terbayangkan, jika saya menikah kelak, apakah saya sanggup mengatasi kegamangan soal nafkah. Kedua, saya telah membuktikan sendiri. Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa-ta'ala, setelah menikah saya memiliki rumah sendiri tinggal bersama istri dan anak semata wayang, mampu membeli laptop yang harganya berkisar 4-5 jutaan. Saya bahkan mampu membeli sepeda motor yang kedua kalinya, meski mencicil. Di luar nalar dan akal saya, begitu ajaibnya, tak terhitung sudah berapa kali saya PP Malang-Banjarmasin untuk mengantarkan istri pulang kampung. Bagi saya, dengan kemampuan financial (keuangan) yang saya miliki, sesungguhnya saya belum mampu melakukan itu semua. Ketiga, kenyatan ini dapat memberikan dorongan kepada pemuda yang ragu-agu untuk menikah, agar segera lekas melangsungkannya. Soal rezeki, Allah pasti telah menjadwalkannya dengan sangat teliti. Kembalikan pada keyakinan di hati kita, bahwa rezeki itu bukan dari kita, tapi dari Allah selagi kita mau berusaha dan beikhtiyar. Menikah benar-benar mendatangkan keberkahan, mengalirkan rezeki, dan pundi-pudi harta.

Hindari Keraguan Untuk Menikah Hanya saja, sering kali para pemuda/pemudi menunda-nunda menikah dengan berbagai alasan yang beragam. Di saat hati terus ditima keraguan, di saat yang sama, sesungguhnya umur terus bertambah. Untuk menghilangkan keraguan dan mengokohkan niat, marilah kita ingat, bahwa sesungguhnya tujuan dari menikah sesungguhnya adalah ibadah. Allah Subhanahu wa-ta'ala berfirman; Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hambahamba sahayamu yang lelaki dan perempuan yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Qs. An-Nur [23] : 32). Dari banyak buku, telah saya dapati banyak hadits Nabi Shalallaahu 'Alaihi Wasallam mengenai anjuran menikah. Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Jika seorang hamba menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya; oleh karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah untuk separuh yang tersisa." Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam juga pernah bersabda, "Barangsiapa yang dipelihara oleh Allah dari keburukan dua perkara, niscaya ia masuk Surga: Apa yang terdapat di antara kedua tulang dagunya (mulutnya) dan apa yang berada di antara kedua kakinya (kemaluannya)." Betapa baiknya Allah Subhanahu wa-ta'ala . Menikah membuat kita senang dan gembira, dijamin kaya dan dijanjikan surga. Lantas, apa yang masih menjadi ganjalan Anda semua untuk menikah? Diceritakan oleh Ali Akbar Bin Agil, Staf pengajar di Ponpes. Darut Tauhid, Malang- Jawa timur. Sumber: http://www.hidayatullah.com

Tags yang terkait dengan kaya dengan nikah, rezeki nikah, menunda nikah, iptn ikatan pemuda telat nikah, tips mengatasi telat nikah, buat yang ngerasa telat nikah, telat menikah, telat 1 minggu, hukum nikah, rukun nikah, hukum nikah dalam islam, hukum nikah siri, hukum nikah mut'ah dalam islam, hukum nikah kontrak, hukum nikah ketika hamil, hukum nikah di siam, hukum nikah gantung dalam islam.

Kaya Untuk (Lalu) Menikah atau Menikah Untuk (Lalu) Kaya ?

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah, Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa cenderung dan tenteram kepada mereka, dan dijadikan-Nya rasa kasih-sayang diantara kamu sekalian. Sungguh pada hal yang demikian ini terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir Ar
Rum:21

Ayat dari surat Ar Rum diatas sering kali saya baca di hampir setiap undangan pernikahan teman-teman yang saya terima. Memang di ayat tersebut, Allah swt telah menjanjikan jodoh yang terbaik bagi kita semua. Dan soal ini, saya 1000 % yakin Tapi bukan soal ini yang mau saya tulis disini, tapi kesiapan kita (para lajang) untuk melamar calon pendamping kita dan mengucapkan ijab kabul pada orang tuanya. Ada banyak alasan kenapa banyak para lajang (termasuk saya ) yang menunda untuk menikah, meski usia sudah semakin mendekati masa habis tayangnya. Namun rata-rata alasan utamanya adalah: Belum Siap Materi! (urutannya sama sih dengan alasan: Belum Menemukan Yang Cocok!). Waduh mau dikasih makan apa ntar istri gw? atau Gw kerja dulu deh cari duit buat modal kawin! atau Nikah kan sekali seumur hidup, jadi mesti dirayain. Nah duit darimana kalo mau nikah? Dan masih banyak alasan-alasan lain seputar Belum Siap Materi tadi yang membuat sebagian kita para lajang menunda untuk menikah.

Secara logika dan bila mengikuti alur pikiran otak sih memang tidak ada yang salah dengan alasan-alasan tadi, karena saya sendiri-pun berpikir demikian. Namun kini pandangan soal itu mulai berubah, setelah saya melihat banyak pengalaman teman, saudara atau orang lain yang siap untuk menikah meskipun Belum Siap Materi. Manusia adalah mahluk yang tidak akan pernah puas dan tercukupi, bila patokan untuk menikah adalah bila sudah siap secara materi, maka sampe di titik apakah bisa dikatakan siap? Sampai bisa punya tabungan sekian puluh/ratusan juta? Sampe sudah mampu punya rumah sendiri? Tingkat Kesiapan Materi itu sangat sulit untuk ditakar. Dan terlebih, tidak setiap dari kita memiliki nasib yang bagus dalam perjuangan mencari nafkah. Karena tidak semua dari kita, meski telah bekerja mati-matian mampu mengumpulkan materi sekian banyak. Dan kalau memang patokan kesiapan kita untuk menikah adalah bila sudah siap secara materi, berarti untuk kita-kita yang Tidak Siap Materi tidak akan pernah bisa menikah? Tentu Tidak! Saya lalu teringat pada satu hal, Laa Ilaaha Ilallah. Tiada Tuhan Selain Allah Di setiap sholat dan bermunajat, kita selalu melafalkan kalimat ini. Tiada Tuhan Selain Allah ini berarti kita berpegang pada satu Dzat saja dalam menjalani hidup, yaitu Allah. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Hal yang menurut logika kita mustahil, tidak berlaku bagi Allah. Allah juga telah menjanjikan satu hal tentang ini, Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui. (An Nuur 32) Semua sekarang kembali kepada ketakwaan dan keyakinan kita pada Allah. Jika disetiap kita beribadah dan berdoa, lisan kita selalu menyebut bahwa Tiada Tuhan Selain Allah, maka hati kita-pun harus bisa meyakini hal ini. Kembali kepada judul diatas, Kaya Untuk (Lalu) Menikah atau Menikah Untuk (Lalu) Kaya? kini saya sedang mencoba menjalani untuk mulai berjalan di jalur bahwa Allah akan memudahkan jalan untuk hal yang mulia. Ada banyak cerita soal sebuah pasangan yang meski Belum Siap Materi namun Mantap Secara Keyakinan lalu menikah, maka Allah melimpahkan rejeki bagi pasangan ini. Dan secara logika, saya-pun akhirnya bisa paham juga, bila dalam satu perahu ada 2 orang yang sama-sama mendayung kayuhnya, maka akan semakin cepatlah perahu ini bergerak. Saya percaya Rejeki ditangan Tuhan,dengan berbekal keyakinan,kekuatan hati serta kerja keras,Insya Allah kita akan terus melanjutkan hidup tanpa harus takut untuk menikah dan mempunyai keluarga.

