Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Alloh Swt yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “PENGEMBANGAN APLIKASI
TRIGONOMETRI BOLA, ATURAN COSINUS DAN SINUS DALAM PERHITUNGAN
ARAH KIBLAT” dapat diselesaikan.

Secara garis besar, makalah ini berisi tentang penentuan arah kiblat yang diaplikasikan
dari materi trigonometri.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
kemajuan selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Tangerang Selatan, Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................2
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II ISI ............................................................................................................................. 3
A. Pengertian dan Sejarah Kiblat .................................................................................... 3
B. Metode ....................................................................................................................... 5
C. Hasil dan Kesimpulan ................................................................................................ 12
BAB III KESIMPULAN......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah Salat yang merupakan manifestasi bentuk ketaatan dari seorang makhluk
kepada Rabb-nya dalam satu hari dijalnkan dalam lima waktu. Dalam menjalankan
ibadah tersebut, menghadap kiblat sudah menjadi kewajiban yang tidak bisa
dipisahkan, karena menghadap kiblat menjadi salah satu syarat sahnya ṣalat. Ayat–ayat
yang berkaitan dengan masalah kiblat yaitu QS.Al-Baqarah (2) ayat 144.

‫ث َما ُكنتُم‬ُ ‫ضى َها ۚ فَ َو ِل َوج َهكَ شَط َر ٱل َمس ِج ِد ٱل َح َر ِام ۚ َو َحي‬ َ ‫س َما ٓ ِء ۖ َفلَنُ َو ِليَنَّكَ قِبلَة تَر‬
َّ ‫ب َوج ِهكَ فِى ٱل‬ َ ُّ‫قَد ن ََرى تَقَل‬
َ َ‫فَ َولُّوا ُو ُجو َه ُكم شَط َرهۥُ ۗ َو ِإ َّن ٱلَّذِينَ أُوتُوا ٱل ِكت‬
َ‫ب لَيَعلَ ُمونَ أَنَّهُ ٱل َح ُّق ِمن َّر ِب ِهم ۗ َو َما ٱ َّّللُ ِبغَ ِفل َع َّما يَع َملُون‬

Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka


sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu
ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah
benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

Secara definisi Kiblat berasal dari bahasa arab yakni qibala yang berarti
mengarah atau mengarahkan. Yang dimaksud dengan arah Kiblat yaitu besar sudut dari
suatu tempat terhadap Ka’bah, di dalam Masjidil Haram yang berada di kota Makkah
di Negara Saudi Arabia. Jadi dalam hal ini perlu usaha menentukan arah Kiblat dengan
lebih seksama atau lebih presisi, tidak hanya sekedar mengarah ke Barat bagi umat
Islam di Indonesia. Secara umum posisi geografis kota Makkah berada pada 39o 50’
BT (Bujur Timur) dan +21o 25’ LU (Lintang Utara) dan berdasarkan data GPSmap
dengan ordo titik r = ±7 meter adalah 39o 50’ 34” BT dan +21 o 25’ 21” LU

Penentuan arah kiblat yang menggunakan teori trigonometri bola (spherical


trigonometry) telah diamati oleh beberapa peneliti. (Hambali 2013; Solikin, 2016).
Rumus yang digunakan pada teori trigonometri bola dalam menentukan arah kiblat
adalah rumus ilmu ukur segitiga bola dengan memodelkan bumi berbentuk bola. Salah
satu titik sudut segitiga bola ini adalah lokasi kota Mekah, titik sudut yang kedua adalah

1
kutub utara dan titik sudut yang ketiga adalah lokasi tempat yang hendak ditentukan
arah kiblatnya.

