Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TENTANG

Puasa
Mata Kuliah : Pendidikan Fiqih MI/SD Desen Pengampu : M. Yusuf S.Ag. M.A
D
I
S
U
S
U
N
Oleh Kelompok 9
Bela wati (210201175)
Nur Fadhila (210201178)

FAKULTAS TARBIYAHDAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2023 M / 1444 H

1
KATA PENGANTAR

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW dan para
sahabatnya, yang telah memberikan teladan baik sehingga akal dan pikiran penyusun mampu
menyelesaikan Laporan Agama ini, semoga kita termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafaat
dalam menuntut ilmu. Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
baik dari segi susunan serta cara penulisan laporan ini, karenanya saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan. Semoga laporan ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan juga bermanfaat bagi penulis khususnya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puasa......................................................................................................... 3
2.2 Macam-macam Puasa................................................................................................. 4
2.2.1 Puasa Wajib...................................................................................................... 4
2.2.3 Puasa Sunnah................................................................................................ 7
2.2.3 Puasa Makruh................................................................................................... 10
2.2.4 Puasa Haram.................................................................................................... 12
2.3 Syarat-syarat Puasa............................................................................................... 13
2.4 Rukun Puasa........................................................................................................ 13
2.5 Sunat Puasa Dan Puasa Sunat............................................................................... 16
2.6 Hari-hari Yang Diharamkan Berpuasa.................................................................. 17
2.7 Hari-hari Yang Dimakruhkan Berpuasa............................................................... 17
2.8 Ketetapan Hilal..................................................................................................... 18
2.9 Hikmah Puasa....................................................................................................... 19

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 22
3.2 Saran..................................................................................................................... 23

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Konsepsi puasa dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam pengertian sempit sebagai
suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang membatalkan puasa yang dilakukan pada bulan
ramadhan. Padahal hakekat puasa yang sebenarnya adalah menahan diri untuk melakukan
perbuatan yang dilarang oleh agama. Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas
muslim terhadap umat lain yang berada pada kondisi hidup miskin. Dalam konteks ini, interaksi
sosial dapat digambarkan pada konsepsi lapar dan haus yang dampaknya akan memberikan
kemungkinan adanya tenggang rasa antar umat manusia. Pengkajian tentang hakekat puasa ini
dapat dikatakan universal dan meliputi seluruh kehidupan manusia baik kesehatan, interaksi
sosial, keagamaan, ekonomi, budaya dan sebagainya. Begitu universal dan kompleksnya makna
puasa hendaknya menjadi acuan bagi muslim dalam mengimplementasikannya pada kehidupan
sehari-hari. Dengan pengertian lain puasa dapat dijadikan pedoman hidup.

1.2 Rumusan Masalah


A. Bagaimana Pengertian puasa ?
B. Bagaimana syarat dan rukun puasa ?
C. Bagaimana Puasa Sunnah dan hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa?
D. Bagaimana Hikmah berpuasa?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Puasa


Sebelum kita mengkaji lebih jauh materi tentang puasa, terlebih dahulu kita akan mempelajari
pengertian puasa baik itu menurut bahasa arab maupun menurut istilah. Pengertian puasa (Saum)
menurut bahasa Arab artinya menahan dari segala sesuatu seperti menahan makan, minum, nafsu,
menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Sedangkan puasa menurut istilah ajaran
islam yaitu menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya, lamanya satu hari, mulai dari
terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat. Firman Allah SWT :

َ‫ب َعلَى الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬


َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫يََأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬

“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS. Al Baqarah . 183).