23 Maret 2005 - 14:38 Menikah Adalah Keajaiban Saya selalu mengatakan bahwa menikah adalah hal yang sangat kodrati. Dalam bahasa saya, menikah tidak dapat dimatematiskan. Jika suatu saat ada orang yang mengatakan, secara materi saya belum siap, saya akan selalu mengejar dengan pertanyaan yang lain, berapa standar kelayakan materi seseorang untuk menikah? Tak ada. Sebenarnya tak ada. Jika kesiapan menikah diukur dengan materi, maka betapa ruginya orang-orang yang papa. Begitu juga dengan kesiapan-kesiapan lain yang bisa diteorikan seperti kesiapan emosi, intelektual, wawasan dan sebagainya. Selalu tak bisa dimatematiskan. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa menikah adalah sesuatu yang sangat kodrati. Bukan dalam arti saya menyalahkan teori-teori kesiapan menikah yang telah dibahas dan dirumuskan oleh para ustadz. Tentu saja semua itu perlu sebagai wacana memasuki sebuah dunia ajaib bernama keluarga itu. Sebagai contoh saja, banyak pemuda berpenghasilan tinggi, namun belum juga merasa siap untuk menikah. Belum cukup, lah... itu alasan yang paling mudah dijumpai. Dengan gaji sekarang saja saya hanya bisa hidup pas-pasan. Bagaimana kalau ada anak dan istri? Oya, saya juga belum punya rumah.... O-o... Saudaraku, kalau kau menunggu gajimu cukup, maka kau tak akan pernah menikah. Bisa jadi besok Allah menghendaki gajimu naik tiga kali lipat. Tapi percayalah, pada saat yang bersamaan, tingkat kebutuhanmu juga akan naik... bahkan lebih tiga kali lipat. Saat seseorang tak memiliki banyak uang, ia tak berpikir pakaian berharga tertentu, televisi, laptop... atau mungkin hp merk mutakhir. Saat tak memiliki banyak uang, makan mungkin cukup dengan menu sederhana yang mudah ditemui di warung-warung pinggir jalan. Tapi bisakah demikian saat Anda memiliki uang? Tidak akan. Selalu saja ada keinginan yang bertambah, lajunya lebih kencang dari pertambahan kemampuan materi. Artinya, manusia tidak akan ada yang tercukupi materinya. Menikah adalah sebuah elemen kodrati sebagaimana rezeki dan juga ajal. Tak akan salah dan terlambat sampai kepada setiap orang. Tak akan bisa dimajukan ataupun ditahan. Selalu tepat sesuai dengan apa yang telah tersurat pada awal penciptaan anak Adam. Menikah adalah salah satu cara membuka pintu rezeki, itu yang pernah saya baca di sebuah buku. Ada pula sabda Rasulullah, Menikahlah maka kau akan menjadi kaya. Mungkin secara logika akan sangat sulit dibuktikan statemen-statemen tersebut. Taruhlah, pertanyaan paling rewel dari makhluk bernama manusia, Bagaimana mungkin saya akan menjadi kaya sedangkan saya harus menanggung biaya hidup istri dan anak? Dalam beberapa hal yang berkaitan dengan interaksi sosial juga tidak bisa lagi saya sikapi dengan simpel. Contoh saja, kalau ada tetangga atau teman yang hajatan, menikah dan sebagainya, saya tentu saja tidak bisa lagi menutup mata dan menyikapinya dengan konsep-konsep idealis. Saya harus kompromi dengan tradisi; hadir, nyumbang... yang ini berarti menambah besar pos

pengeluaran. Semua itu tak perlu menjadi beban saya pada saat saya belum berkeluarga. Saat saya dihadapkan pertanyaan menikah pertama kali dalam hidup saya, saya sempat maju mundur dan gamang dengan wacana-wacana semacam ini. Lama sekali saya menemukan keyakinan -belum jawaban, apalagi bukti- bahwa seorang saya hanyalah menjadi perantara Allah memberi rezeki kepada makhluk-Nya yang ditakdirkan menjadi istri atau anak-anak saya. Harusnya memang demikian. Itulah keajaiban yang kesekian dari sebuah pernikahan. Saya sendiri menikah pada tahun 1999, saat umur saya dua puluh tahun. Saat itu saya bekerja sebagai buruh di sebuah perusahaan bakery tradisional. Tentu saja, saya sudah menulis saat itu kendati interval pemuatan di majalah sangat longgar. Kadang-kadang sebulan muncul satu tulisan, itu pun kadang dua bulan baru honornya dikirim. Dengarkan...! Dengarkan baik-baik bagian cerita saya ini. Sebulan setelah saya menikah, tiga cerpen saya sekaligus dimuat di tiga media yang berbeda. Beberapa bulan berikutnya hampir selalu demikian, cerpen-cerpen saya semakin sering menghiasi media massa. Interval pemuatan cerpen tersebut semakin merapat. Saat anak saya lahir, pada pekan yang sama, ada pemberitahuan dari sebuah majalah remaja bahwa mulai bulan tersebut, naskah fiksi saya dimuat secara berseri. Padahal, media tersebut terbit dua kali dalam sebulan. Ini berarti, dalam sebulan sudah jelas ada dua cerpen yang terbit dan itu berarti dua kali saya menerima honor. Ini baru serialnya. Belum dengan cerpen-cerpen yang juga secara rutin saya kirim di luar serial. Tunggu... semua itu belum berhenti. Saat anak saya semakin besar dan semakin banyak pernak-pernik yang harus saya penuhi untuknya, lagi-lagi ada keajaiban itu. Satu per satu buku saya diterbitkan. Royalti pun mulai saya terima dalam jumlah yang... hoh-hah...! Subhanallah...! Entah, keajaiban apa lagi yang akan saya temui kemudian. Yang jelas, saat ini saya harus tetap berusaha meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya hanyalah perantara rezeki bagi anak dan istri saya... juga mungkin orang lain. Dengan begitu, mudah-mudahan saya bisa melepaskan hak-hak tersebut yang melekat pada uang gaji ataupun royalti yang saya terima. Ya Allah... mampukan saya.
Sepatah Kata

KOLOM KANG INDRO


Beranda Tentang

CHOOSING A RECRUITMENT COMPANY MENGAPA KITA SULIT MEWUJUDKAN IMPIAN?

APAKAH ANDA INGIN KAYA? SEGERALAH MENIKAH!


Oleh Ustadz Abu Umar Basyir Pernikahan adalah sumber kekayaan. Yang dimaksud dengan kekayaan di sini, bias dalam arti sesungguhnya, bias juga berarti kekayaan jiwa. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat: Kekayaan sesungguhnya adalah kekayaan jiwa. Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seorang hamba, pasti Allah menciptakan kekayaan dalam jiwanya, menempatkan ketakwaan dalam hatinya. Dan apabila Allah menginginkan keburukan pada diri seseorang, pasti Allah akan menciptakan bayingbayang kemiskinan di depan matanya. [Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya, 14: 101. Asal hadits ini ada dalam Al-Bukhari dan Muslim.] Kekayaan materi pun sudah dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Taala kepada orang-orang fakir yang berniat akan menikah, dalam firman-Nya:

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang wnaita. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. [QS. An-Nuur: 32] Wankihul ayama minkum wasshalihina min ibadikum wa imaikum in yakunu fuqaraa yughnihimullah min fadhli wallahu waasiun alim, maknanya, dan nikahkanlah laki-laki yang sendirian dan perempuan yang janda di antara kamu serta hamba lakilaki dan perempuan kamu yang patut nikah, jikalau mereka miskin, maka Allah akan menjadikan mereka kaya dengan karunia-Nya, dan Allah maha luas (pemberiannya) lagi maha mengetahui. Dalam ayat tersebut, kata yughnillahu atau jaalahumullahu ghaniyan menunjukkan bahwa Allah dengan segala kekuasaannya akan menjadikan mereka itu kaya dengan perkawinannya. Pasti orang akan bertanya, Masa sih, dengan menikah dapat membuat orang menjadi kaya? Jawaban yang simpel dan praktis adalah bahwa mayoritas orang yang kaya adalah orang yang telah menikah bukan yang masih bujang. Itu realitas. Dan itu disebabkan karena orang yang masih bujang pada umumnya belum mampu memanage keuangannya dengan baik meskipun ia berpenghasilan lumayan banyak, duitnya tersebut akan habis entah dibelanjakannya ke mana. Berbagai tuntunan gaya hidup muda masa kini, kian membuat umumnya para pemuda menjadi sangat ceroboh dalam penggunaan uang. berbeda halnya dengan orang-orang yang telah menikah, karena orang yang telah menikah bias

jadi tanpa disadarinya telah mendapat beberapa kelebihan sebagai hasil dari penyempurnaannya t erhadap agama, meskipun keuangan kurang memadai, namun ia masih memiliki apa yang otomatis tidak dimiliki oleh orang yang masih bujang, yaitu istri dan anak. Tidak heran, jika kita akan melihat lancarnya rizki kawan atau saudara yang telah menikah, apalagi setelah mereka mendapatkan anak. Ibnu Masud berkata, Carilah kekayaan dengan menikah. Abu bakar Ash-Shiddiq radhiallahu anhu pernah berkata, Taatlah perintah Allah untuk menikah, pasti Allah akan memenuhi janji-Nya kepada kalian untuk member kecukupan. [Disalin dari buku Kiat Sukses Menjemput Rizki karya Abu Umar Basyier, Shafa Publika]

