Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Alloh Swt yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “PENGEMBANGAN APLIKASI
TRIGONOMETRI BOLA, ATURAN COSINUS DAN SINUS DALAM PERHITUNGAN
ARAH KIBLAT” dapat diselesaikan.
Secara garis besar, makalah ini berisi tentang penentuan arah kiblat yang diaplikasikan
dari materi trigonometri.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
kemajuan selanjutnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................2
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II ISI ............................................................................................................................. 3
A. Pengertian dan Sejarah Kiblat .................................................................................... 3
B. Metode ....................................................................................................................... 5
C. Hasil dan Kesimpulan ................................................................................................ 12
BAB III KESIMPULAN......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah Salat yang merupakan manifestasi bentuk ketaatan dari seorang makhluk
kepada Rabb-nya dalam satu hari dijalnkan dalam lima waktu. Dalam menjalankan
ibadah tersebut, menghadap kiblat sudah menjadi kewajiban yang tidak bisa
dipisahkan, karena menghadap kiblat menjadi salah satu syarat sahnya ṣalat. Ayat–ayat
yang berkaitan dengan masalah kiblat yaitu QS.Al-Baqarah (2) ayat 144.
ث َما ُكنتُمُ ضى َها ۚ فَ َو ِل َوج َهكَ شَط َر ٱل َمس ِج ِد ٱل َح َر ِام ۚ َو َحي َ س َما ٓ ِء ۖ َفلَنُ َو ِليَنَّكَ قِبلَة تَر
َّ ب َوج ِهكَ فِى ٱل َ ُّقَد ن ََرى تَقَل
َ َفَ َولُّوا ُو ُجو َه ُكم شَط َرهۥُ ۗ َو ِإ َّن ٱلَّذِينَ أُوتُوا ٱل ِكت
َب لَيَعلَ ُمونَ أَنَّهُ ٱل َح ُّق ِمن َّر ِب ِهم ۗ َو َما ٱ َّّللُ ِبغَ ِفل َع َّما يَع َملُون
Secara definisi Kiblat berasal dari bahasa arab yakni qibala yang berarti
mengarah atau mengarahkan. Yang dimaksud dengan arah Kiblat yaitu besar sudut dari
suatu tempat terhadap Ka’bah, di dalam Masjidil Haram yang berada di kota Makkah
di Negara Saudi Arabia. Jadi dalam hal ini perlu usaha menentukan arah Kiblat dengan
lebih seksama atau lebih presisi, tidak hanya sekedar mengarah ke Barat bagi umat
Islam di Indonesia. Secara umum posisi geografis kota Makkah berada pada 39o 50’
BT (Bujur Timur) dan +21o 25’ LU (Lintang Utara) dan berdasarkan data GPSmap
dengan ordo titik r = ±7 meter adalah 39o 50’ 34” BT dan +21 o 25’ 21” LU
1
kutub utara dan titik sudut yang ketiga adalah lokasi tempat yang hendak ditentukan
arah kiblatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kiblat dan bagaimana sejarah kiblat diciptakan?
2. Metode apa saja yang digunakan dalam menentukan penentuan arah kiblat?
3. Bagaimana hasil dan kesimpulan dari metode yang digunakan untuk menetukan
arah kiblat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui & memahami pengertian kiblat.
2. Untuk mengetahui & memahami metode yang digunakan dalam menetukan arah
kiblat.
3. Untuk mengetahui & memahami hasil dan kesimpulan dari metode yang digunakan
untuk menentukan arah kiblat.
2
BAB II
ISI
3
Sejarah kiblat umat islam sebagai panduan arah shalat wajib merupakan arah
yang dituju bagi umat muslim dalam melaksanakan ibadah shalat maupun ketika tawaf
di Baitullah. Sejarah kiblat umat islam mengarah ke Kakbah, Mekah dan memiliki nilai
historis. Masalah penentuan sejarah kiblat umat islam ini sempat menjadi persoalan di
awal adanya Islam.
4
“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan
Kami palingkan engkau ke sejarah kiblat umat islam yang engkau senangi. Maka
hadapkanlah wajahmu ke arah Majsjid al-Haram. Dan di mana saja engkau
berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang
diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan sejarah kiblat umat
islam) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap
apa yang mereka kerjakan“
Saat menerima perintah itu, Rasulullah tengah mengerjakan shalat Dhuhur pada
dua rakaat di masjid Bani Salamah. Begitu masuk rakaat ketiga dan keempat, arah
sejarah kiblat umat islam berubah dengan menghadap Kakbah. Dari peristiwa itulah
kini masjid tempat Rasulullah shalat tersebut dikenal dengan masjid Qiblatain (dua
sejarah kiblat umat islam).
B. Metode
Solusi penentuan sudut arah Kiblat dapat diperoleh melalui informasi koordinat
geografis posisi pengamat, posisi Ka’bah dan memanfaatkan rumus segitiga bola
(trigonometri bola) yang menghubungan antara parameter yang diketahui dan sudut
arah Kiblat yang ingin diketahui. Solusi harga nominal arah Kiblat dengan cara ini
bergantung pada informasi dan cara penentuan koordinat geografis. Penentuan posisi
beberapa titik di sekitar Masjid ditentukan dengan menggunakan GPS (Global
Positioning System) GPS-map 60CSx. Kemudian informasi sudut arah Kiblat itu
dipergunakan sebagai masukan dalam penentuan arah Kiblat dengan bayang – bayang
Gnomon oleh Matahari. Alat yang dipergunakan adalah Mizwala, Gnomon dan bidang
dial. Pertama ditentukan arah azimuth bayang – bayang Gnomon pada tanggal dan jam
pengamatan di lokasi pengamat, dengan demikian dapat ditentukan arah Utara – Selatan
sebenarnya (bukan Utara – Selatan magnit Bumi), setelah itu arah Kiblat ditentukan
dengan referensi/acuan arah Utara – Selatan yang telah ditentukan sebelumnya. Cara
berikutnya adalah penentuan arah dan tinggi bayang – bayang Gnomon di lokasi
pengamat saat Matahari berada di atas Ka’bah. Telaah awal perbandingan hasil
penentuan dengan dua cara ini untuk lokasi di sekitar masjid Sabilushalihin, Buah Batu,
Bandung tidak terdapat perbedaan nominal yang berarti, jadi kedua metode tersebut
mempunyai presisi yang kurang lebih setara.
5
PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN TRIGONOMETRI BOLA
Posisi lintang dan bujur geografis diukur dengan GPS-map 60CSx, begitu pula kalibrasi
waktu pengamatan mempergunakan indicator waktu GPS-map 60CSx. Raharto (2010)
mengidentifikasi ada beragam formula untuk perhitungan arah Kiblat dalam uraian
berikut dibawah ini. Tinjau bola bumi dengan segitiga bola terhadap Ka’bah (Gambar
2), dimana, A=Ka’bah, B=Tempat Salat/Pengamat, C= Kutub Utara, G= Greenwich,
a= Meridian Tempat, b= Meridian Ka’bah, c= Busur Arah Kiblat, BK= Lintang Tempat
(φT), RA = Lintang Kakbah (φK), P= Titik Pusat Bumi, SR ( סSCR)= Bujur Kakbah
(λK), SK ( סSCK) = Bujur Tempat (λT) dan ABC adalah Sudut Arah Kiblat. Pada
penentuan arah Kiblat, jika posisi geografis bujur suatu tempat/kota berada di sebelah
timur Mekah (Ka’bah), maka besar sudut arah Kiblat, B, dihitung dari Utara-Barat (0°<
B
TABEL 1. Data kalibrasi arah Kiblat dengan memanfaatkan momen Matahari berada
di atas Ka’bah, tanggal 16 Juli 2011, pada pukul 16:27:00 WIB Lokasi masjid
Sabilushalihin, Buah Batu, Bandung. -6o 29’ 16” LS dan 107o 20’ 12” BT, yang arah
Kiblatnya 64o 53’ 27” atau dalam azimuth 2950 .02.
GAMBAR 1. Bola Bumi, segitiga bola ABC, A=Ka’bah; B=pengamat dan C = kutub
Utara.
6
Apabila posisi geografis bujur suatu tempat/kota berada di sebelah barat Mekah
(Ka’bah), maka besar sudut arah Kiblat, B, dihitung dari Utara-Timur (0°< B <180°).
Model Bola Bumi (skala kurang presisi): A = Mekah (Ka’bah, lintang geografis utara
+21° 25′ dan bujur geografis 39° 50′ bujur timur), B = posisi tempat dan C adalah kutub
utara, a = (900 − φB), b = (900 − φA) dan c masing-masing adalah sisi-sisi dihadapan
sudut bola A, B (= arah kiblat) dan C (beda bujur geografis A dan B).
Bila A = Mekah (Ka’bah, lintang geografis utara +21° 25′ dan bujur geografis
39° 50′ bujur timur), B = posisi tempat dan C adalah kutub utara, a = (900 − φB), b =
(900 − φA) dan c masing-masing adalah sisi-sisi dihadapan sudut bola A, B (= arah
kiblat) dan C (beda bujur geografis A dan B) maka:
Cara 1:
tan {(1/2 (A−B)} = [ sin {(1/2)(a – b)} x cot (C/2) ] / sin {(1/2) (a + b)}
tan {(1/2 (A+B)} = [cos {(1/2) (a – b)} x cot (C/2)] / cos {(1/2) (a + b)}
B = (A + B) / 2 – (A – B) / 2, sudut B = arah kiblat.
Cara 2:
cot B = { (cot b sin a – cos a cos C) / sin C }
Cara 3:
cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C
tan (B/2) = tan r / sin (s – b)
s= (a + b + c) / 2 tan r = [{sin (s−a) sin (s−b) sin (s−c)} / sin s] (1/2)
Cara 4:
haversine = hav, hav B = (1 – cos B) / 2
hav B = sin (s−c) sin (s−a) cosec c cosec a
cosec a = 1 / sin a, cosec c = 1 / sin c
cos c = cos a cos b + sin a sin b cosC
s = (a + b + c) / 2
Cara 5:
cos b = cos a cos c + sin a sin c cos B
cos c = cos a cos b + sin a sin b cosC
7
Cara 6:
sin a / sin A = sin b / sin B = sin c / sin C
cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C
8
Dari gambar di atas pula akhirnya diperoleh segitiga bola ABC dengan panjang sisi a,
b, dan c serta sudut-sudutnya yaitu CAB, ABC, dan BCA. Berdasarkan gambar tersebut
pula diketahui bahwa:
1. Dalam gambar tersebut ada dua tempat yaitu A dan B. A berada dalam lintang (ɸ )
dan bujur (λ) tertentu, yang selanjutnya ditulis dengan ɸ A dan λ A. begitu pula
dengan B juga berada dalam lintang (ɸ ) dan bujur (λ) tertentu, yang selanjutnya
ditulis dengan ɸ B dan λ B.
2. Berdasarkan gambar tersebut di atas pula, dapat di ambil sebuah segitiga bola ABC,
dengan sisi-sisinya yaitu a, b, dan c. Panjang masing-masing sisi secara matematis
dapat ditentukan dengan rumus: a = 900 - lintang tempat yang akan diukur = 900 -
ɸB b = 900 - lintang tempat Ka‟bah = 900 - ɸA C = Selisih bujur tempat ayang
akan diukur dengan bujur ka‟bah (λA-λB)
Selanjutnya, dengan menggunakan aturan cosinus dalam segitiga bola maka akan
diperoleh sebuah persamaan:
Cos b = 𝑐𝑜𝑠 2 𝑎 𝑐𝑜𝑠 𝑏 + cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B
= Cos b - 𝑠𝑖𝑛 2 𝑎 cos b + cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B
Cos b + 𝑠𝑖𝑛 2 𝑎 cos b = Cos b + cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B
𝑠𝑖𝑛 2 𝑎 cos b
9
Selanjutnya kedua ruas dibagi dengan sin a sin b, dan diperoleh,
Persamaan (3) inilah yang kemudian dikenal dengan rumus arah kiblat rumus cosinus
dan rumus sinus. Dimana,
C = Selisih bujur tempat ayang akan diukur dengan bujur ka‟bah (𝜆𝐴 - 𝜆𝐵 )
Selain itu, persamaan (3) tersebut bisa transformassikan kedalam bentuk lain, sebagai
berikut:
10
Mengingat
A = 900 -ɸ𝐵
B = 900 - ɸ𝐴
C = λa – λB
Sehingga,
= Cos ɸ𝐵
= Sin ɸ𝐵
= Tan ɸ𝐴
Persamaan (5) ini merupakan rumus arah kiblat yang lain dengan menggunakan rumus
cosinus dan rumus sinus.