2.2 Macam-macam Puasa


2.2.1 Puasa wajib
Puasa wajib adalah puasa yang dilakukan untuk memenuhi kewajiban perintah allah SWT, apabila
ditinggalkan mendapat dosa. Adapun macam-macam puasa adalah sebagai berikut:
1. Puasa di bulan Ramadhan Puasa ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan
yang dilaksanakan selama 29 atau 30 hari. Puasa dimulai pada terbit fajar hingga terbenam matahari.
Puasa ramadhan ini ditetapkan sejak tahun ke-2 H. Puasa ini hukumnya wajib, yaitu apabila
dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa. Bulan Ramadhan menurut
pandangan orang-orang mukmin yang berfikir adalah merupakan bulan peribadatan yang harus
diamalkan dengan ikhlas kepada Allah SWT. Harus kita sadari bahwa Allah Maha Mengetahui segala
gerak-gerik manusia dan hati mereka .Dalam pelaksanaannya, khusus puasa Ramadhan, kita akan
menjumpai beberapa masalah yang penting dipecahkan antara lain:
•Cara penempatan waktu
Cara mengetahui puasa ini ada dua macam yaitu: hisab dan rukyat. Kemajuan teknologi belakangan
ini dirasakan semakin memudahkan proses hisab dan rukiyah tersebut. Disiplin ilmu astronomi dan
kelengkapan teknologi semacam planetarium atau teleskop atau secara khusus ilmu falaq yang
berkembang di dunia Islam, semuanya mendukung validitas penetapan waktu puasa.
Rukyat : adalah suatu cara untuk menetapkan awal awal bulan Ramadhan dengan cara melihat dengan
panca indera mata timbulnya / munculnya bulan sabit dan bila udara mendung atau cuaca buruk.
Sehingga bulan tidak bisa dilihat maka hendaknya menggunakan istikmal yaitu menyempurnakan

5
bulan sya’ban menjadi 30 hari. Di Indonesia pelaksanaan rukyat untuk penetapan puasa Ramadhan
telah dikoordinasi oleh Departemen Agama (DEPAG) RI.

Hisab : adalah suatu cara untuk menetapkan awal bulan Ramadhan dengan cara menggunakan
perhitungan secara astronomi, sehingga dapat ditentukan secara eksak letak bulan. Seperti cara rukyat
yang telah dikoordinasikan oleh pemerintah, maka cara hisab pun sama. Di Indonesia penetapan awal
dan akhir bulan Ramadhan ini dengan cara yang manapun memang telah diambil kewenangan
koordinatifnya oleh pemerintah. Adapun lembaga-lembaga keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU),
Muhammadiyah, PERSIS, Jami’at al-Khair dan sebagainya berfungsi sebagai pemberi masukan hasil
rukyat dan hisabnya dalam rangka pengambilan ketetapan awal dan akhir Ramadhan oleh pemerintah.
Firman Allah SWT surat Yunus ayat 5:

ِ َ‫ص ُل اآْل ي‬
‫ت لِقَوْ ٍم‬ ِّ ‫ك ِإاَّل بِ ْال َح‬
ِّ َ‫ق يُف‬ َ َ‫َاز َل لِتَ ْعلَ ُموْ ا َع َد َد ال َّسنِينَ َو ْال ِح َسابُّ َما َخل‬
َ ِ‫ق هللاُ َذل‬ ِ ‫ضيَا ًء َو ْالقَ َم َر نُورًا َوقَ َّد َرهُ َمن‬ َ ‫ه َُو الَّ ِذي َج َع َل ال َّش ْم‬
ِ ‫س‬
َ‫يُ ْعلَ ُمون‬

Artinya:“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak.
Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang Mengetahui”.(QS. Yunus :5)

Sabda Nabi SAW Artinya:“Dari Abu Umar ra: bahwasanya Rasulullah SAW, menceritakan bulan
Ramadhan lalu memukul kedua tangannya lalu bersabda: “Bulan adalah itu sekian dari sekian
bulan,kemudian beliau melengkungkan ibu jarinya pada perkataan yang ketiga kali (termasuk
menunjukkan bahwa bulan itu jumlahnya terdiri dari 29 hari), maka berpuasalah kamu karena melihat
bulan. Jika kamu sekalian tidak dapat melihatnya karena tertutup awan / mendukung, maka
pastikanlah bilangan itu menjadi 30 hari.(HR. Muslim).
2. Puasa Nazar (karena berjanji untuk berpuasa) Puasa nazar adalah orang yang bernazar puasa karena
menginginkan sesuatu, maka ia wajib puasa setelah yang diinginkannya itu tercapai, dan apabila
puasa nazar itu tidak dilaksanakannya maka ia berdosa dan ia dikenakan denda / kifarat. Misalnya
bernazar untuk lulus ke perguruan tinggi, maka ia wajib melaksanakan puasa nazar tersebut apabila ia
berhasil.Ibnu Majjah meriwayatkan, bahwa seorang wanita bertanya kepada Nabi Muhammad SAW.
Artinya:“Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia. Ia mempunyai nazar berpuasa sebelum dapat
memenuhinya. Rasulullah SAW menjawab: “Walinya berpuasa untuk mewakilkannya”.
3. Puasa Kifarat Puasa kifarat adalah puasa untuk menebus dosa karena melakukan hubungan suami
istri (bersetubuh) di siang hari pada bulan Ramadhan, maka denda (kafaratnya) berpuasa dua bulan
berturut-turut.