Senin, 22 November 2010


Kaya Dengan Menikah

Lebih dari 1400 tahun yang lalu telah turun ayat :

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan.Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. ( An-nur : 32 ) Ayat ini menegaskan bahwa pernikahan dapat menjadi penyebab kekayaan berdasarkan firman Allah : Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui Tetapi sebagian orang jahiliyah dahulu, karena mereka takut miskin, mereka membunuh dan atau mengubur anak-anak gadis mereka. Oleh karena itu turunlah firman Allah taala :

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. ( Al-Israa : 31 ) Maka dalam ayat ini terdapat jaminan dari Allah tentang rizki anak dan orangtua. Sangat wajar bahwa kita semenjak dahulu tidak tahu bahwa ayat ini menyimpan satu mukjizat ilmu, karena seorang yang beriman dia beriman dan yakin kepada kebenaran ayat ini dan tidak ragu bahwa Allah Allah mampu memberi rizki untuknya. Tapi orang yang lemah imannya akan bertanya tanya : Darimana Allah memberi saya rizki ?, Kapan dan bagaimana ? Dan adapun para ateis, mereka tidaklah percaya dan tidak yakin dengan ayat ini, yang ia percayai adalah bahwa pernikahan atau anak-anak merupakan masalah ekonomi. Oleh karena itu kita dapati bahwa orang-orang barat sangat bersandar dengan doktrin ini dan membatasi keturunan dengan satu atau maksimal dua anak saja.Tapi, tak seorang pun membayangkan dan berfikiran bahwa dengan hanya sekedar menikah, bahwa itu sudah menjadi sarana untuk menambah pendapatan dan penghasilan. Majalah Time Amerika baru-baru ini melakukan penelitian di Ohio State University, yang menunjukkan bahwa orang orang yang telah menikah dan punya anak, pendapatan mereka naik sebesar 16 persen per tahun, berbeda dengan orang orang yang belum menikah dimana pendapatan mereka hanya naik 8 persen pertahun. Dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa manfaat dari perkawinan tidak terbatas hanya pada manfaat yang diketahui sebelumnya dan yang berhubungan dengan rasa ketentraman, tetapi juga untuk pengurangan jumlah kemiskinan di masyarakat. Dua orang peneliti, yaitu Maria Kanchin, peneliti dari University of Wisconsin, dan Deborah Reed, direktur penelitian di Pusat Penelitian Politik Matematika, telah melakukan sebuah penelitian yang diterbitkan dalam buku "Perubahan Kemiskinan Perubahan Politik", yang membahas tentang rendahnya angka perkawinan dan tingginya tingkat perceraian serta dampaknya terhadap tingkat kemiskinan. Penelitian menunjukkan bahwa jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan di Amerika Serikat akan naik 2,6 persen karena tingginya kasus perceraian, disamping juga kedua peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa wanita yang sudah menikah memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan untuk menambah pendapatan daripada yang belum menikah. Studi juga menunjukkan bahwa kehadiran suami atau istri di rumah, bisa menambah semangat keduanya, yang menyebabkan produktivitas yang lebih besar bagi mereka dan dengan demikian meningkatkan pendapatan dari pekerjaan mereka. Penelitian ini menyarankan penyediaan tempat untuk penitipan anak-anak di lingkungan kerja, yang mana hal ini akan mendorong perempuan yang belum menikah untuk melakukan metode dan langkah ini, tanpa khawatir terhadap anak-anak mereka, atau menganggap bahwa anak anak mereka sebagai

hambatan bagi perkembangan karir mereka. Saudara Tercinta Ini menunjukkan bahwa pernikahan adalah sarana untuk meningkatkan pendapatan, dan ini fakta ilmiah dan bukan hanya omong kosong! Dari sini kita bisa menyadari bahwa ayat yang mulia ini mengandung sebuah mukjizat ilmu. Siapakah gerangan yang mengabarkan kepada Nabi bahwa nikah bisa menjadi penyebab seseorang menjadi kaya ? Dialah Allah yang telah berfirman :

Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.. ( An-nur : 32 ) Oleh karena itu, Nabi mengingkari orang yang ingin terus membujang dan tidak menikah seraya beliau bersabda :

[)

Nikah termasuk Sunnahku, barangsiapa yang tidak melaksanakan Sunnahku maka bukanlah termasuk golonganku ( Silsilah Shahihah oleh Albani ) Dan sungguh suatu Sunnah Nabi akan terus berjalan seperti ini; setelah para pembangkang menyangkalnya, maka kita dapati para orang orang berilmu dari mereka malah mendukungnya. Menandakan apakah ini ? Sungguh ini menandakan bahwa Nabi Muhammad berada dalam kebenaran. Masihkah para pembangkang membuat buat keragukan pada Sunnah Nabi ini yang suci ini..???

Keuntungan Menikah dengan Pria Tak Bermodal


Liburan di pulau eksotis, makan malam mewah, hadiah cincin berlian memang tampak sangat menggiurkan. Apalagi jika diberikan oleh pasangan. Menjalani hubungan dengan pria kaya memang tidak ada salahnya. Tetapi, ada keunggulan lain yang bisa Anda dapatkan jika berkencan dengan pria yang biasa saja atau tidak terlalu kaya. Bahkan, menjalin hubungan dengan pria biasa saja membuat Anda lebih bahagia. "Pria yang tidak terlalu memiliki banyak uang sebenarnya lebih bisa membuat wanita bahagia. Hal itu karena uang dan status yang tinggi sering memicu ketidaksetiaan dan perilaku negatif lainnya pada pria," kata Adam Galinsky, Ph.D., profesor manajemen dan organisasi dari Northwestern University, Amerika Serikat,

Jangan selalu menjadikan materi menjadi tolak ukur mencari pasangan. Karena ada empat 'keuntungan' yang bisa Anda dapatkan jika menjalin hubungan dengan pria yang tak terlalu kaya. 1. Lebih setia Penelitian menunjukan pria yang pendapatannya tidak terlalu besar risiko berselingkuhnya lebih kecil. Lalu, pria kaya cenderung munafik dalam hal perselingkuhan. "Pria yang statusnya tinggi cenderung selingkuh, tetapi mereka dengan mudahnya menghakimi orang lain yang melakukan perselingkuhan karena merasa memiliki banyak uang dan kekuasaan," kata Galinsky. 2. Lebih sopan Menurut laporan dalam Journal Psychological Science, pria yang pendapatannya rendah hingga menengah lebih sopan daripada pria kaya, ketika mereka bertemu orang baru. Hal itu diketahui peneliti ketika menyaksikan pria kaya dan pria biasa berkenalan dengan orang asing. Pria yang biasa saja tertawa dan membuat kontak mata lebih banyak daripada pria kaya. Si kaya justru melakukan hal tidak sopan seperti sibuk sendiri, mencoret-coret, bahkan memperbaiki rambut mereka. "Pria dengan sedikit uang mencoba untuk bersosialisasi lebih karena hubungan sosial baginya adalah ketrampilan untuk bertahan hidup. Lalu pria kaya mungkin mengganggap bahwa mereka tidak membutuhkan kenalan baru," kata Dacher Keltner, Ph.D., penulis buku "Born to Be Good". 3. Lebih mendukung pasangan Riset yang dipublikasikan dalam Journal of Applied Psychology mengungkap kalau pria kaya

terlihat lebih seksi daripada pria yangtak terlalu kaya. Tetapi dalam hal mendukung dan membantu pasangannya, pria yang terlalu kaya justru jagoannya. Mereka tidak segan untuk membantu istrinya membersihkan rumah, memandikan anak, memasak dan tugas rumah tangga lainnya. Hal ini pun bisa menjadi sangat seksi di mata istri. Saling mendukung bisa membuat pasangan menjadi lebih bahagia. 4. Lebih mengagumkan saat bercinta Pria yang tak terlalu kaya selalu mencoba memuaskan hasrat seksual pasangannya dengan segala cara, hal itu menurut Bethany Marshall, Ph. D., penulis buku 'Deal Breakers'. "Pria akan melakukan segala usaha untuk mendapatkan hati pasangannya agar tidak pergi meninggalkannya. Jika ia tidak bisa memberikan materi berlimpah, ia akan berusaha untuk memuaskan hasrat seksual pasangannya dengan segala cara," kata Bethany

