PUASA
Disusun oleh:
Adinda 12310721083
Dwi Afiqa 12310723230
Nabila Yasmin 12310721227
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-
Nya, sehingga kita masih dalam keadaan sehat. Dan khususnya, kami bisa
menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Puasa” tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Fiqih yang bertujuan untuk menambah wawasan tentang Puasa.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Romyzal
M.Pd.I selaku Dosen Fiqih yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran
yang selama mata kuliah Fiqih ini.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi kami tentunya bertujuan
untuk menjelaskan atau memaparkan poin-poin di makalah ini, sesuai dengan
pengetahuan yang kami peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang
lain. Semoga semuanya memberi manfaat bagi kita. Jika ada kesalahan tulisan
atau kata-kata dalam makalah ini, kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Puasa Telah dilakukan sejak zaman dahulu, tidak hanya oleh orang-orang
muslim saja tapi juga oleh orang-orang yang non islam dengan cara masing-masing
sesuai dengan agama yag di percayainya. Karena puasa memiliki manfaat yang
positif bagi kesehatan Jasmani dan rohani.
Ibadah puasa merupakan ibadah yang diperintahkan Allah swt. Kepada seluruh
agama langit yang pernah hadir di muka bumi ini. Tidak mengherankan apabila
puasa telah dipraktikkan oleh manusia sepanjang sejarah peradabannya, terlepas
dari perbedaan tata cara pelaksanaannya. Di samping itu, puasa juga telah dilakukan
manusia dengan berbagai motivasi yang berbeda. Ada orang yang berpuasa untuk
memperoleh kesehatan, mengurangi berat badan, mendapatkan ilmu tertentu
bahkan lebih jauh dari itu ada yang berpuasa untuk mencapai kedalaman spiritual
dengan mensucikan jiwa dari kecenderungan hawa nafsu.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan menurut istilah puasa adalah menahan diri dari makan, minum,
hubungan seksual suami istri dan segala yang membatalkan sejak dari terbit fajar
hingga terbenam matahari dengan niat karena Allah SWT.
Menurut syariat Islam adalah suatu amalan ibadah yang dilakukan dengan
menahan diri dari segala sesuatu seperti makan, minum, perbuatan buruk maupun
dari yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya
matahari yang disertai dengan niat karena Allah SWT, dengan syarat dan rukun
tertentu.
3
Perintah berpuasa ini terdapat pada Padaayat 183 surah Al Baqarah, yaitu:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagai mandi
wajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al Baqarah:
183)
Rasulullah saw juga bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yaitu:
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu., Nabi SAW bersabda: “Barang siapa yang
melaksanakan puasa Ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan, maka diampuni
dosanya yang telah berlalu”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 37 dan Muslim:
1266).
1. Niat puasa
Niat adalah penegasan status fardu dari ibadah puasa Ramadhan. Hal ini
menunjukkan kejelasan adanya ibadah, bukan hanya sekadar kehendak
menunaikannya.
Artinya: "Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadan
tahun ini, karena Allah Ta'ala."
4
Rukun kedua dalam ibadah puasa sebagai mana definisinya, yakni menahan
diri dari segala hal yang dapat membatalkan sejak terbit fajar (waktusubuh) hingga
terbenamnya matahari (magrib) dengan niat karena Allah SWT. Terdapat beberapa
hal yang membatalkan puasa, seperti makan-minum, hubungan suami-istri di siang
hari, muntah disengaja, keluar mani disengaja, haid, nifas, serta murtad keluar dari
islam.
1. Beragama Islam
Pertama yang harus dipenuhi adalah beragama Islam. Umat Islam wajib
hukumnya menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Sebagaimana
disebutkan dalam Al Quran, bahwa seruan untuk berpuasa ditujukan kepada orang-
orang yang beriman. Para ulama sepakat, orang yang tidak beragama Islam tidak
diwajibkan untuk berpuasa.
2. Balig
Syarat wajib puasa kedua ialah telah mencapai baligh atau pubertas. Bagi
laki-laki, ditandai dengan keluarnya sperma dari kemaluannya, baik dalam keadaan
tidur atau pun terjaga. Sementara bagi perempuan, ditandai dengan menstruasi.
3. Berakal
Syarat selanjutnya adalah wajib hukumnya bagi orang yang berakal untuk
melaksanakan puasa. Sesuai ijma' para ulama, orang gila adalah orang yang tidak
berakal sehingga mereka tidak dikenakan kewajiban untuk berpuasa.
4. Sehat
Sehat yang dimaksudkan di sini adalah sehat secara fisik. Orang yang
sedang sakit boleh untuk meninggalkan puasa tapi wajib menggantinya di hari lain
saat sudah sembuh kembali. Penyakit yang dimaksudkan pada syarat ini adalah
penyakit yang akan bertambah parah apabila harus berpuasa atau ditakutkan
sakitnya akan terlambat sembuh.
5
5. Mampu
Allah SWT mewajibkan puasa bagi orang yang mampu melakukannya.
Orang tua yang sudah lemah atau jompo yang tidak memungkinkan untuk berpuasa
maka boleh meninggalkannya. Namun, wajib menggantinya dengan membayar
fidyah sebagai mana firman-Nya dalam Q.S Al-Baqarah ayat 184.
Arinya:"(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau
dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari
(yang diatidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat
menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.
Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih
baik baginya, dan puasa muitu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui"
Syarat sah adalah kondisi yang harus dipenuhi oleh seseorang agar puasanya
sah dan diterima oleh Allah Swt. Syarat sah puasa antara lain:
1. Islam
2. Mumayiz (bisa membedakan yang baik dan buruk)
3. Suci dari haid dan nifas
6
4. Berpuasa bukan pada hari-hari yang diharamkan.
Puasa adalah salah satu ibadah yang paling penting dalam Islam dan
memiliki landasan hukum yang kuat dalam Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad
SAW. Berikut adalah penjelasan lebih rinci:
1. Al-Quran
Ayat 2:183
Ayat 2:184
"Beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit
atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-
orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah,
(yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati
memberi lebih (dari ketentuan itu), maka itu lebih baik baginya. Tetapi jika kamu
mengetahui (artinya Ramadan) dengan baik, maka (berpuasalah) selama itu. Dan
hiduplah kamu sampai umur yang ditetapkan (untukmu). Dan sempurnakanlah
bilangan (hari puasa) itu dan bertasbihlah kamu kepada Allah karena hidayah-Nya,
supaya kamu bersyukur."
7
ش ِهدَ مِ ن ُك ُم
َ ان ۚ فَ َمن ِ َاس َوبَيِنَات ِمنَ ْال ُهدَى َو ْالفُ ْرق ِ ُ ضانَ الَّذِي أ
ِ َّنز َل فِي ِه ْالقُ ْرآ ُن ُهدًى لِلن َ ش ْه ُر َر َم َ
َّ ُسفَر فَ ِعدَّة ِم ْن أَيَّام أُخ ََر ۗ ي ُِريد
ّللاُ بِ ُك ُم ْاليُس َْر َو َل ي ُِريدُ بِ ُك ُم ْالعُس َْر َ علَى َ ص ْمهُ ۖ َو َمن َكانَ َم ِريضًا أ َ ْو ُ َش ْه َر فَ ْليَّ ال
َع َلى َما َهدَا ُك ْم َو َلعَلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون َّ َو ِلت ُ ْكمِ لُوا ْال ِعدَّة َ َو ِلتُكَبِ ُروا
َ َّللا
"(Puasa itu) beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu
ada yang hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
(sebanyak hari yang ditinggalkan itu), dan hendaklah kamu bertasbih kepada Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kamu, supaya kamu bersyukur."
2. Hadist:
Hadist adalah sumber kedua yang memperkuat landasan hukum puasa. Nabi
Muhammad SAW memberikan petunjuk, contoh, dan penjelasan lebih lanjut
tentang praktik puasa yang diikuti oleh umat Islam. Hadist juga memberikan
panduan tentang tindakan-tindakan yang harus dihindari selama puasa.
Landasan hukum yang kokoh ini memberikan dasar yang jelas bagi praktik
puasa dalam Islam. Puasa adalah salah satu dari lima rukun Islam dan dianggap
sebagai kewajiban bagi setiap Muslim dewasa, berakal sehat, dan mampu. Dengan
mengikuti landasan hukum ini, umat Islam menjalani puasa sebagai bentuk ibadah
yang mendalam dan patuh terhadap perintah Allah.
8
Hadist ini menggarisbawahi pentingnya menjaga perilaku dan perkataan selama
berpuasa, bukan hanya menahan diri dari makanan dan minuman. Puasa dalam
Islam bukan hanya tentang tindakan fisik, tetapi juga tentang memurnikan perilaku
dan berbicara dengan jujur.
Landasan hukum puasa dalam Islam sangat kuat, didasarkan pada Al-Quran dan
Hadis. Ini menjelaskan secara rinci kewajiban dan praktik puasa bagi umat Islam.
1. Puasa Wajib
Puasa wajib adalah puasa yang wajib dilakukan, karena jika dikerjakan
akan mendapatkan pahala dan jika tidak dikerjakan mendapatkan dosa. Dalam
hukumnya, yang termasuk dalam puasa wajib yaitu, puasa ramadhan, puasa nazar,
puasa qadha (puasa ganti), puasa kafarat (puasa denda), dan puasa orang yang
sedang menunaikan haji.
2. Puasa Sunah
Puasa sunah merupakan puasa yang jika dilaksanakan mendapatkan pahala
dan jika seseorang tidak menjalankannya tidak mendapatkan dosa. Puasa Senin
Kamis yang biasa kita lakukan termasuk dalam puasa sunah. Ada pula puasa sunah
lainnya, seperti puasa Asyura (10 Muharam), puasa Arafah, puasa Sya’ban, Puasa
di awal Syawal, dan puasa Daud (satu hari puasa, satu hari berbuka).
3. Puasa Makruh
Puasa ini termasuk puasa yang disengaja atau dikhususkan, maka termasuk
kedalam puasa makruh. Dari dalil yang ada, terdapat berapa puasa yang termasuk
kedalamnya. Di antaranya mengkhususkan puasa pada Jum’at atau Sabtu. Semua
tidak dapat dilakukan, kecuali tujuan puasa kita adalah puasa ganti Ramadan, puasa
kifara Mengkhususkan berpuasa pada hariJum’at.
ال تصوموا يوم الجمعة إال أن تصوموا يوما ً قبله أو يوما بًعده
9
“Janganlah engkau semua (mengkhususkan) berpuasa pada hari Jum’at kecuali
engkau semua berpuasa sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.” (HR.
Muttafaqalaih), dan puasa nazar.
“Janganlah kamu semua (mengkhususkan) berpuasa pada hari Sabtu kecuali apa
yang Allah wajibkan kepada kamu semua. Kalau sekiranya salah seorang di antara
kamu tidak mendapatkan kecuali kulit anggur atau pelepah pohon (untuk berbuka,
maka berbukalah dengannya).”
(HR.Tirmizi, no. 744 dihasankan oleh Abu Daud, no. 2421, Ibnu Majah, no. 1726
dan dishahihkan oleh Al-Albany dalam kitab Irwaul Ghalil, no. 960.” Tirmizi
mengomentari: ”Makna karohiyah dalam masalah ini adalah apabila seseorang
mengkhususkan berpuasa pada hari Sabtu, karena kaum Yahudi mengagungkan
hari Sabtu.”)
4. Puasa Haram
Di antaranya, puasa saat Idul Fitri, karena hari tersebut adalah hari
kemenangan. Puasa Idul Adha karena merupakan hari raya kedua yang dirayakan
umat Islam, hari tasyrik yaitu setiap 11, 12, dan 13 Zulhijah, dan puasa setiap hari
atau sepanjang tahun atau selamanya.
10
- Puasa adalah salah satu cara paling kuat untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Dengan menahan diri dari makan, minum, dan tindakan-tindakan tertentu
sepanjang hari, seorang Muslim dapat mendalami dan memperkuat hubungannya
dengan Sang Pencipta. Aktivitas ini memberikan waktu yang lebih banyak untuk
beribadah, berdoa, dan merenungkan arti kehidupan dan spiritualitas.
- Puasa melibatkan pengendalian diri yang ketat. Ini merupakan latihan yang
efektif dalam pengembangan disiplin diri. Seorang Muslim harus menahan diri dari
segala bentuk godaan dan keinginan pribadi selama puasa. Kemampuan ini
membantu individu menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih bermoral,
mempraktikkan kendali diri yang kuat.
- Puasa bukan hanya membersihkan tubuh dari segi fisik, tetapi juga jiwa.
Saat berpuasa, tubuh mengalami proses detoksifikasi dan pemurnian. Secara
bersamaan, puasa memberikan kesempatan untuk membersihkan jiwa dari dosa-
dosa dan kesalahan dengan meningkatkan keimanan dan amal
1. Pengampunan Allah:
- Ramadan adalah bulan di mana Allah menjanjikan pengampunan besar kepada
orang-orang yang berpuasa dengan niat tulus. Ini adalah saat yang istimewa ketika
11
pintu rahmat Allah terbuka lebar. Orang-orang dapat meminta ampun dan
mendapatkan pengampunan-Nya dengan sungguh-sungguh.
3. Kesadaran Spiritual:
- Puasa membantu meningkatkan kesadaran spiritual. Dengan menahan diri dari
kebutuhan fisik, seorang Muslim dapat lebih fokus pada pertumbuhan spiritual,
introspeksi diri, dan meningkatkan ibadah. Ini memungkinkan individu untuk
merasakan kedekatan dengan Allah dan meningkatkan pemahaman mereka tentang
Islam.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang hikmah dan keutamaan puasa ini,
umat Islam dapat menjalani Ramadan dengan lebih penuh makna, menjaga niat
tulus, dan berusaha untuk menjadi lebih baik sebagai individu dan sebagai umat.
Puasa adalah lebih dari sekadar kewajiban; ini adalah cara untuk mendekatkan diri
kepada Allah dan meningkatkan kualitas kehidupan spiritual.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Puasa adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual suami istri
dan segala yang membatalkan sejak dari terbit fajar hingga terbenam matahari
dengan niat karena Allah SWT.
Puasa Ramadhan adalah puasa yang diwajibkan atas setiap muslim yang
memenuhi syarat selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Puasa Ramadhan
termasuk salah satu puasa wajib yang harus dilakukan oleh segenap kaum
muslimin. Bulan ini merupakan bulan yang penuh berkah, penuh dengan
kemapunan Allah Swt. dan Rahmat-Nya. Puasa Sunnah Puasa sunnah adalah puasa
yang apabila dilaksanakan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan tidak
mendapat dosa.
3.2 Saran
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulisan akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggung jawabkan
nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas.
13
DAFTAR PUSTAKA
Makna, Hukum, Hikmah dan Keutamaan Puasa Ramadhan. (2016). Diakses pada
13 September 2023 dari, https://sumbarprov.go.id/home/news/7842-makna-
hukumhikmah-dan-keutamaan-puasa-ramadhan.html
14