Miswanto (2015) menggunakan ilmu trigonometri dalam menelaah ketepatan


dan keakuratan dalam penentuan arah kiblat, dalam penelitiannya menggunakan
analisis metode komparatif, yakni menggunakan logika perbandingan penerapan teori
trigonometri bola dan rumus analogi Napier dalam perhitungan arah kiblat. Hasil
penelitian ini menunjukkan pada teori trigonometri bola yang digunakan dalam
perhitungan arah kiblat menggunakan pusat bumi. Sedangkan dengan rumus analogi
Napier masih ada perbedaan atau selisih, maka teori ini tidak dapat dikategorikan
sebagai kerangka teoritik yang paling tepat dan akurat. Dengan demikian, kerangka
teoritik yang tepat dan akurat dalam perhitungan arah kiblat adalah menggunakan teori
trigonometri bola.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kiblat dan bagaimana sejarah kiblat diciptakan?
2. Metode apa saja yang digunakan dalam menentukan penentuan arah kiblat?
3. Bagaimana hasil dan kesimpulan dari metode yang digunakan untuk menetukan
arah kiblat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui & memahami pengertian kiblat.
2. Untuk mengetahui & memahami metode yang digunakan dalam menetukan arah
kiblat.
3. Untuk mengetahui & memahami hasil dan kesimpulan dari metode yang digunakan
untuk menentukan arah kiblat.

2
BAB II

ISI

A. Pengertian & Sejarah Kiblat


Kiblat dalam bahasa Indonesia dijelaskan; kata “arah” itu mempunyai dua arti,
yaitu “menuju” dan “menghadap ke“. Arah dalam bahasa Arab
disebut jihah atau syathrah dan kadang-kadang disebut juga dengan qiblah (dalam
bentuk masdar) yang berasal dari kata qabbala yaqbulu qiblah yang artinya
menghadap.
Kata kiblat berasal dari bahasa Arab ‫ القبلة‬asal katanya ialah ‫ مقبلة‬, sinonimnya
adalah ‫ وجهة‬yang berasal dari kata ‫ موجهة‬artinya adalah keadaan arah yang dihadapi,
kemudian pengertiannya dikhususkan pada suatu arah, dimana semua orang yang
mendirikan salat menghadap kepadanya.
Dengan demikian sederhananya yang dimaksud dengan Arah Kiblat dalam hal
ini adalah menghadap ke arah kiblat dengan jarak yang terdekat ke Ka’bah di Mekah,
dan setiap muslim wajib menghadap ke arahnya saat mengerjakan salat.
Penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
yang ada. Pertama kali, mereka menentukan arah kiblatnya ke Barat dengan alasan
Saudi Arabia tempat dimana Ka’bah berada terletak di sebelah Barat Indonesia. Hal ini
dilakukan dengan perkiraan saja tanpa perhitungan dan pengukuran terlebih dahulu.
Oleh karena itu, arah kiblat sama persis dengan tempat matahari terbenam. Dengan
demikian arah kiblat itu identik dengan arah Barat.
Padahal itu merupakan tindakan yang keliru, sebab arah kiblat Indonesia adalah
bukan tepat arah barat tetapi agak miring ke utara atau diperkirakan arah barat laut, hal
itupun masih harus diperhitungkan berdasarkan perhitungan ilmu falak tentang arah
kiblat. Selanjutnya, berdasarkan letak Geografis Saudi Arabia terletak di sebelah Barat
agak miring ke Utara (Barat Laut) maka arah kiblatnya ke arah tersebut. Oleh karena
itu, ada sebagian umat Islam yang tetap memiringkan arah kiblatnya agak ke Utara
walaupun ia salat di Masjid yang sudah benar menghadap kiblat.
Setelah berkenalan dengan ilmu Falak, mereka menentukan arah kiblatnya
berdasarkan bayang-bayang sebuah tiang atau tongkat. Alat yang dipergunakannya
antara lain adalah bencet atau miqyas atau tongkat istiwa’ dan rubu’ mujayyab atau
busur derajat.