Jangan Menikah Karena Ketampanan dan Kekayaan Saja


DaddySunSek 5.0 Jangan Menikah Karena Ketampanan dan Kekayaan Saja

Jangan Menikah Karena Ketampanan dan Kekayaan Saja Menikah adalah sesuai hal yang didambakan. Bagaimana tidak? Karena dengan menikah, iman seseorang akan menjadi sempurna. Pernahkah anda mendengar hal ini, Sempurnakan imanmu dengan menikah. Yaa, buat teman-teman yang belum menikah, termasuk saya sendiri, hayuuuu buruan cari calon! Hehehe, tapi ada hal yang harus dan wajib diperhatikan sebelum menikah. Seperti apa calon kita itu? Cantik / tampan, kaya, atau yang bagaimana? Agama bagus kah? Ok, buat para wanita yang sedang dilanda galau dalam hari, baca dengan baik pesan dari ukhti Delima ini.

Jangan Menikah Karena Ketampanan dan Kekayaan Saja


Tak perlu mengejar calon suami yang kaya raya. Tidak perlu mengejar pria yang ganteng wajahnya. Tak perlu mengejar laki-laki yang atletis tubuhnya. Tidak perlu mengejar pria yang banyak hartanya. Tak perlu mengejar lelaki yang punya mobil mewah. Tidak perlu mengejar calon suami yang punya rumah megah.

Tapi berharaplah seorang calon suami yang bagus akhlaknya. Tapi berharaplah seorang calon suami yang taat Agamanya. Dan berharaplah seorang calon suami yang siap menjadi IMAM. Kelak ia bisa membimbingmu pada kebaikan dunia dan akhirat. Suatu saat ia bisa mengantarkanmu pada jalan yang diridhai-Nya. Kelak ia bisa mengayomi dan melindungimu beserta anak-anakmu. Suatu saat ia bisa mengingatkanmu ketika lalai dalam beribadah kepada-Nya.

Kelak ia bisa menasehatimu dengan ramah ketika engkau berbuat khilaf. Suatu saat ia bisa meluruskan akalmu dengan penuh kelembutan. Kelak ia bisa menegurmu ketika engkau lupa pada tanggung jawab dan kewajibanmu sebagai seorang Isteri. Kelak ia bisa memaafkanmu dengan penuh ketulusan ketika engkau berbuat salah.

Karena hanya calon yang demikianlah yang dapat membangun sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah yang akan berada dalam naungan-Nya. InsyaAllah.

Rejekinya orang menikah


Posted on March 4, 2008

Allah Karim, Allah Mawjood. Ternyata banyak hal yang berubah setelah menikah. Jujur saja, saya benar-benar habis ketika mempersiapkan pernikahan. Tabungan yang ada ternyata ludes. Dan bisa ditebak, saya kembali ke Kuwait dengan modal yang pas-pasan. Persiapan menikah itu tidak seperti yang dibayangkan. Budget yang sudah di wanti-wanti, ternyata jauuuh melampaui. Banyak hal yang tidak terduga untuk mengeluarkan uang. Kurang inilah, itulah, banyak deh. Nah, ternyata, setelah menikah, datanglah banyak hal yang bisa membuat saya sedikit bernafas. Projek datang berarti rejeki lain datang. Walau begitu, saya tetap dalam komitmen, pekerjaan kantor adalah pekerjaan yang dikerjakan di kantor. Sedangkan pekerjaan rumah, adalah pekerjaan yang dikerjakan di rumah. Walaupun kadang suka nyerempet-nyerempet numpang upload :p (sumpah! ini gara-gara koneksi yang lagi dodol di rumah). Dan tawaran baru datang. Tawaran untuk pindah tempat-mencari-dinar (baca: kantor). Dan saya butuh pendapat. Apa saja kiranya yang harus dipertimbangkan ketika memutuskan pindah tempat-mencari-dinar untuk seorang yang sudah punya istri? Tentunya, di luar konteks gaji

kenapa aku harus menikah denganmu ?


28 Oktober 2012 Temon Sujadi Cahaya Hati alasan menikah, melamar gadis idaman, melamar wanita sholehah, menikah itu indah, menikah yuk, menikahlah denganku, sunah menikah, wanita adalah perhiasan 13 Komentar

2 Votes

Bismillkahirahmanirahim sahabatku semua yag dirahmati Allah, judul yang membuat pertanyaan yang mendalam, kanapa aku harus menikahimu ? pertanyaan yang harus dijawab dengan sejujurnya, seberapa pentingkah pertanyaan itu sehingga harus dijawab? dan kenapa juga harus dijawab? siapa diantara kalian yang mau menjawabnya untukku ? sahabatku, Membangun kehidupan rumah tangga yang harmonis memang menjadi dambaan. Namun tentu saja untuk mencapainya bukan persoalan mudah. Butuh kesiapan dalam banyak hal terutama dari sisi ilmu agama. Sesuatu yang mesti dipunyai seorang istri, terlebih sang suami. Tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa menikah berarti menjalani hidup baru. Karena dalam kehidupan pasca pernikahan memang dijumpai banyak hal yang sebelumnya tidak didapatkan saat melajang. Tentunya semua itu bisa dirasakan oleh mereka yang telah membangun mahligai rumah tangga. aku ingin bersamamu dalam naungan ilmu menggapai ridho Allah yang mulia sebuah kisah yang harus kita selami maknanya.. Ini adalah kisah seorang pemuda tampan yang shalih dalam memilih calon istri, kisah ini tak bisa dipastikan fakta atau tidak, namun semoga pelajaran yang ada didalamnya dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama Muslimah yang belum menikah semoga menjadi renungan. Ia sangat tampan, taat (shalih), berpendidikan baik, orangtuanya menekannya untuk segera menikah. Mereka, orangtuanya, telah memiliki banyak proposal yang datang, dan dia telah menolaknya semua. Orangtuanya berpikir, mungkin saja ada seseorang yang lain yang berada di pikirannya. Namun setiap kali orangtuanya membawa seorang wanita ke rumah, pemuda itu selalu mengatakan dia bukanlah orangnya! Pemuda itu menginginkan seorang gadis yang relijius dan mempraktekkan agamanya dengan baik (shalihah). Suatu malam, orangtuanya mengatur sebuah pertemuan untuknya, untuk bertemu dengan seorang gadis, yang relijius, dan mengamalkan agamanya. Pada malam itu, pemuda itu