Berdasarkan pembahasan diatas maka aplikasi aturan cosinus dalam segitiga bola ada
dua rumus yaitu 1.
1. Rumus cosinus 1
2. Rumus cosinus 2
11
Metode perhitungan aturan cosinus dan sinus dalam perhitungan arah kiblat.
Metode perhitungan dalam bagian ini yaitu metode penggunaan calculator
sebagai media alat hitung. Adapun cara penggunaanya yaitu sebgai berikut:
1. Rumus cosinus 1
Shift tan ((𝑠𝑖𝑛 𝑎 (1:𝑡𝑎𝑛 𝑏) : 𝑠𝑖𝑛 𝐶) – (𝑐𝑜𝑠 𝑎 (1:𝑡𝑎𝑛 𝐶)) 𝑥 −1 = shift o,,,
2. Rumus cosinus 2
Shift tan (𝑠𝑖𝑛 𝐶 ∶ (Cos ɸ𝐵 Tanɸ𝐴 − Sin ɸ𝐵 cos C)) = shift o,,,
1. Tempat yang berada di utara ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori satu maka
arah kiblatnya menghadap selatan timur
2. Tempat yang berada di selatan ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori satu
maka arah kiblatnya menghadap utara timur
3. Tempat yang berada di utara ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori dua maka
arah kiblatnya menghadap selatan barat
12
4. Tempat yang berada di selatan ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori dua
maka arah kiblatnya menghadap utara barat
5. Tempat yang berada di utara ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori tiga maka
arah kiblatnya menghadap selatan timur
6. Tempat yang berada di selatan ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori tiga
maka arah kiblatnya menghadap utara timur
7. Tempat yang berada di utara ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori dua maka
arah kiblatnya menghadap selatan barat
8. Tempat yang berada di selatan ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori dua
maka arah kiblatnya menghadap utara barat
Delapan hal ini yang melatarbelakangi pada bagian ini ada delapan contoh
perhitungan dengan setiap contoh dihitung dengan dua rumus perhitungan sebagaimana
dibahas sebelumnya. Adapun contoh perhitungan tersebut meliputi:
13
BAB III
KESIMPULAN
1. Rumus perhitungan arah kiblat dengan menggunakan aturan sinus dan kosinus
berangkatnya dari rumus sinus dan kosinus dalam segitiga bola, dan memiliki dua
bentuk rumus yang berbeda.
2. Dalam perhitungan arah kiblat dengan aturan sinus dan kosinus kedua bentuk rumus
menghasilkan hasil perhitungan yang sama.
3. Berdasarkan kajian di atas mulai awal hingga akhir dapat disimpulkan bahwa anatara
matematika dan agama memiliki relasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Solikin. A. (2016). Aplikasi aturan cosinus dan sinus segitiga bola dalam perhitungan arah
kiblat (sebuah relasi antara matematika dan agama). Journal of Mathematics Education,
Science And Technology, 1(2), 28-38.
Raharto, M., & Surya, D.J.A. (2011). Telaah penentuan arah kiblat dengan perhitungan
trigonometri bola dan bayang-bayang gnomon oleh matahari. Jurnal Fisika Himpunan Fisika
Indonesia, 11(1), 23-29.
Miswanto. (2015). Telaah ketepatan dan keakuratan dalam penentuan arah kiblat. Ta'allum:
Jurnal Pendidikan Islam, 3(2), 201-228.
Hambali, S. (2013). Ilmu Falak: Arah Kiblat Setiap Saat. Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Yogyakarta.
15