3
Sejarah kiblat umat islam sebagai panduan arah shalat wajib merupakan arah
yang dituju bagi umat muslim dalam melaksanakan ibadah shalat maupun ketika tawaf
di Baitullah. Sejarah kiblat umat islam mengarah ke Kakbah, Mekah dan memiliki nilai
historis. Masalah penentuan sejarah kiblat umat islam ini sempat menjadi persoalan di
awal adanya Islam.

Kiblat di Awal Kemunculan Islam


Sejarah kiblat umat islam memiliki arti arah pertemuan dan berhubungan
dengan tempat bersejarah islam. Pada awal kemunculan Islam, umat muslim bebas
menghadap sejarah kiblat umat islam ke mana saja untuk melaksanakan shalat. Hal itu
berdasarkan firman Allah SWT di Alquran dalam surat Al Baqarah ayat 115. “Dan
milik Allah timur dan barat. Ke manapun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah.
Sungguh Allah Maha Luas, Maha Mengetahui“
Setelah Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekah ke Madinah, posisi sejarah
kiblat umat islam berubah ke arah Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa) di Yerusalem yang
berhubungan dengan jenis tempat yang sah untuk melakukan shalat. Dalam buku ‘Di
Tengah Pusaran Ka’bah’ yang ditulis Akhmad Siddiq Thabrani dijelaskan umat muslim
menghadapi tantangan soal sejarah kiblat umat islam saat berada di Madinah.
Di wilayah itu, kaum muslim hidup berdampingan dengan pemeluk agama
Yahudi dan Kristiani. Saat itu, kaum Yahudi juga menjadikan Baitul Maqdis sebagai
sejarah kiblat umat islam mereka. Pada satu sisi, kaum Yahudi merasa senang karena
mereka mendapat dukungan dan pembenaran dari muslim.
Namun di sisi lain, perubahan arah sejarah kiblat umat islam banyak tidak
disukai orang muslim meskipun pada akhirnya mereka tetap melakukan karena hal itu
adalah perintah Allah agar mendapat pahala yang paling besar dalam islam. Kondisi
tersebut terjadi selama 16 hingga 17 bulan. Kaum muslim yang berada di Madinah
rindu akan tanah kelahiran mereka di Mekah. Begitupun kerinduan terhadap Kakbah.
Melalui Firman dalam Alquran Surat Al-Baqarah Ayat 144:
Di tengah kerinduan dan kegalauan kaumnya akan arah sejarah kiblat umat islam dan
berhubungan dengan hukum tidur menghadap kiblat dalam islam, Rasulullah berdoa
kepada Allah sejarah kiblat umat islam dapat berubah ke Kakbah yang menjadi sejarah
kiblat umat islam Nabi Ibrahim. Allah mengabulkan doa Rasulullah SAW melalui
firman dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 144.

4
“Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan
Kami palingkan engkau ke sejarah kiblat umat islam yang engkau senangi. Maka
hadapkanlah wajahmu ke arah Majsjid al-Haram. Dan di mana saja engkau
berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang
diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan sejarah kiblat umat
islam) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap
apa yang mereka kerjakan“

Saat menerima perintah itu, Rasulullah tengah mengerjakan shalat Dhuhur pada
dua rakaat di masjid Bani Salamah. Begitu masuk rakaat ketiga dan keempat, arah
sejarah kiblat umat islam berubah dengan menghadap Kakbah. Dari peristiwa itulah
kini masjid tempat Rasulullah shalat tersebut dikenal dengan masjid Qiblatain (dua
sejarah kiblat umat islam).