dan seorang gadis yang dibawa orangtuanya, dibiarkan untuk berbicara, dan saling menanyakan pertanyaan satu sama lainnya, seperti biasa. Pemuda tampan itu, mengizinkan gadis itu untuk bertanya terlebih dahulu. Gadis itu menanyakan banyak pertanyaan terhadap pemuda itu, dia menanyakan tentang kehidupan pemuda itu, pendidikannya, teman-temannya, keluarganya, kebiasaannya, hobinya, gaya hidupnya, apa yang ia sukai, masa lalunya, pengalamannya, bahkan ukuran sepatunya Si pemuda tampan menjawab semua pertanyaan gadis itu, tanpa melelahkan dan dengan sopan. Dengan tersenyum, gadis itu telah lebih dari satu jam, merasa bosan, karena ia sedari tadi yang bertanya-tanya, dan kemudian meminta pemuda itu, apakah ia ingin bertanya sesuatu padanya? Pemuda itu mengatakan, baiklah, Saya hanya memiliki 3 pertanyaan. Gadis itu berpikir girang, baiklah hanya 3 pertanyaan, lemparkanlah. Pemuda itu menanyakan pertanyaan pertama: Pemuda: Siapakah yang paling kamu cintai di dunia ini, seseorang yang dicintai yang tidak ada yang akan pernah mengalahkannya? Gadis: Ini adalah pertanyaan mudah, ibuku. (katanya sambil tersenyum) Pertanyaan ke-2 Pemuda: Kamu bilang, kamu banyak membaca Al-Quran, bisakah kamu memberitahuku surat mana yang kamu ketahui artinya? Gadis: (Mendegar itu wajah si Gadis memerah dan malu), aku belum tahu artinya sama sekali, tetapi aku berharap segera mengetahuinya insya Allah, aku hanya sedikit sibuk. Pertanyaan ke-3 Pemuda: Saya telah dilamar untuk menikah, dengan gadis-gadis yang jauh lebih cantik daripada dirimu, Mengapa saya harus menikahimu? Gadis: (Mendengar itu si Gadis marah, dia mengadu ke orangtuanya dengan marah), Aku tidak ingin menikahi pria ini, dia menghina kecantikan dan kepintaranku. Dan akhirnya orangtua si pemuda sekali lagi tidak mencapai kesepakatan menikah. Kali ini orangtua si pemuda sangat marah, dan mengatakan mengapa kamu membuat marah gadis itu, keluarganya sangat baik dan menyenangkan, dan mereka relijius seperti yang kamu inginkan. Mengapa kamu bertanya (seperti itu) kepada gadis itu? beritahu kami!. 1. Pemuda itu mengatakan, Pertama aku bertanya kepadanya, siapa yang paling kamu cintai? dia menjawab, ibunya. (Orangtuanya mengatakan, apa yang salah dengan itu?)

pemuda itu menjawab, Tidaklah dikatakan Muslim, hingga dia mencintai Allah dan RasulNya (shalallahualaihi wa sallam) melebihi siapapun di dunia ini. Jika seorang wanita mencintai Allah dan Nabi (shalallahualaihi wa sallam) lebih dari siapapun, dia akan mencintaiku dan menghormatiku, dan tetap setia padaku, karena cinta itu, dan ketakutannya kepada Allah Subhanahu wa Taala, dan kami akan berbagi cinta ini, karena cinta ini adalah yang lebih besar daripada nafsu untuk kecantikan. 2. Pemuda itu berkata, kemudian aku bertanya, kamu banyak membaca Al-Quran, dapatkan kamu memberitahuku arti dari salah satu surat? dan dia mengatakan tidak, karena belum memiliki waktu. Maka aku pikir semua manusia itu mati, kecuali mereka yang memiliki ilmu. Dia telah hidup selama 20 tahun dan tidak menemukan waktu untuk mencari ilmu, mengapa Aku harus menikahi seorang wanita yang tidak mengetahui hakhak dan kewajibannya, dan apa yang akan dia ajarkan kepada anak-anakku, kecuali bagaimana untuk menjadi lalai, karena wanita adalah madrasah (sekolah) dan guru terbaik. Dan seorang wanita yang tidak memiliki waktu untuk Allah, tidak akan memiliki waktu untuk suaminya. 3. Pertanyaan ketiga yang aku tanyakan kepadanya, bahwa banyak gadis yang lebih cantik darinya, yang telah melamarku untuk menikah, mengapa Aku harus memilihmu? itulah mengapa dia mengadu, marah. (Orangtua si pemuda mengatakan bahwa itu adalah hal yang menyebalkan untuk dikatakan, mengapa kamu melakukan hal semacam itu, kita harus kembali meminta maaf). Si pemuda mengatakan bahwa Nabi (shalallahualaihi wa sallam) mengatakan jangan marah, jangan marah, jangan marah, ketika ditanya bagaimana untuk menjadi shalih, karena kemarahan adalah datangnya dari setan. Jika seorang wanita tidak dapat mengontrol kemarahannya dengan orang asing yang baru saja ia temui, apakah kalian pikir dia akan dapat mengontrol amarah terhadap suaminya?? sahabatku semua yang dirahmati Allah, sekiranya cerita diatas bisa menjadi renungan bagi kita semua, Rasulullah shalalahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Wanita dinikahi karena empat hal, [pertama] karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang agamanya baik, jika tidak maka kamu akan tersungkur fakir. (HR. Bukhori no. 5090, Muslim no. 1466) Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya semata, boleh jadi kecantikannya itu akan membawa kehancuran. Dan janganlah kalian menikahi wanita karena kekayaan semata, boleh jadi kekayaannya itu akan menyebabkan kesombongan. Tetapi nikahilah wanita itu karena agamanya. Sesunggunya budak wanita yang hitam lagi cacat, tetapi taat beragama adalah lebih baik (daripada wanita kaya dan cantik tapi tidak beragama). Seorang laki-laki yang hendak menikah harus memilih wanita yang shalihah, demikian pula wanita harus memilih laki-laki yang shalih. Menurut Al-Qur-an, wanita yang shalihah adalah:

Maka perempuan-perempuan yang shalihah adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (me-reka) [An-Nisaa' : 34] Lafa h dijelaskan oleh Qatadah, artinya wanita yang taat kepada Allah dan taat kepada suaminya.[3] Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: . Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah. [4] Sesungguhnya wanita seumpama tulang rusuk yang bengkok. Bila kamu membiarkannya (bengkok) kamu memperoleh manfaatnya dan bila kamu berusaha meluruskannya maka kamu mematahkannya. (HR. Ath-Thahawi) Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: . Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan suami apabila ia melihatnya, mentaati apabila suami menyuruhnya, dan tidak menyelisihi atas diri dan hartanya dengan apa yang tidak disukai suaminya. [5] Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam juga bersabda: : . Empat hal yang merupakan kebahagiaan; isteri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal yang merupakan kesengsaraan; tetangga yang jahat, isteri yang buruk, tempat tinggal yang sempit, dan kendaraan yang jelek. [6] (HR Abu Daud dan Tirmidzi) Allah Subhaanahu wa Taala berfirman Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar Ruum : 21) :

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya (3/473) : Termasuk kesempurnaan rahmat Allah Subhaanahu wa Taala kepada anak Adam: Dia jadikan istri-istri mereka dari jenis mereka sendiri. Dan ditumbuhkan antara mereka mawaddah yaitu cinta dan rahmah yaitu kasih sayang. Karena seorang laki-laki menahan seorang wanita untuk tetap menjadi istrinya bisa karena ia mencintai wanita tersebut atau karena ia iba dan kasihan terhadapnya, dimana ia telah mendapatkan anak dari wanita tersebut atau wanita itu butuh padanya untuk mendapatkan belanja atau karena kedekatan di antara keduanya dan alasan selain itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir Abdullah bin Amr ibnul Ash rahimahullah mengkhabarkan bahwasanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda : Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita shalihah. (HR. Muslim) Abu Hurairah Radiyallahu anhu mengkhabarkan dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam beliau bersabda : Wanita itu dinikahi karena 4 perkara. Karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Pilihlah wanita yang memiliki agama, engkau akan bahagia. (HR. Bukhari dan Muslim) Sifat-sifat wanita yang sepantasnya engkau pilih sebagai istri sehingga ia bisa menjadi pengurus rumahmu dan pendidik anak-anakmu adalah wanita yang memiliki agama dan akhlak yang dapat membantumu untuk taat kepada Allah Subhaanahu wa Taala. Yang mengingatkanmu ketika engkau lupa, menolongmu ketika engkau ingat, mengurus dan memperhatikanmu ketika engkau ada, menjaga hartamu dan kehormatannya ketika engkau tidak ada. Dia membuatmu ridha ketika engkau marah, mentaatimu ketika engkau perintah dan berbuat baik serta berbakti kepadamu. Sesungguhnya wanita mulia yang menjaga kehormatannya tidak akan menyombongkan dirinya di hadapanmu dengan harta dan kecantikan yang ada padanya. Tidak pula dengan kedudukan dan nasab (keturunannya). nah itulah kawan, yang harus digaris bawahi cobalah lihat itu darinya. sahabatku yang baik hatinya.. sebuah kisah nyata yg ditulis-Qilla Salafy di fiksianakompasiana Ratna hanyalah seorang wanita biasa, wajahnya manis, sopan, berbudi pekerti luhur. Hanya saja nasib buruk selalu menimpanya, entah kenapa, hanya saja dalam hatinya selalu ada

keyakinan bahwa semua kejadian yang menimpanya akan selalu ada hikmahnya. Bukankah Allah sayang pada orang-orang yang sabar? H-7, Ratna disibukkan dengan persiapan pernikahannya, mulai dari menyebarkan undangan sampai mengurus segala keperluan resepsi pernikahan. Meskipun resepsinya dia rancang dengan sederhana, dia yakin bahwa pernikahannya akan meriah karena sahabat-sahabat terbaiknya berjanji akan membantu meramaikan acara resepsinya, gak tahulah seperti apa janji sahabatsahabatnya itu, yang penting undangan untuk teman-teman, tetangga, dan sanak familinya sudah tersebar meski tidak banyak. Urusan catering dan tukang rias, kakaknya yang menangani. Dan Ratnapun mulai bisa bernafas lega. H-2, Ratna dikejutkan dengan pemberitahuan dari kawan-kawannya bahwa nama mempelai lakilakinya salah cetak. Dan barulah Ratna tersadar, saking sibuknya, dia tidak sempat memeriksa surat undangannya. Aduuuuuh gimana nih Wiiiii, tolong aku dong! rengek Ratna pada sahabatnya Dewi. Dewi hanya menggelengkan kepala, Sudahlah Naaa, udah kepalang tanggung, nanti diumumkan saja pas waktunya akad nikah, toh undangan yang lain tak akan mempedulikan nama pasanganmu! Ujar Dewi setengah menenangkan. Ya sudahlah kalau begitu, aku hanya takut bahwa itu akan menjadi suatu pertanda buruk, ucap Ratna pelan. Tibalah hari H, pagi-pagi para undangan akad nikah pihak Ratna mulai berdatangan, kebanyakan yang datang adalah kerabat dan sahabat dekatnya. Seperti biasa akad nikah dimulai pukul 9.00, waktu sudah menunjukkan pukul 08.40, dan belum ada tanda-tanda rombongan mempelai prianya datang. Kakaknya Ratna telah berusaha menghubungi tapi tidak ada jawaban, hp calon suami Ratna tidak diaktifkan. Jam telah menunjukkan pukul 09.10, mulailah Ratna menangis, semua yang datang menjadi iba. Dewi sahabatnya berusaha menenangkannya. Tenanglah Naaaa, kakakmu sedang menyusul ke tempat Aryo, paling satu jam udah dapat kabar, tenang yaa? Tuh kan Wi, apa aku bilang tentang firasat itu, bener kaan? Iya, tapi itupun belum tentu benar, siapa tahu Aryo mengalami gangguan di jalan Tapi kenapa HPnya mesti dimatikan sih? Sudahlah, positif thinking aja oke? Satu jam kemudian, Kakaknya Ratna pulang, wajahnya terlihat sedih dan bingung. Dan Ratna telah merasakan itu, maka histerislah dia. Dewi bertanya pada Mas Randi kakaknya Ratna. Mas Randi, ada apa sih? Si Aryo kenapa? tanya Dewi Ya Allah, kasihan adikku, Si Aryo brengsek pergi entah kemana, kata tetangganya semalam Aryo pergi dengan keluarganya. Apa? loh kenapa mereka pergi tanpa memberi kabar?

Tak tahulah, namanya juga orang brengsek, jawab Randi kesal Duuuh, gimana dong Mas? Kasihan si Ratna Ya kita harus kasih tahu dia, betapapun pahitnya Dan memang, ketika Ratna diberitahu, Ratna langsung pingsan. Baru setelah 15 menit, Ratna mulai siuman. Lalu dengan lirih, Ratna mengatakan bahwa para undangan harus diberi tahu. Sepertinya Ratna sudah bisa menguasai emosinya, meskipun sesekali air matanya tak kuasa dia bendung. Randi, keluar dari kamar pengantin dengan maksud mengumumkan pembatalan acara pernikahan adiknya itu. Baru sepatah kata randi mengumumkan, seorang pemuda berperawakan tegap, berkulit putih bersih, dan tampan pula, berdiri dengan tatapan penuh keyakinan. Maaf Mas Randi, perkenalkan saya Irawan sahabatnya Nino, bolehkah saya bicara?. Nino adalah sahabatnya Randi. Dia menghadiri undangan Randi dalam acara akad nikah. Silakan, jawab randi mempersilahkan. Begini Mas randi dan para hadirin, saya rasa untuk membatalkan pernikahan ini tidak mungkin, pernikahan ini masih bisa dilanjutkan, selama ada jalan keluarnya Jalan keluar? maksudnya? tanya Randi heran. Jalan keluarnya adalah mencari pengganti calaon mempelai laki-laki, kalau mempelai perempuan dan keluarga besar tidak keberatan saya bersedia menjadi penggantinya, orang yang bernama Irawan itu berbicara dengan penuh keyakinan, lalu dia berkata lagi; Sejak tadi saya memperhatikan mempelai wanita, hati saya ikut merasakan sakit dan trenyuh, Ratna wanita yang baik dan saya yakin ini sudah menjadi takdir dari Yang Maha Kuasa bahwa jodohku ada disini, terus terang dari semalam saya bisa merasakan itu, makanya saya maksa Nino untuk mengajak saya, sayapun tidak mengerti kenapa Semua para undangan tampak terkaget-kaget, entah apa yang ada dalam pikiran mereka, takjub, tidak menyangka akan ada kejadian seperti itu. Sebagian nampak bisik-bisik Ih kayak di sinetron aja ya? bisik mereka. Mas Randi, i inkan saya menikahi Ratna, ujar Irawan lirih. Randi kemudian masuk hendak membicarakannya dengan Ratna, akhirnya Ratna mengatakan siap. Dengan mata sembab, Ratna keluar kamar hendak menemui calon mempelai prianya. Kemudian Irawan berkata lagi. Bagaimana Ratna? Maukah Kamu menjadi istriku?

Ratna mengangguk pelan, dalam hati Ratna berkata Ya Allah semoga jodohku ini adalah benarbenar orang yang baik, yang bisa menyayangiku dan mencintaiku apa adanya, meskipun hari ini aku baru mengenalnya, aku pasrahkan kepadamu Ya Allah! Semua tamu undangan merasa gembira, wajah para undangan terlihat berseri-seri Alhamdulillaaaaah katanya serempak. Mulailah akad nikah itu dengan lancar dengan mas kawin uang sebesar 1 juta rupiah, maklum hanya itu yang ada di dompet Irawan, untunglah penghulu mau menunggu. Resepsi pernikahan berjalan mulus meskipun sebagian undangan banyak yang tidak menyadari apa yang terjadi selama akad nikah. Perkenalan kedua mempelai berlangsung di atas kursi pengantin. Semua orang bilang bahwa Ratna beruntung sekali mendapatkan Irawan, laki-laki tampan, baik hati, dan yang paling mengejutkan ternyata Irawan adalah pewaris perusahaan kenamaan di Jakarta. Neneknya telah lama mengharapkan Irawan segera mendapatkan istri, Irawan dibesarkan oleh kakek dan neneknya, dan Irawan adalah satu-satunya pewaris hartanya, karena orang tua Irawan telah lama meninggal. Kerabat Ratna tentunya merasa lega, ternyata ada hikmahnya si Aryo brengsek kabur. Allah memang Maha Adil, tidak mungkin orang baik mendapatkan pasangan yang tidak baik, dan ternyata Allah mengirimkan takdir itu dengan cara yang unik. Cerita ini mengajarkan bahwa kita harus selalu sabar dalam menghadapi suatu masalah, maka Allah akan memberikan jalan keluarnya dengan mudah. sungguh indah bukan sahabat, kesabaran adalah puncak tertinggi dari semua keindahan.. menikah denganmu salah satu keputusan terbaik yang aku buat dalam hidupku yang selalu aku syukuri setiap pagi aku membuka mata menikah denganmu membawaku dalam banyak petualangan hidup yang luarbiasa berjalan dalam iman dengan mata penuh pengharapan bergandengan tangan menyatukan hati menggapai mimpi-mimpi kita bersama membangun rumah dengan kehangatan dan kemesraan bukan dengan harta benda duniawi sahabatku yang dirahmati Allah, Pengaruh buruk materialisme telah banyak menimpa orang tua. Tidak sedikit orang tua, pada zaman sekarang ini, yang selalu menitikberatkan pada kriteria banyaknya harta, keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja dalam memilih calon jodoh putera-puterinya. Masalah kufu (sederajat, sepadan) hanya diukur berdasarkan materi dan harta saja. Sementara pertimbangan agama tidak mendapat perhatian yang serius. Agama Islam sangat memperhatikan kafa-ah atau kesamaan, kesepadanan atau sederajat dalam hal per-nikahan. Dengan adanya kesamaan antara kedua suami isteri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang Islami -insya Allah- akan terwujud. Namun kafa-ah menurut Islam hanya diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlak seseorang, bukan diukur dengan status sosial, keturunan dan lain-lainnya. Allah A a wa Jalla memandang derajat seseorang sama, baik itu

orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan derajat dari keduanya melainkan derajat taqwanya. Allah A a wa Jalla berfirman: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. [Al-Hujuraat : 13] Bagi mereka yang sekufu, maka tidak ada halangan bagi keduanya untuk menikah satu sama lainnya. Wajib bagi para orang tua, pemuda dan pemudi yang masih berorientasi pada hal-hal yang sifatnya materialis dan mempertahankan adat istiadat untuk meninggalkannya dan kembali kepada Al-Qur-an dan Sunnah Nabi yang shahih, sesuai dengan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam: : .

Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang taat agamanya (ke-Islamannya), niscaya kamu akan beruntung. [2] Hadits ini menjelaskan bahwa pada umumnya seseorang menikahi wanita karena empat hal ini. Dan Nabi shallallaahu alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih yang kuat agamanya, yakni memilih yang shalihah karena wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia, agar selamat dunia dan akhirat. Namun, apabila ada seorang laki-laki yang memilih wanita yang cantik, atau memiliki harta yang melimpah, atau karena sebab lainnya, tetapi kurang agamanya, maka bolehkah laki-laki tersebut menikahinya? Para ulama membolehkannya dan pernikahannya tetap sah. Allah menjelaskan dalam firman-Nya:

Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula). Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula) [An-Nuur : 26] sangat disayangkan, kenyataan yang kita lihat banyak kepala keluarga yang melalaikan hal ini. Yang ada di benak mereka hanyalah bagaimana mencukupi kebutuhan materi keluarganya sehingga mereka tenggelam dalam perlombaan mengejar dunia, sementara kebutuhan spiritual tidak masuk dalam hitungan. Anak dan istri mereka hanya dijejali dengan harta dunia, bersenang-senang dengannya, namun bersamaan dengan itu mereka tidak mengerti tentang agama.

Paling tidak, bila seorang suami tidak bisa mengajari keluarganya, mungkin karena kesibukannya atau keterbatasan ilmunya, ia mencarikan pengajar agama untuk anak istrinya, atau mengajak istrinya ke majelis taklim, menyediakan buku-buku agama, kaset-kaset ceramah/ taklim sesuai dengan kemampuannya, dan menganjurkan keluarganya untuk membaca/ mendengarnya. mendapatkan pengajaran agama termasuk salah satu hak istri yang seharusnya ditunaikan oleh suami dan termasuk hak seorang wanita yang harus ditunaikan walinya. Namun pada prakteknya, hak ini seringkali tidak terpenuhi sebagaimana mestinya. Sehingga tepat sekali ucapan AsySyaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadii rahimahullah yang membagi manusia menjadi tiga macam dalam mengurusi wanita: Pertama: Mereka yang melepaskan wanita begitu saja sekehendaknya, membiarkannya bepergian jauh tanpa mahram, bercampur baur di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, di tempat kerja seperti kantor dan di rumah sakit. Sehingga mengakibatkan rusaknya keadaan kaum muslimin. Kedua: Mereka yang menyia-nyiakan wanita tanpa taklim (pengajaran), membiarkannya seperti binatang ternak, sehingga ia tidak tahu sedikit pun kewajiban yang Allah bebankan padanya. Wanita seperti ini akan menjatuhkan dirinya kepada fitnah dan penyelisihan terhadap perintahperintah Allah Subhaanahu wa Taaala, bahkan akan merusak keluarganya. Ketiga: Mereka yang memberikan pengajaran agama kepada wanita sesuai dengan kandungan Al Quran dan As Sunnah, karena melaksanakan perintah Allah Subhaanahu wa Taaala : Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.? (At- Tahrim: 6) Lihatlah keluarga Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah. Beliau demikian bersemangat menyebarkan ilmu di tengah keluarganya dan kerabatnya sebagaimana semangatnya menyampaikan ilmu kepada orang lain. Kesibukan beliau dalam dakwah di luar rumah dan dalam menulis ilmu tidaklah melalaikan beliau untuk memberi taklim kepada keluarganya. Dari hasil pendidikan ini lahirlah dari keluarga beliau orang-orang yang terkenal dalam ilmu khususnya ilmu hadits, seperti: saudara perempuannya Sittir Rakb bintu Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Hajar Al-Asqalani, istrinya Uns bintu Al-Qadhi Karimuddin Abdul Karim bin Abdil A i , putrinya Zain Khatun, Farhah, Fathimah, Aliyah, dan Rabi`ah. (Inayatun Nisa bil Haditsin Nabawi, hal. 126-127) Lihat pula bagaimana Said Ibnul Musayyab rahimahullah membesarkan dan mengasuh putrinya dalam buaian ilmu hingga ketika menikah suaminya mengatakan ia mendapati istrinya adalah orang yang paling hapal dengan kitabullah, paling mengilmuinya, dan paling tahu tentang hak suami. (Al-Hilyah, 2/167-168, As-Siyar, 4/233-234) Demikian pula kisah keilmuan putri Al-Imam Malik rahimahullah. Dengan bimbingan ayahnya, ia dapat menghapal Al-Muwaththa karya sang Imam. Bila ada murid Al-Imam Malik membacakan Al-Muwaththa di hadapan beliau, putrinya berdiri di belakang pintu

mendengarkan bacaan tersebut. Hingga ketika ada kekeliruan dalam bacaan ia memberi isyarat kepada ayahnya dengan mengetuk pintu. Maka ayahnya (Al-Imam Malik) pun berkata kepada si pembaca: Ulangi bacaanmu karena ada kekeliruan?. (Inayatun Nisa, hal. 121) Dan karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya/ dimintai tanggung jawab tentang apa yang dipimpinnya.? (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 893 dan Muslim no. 1829) (Nashihati lin Nisa, Ummu Abdillah Al-Wadi`iyyah, hal. 7-8) bersamamu dalam naungan ilmu yang indah Sewangi Bunga mawar yg mekar di pagi hari Sehangat sinar Mentari pukul 05.30 Sebening Mata air di pegunungan Himalaya Seputih Salju di Kutub Utara Semerdu Kicauan burung Pipit ketika bernyanyi.. Selembut dan Sesuci bayi ketika lahir Setajam Angin yang menghembus dimalam hari Semanis Senyum teman-temanku kepadaku Serumit Pembuatan Candi Borobudur Seagung orang yang mempunyai Cinta Suci kepada lawan jenisnya Setulus Cinta orangtua kepada anak-anaknya Semulia orang yang Berjihad Seindah Surga Firdaus ingin bertemu dengan manusia yang mempunyai sifat spt itu. yang wajahnya teduh oleh cahaya wudhunya, suaranya lembut karena banyak istiqfarnnya.. matanya berbinar-binar menatap masa depanya siapakah DIA ? semoga ia adalah kamu sahabat, para sahabat terbaik yang dirahmati Allah..

Ya Allah aku tunduk dan bertekuk lutut kepada-Mu Aku mengakui Kekuasaan-Mu di Ufuk barat dan Ufuk timur.!!!, teramat mudah bagi-Mu untuk menghancurkan diriku, ku serahkan jiwa dan raga ini kepada-Mu Allah.!!! tanpa perlawanan.

Yaa Allah, Yaa Rahmaan, Yaa Rahiim pemilik hidup dan matiku, sesungguhnya aku malu meminta padaMu karena sudah terlalu banyak pinta yang aku panjatkan kepadaMu Namun jika aku boleh meminta, aku mohon padaMu Yaa Allah, panjangkanlah usiaku, berikanlah aku kesempatan untuk bisa menjadi dewasa, untuk bisa membahagiakan orang-orang yang ku cintai, untuk bisa melihat mereka tersenyum, untuk bisa melihat rona bahagia di wajah mereka, dan untuk bisa menjadi teladan bagi mereka Ya Allah, jika Engkau takdirkan panjang usiaku dan panjangnya usiaku adalah yang terbaik untukku, tetapkanlah aku agar senantiasa berada di jalan lurusMu agar aku dapat menggapai keridhoanMu dengan berpegang teguh pada syariatmu, istiqomah menjalankan perintahMu, menjauhi segala laranganMu, tunduk pada ketentuanMu dan ikhlas pada setiap ketetapan dariMu Yaa Allah, jadikanlah kehidupanku sebaik-baiknya kehidupan agar tidak sia-sia sisa umurku berlalu Yaa Allah, jika telah habis waktu yang Kau berikan untukku, jadikanlah akhir hidupku akhir yang baik agar darinya aku dapat menuju kepadaMu dan terobati segala kerinduanku untuk berjumpa denganMu dan RasulMu Aamiin yaa Rabbal Alaamiin.. ya Allah, pertemukanlah kami dengan seseorang yang hatinya selalu bersandar kepadamu, yang mencintaiMu melebihi apapun, yang baik akhlaknya, dan cinta pada keluarganya.. namun sebelum kau pertemukan kami padanya, maka tuntunlah kami ya ALLAH, agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik, sebelum kelak memimpin pribadi yang baik, ajarilah kami cara memantaskan diri untuk seseorang yang mulia dihadapanmu, ya Allah hanya kepadamulah kami memohon dan kepadamulah kami berserah diri, tuntunlah kami selalu ya Allah untuk kebaikan dunia dan akherat kami bersamamu dalam naungan ilmu semoga bermanfaat.

Tak Mau Bingung Cari Uang Saat Ingin Menikah, Simak Tips Ini
Herdaru Purnomo - detikfinance Sabtu, 10/08/2013 16:24 WIB

Jakarta -Pernikahan jadi sebuah impian yang diidam-idamkan hampir semua orang. Memang menikah itu tidak mudah dan justru 'mahal'. Untuk itu, mempersiapkan dana pernikahan merupakan sebuah investasi yang harus disiapkan sedini mungkin. Dikutip dari sebuah artikel di CitiFoundation, Sabtu (10/8/2013), mempersiapkan dana pernikahan masih dianggap sebagai pengeluaran dadakan bagi masyarakat Indonesia. Sehingga ketika momen pernikahan semakin dekat maka kepanikan yang terjadi semakin besar. Bila tidak mau kepanikan tersebut mengganggu impian untuk memasuki kehidupan rumah tangga, sebaiknya persiapkanlah dana pernikahan sedini mungkin. Apapun harus dilakukan termasuk mengurangi gaya hidup dalam bersenang-senang. Khusus bagi Anda yang tidak mau tergantung pada orang-tua sebaiknya mulai mengalokasikannya minimal 3 tahun menjelang rencana pernikahan atau pada saat pertama kali menerima gaji. "Persiapan keuangan untuk menikah dalam jangka waktu cukup lama diharapkan dapat menghindari Anda terlibat utang pada keluarga ataupun bank. Jangan sampai hidup rumah-tangga yang anda baru nikmati menjadi menderita hanya karena hutang untuk acara 1-2 hari pernikahan," jelas artikel yang tertuang dalam wesbite UangAnda. Masalah finansial memang sangat sensitif untuk dibicarakan. Biasanya menuju pernikahan akan ada beberapa kendala yang harus dihadapi yang bisa membuat stress. Namun betapapun sensitifnya bersikap terbukalah kepada masing-masing pasangan agar tidak ada kesalahpahaman baik sebelum maupun sesudah pernikahan. Diskusikan dengan kepala dingin beberapa hal yang diketahui :

Mengenai penghasilan dan pengeluaran Anda dan pasangan. Sampaikanlah berapa besarnya penghasilan dan pengeluaran yang dihabiskan masing-masing setiap bulannya. Dengan demikian Anda bisa lebih mudah menyusun rencana keuangan bersama. Jujurlah bila Anda atau pasangan memiliki beban utang yang harus dibayarkan kepada pihak lain misalnya utang kartu kredit. Jelaskan rinciannya agar tidak menjadi masalah setelah menikah. Kami sangat menganjurkan Anda melunasi segala urusan utang secara pribadi agar tidak memberatkan pasangan dan kehidupan rumah tangga Anda. Kenali sifat dasar anda dan pasangan Anda dan pasangan boros atau hemat? Ini sebenarnya sudah dapat dibaca ketika masih dalam masa pacaran. Anda harus saling menjelaskan kebiasaan finansial tersebut cari solusi apa yang Anda harapkan dari gaya hidup setelah menikah nanti. Menikah bukan hanya menyatukan Anda dan pasangan tetapi juga menyatukan keluarga besar Anda dan pasangan. Hargailah orang-tua dan keluarga besar dari pasangan. Kenali keluarganya dengan baik sehingga Anda bisa menjadi bagian dari keluarga pasangan.

Hal pertama yang harus dilakukan yaitu sesuaikan konsep pernikahan Anda dengan anggaran yang dimiliki. Jangan langsungkan acara yang melebih dari kemampuan finansial Anda dan pasangan. Beberapa ide untuk menekan biaya pernikahan antara lain:

Adakanlah acara pernikahan di rumah. Selain lebih murah dan tidak memiliki batasan waktu rumah memiliki nilai emosional yang lebih personal dibandingkan gedung-gedung mewah. Minta tolong pada keluarga dan tetangga untuk bergotong royong memasak tidak usah memesan makanan ke katering. Gabungkan prosesi akad nikah atau upacara pemberkatan dengan resepsi. Dengan cara ini Anda bisa melakukan penghematan dari sisi tata rias dan catering. Kirimkan kartu undangan secara lebih selektif. Kalau perlu sebarkan kartu undangan kepada relasi Anda yang sudah pasti hadir saja. Untuk lebih menghemat biaya lagi undanglah para tamu melalui email, telepon, atau SMS. Menyewa pakaian dan perlengkapan pernikahan. Perlengkapan pribadi yang bisa disewa antara lain adalah baju pengantin berikut aksesorisnya. Ada dua manfaat besar dengan menyewa yaitu lebih murah dan terhindar dari kemubaziran. Namun jika Anda memutuskan untuk membeli gaun pengantin dan sepatu maka belilah gaun dan sepatu yang bisa dipakai lagi untuk kesempatan lain. Minta kerabat Anda untuk keperluan pernikahan. Misalnya saja untuk keperluan dokumentasi foto atau video, dekorasi, membuat undangan bahkan rias pengantin. Adakan resepsi sekali saja. Bila resepsi sudah diselenggarakan di tempat orang tua pengantin wanita maka tidak perlu lagi menyelenggarakannya di tempat pengantin pria. Lebih baik dananya digunakan untuk uang muka membeli rumah, membeli kendaraan atau keperluan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai