Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ PUASA DAN ZAKAT ”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ibadah dan Muamalah


Dosen Pengampu : Miftah Mukarrom

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Diandra Agung Prasetyo (231010061)
2. Natasya Martalita (231010441)

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat-Nya, makalah dengan judul
"Puasa dan Zakat" dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk
memahami lebih dalam mengenai dua rukun Islam yang sangat fundamental yaitu puasa dan
zakat.
Puasa yang dilaksanakan setiap bulan Ramadhan bukan hanya merupakan ibadah
menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkannya saja melainkan juga
memiliki filosofi yang mendalam mengenai kesabaran, refleksi diri, dan solidaritas sosial. Di
sisi lain, zakat sebagai salah satu bentuk ibadah sosial mengajarkan kita tentang pentingnya
berbagi, meratakan ekonomi, serta mengedepankan rasa keadilan sosial.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
keterbatasan baik dari segi penulisan, analisis, maupun interpretasi. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat diharapkan guna kesempurnaan
makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian dalam memahami
konsep puasa dan zakat dalam Islam serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pekanbaru, 1 Oktober 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Puasa .............................................................................................................. 2
2.2 Hukum Puasa ................................................................................................................... 2
2.3 Orang yang Wajib Puasa .................................................................................................. 2
2.3 Syarat-Syarat Puasa dan Zakat......................................................................................... 3
2.4 Macam-Macam Puasa ...................................................................................................... 4
2.5 Tujuan dan Fungsi Puasa ................................................................................................. 5
2.6 Hikmah Puasa .................................................................................................................. 5
2.7 Pengertian Zakat .............................................................................................................. 6
2.8 Hukum Zakat ................................................................................................................... 6
2.9 Syarat Kekayaan yang Wajib Dizakati ............................................................................ 7
2.10 Macam-Macam Zakat .................................................................................................... 7
2.11 Macam – Macam Zakat Mal .......................................................................................... 8
2.12 Contoh Cara Perhitungan Zakat Mal ............................................................................. 9
2.13 Hikmah Zakat............................................................................................................... 10
BAB III.................................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................................... 11
3.1 Simpulan ........................................................................................................................ 11
3.2 Saran .............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kewajiban puasa dan zakat merupakan dua dari lima rukun Islam yang dikenal sebagai
pilar dasar ajaran Islam. Keduanya bukan hanya sekadar ibadah ritual tetapi mencerminkan
kedalaman nilai-nilai spiritual, sosial, dan ekonomi dalam Islam. Puasa khususnya yang
dilakukan pada bulan Ramadhan tidak hanya menjadi bentuk latihan disiplin diri namun juga
menjadi momen refleksi dan empati terhadap sesama. Di sisi lain, zakat berfungsi sebagai
instrumen redistribusi kekayaan dan peningkatan kesejahteraan sosial yang sekaligus
mengajarkan umat Islam tentang pentingnya berbagi dan keadilan sosial.
Seiring dengan pertumbuhan globalisasi dan perubahan sosial ekonomi pemahaman
tentang puasa dan zakat tetap relevan dan penting untuk diterapkan. Namun tidak jarang
muncul interpretasi dan pelaksanaan yang beragam di masyarakat. Oleh karena itu, melalui
makalah ini kami bermaksud menyajikan pemahaman mendalam tentang esensi, fungsi, dan
manfaat puasa dan zakat, serta bagaimana kedua ibadah ini dapat diterapkan dengan baik dan
benar dalam konteks kehidupan modern saat ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa esensi dan tujuan utama dari ibadah puasa dan zakat dalam ajaran Islam?
2. Bagaimana tata cara pelaksanaan puasa dan zakat sesuai dengan syariat Islam?
3. Apa saja manfaat spiritual, sosial, dan ekonomi dari pelaksanaan puasa dan zakat bagi
individu dan masyarakat?

1.3 Tujuan
1. Memahami dengan mendalam konsep dan hikmah di balik ibadah puasa dan zakat
dalam Islam.
2. Menjelaskan tata cara pelaksanaan puasa dan zakat sesuai dengan syariat Islam serta
dasar-dasar Al-Qur'an dan Hadits yang mengatur kedua ibadah tersebut.
3. Mengkaji manfaat spiritual, sosial, dan ekonomi dari pelaksanaan puasa dan zakat bagi
individu dan komunitas.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puasa
A. Puasa
1. Etimologi:
Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan "ṣawm" atau "ṣiyām". Secara etimologi (dari
segi bahasa) kata "ṣawm" atau "ṣiyām" berarti menahan atau menahan diri.
2. Terminologi:
Dalam konteks agama Islam, puasa (ṣiyām) secara terminologi merujuk pada ibadah
menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa dari terbit
fajar (sebelum waktu Shalat Subuh) hingga matahari terbenam (waktu Shalat Maghrib),
dengan niat khusus mendekatkan diri kepada Allah.1

2.2 Hukum Puasa


Berpuasa hukumnya wajib berdasarkan pada Al-Quran

َ‫ک َۡم لَ َعلَّ ُك َۡم تَتَّقُ ۡو َۙنَ ۡن‬


ُ ‫علَى الَّذ ِۡينََ َِم َق ۡب ِل‬ ََ ِ‫الصيَا َُم َک َما ُكت‬
َ ‫ب‬ ِ ‫کم‬ُ ‫ع َل ۡي‬ ََ ‫يٰٓـاَيُّ َها الَّذ ِۡينََ ا َمنُ ۡوا ُك ِت‬
َ ‫ب‬

“Haiَ orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orangَsebelumَkamuَagarَkamuَbertakwa”. (Q.S Al-Baqarah 2: 183)

2.3 Orang yang Wajib Puasa


Dalam kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, Syaikh Wahbah Al-Zuhaili menyebutkan lima
syarat orang wajib puasa Ramadan, yaitu :
1. Orang Islam.
Perintah puasa Ramadan hanya tertuju pada orang-orang Islam sementara orang-orang
yang beragama selain Islam tidak terkena aturan wajib melaksanakan puasa Ramadan.
2. Orang yang sudah baligh.
Karena itu, anak kecil meskipun beragama Islam tidak wajib melakukan puasa
Ramadan karena ia masih belum baligh. Dalam kitab-kitab fikih, baligh biasanya
diartikan sebagai batasan seseorang mulai dibebani kewajiban-kewajiban syariat,
seperti salat, puasa dan lainnya.

1
Q.S. al-Baqarah: 183

2
Secara umum, batasan baligh bagi laki-laki adalah jika sudah mengalami mimpi basah.
Sedangkan bagi perempuan adalah jika ia telah mengeluarkan darah haid. Namun, jika
laki-laki dan perempuan tersebut belum mengalami mimpi basah atau haid, maka batas
balighnya adalah umur lima belas tahun.
3. Orang yang berakal.
Karena itu, orang yang tidak memiliki akal dan kesadaran penuh, seperti orang gila,
orang mabuk dna orang ayan selama seharian penuh tidak wajib melakukan puasa
Ramadan. Hanya saja orang mabuk dan orang ayan tidak wajib puasa Ramadhan namun
mereka memiliki kewajiban mengqada puasa yang ditinggalkan selama mereka
mengalami ayan dan mabuk.
4. Orang yang menetap atau ikamah.
Orang yang menetap atau tidak sedang berpergian dengan jarak bisa qasar salat dia
wajib puasa Ramadhan. Sebaliknya, orang yang berpergian dengan jarak sampai bisa
qasar salat, maka dia tidak wajib puasa Ramadhan. Sebaliknya orang yang berpergian
dengan jarak sampai bisa qasar salat, maka dia tidak wajib puasa Ramadhan.
Meski orang yang sedang berpergian tidak wajib puasa namun jika dia berpuasa maka
puasanya dinilai sah. Sebaliknya, jika dia tidak berpuasa maka dia tidak berdosa hanya
saja dia wajib mengqadha puasa yang ditinggalkannya.
5. Orang yang mampu berpuasa atau sehat.
Orang yang sehat dan mampu diwajibkan puasa Ramadhan. Sedangkan orang yang
sakit dan tidak mampu berpuasa tidak wajib berpuasa. Orang yang sakit atau tidak
mampu karena sudah tua, mereka tidak wajib puasa namun mereka wajib mengqadanya
atau membayar fidiah.

2.3 Syarat-Syarat Puasa


A. Syarat Puasa
1. Beragama islam, seruan wajib untuk berpuasa bagi umat Islam adalah
menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Sebagaimana disebutkan
dalam Al Quran, bahwa seruan untuk berpuasa ditujukan kepada orang-orang
yang beriman.
2. Baligh dan berakal, mereka yang belum sampai usia baligh seperti anak kecil
tidak ada kewajiban untuk berpuasa Ramadhan.
3. Mampu (sehat), orang yang berpuasa harus dalam keadaan mampu untuk
melaksanakannya..
3
4. Tidak dalam perjalanan, orang yang sedang dalam perjalanan jauh boleh
meninggalkan puasa tapi wajib baginya untuk mengganti di lain hari sejumlah
puasa yang ditinggalkan.
5. Suci dari haid dan nifas, wanita yang sedang haid dan nifas tidak diwajibkan
untuk berpuasa.

2.4 Macam-Macam Puasa


1. Macam-Macam Puasa
• Puasa Wajib, artinya ialah puasa yang wajib dilaksanakan oleh orang yang
sudah baligh. Macam-macam dari puasa wajib adalah :
a. Puasa Ramadhan, hukum melaksanakan puasa Ramadhan adalah fardhu
ain. Berikut adalah niat puasa Ramadhan :
‫ِلِ ت َ َعالَى‬
َ ِ ‫سنَ َِة‬
َّ ‫ان ه ِذ َِه ال‬
َِ ‫ض‬
َ ‫ش ْه َِر َر َم‬
َ ‫ض‬ َِ َ‫ن أَد‬
َ ِ ‫اء فَ ْر‬ َْ ‫ع‬
َ َ‫ص ْو ََم غَد‬
َ َُ‫نَ َويْت‬
Artinyaَ“Aku berniat puasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan
ramadhanَtahunَiniَkarenaَAllahَTa’ala”
b. Puasa Nazar, puasa yang dilaksanakan karena telah berjanji dalam
kebaikan untuk melakukan puasa jika keinginannya tercapai. Nazar
yang harus dilaksanakan ialah nazar yang berupa perilaku baik.
c. Puasa Kifarat, puasa yang harus dilakukan apabila seseorang melanggar
suatu aturan yang telah ditentukan, salah satunya adalah berhubungan
suami istri di siang hari pada bulan Ramadan, maka harus melakukan
puasa dua bulan secara berturut-turut.

• Puasa Sunnah, sesuatu hal jika dilakukan oleh orang yang sudah baligh maka
akan mendapatkan pahala, tetapi jika tidak mengerjakannya maka tidak akan
mendapat dosa. Macam-macam dari puasa sunah yaitu :
a. Puasa Senin Kamis, ialah puasa yang dilaksanakan setiap hari Senin dan
Kamis. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda, "Dari Aisyah ra
berkata, bahwasanya Nabi SAW selalu memilih puasa hari senin dan
hari kamis." (HR. At-Tirmidzi).2

2
HR. At-Tirmidzi

4
b. Puasa Arafah, puasa yang dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijah atau
saat orang yang melaksanakan ibadah haji sedang wukuf di padang
Arafah.
c. Puasa Asyura, puasa yang dilaksanakan pada bulan Asyura.
d. Puasa Syawal, puasa enam hari setelah tanggal 1 Syawal.
e. Puasa Daud, selang seling

2.5 Tujuan dan Fungsi Puasa


Tujuan Puasa:
1. Mencapai Takwa: salah satu tujuan utama puasa adalah untuk membentuk jiwa yang
bertaqwa, yaitu jiwa yang senantiasa ingat kepada Allah dan menjauhi segala larangan-
Nya.
2. Pendidikan Jiwa: puasa bertujuan untuk mendidik jiwa agar memiliki kesabaran, kekuatan,
kedisiplinan, dan ketahanan dalam menghadapi berbagai godaan.
3. Meningkatkan Empati: dengan merasakan lapar dan haus, tujuan puasa adalah untuk
meningkatkan rasa empati terhadap sesama, khususnya mereka yang kurang beruntung.

Fungsi Puasa:
1. Pembersihan Diri: puasa berfungsi sebagai proses detoksifikasi rohani dan jasmani,
membersihkan diri dari dosa dan kesalahan serta memberikan kesegaran bagi tubuh.
2. Mengendalikan Nafsu: puasa memiliki fungsi untuk mengontrol dan mengendalikan nafsu,
sehingga seseorang dapat menjalankan kehidupan dengan lebih terkendali.
3. Pembentukan Solidaritas Sosial: puasa, khususnya di bulan Ramadhan memiliki fungsi
sosial dimana umat Islam di seluruh dunia berpuasa bersama-sama, memperkuat rasa
persaudaraan dan solidaritas.

2.6 Hikmah Puasa


1. Kesadaran Spiritual: puasa meningkatkan kesadaran spiritual dan mendekatkan seseorang
kepada penciptanya, memberikan kesempatan untuk merenung dan berintrospeksi.
2. Pendidikan Empati: melalui rasa lapar dan haus, seseorang menjadi lebih empatik terhadap
penderitaan orang lain, khususnya mereka yang kurang mampu.

5
3. Manfaat Kesehatan: dari sisi medis, puasa membantu mendetoksifikasi tubuh,
meningkatkan keseimbangan hormon, dan meremajakan sistem pencernaan.3
4. Penguatan Kebersamaan: khususnya Ramadhan memperkuat ikatan kekeluargaan dan
kebersamaan melalui ibadah bersama seperti tarawih dan buka puasa bersama.

2.7 Pengertian Zakat


1. Etimologi
Dari segi etimologi (asal kata), kata "zakat" dalam bahasa Arab berasal dari kata "‫( "زكى‬zaka)
yang memiliki beberapa makna, di antaranya:
• Tumbuh dan berkembang
• Berkah
• Kebersihan, kemurnian
Dengan demikian, zakat secara etimologi mengandung arti meningkatkan pertumbuhan,
memberikan keberkahan, serta membersihkan dan memurnikan harta seseorang.4
2. Terminologi
Dari segi terminologi (dalam konteks syariah Islam), zakat didefinisikan sebagai sejumlah
harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang Muslim yang memenuhi syarat-syarat tertentu untuk
diberikan kepada pihak yang berhak menerimanya, sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam syariah.5

2.8 Hukum Zakat


Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang penting dan memiliki dasar hukum yang jelas
dalam Al-Qur'an.

ََ‫الر ِك ِع ۡين‬ َّ ‫صلو َة َ َواتُوا‬


ّٰ ‫الزكو َة َ َو ۡار َكعُ ۡوا َم ََع‬ َّ ‫َواَقِ ۡي ُموا ال‬
"Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk."
(Q.S. Al-Baqarah: 43).6

3
Alirezaei, Mehrdad, et al. "Short-term fasting induces profound neuronal autophagy." Autophagy 6.6 (2010):
702-710.
4
Al-Qardhawi, Yusuf. “Fiqh Az-Zakat”. Dar al-Taqwa. London. 1999.
5
Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyyah. Kuwait: Wazarat al-Awqaf wa al-Shu'un al-Islamiyyah. 1985.
6
Q.S. Al-Baqarah: 43

6
2.9 Syarat Kekayaan yang Wajib Dizakati
1. Milik Penuh (Tamlik)
Kekayaan tersebut harus sepenuhnya menjadi milik seseorang dan tidak ada ikatan atau hak
orang lain di atasnya.
2. Bersih dari Hutang (Qaabil al-Tammu)
Harta yang wajib dizakati adalah harta yang bersih dari kewajiban atau hutang
3. Mencapai Nisab
Nisab adalah batas minimum jumlah harta yang wajib dizakati. Nisab untuk emas adalah 85
gram dan untuk perak adalah 595 gram. Sedangkan untuk jenis kekayaan lain seperti ternak
atau perdagangan, nisabnya berbeda-beda.
4. Melewati Satu Tahun (Hawl)
Harta yang wajib dizakati harus telah dimiliki selama satu tahun hijriyah (lunar). Namun, ada
beberapa jenis kekayaan seperti hasil pertanian, buah-buahan, dan tambang yang tidak
memerlukan hawl.
5. Pertumbuhan (Nama')
Harta yang wajib dizakati adalah harta yang memiliki potensi untuk tumbuh atau berkembang,
seperti hewan ternak atau investasi.
6. Melebihi Kebutuhan Pokok
Harta yang wajib dizakati adalah harta yang melebihi kebutuhan pokok pemiliknya.

2.10 Macam-Macam Zakat


1. Zakat Fitrah:
Zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan oleh setiap Muslim yang mampu, pada akhir bulan
Ramadhan menjelang hari raya Idul Fitri. Zakat ini merupakan bentuk rasa syukur kepada
Allah atas nikmat puasa Ramadhan.
Jumlahnya:
Zakat fitrah umumnya diukur berdasarkan satu sak (kurang lebih 2,5 kg atau 2,7 liter) dari
makanan pokok setempat, seperti beras atau kurma.7
Penerima:
Zakat fitrah diberikan kepada fakir miskin, agar mereka juga dapat merayakan hari raya dengan
gembira.

7
Q.S Al-Baqarah: 267-273.

7
2. Zakat Mal:
Zakat mal adalah zakat yang dikenakan pada harta atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang
atau badan hukum, asalkan telah mencapai nisab (batas minimum) dan hawl (periode
kepemilikan selama satu tahun hijriyah).8
Jumlahnya:
Zakat mal dikenakan sebesar 2,5% dari total harta yang telah mencapai nisab.
Penerima:
Ada delapan golongan yang berhak menerima zakat mal, seperti disebutkan dalam Al-Qur'an
(Surat At-Tawbah, ayat 60), di antaranya adalah fakir, miskin, amil zakat (orang yang
ditugaskan mengumpulkan dan mendistribusikan zakat), muallaf (orang yang baru masuk
Islam), hamba sahaya yang ingin membebaskan diri, orang yang berhutang, dan sebagainya. 9

2.11 Macam – Macam Zakat Mal


a. Binatang ternak dengan syarat:
1. Sampai nishab yaitu mencapai jumlah minimal. Untuk unta 5 ekor zakatnya 40 ekor
kambing atau domba dst.
2. Telah dimiliki satu tahun.
3. Digembalakan (sengaja dipelihara atau diurus sepanjang tahun) dengan memperoleh
susu, daging dan hasil perkembangbiakan
b. Hasil PertanianMengenai zakat hasil pertanian adalah 10 % bagi yang dialiri dengan air
hujan dan 5 % bagi yang dialiri dengan menggunakan tenaga manusia dan irigasidengan
menggunakan kincir dan lain-lain.
c. Hasil Tambang dan Kekayaan Laut
Hasilَ tambangَ (ma’din)َ yaituَ suatuَ bendaَ yangَ terdapatَ dalamَ perutَ bumiَ (selainَ air)َ danَ
memiliki nilai ekonomis.
1)َMa’dinَdapat dibagi menjadi empat bagian: benda padat yang dapat dibentuk (dicairkan dan
diolah) seperti emas, perak, alumunium, timah, tembaga, besi, dan lain-lain.
2) Benda padat yang tidak dapat dibentuk seperti kapur, zionit, marmer, giok, zamrud, batu
bara, dan lain-lain.
3) Benda cair seperti minyak.
4) Kekayaan laut yang dapat diekploitasi seperti mutiara, ambar, marjan dan lain-lain.

8
Q.S At-Tawbah: 103.
9
Q.S At-Tawbah: 60

8
d. Hasil Perniagaan
Hasil perniagaan adalah semua yang dapat diperjual-belikan baik berupa barang seperti alat-
alat, pakaian, makanan, perhiasan, dan lain-lain. Diusahakan oleh perorangan maupun oleh
usaha perserikatan seperti CV, Firma, Koperasi, Yayasan, PT dan sebagainya.
e. Rikaz
Rikaz adalah harta terpendam dari zaman purbakala atau biasa disebut harta karun termasuk di
dalamnya barang (harta) yang ditemukan dan tidak ada pemiliknya (luqathah).
f. Emas dan Perak/ Simpanan
Emas dan perak merupakan logam mulia yang memiliki dua fungsi selain merupakan tambang
elok sehingga sering dijadikan perhiasan, emas, dan perak juga dijadikan mata uang yang
berlaku dari waktu ke waktu. Syariat Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang
potensial hidup atau berkembang. Oleh karena itu, syariat mewajibkan zakat atas keduanya
baik berupa uang, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang lain dari barang antik.
g. Unta
Nisab zakat unta 5-9 ekor: 1 ekor kambing atau domba berumur 2 tahun atau lebih, 10-14 ekor:
2 ekor kambing atau domba, 15-19 ekor: 3 ekor kambing atau domba, 20-25 ekor: 4 ekor
kambing atau domba, 25-35 ekor: 1 ekor unta betina umur 1 tahun masuk tahun ke-2, 36-45
ekor: 1 ekor unta betina umur 2 tahun masuk tahun ke-3, 46-60 ekor: 1 ekor unta betina umur
3 tahun masuk tahun ke-4, 61-75 ekor: 1 ekor unta betina umur 4 tahun masuk tahun ke-5, 76-
90 ekor: 2 ekor unta betina umur 2 tahun masuk tahun ke-3, 91-120 ekor: 2 ekor unta betina
umur 3 tahun masuk tahun ke-4. Dengan catatan, setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya
bertambah 1 ekor bintu labun (1 ekor unta betina umur 3 tahun, dan 50 ekor, zakatnya
bertambah 1 ekor: hiqqah atau unta betina umur 4 tahun).

2.12 Contoh Cara Perhitungan Zakat Mal


Contoh yang dianggap penting dan sering dipakai dalam masyarakat luas adalah zakat hasil
pertanian. Contoh perhitungan zakat pertanian dari soal berikut:
Pak Mulyadi seorang petani yang memiliki sawah tadah hujan yang ditanami padi. Untuk
mengolah sawah sampai panen, diperlukan insektisida dan pupuk seharga Rp.1.000.000,00.
Ketika panen hasilnya mencapai 10 ton beras, dengan harga perkilogramnya Rp. 2.500,00.
Maka berapakah zakat yang harus dikeluarkan Pak Mulyadi?
Cara perhitungannya:
Hasil panen (bruto) 10 ton beras = 10.000 kg
9
Saprotan = 1.000.000, 00 = 400 kg
Neto = 9.600 kg
Maka besar zakat yang harus dikeluarkan adalah 10 % x 9.600 kg = 960 kg. Jika
airnya menggunakan sistem irigasi, maka besar zakatnya 5 % x 9.600 kg = 480 kg.

2.13 Hikmah Zakat


1. Membantu yang miskin dan memenuhi kebutuhan sosial komunitas
2. Mengedarkan kekayaan dan memastikan adanya keadilan sosial
3. Menghapuskan Sifat Kikir dan Tamak Zakat membantu mengeliminasi sifat kikir dan
membiasakan seseorang untuk berderma. Hal ini mengajarkan hati untuk tidak terikat
kuat dengan harta dan materi.
4. Pemerataan Kekayaan Zakat memastikan redistribusi kekayaan di masyarakat. Dengan
demikian, jurang antara yang kaya dan yang miskin dapat diperkecil, dan setiap
individu mendapatkan hak yang adil dari kekayaan masyarakat.
5. Menghilangkan Kemiskinan Dengan diberikannya zakat kepada golongan yang berhak
menerimanya, kemiskinan bisa diminimalkan dan kebutuhan dasar masyarakat yang
kurang mampu dapat terpenuhi.
6. Membangun Solidaritas dan Kebersamaan Zakat mempererat tali persaudaraan antar
umat manusia. Orang kaya merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan orang miskin,
dan orang miskin merasa dihargai dan diperhatikan.

Dengan demikian, zakat adalah sarana redistribusi kekayaan dalam masyarakat yang mencegah
akumulasi kekayaan di tangan segelintir individu dan memastikan bahwa setiap individu
memiliki akses ke kebutuhan dasar mereka.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Puasa adalah menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa
membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahri dengan syarat-syarat
tertentu untuk meningkatkan ketaqwaan seorang muslim. Dan perintah puasa difirmankan oleh
Allah pada Al-Qur’anَsuratَal-Baqarah ayat 183.
Sedangkan zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan
sebagainya). Hukum menjalankan ibadah dari kedua nya bersifat wajib, puasa dan zakat
merupakan dua pilar penting dalam Islam yang tidak hanya mendukung pertumbuhan spiritual
individu, tetapi juga mendukung kesejahteraan komunitas. Melalui kedua ibadah ini, Islam
mengajarkan pentingnya keseimbangan antara hak-hak Allah dan hak-hak sesama manusia.

3.2 Saran
Umat Islam perlu mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang esensi dan tujuan
puasa serta zakat, bukan hanya melaksanakannya sebagai rutinitas tahunan. Pendidikan agama
yang komprehensif dan berkelanjutan dapat membantu dalam hal ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Rohmansyah, S. Th I. "Fiqh Ibadah Dan Mu’amalah."
Q.S. Al-Baqarah: 183
Q.S Al-Baqarah: 267-273.
Q.S. Al-Baqarah: 43
Q.S At-Tawbah: 103.
Q.S At-Tawbah: 60
Unais, Ibrahim. "al-Mu’jam al-Wasit, vol. 2." Kairo: Dar al-Ma’arif. 1972.
Alirezaei, Mehrdad, et al. "Short-term fasting induces profound neuronal autophagy."
Autophagy 6.6 (2010): 702-710.
Al-Qardhawi, Yusuf. "Fiqh Az-Zakat". Dar al-Taqwa. London. 1999.
Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyyah. Kuwait: Wazarat al-Awqaf wa al-Shu'un al-Islamiyyah. 1985.

12
13

Anda mungkin juga menyukai