B. Metode
Solusi penentuan sudut arah Kiblat dapat diperoleh melalui informasi koordinat
geografis posisi pengamat, posisi Ka’bah dan memanfaatkan rumus segitiga bola
(trigonometri bola) yang menghubungan antara parameter yang diketahui dan sudut
arah Kiblat yang ingin diketahui. Solusi harga nominal arah Kiblat dengan cara ini
bergantung pada informasi dan cara penentuan koordinat geografis. Penentuan posisi
beberapa titik di sekitar Masjid ditentukan dengan menggunakan GPS (Global
Positioning System) GPS-map 60CSx. Kemudian informasi sudut arah Kiblat itu
dipergunakan sebagai masukan dalam penentuan arah Kiblat dengan bayang – bayang
Gnomon oleh Matahari. Alat yang dipergunakan adalah Mizwala, Gnomon dan bidang
dial. Pertama ditentukan arah azimuth bayang – bayang Gnomon pada tanggal dan jam
pengamatan di lokasi pengamat, dengan demikian dapat ditentukan arah Utara – Selatan
sebenarnya (bukan Utara – Selatan magnit Bumi), setelah itu arah Kiblat ditentukan
dengan referensi/acuan arah Utara – Selatan yang telah ditentukan sebelumnya. Cara
berikutnya adalah penentuan arah dan tinggi bayang – bayang Gnomon di lokasi
pengamat saat Matahari berada di atas Ka’bah. Telaah awal perbandingan hasil
penentuan dengan dua cara ini untuk lokasi di sekitar masjid Sabilushalihin, Buah Batu,
Bandung tidak terdapat perbedaan nominal yang berarti, jadi kedua metode tersebut
mempunyai presisi yang kurang lebih setara.

5
PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN TRIGONOMETRI BOLA
Posisi lintang dan bujur geografis diukur dengan GPS-map 60CSx, begitu pula kalibrasi
waktu pengamatan mempergunakan indicator waktu GPS-map 60CSx. Raharto (2010)
mengidentifikasi ada beragam formula untuk perhitungan arah Kiblat dalam uraian
berikut dibawah ini. Tinjau bola bumi dengan segitiga bola terhadap Ka’bah (Gambar
2), dimana, A=Ka’bah, B=Tempat Salat/Pengamat, C= Kutub Utara, G= Greenwich,
a= Meridian Tempat, b= Meridian Ka’bah, c= Busur Arah Kiblat, BK= Lintang Tempat
(φT), RA = Lintang Kakbah (φK), P= Titik Pusat Bumi, SR (‫ ס‬SCR)= Bujur Kakbah
(λK), SK (‫ ס‬SCK) = Bujur Tempat (λT) dan ABC adalah Sudut Arah Kiblat. Pada
penentuan arah Kiblat, jika posisi geografis bujur suatu tempat/kota berada di sebelah
timur Mekah (Ka’bah), maka besar sudut arah Kiblat, B, dihitung dari Utara-Barat (0°<
B

TABEL 1. Data kalibrasi arah Kiblat dengan memanfaatkan momen Matahari berada
di atas Ka’bah, tanggal 16 Juli 2011, pada pukul 16:27:00 WIB Lokasi masjid
Sabilushalihin, Buah Batu, Bandung. -6o 29’ 16” LS dan 107o 20’ 12” BT, yang arah
Kiblatnya 64o 53’ 27” atau dalam azimuth 2950 .02.

GAMBAR 1. Bola Bumi, segitiga bola ABC, A=Ka’bah; B=pengamat dan C = kutub
Utara.

6
Apabila posisi geografis bujur suatu tempat/kota berada di sebelah barat Mekah
(Ka’bah), maka besar sudut arah Kiblat, B, dihitung dari Utara-Timur (0°< B <180°).
Model Bola Bumi (skala kurang presisi): A = Mekah (Ka’bah, lintang geografis utara
+21° 25′ dan bujur geografis 39° 50′ bujur timur), B = posisi tempat dan C adalah kutub
utara, a = (900 − φB), b = (900 − φA) dan c masing-masing adalah sisi-sisi dihadapan
sudut bola A, B (= arah kiblat) dan C (beda bujur geografis A dan B).
Bila A = Mekah (Ka’bah, lintang geografis utara +21° 25′ dan bujur geografis
39° 50′ bujur timur), B = posisi tempat dan C adalah kutub utara, a = (900 − φB), b =
(900 − φA) dan c masing-masing adalah sisi-sisi dihadapan sudut bola A, B (= arah
kiblat) dan C (beda bujur geografis A dan B) maka:

Cara 1:
tan {(1/2 (A−B)} = [ sin {(1/2)(a – b)} x cot (C/2) ] / sin {(1/2) (a + b)}
tan {(1/2 (A+B)} = [cos {(1/2) (a – b)} x cot (C/2)] / cos {(1/2) (a + b)}
B = (A + B) / 2 – (A – B) / 2, sudut B = arah kiblat.

Cara 2:
cot B = { (cot b sin a – cos a cos C) / sin C }

Cara 3:
cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C
tan (B/2) = tan r / sin (s – b)
s= (a + b + c) / 2 tan r = [{sin (s−a) sin (s−b) sin (s−c)} / sin s] (1/2)

Cara 4:
haversine = hav, hav B = (1 – cos B) / 2
hav B = sin (s−c) sin (s−a) cosec c cosec a
cosec a = 1 / sin a, cosec c = 1 / sin c
cos c = cos a cos b + sin a sin b cosC
s = (a + b + c) / 2

Cara 5:
cos b = cos a cos c + sin a sin c cos B
cos c = cos a cos b + sin a sin b cosC
7
Cara 6:
sin a / sin A = sin b / sin B = sin c / sin C
cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C

Untuk memeriksa perhitungan melalui cara di atas dapat diperiksa melalui


prosedur menghitung X1, Y1, Z, X2 dan Y2 sebagai berikut: X1 = sin a sin B = sin b
sin A, Y1 = sin a cos B = cos b sin c – sin b cos c cos A, Z = cos a = cos b cos c + sin a
sin b cos C, X2 = sin a sin C = sin c sin A, Y2 = sin a cos C = cos c sin b – sin c cos b
cos A.
Sebagai kontrol hasil perhitungan perlu dihitung: X12 + Y12 + Z2 = 1 atau X22
+ Y22 + Z2 = 1, kalau ternyata dalam perhitungan tidak menghasilkan satu maka perlu
dicurigai ada perhitungan yang keliru.

Analisis Rumus Cosinus Dan Sinus Perhitungan Arah Kiblat


Sebelum memulai analisis rumus cosinus dan rumus sinus terlebih dahulu perlu
dipahami tentang posisi tempat yang akan dilakukan pengukuran kiblatnya, yang dalam
hal ini diambil contoh yaitu Yogyakarta dengan posisi ka‟bah. Posisi dua tempat
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Untuk memudahkan analisis matematisnya, maka gambar tersebut di atas bisa


disederhanakan menjadi seperti berikut:

8
Dari gambar di atas pula akhirnya diperoleh segitiga bola ABC dengan panjang sisi a,
b, dan c serta sudut-sudutnya yaitu CAB, ABC, dan BCA. Berdasarkan gambar tersebut
pula diketahui bahwa:
1. Dalam gambar tersebut ada dua tempat yaitu A dan B. A berada dalam lintang (ɸ )
dan bujur (λ) tertentu, yang selanjutnya ditulis dengan ɸ A dan λ A. begitu pula
dengan B juga berada dalam lintang (ɸ ) dan bujur (λ) tertentu, yang selanjutnya
ditulis dengan ɸ B dan λ B.
2. Berdasarkan gambar tersebut di atas pula, dapat di ambil sebuah segitiga bola ABC,
dengan sisi-sisinya yaitu a, b, dan c. Panjang masing-masing sisi secara matematis
dapat ditentukan dengan rumus: a = 900 - lintang tempat yang akan diukur = 900 -
ɸB b = 900 - lintang tempat Ka‟bah = 900 - ɸA C = Selisih bujur tempat ayang
akan diukur dengan bujur ka‟bah (λA-λB)

Selanjutnya, dengan menggunakan aturan cosinus dalam segitiga bola maka akan
diperoleh sebuah persamaan:

Cos b = cos a cos c + sin a sin c cos B.........(1)

Cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C.............(2)

Persamaan (2) di subtitusikan kepersamaan (1)

Cos b = cos a cos c + sin a sin c Cos B

= Cos a (cos a cos b + sin a sin b cos C) + sin a sin c cos B

= 𝑐𝑜𝑠 2 𝑎 𝑐𝑜𝑠 𝑏 + cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B

Karena. 𝑐𝑜𝑠 2 𝑎 = 1 - 𝑠𝑖𝑛 2 𝑎, sehingga diperoleh

Cos b = 𝑐𝑜𝑠 2 𝑎 𝑐𝑜𝑠 𝑏 + cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B

= (1 - 𝑠𝑖𝑛 2 𝑎) cos b + cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B

= Cos b - 𝑠𝑖𝑛 2 𝑎 cos b + cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B

Cos b + 𝑠𝑖𝑛 2 𝑎 cos b = Cos b + cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B

𝑠𝑖𝑛 2 𝑎 cos b

= Cos b + cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B

= cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B

9
Selanjutnya kedua ruas dibagi dengan sin a sin b, dan diperoleh,

𝑠𝑖𝑛 2 𝑎 cos b/sin a sin b =

cos a sin a sin b cos C + sin a sin c cos B/sin a sin b

Sedangkan menurut aturan sinus dalam segitiga bola,

(Murray 1908:45), maka,

Sin C cotan B = Sin a cotan b – cos a cos C

Persamaan (3) inilah yang kemudian dikenal dengan rumus arah kiblat rumus cosinus
dan rumus sinus. Dimana,

A= lintang tempat yang akan diukur = 900 -ɸ𝐵

B = lintang tempat Ka‟bah = 900 - ɸ𝐴

C = Selisih bujur tempat ayang akan diukur dengan bujur ka‟bah (𝜆𝐴 - 𝜆𝐵 )

Selain itu, persamaan (3) tersebut bisa transformassikan kedalam bentuk lain, sebagai
berikut:

10
Mengingat

A = 900 -ɸ𝐵

B = 900 - ɸ𝐴

C = λa – λB

Cos (90 – x ) = Sin (x)

Sin (90 – x) = cos (x)

cot (90 – x) = tan (x)

Sehingga,

Sin a = Sin ( 900 -ɸ𝐵 )

= Cos ɸ𝐵

Cos a = cos ( 900 -ɸ𝐵 )

= Sin ɸ𝐵

Cotan b = Cotan ( 900 -ɸ𝐴 )

= Tan ɸ𝐴

Sehingga dengan demikian persamaan 4 menjadi,

Persamaan (5) ini merupakan rumus arah kiblat yang lain dengan menggunakan rumus
cosinus dan rumus sinus.

Berdasarkan pembahasan diatas maka aplikasi aturan cosinus dalam segitiga bola ada
dua rumus yaitu 1.

1. Rumus cosinus 1

2. Rumus cosinus 2

11
Metode perhitungan aturan cosinus dan sinus dalam perhitungan arah kiblat.
Metode perhitungan dalam bagian ini yaitu metode penggunaan calculator
sebagai media alat hitung. Adapun cara penggunaanya yaitu sebgai berikut:
1. Rumus cosinus 1

Shift tan ((𝑠𝑖𝑛 𝑎 (1:𝑡𝑎𝑛 𝑏) : 𝑠𝑖𝑛 𝐶) – (𝑐𝑜𝑠 𝑎 (1:𝑡𝑎𝑛 𝐶)) 𝑥 −1 = shift o,,,
2. Rumus cosinus 2