2.2.2 Puasa Sunnah


Puasa sunnah adalah puasa yang bila dikerjakan mendapat pahala dan apabila dikerjakan tidak
mendapat dosa. Adapun puasa sunnah adalah sebagai berikut:
1. Puasa enam hari pada bulan syawal Disunnahkan bagi mereka yang telah menyelesaikan puasa
Ramadhan untuk mengikutinya dengan puasa enam hari pada bulan Syawal. Pelaksanaannya tidak

6
mesti berurutan, boleh kapan saja selama masih dalam bulan Syawal, karena puasa enam hari pada
bulan Syawal ini sama dengan puasa setahun lamanya. Akan tetapi diharamkan pada tanggal 1 syawal
karena ada hari raya Idul Fitri. Dalam sebuah hadits dikatakan yang artinya: Rasulullah saw bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian diikuti dengan berpuasa enam hari
pada bulan Syawal, maka sama dengan telah berpuasa selama satu tahun" (HR. Muslim).

2. Puasa Arafah Orang yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunahkan untuk melaksanakan puasa
pada tanggal sembilan Dzulhijjah atau yang sering disebut dengan puasa Arafah. Disebut puasa
Arafah karena pada hari itu, jemaah haji sedang melakukan Wukuf di Padang Arafah. Sedangkan
untuk yang sedang melakukan ibadah Haji, sebaiknya tidak berpuasa. Nabi Muhammad SAW
bersabda: Dari Abu Qotadah al-Anshory Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam pernah ditanya mengenai puasa hari Arafah, lalu beliau menjawab: "Ia menghapus dosa-
dosa tahun lalu dan yang akan datang.: (Riwayat Muslim) Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu
bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang untuk berpuasa hari raya arafah di Arafah.
(Riwayat Imam Lima selain Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Hakim. Hadits
munkar menurut Al-'Uqaily.)
3. Puasa Senin Kamis Rasulullah saw bersabda yang Artinya dari Aisyah : Nabi Muhammad SAW
memilih waktu puasa hari senin kamis.
4. Puasa Bulan Sya’ban Dalam berbagai keterangan disebutkan bahwa Rasulullah saw berpuasa pada
bulan Sya'ban hampir semuanya. Beliau tidak berpuasa pada bulan tersebut kecuali sedikit sekali . Hal
ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini yang artinya: Siti Aisyah berkata: "Adalah
Rasulullah saw seringkali berpuasa, sehingga kami berkata: "Beliau tidak berbuka". Dan apabila
beliau berbuka, kami berkata: "Sehingga ia tidak berpuasa". Saya tidak pernah melihat Rasulullah saw
berpuasa satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan saya juga tidak pernah melihat beliau
melakukan puasa sebanyak mungkin kecuali pada bulan Sya'ban" (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Puasa As-Syura’ Puasa ini dikerjakan pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram. Hadist
Rasulullah Saw yang berbunyi: "Rasulullah saw bersabda: "Puasa Asyura itu (puasa tanggal sepuluh
Muharram), dihitung oleh Allah dapat menghapus setahun dosa yang telah lalu" (HR. Muslim).
Demikian juga sunnah hukumnya melakukan puasa pada tanggal sembilan Muharram. Hadits
Rasulullah: Ibn Abbas berkata: "Ketika Rasulullah saw berpuasa pada hari Asyura', dan beliau
memerintahkan untuk berpuasa pada hari tersebut, para sahabat berkata: "Ya Rasulullah,
sesungguhnya hari Asyura itu hari yang dimuliakan oleh orang Yahudi dan Nasrani". Rasulullah saw
menjawab: "Jika tahun depan, insya Allah saya masih ada umur, kita berpuasa bersama pada tanggal
sembilan Muharramnya". Ibn Abbas berkata: "Belum juga sampai ke tahun berikutnya, Rasulullah
saw keburu meninggal terlebih dahulu" (HR. Muslim).

2.2.3 Puasa Makruh


1. Berpuasa pada hari jum’at Berpuasa hanya pada hari Jum'at saja termasuk puasa yang makruh
hukumnya, kecuali apabila ia berpuasa sebelum atau setelahnya, atau ia berpuasa Daud lalu jatuh pas
hari Jumat, atau juga pas puasa Sunnah seperti tanggal sembilan Dzulhijjah itu, jatuhnya pada hari
Jum'at. Untuk yang disebutkan di akhir ini, puasa boleh dilakukan, karena bukan dengan sengaja
hanya berpuasa pada hari Jum'at. Dalil larangan hanya berpuasa pada hari Jum'at saja adalah: Artinya:
Rasulullah saw bersabda: "Seseorang tidak boleh berpuasa hanya pada hari Jum'at, kecuali ia berpuasa
sebelum atau sesudahnya" (HR. Bukhari Muslim).

7
2. Puasa setahun penuh (puasa dahr) Puasa dahr adalah puasa yang dilakukan setahun penuh.
Meskipun orang tersebut kuat untuk melakukannya, namun para ulama memakruhkan puasa seperti
itu. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini: Artinya: Umar bertanya: "Ya Rasulullah,
bagaimana dengan orang yang berpuasa satu tahun penuh?" Rasulullah saw menjawab: "Ia dipandang
tidak berpuasa juga tidak berbuka" (HR. Muslim).
3. Puasa Wishal Puasa wishal adalah puasa yang tidak memakai sahur juga tidak ada bukanya,
misalnya ia puasa satu hari satu malam, atau tiga hari tiga malam. Puasa ini diperbolehkan untuk
Rasulullah saw dan Rasulullah saw biasa melakukannya, namun dimakruhkan untuk umatnya. Hal ini
berdasarkan hadits berikut:Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Janganlah kalian berpuasa wishal"
beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, anda sendiri
melakukan puasa wishal?" Rasulullah saw bersabda kembali: "Kalian tidak seperti saya. Kalau saya
tidur, Allah memberi saya makan dan minum. Oleh karena itu, perbanyaklah dan giatlah bekerja
sekemampuan kalian" (HR. Bukhari Muslim).

2.2.4 Puasa Haram


Maksudnya ialah seluruh umat islam memang diharamkan puasa pada saat itu, jika kita berpuasa
maka kita akan mendapatkan dosa, dan jika kita tidak berpuasa maka sebaliknya yaitu mendapatkan
pahala. Allah telah menentukan hukum agama telah mengharamkan puasa dalam beberapa keadaan,
diantaranya ialah :
1. Puasa pada tanggal 1 syawal dan 10 Dzulhijjah Artinya: "Rasulullah saw melarang puasa pada dua
hari: Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha" (HR.Bukhari Muslim).
2. Puasa Hari Tasyrik tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah
Para ulama juga telah sepakat bahwa puasa pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah)
diharamkan. Hanya saja, bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji dan tidak mendapatkan
hadyu (hewan sembelihan untuk membayar dam), diperbolehkan untuk berpuasa pada ketiga hari
tasyrik tersebut. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini: Artinya: Siti Aisyah dan Ibn
Umar berkata: "Tidak diperbolehkan berpuasa pada hari-hari Tasyrik, kecuali bagi yang tidak
mendapatkan hadyu (hewan sembelihan)" (HR. Bukhari).
3. Puasa pada hari yang diragukan (hari syak/hari ragu) Apabila seseorang melakukan puasa sebelum
bulan Ramadhan satu atau dua hari dengan maksud untuk hati-hati takut Ramadhan terjadi pada hari
itu, maka puasa demikian disebut dengan puasa ragu-ragu dan para ulama sepakat bahwa hukumnya
haram. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw:Artinya: Rasulullah saw bersabda:
"Seseorang tidak boleh mendahului Ramadhan dengan jalan berpuasa satu atau dua hari kecuali bagi
seseorang yang sudah biasa berpuasa, maka ia boleh berpuasa pada hari tersebut" (HR. Bukhari
Muslim).

2.3 Syarat-syarat puasa Syarat Wajib Puasa :


1. Beragama islam
2. Baligh dan berakal
3. Suci dari haid dan nifas (ini tertentu bagi wanita) 4. Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya
tidak sakit dan bukan yang sudah tua

8
2.4 Rukun Puasa
Rukun puasa ada tiga, dua diantaranya telah disepakati, yaitu waktu dan menahan diri (imsak) dari
perkara yang membatalkan, sedangkan rukun satu lainnya masih diperselisihkan yaitu niat.
1. Waktu Waktu dibagi menjadi dua, yaitu waktu wajibnya puasa yakni bulan Ramadhan, dan Waktu
menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa yaitu waktu-waktu siang hari bulan
ramadhan. Bukan waktu-waktu malamnya.
2. Menahan diri dari perkara yang membatalkan Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai
dari terbit fajar shidiq hingga terbenam matahari. -

Hal-Hal yang membatalkan puasa


1. Memasukkan sesuatu kedalam lubang rongga badan dengan sengaja.
2. Muntah dengan sengaja.
3. Haid dan Nifas.
4. Jima’ pada siang hari dengan sengaja.
5. Gila walau sebentar.
6. Mabuk atau pingsan sepanjang hari.
7. . Murtad. Disamping itu, ada keringanan yang diberikan oleh islam kepada umat muslim untuk
tidak berpuasa, yakni mencakup dua golongan : - Boleh meninggalkan puasa tetapi wajib mengqadha
Yang termasuk dalam golongan ini yaitu :
a. Orang yang sedang sakit dan sakitnya akan memberikan mudharat baginya apabila mengerjakan
puasa.
b. Orang yang bepergian jauh atau musafir sedikitnya sejauh 81 KM.
c. Orang yang hamil dan dikhawatirkan akan mudharat baginya dan kandungannya.
d. Orang yang sedang menyusui anak yang dapat mengkhawatirkan/memudharatkan baginya dan
anaknya.
e. Orang yang sedang haid, melahirkan atau nifas. f. Orang-orang yang tidak wajib qadha namun
wajib membayar fidyah
g. Orang yang sakit dan tidak ada harapan untuk sembuh.
h. Orang yang lemah karena sudah tua. Yaitu memberi makanan kepada fakir miskin sebanyak hari
yang telah ditinggalkan puasanya, satu hari satu mud (576 Gram) berupa makanan pokok.

3. Niat
Niat, yaitu menyengaja puasa ramadhan setelah terbenam matahari hingga sebelum fajar shadiq.
Artinya pada malam harinya dalam hati telah tergetar (berniat) bahwa besok harinya akan
mengerjakan puasa ramadhan.

9
2.5 Sunat puasa dan puasa sunat Sunat Puasa :
1. Makan sahur meski sedikit.
2. Mengakhirkan makan sahur.
3. Menyegerakan berbuka.
4. Membaca doa ketika berbuka puasa.
5. Menjauhi dari ucapan yang tidak senonoh.
6. Memperbanyak amal kebajikan.
7. Memperbanyak I’tikaf di masjid.

Puasa Sunat :
Puasa sunnah (nafal) adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila
tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnah itu antara lain :
1. Puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah/ selain mereka yang berhaji)
2. Puasa 6 hari dalam bulan syawal
3. Puasa tanggal 13,14, dan 15 pada tiap-tiap bulan Qamariah
4. Puasa hari senin dan kamis
5. Puasa pada bulan Dzulhijjah, Dzulqaidah, Rajab, Sya’ban dan 10 Muharram
6. puasa nabi Daud As.

2.6 Hari-hari yang diharamkan berpuasa


1. Hari raya Idul Fitri yaitu satu syawal dan Hari Raya Idul Adha yaitu 10 dzulhijjah. Dari Abu Sa'id
Al-Khudri bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang shaum pada dua hari, yakni hari
raya Fitri dan hari raya Kurban. Muttafaq Alaihi

2. Berpuasa pada hari-hari tasyrik yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Dari Nubaitsah al-Hudzali
Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hari-hari tasyrik
adalah hari-hari untuk makan dan minum serta berdzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla." Riwayat
Muslim.

2.7 Hari-hari yang dimakruhkan berpuasa


Hari jum’at, kecuali telah berpuasa sejak hari sebelumnya. Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu
bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah sekali-kali seseorang di antara
kamu shaum pada hari Jum'at, kecuali ia shaum sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya." Muttafaq
Alaihi.

10
2.9 Hikmah Puasa Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :
1. Bertakwa dan menghambakan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, takwa adalah meninggalkan
keharaman, istilah itu secara mutlak mengandung makna mengerjakan perintah, meninggalkan
larangan , Firman Allah SWT: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”(QS. Al-
Baqarah: 183).
2. Puasa adalah serupa dengan revolusi jiwa untuk merombak cara dan kebiasaan yang diinginkan
oleh manusia itu, sehingga mereka berbakti pada keinginannya dan nafasnya itu berkuasa padanya. 3.
Puasa menunjukkan pentingnya seseorang merasakan pedihnya lapar maupun tidak dibolehkan
mengerjakan sesuatu. Sehingga tertimpa pada dirinya dengan suatu kemiskinan atau hajatnya tidak
terlaksana. Dengan sendirinya lalu bisa merasakan keadaan orang lain, bahkan berusaha untuk
membantu mereka yang berkepentingan dalam hidup ini.
4. Puasa dapat menyehatkan tubuh kita, manfaat puasa bagi kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Puasa membersihkan tubuh dari sisa metabolisme. Saat berpuasa tubuh akan menggunakan zat-zat
makanan yang tersimpan. Bagian pertama tubuh yang mengalami perbaikan adalah jaringan yang
sedang lemah atau sakit.
b. Melindungi tubuh dari penyakit gula. Kadar gula darah cenderung turun saat seseorang berpuasa.
Hal ini memberi kesempatan pada kelenjar pankreas untuk istirahat. Seperti Anda ketahui, fungsi
kelenjar ini adalah menghasilkan hormon insulin.
c. Menyehatkan sistem pencernaan. Di waktu puasa, lambung dan sistem pencernaan akan istirahat
selama lebih kurang 12 sampai 14 jam, selama lebih kurang satu bulan. Jangka waktu ini cukup
mengurangi beban kerja lambung untuk memproses makanan yang bertumpuk dan berlebihan.Puasa
mengurangi berat badan berlebih. Puasa dapat menghilangkan lemak dan kegemukan, secara ilmiah
diketahui bahwa lapar tidak disebabkan oleh kekosongan perut. Tetapi juga disebabkan oleh
penurunan kadar gula dalam darah.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan menurut syara’ (ajaran
agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga
terbenam matahari karena Allah SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat tertentu. Adapun
hikmah dari berpuasa yaitu :

 Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena sama-sama memberikan


rasa lapar dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya. b. Menumbuhkan rasa
perikemanusian dan suka member, serta peduli terhadap orang-orang yang tak mampu.
 Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan, karna dalam berpuasa
harus meninggalkan godaan yang dapat membatalkan puasa.
 Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karena dapat mengetahui apakah seseorang
melakukan puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
 Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama berpuasa seseorang
tidak diperbolehkan saling bertengkar.
 Menanamkan sikap jujur dan disiplin.
 Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga mudah menjalankan
kebaikan dan meninggalkan keburukan.
 Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.
 Menjaga kesehatan jasmani.

3.2 Saran
Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini dan senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini lebih bermanfaat dan lebih baik
kualitasnya di masa mendatang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ringkasan fikih puasa,0 Yulian Purnama, Yogyakarta, Sya'ban 1440H


kangaswad.wordpress.com Mausu’ah Fiqhiyyah Duraris Saniyyah, bab puasa,yaitu sebuah
ensiklopedi fikih yang disusun dibawah bimbingan Syaikh Alwi bin Abdil Qadir As Segaf, yang bisa
diakses di alamat: http://www.dorar.net/enc/feqhia/1690,

13

Anda mungkin juga menyukai