Shift tan (𝑠𝑖𝑛 𝐶 ∶ (Cos ɸ𝐵 Tanɸ𝐴 − Sin ɸ𝐵 cos C)) = shift o,,,

C. Hasil dan Kesimpulan


Sebelum dibahas contoh perhitungan, terlebih dahulu harus dipahami bahwa
ada aturan dalam melakukan perhitungan arah kiblat tentang ketentuan bujur tempat
yang akan dihitung (𝜆𝐴) yaitu
1. Jika (𝜆𝐴) < 390 49′ 34.33" BT maka C = 390 49′ 34.33" − 𝜆𝐴 dengan arah kiblat
menghadap kearah Timur.
2. Jika (𝜆𝐴) ˃ 390 49′ 34.33" BT maka C = 𝜆𝐴 − 390 49′ 34.33" dengan arah kiblat
menghadap kearah Barat.
3. Jika (𝜆𝐴) < 1400 10′ 25.06" BB maka C =𝜆𝐴 + 390 49′ 34.33" dengan arah kiblat
menghadap kearah Timur.
4. Jika (𝜆𝐴) ˃ 1400 10′ 25.06" BB maka C = 3600 − 𝜆𝐴 − 390 49′ 34.33" dengan arah
kiblat menghadap kearah Barat.

Berdasarkan empat kemungkinan arah kiblat tersebut dan selanjutnya


direlasikan dengan kemungkinan posisi tempat di Bumi, maka akan memiliki delapan
kemungkinan arah kiblat yaitu

1. Tempat yang berada di utara ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori satu maka
arah kiblatnya menghadap selatan timur
2. Tempat yang berada di selatan ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori satu
maka arah kiblatnya menghadap utara timur
3. Tempat yang berada di utara ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori dua maka
arah kiblatnya menghadap selatan barat

12
4. Tempat yang berada di selatan ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori dua
maka arah kiblatnya menghadap utara barat
5. Tempat yang berada di utara ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori tiga maka
arah kiblatnya menghadap selatan timur
6. Tempat yang berada di selatan ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori tiga
maka arah kiblatnya menghadap utara timur
7. Tempat yang berada di utara ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori dua maka
arah kiblatnya menghadap selatan barat
8. Tempat yang berada di selatan ka‟bah tapi bujurrnya berada pada kategori dua
maka arah kiblatnya menghadap utara barat

Delapan hal ini yang melatarbelakangi pada bagian ini ada delapan contoh
perhitungan dengan setiap contoh dihitung dengan dua rumus perhitungan sebagaimana
dibahas sebelumnya. Adapun contoh perhitungan tersebut meliputi:

Rekapitulasi Hasil Perhitungan

Setelah dilakukan perhitungan arah kiblat dengan menggunakan kedua rumus


tersebut akhirnya diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

13
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, akhirnya dapat disimpulkan

1. Rumus perhitungan arah kiblat dengan menggunakan aturan sinus dan kosinus
berangkatnya dari rumus sinus dan kosinus dalam segitiga bola, dan memiliki dua
bentuk rumus yang berbeda.
2. Dalam perhitungan arah kiblat dengan aturan sinus dan kosinus kedua bentuk rumus
menghasilkan hasil perhitungan yang sama.
3. Berdasarkan kajian di atas mulai awal hingga akhir dapat disimpulkan bahwa anatara
matematika dan agama memiliki relasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Solikin. A. (2016). Aplikasi aturan cosinus dan sinus segitiga bola dalam perhitungan arah
kiblat (sebuah relasi antara matematika dan agama). Journal of Mathematics Education,
Science And Technology, 1(2), 28-38.

Raharto, M., & Surya, D.J.A. (2011). Telaah penentuan arah kiblat dengan perhitungan
trigonometri bola dan bayang-bayang gnomon oleh matahari. Jurnal Fisika Himpunan Fisika
Indonesia, 11(1), 23-29.

Miswanto. (2015). Telaah ketepatan dan keakuratan dalam penentuan arah kiblat. Ta'allum:
Jurnal Pendidikan Islam, 3(2), 201-228.

Hambali, S. (2013). Ilmu Falak: Arah Kiblat Setiap Saat. Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Yogyakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai