Anda di halaman 1dari 17

APLIKASI TEORI GEODESI

DALAM PERHITUNGAN ARAH KIBLAT:


Studi Untuk Kota Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen

Marwadi

STAIN Purwokerto
Jl. Jend. Ahmad Yani No. 40 A Purwokerto
Email: marwadi_2005@yahoo.com

Abstrak

Para ulama sepakat bahwa menghadap kiblat menjadi syarat sahnya salat, tetapi
mereka tidak sepakat bahwa orang yang salat wajib menghadap ke bangunan Ka’bah
atau ke arah Ka’bah. Untuk kesempurnaan ibadah, diperlukan usaha mencari arah
kiblat yang tepat. Teori yang biasa digunakan untuk menghitung arah kiblat adalah
teori ilmu ukur segitiga bola (spherical trigonometry). Sekarang, teori geodesi
dengan rumus vincenty menjadi teori yang lebih akurat digunakan untuk menghitung
arah kiblat daripada teori spherical trigonometry. Tulisan ini berusaha
menggambarkan penggunaan teori geodesi dalam perhitungan arah kiblat untuk kota
Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen. Teori geodesi
menghasilkan arah kiblat untuk kota Banjarnegara 294°40’01.042”, Purbalingga
294°44’11.376”, Banyumas 294°45’25,582”, Cilacap 294°54’21.568”, dan Kebumen
294°44’16.752”. Jika arah kiblat tersebut dibandingkan dengan arah kiblat yang
selama ini dipedomani, maka terdapat selisih rata-rata 0°7’32.74”. Dengan adanya
hasil perhitungan yang mempunyai tingkat akurasi lebih tinggi, tentu akan
menambah keyakinan dalam beribadah, walaupun arah kiblat yang selama ini
menjadi pedoman juga masih dalam lingkup menghadap kiblat.

Kata kunci: aplikasi, teori geodesi, perhitungan, arah kiblat, Ka’bah

Abstract

The scholars agree that facing the qibla becomes a prayer legal requirement, but they
disagree in whether the prayers have to facing the Ka'bah building or the Ka'bah
direction. For the perfection of worship, it is required to search for the right Qibla
direction. The theory that has been used to calculate Qibla direction is spherical
trigonometry theory. Now, the theory of geodesy with vincenty formula becomes
more accurate theory used to calculate the direction of Qibla than the theory of
spherical Trigonometry. This paper describes the use of the theory of geodesy in the
calculation of the Qibla direction for cities of Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas,
Cilacap and Kebumen. The geodetic theory produces Qiblah direction for city
Banjarnegara at 294°40’01.042”, Purbalingga at 294°44’11 376”, Banyumas at
294°45’25.582”, Cilacap at 294°54’21.568”, and Kebumen at 294°44’16.752”. If
such Qibla directions are compared with Qibla directions that have been used todays,
then there is an average difference of 0°7'32.74". With the results of calculations that
have a higher degree of accuracy, it would be more convincing in worship, although
the direction of Qibla which has been used is still within the scope of facing the
Qibla.

Keywords: application, geodesy theory, calculations, qibla direction, Ka'ba


A. Pendahuluan menghadap ke bangunan Ka’bah.
Sebelum Nabi saw. hijrah ke Menurut mereka, orang yang melihat
Madinah, belum ada kewajiban Ka’bah wajib menghadap tepat ke
menghadap kiblat bagi orang yang bangunan Ka’bah, sedangkan orang yang
mengerjakan salat. Nabi saw. sendiri tidak melihatnya, wajib niat dalam
ketika salat berijtihad menghadap ke hatinya menghadap ke bangunan Ka’bah
Baitul Maqdis. Ini dikarenakan waktu itu seraya menghadap ke arahnya.
Baitul Maqdis adalah bangunan yang Sedangkan menurut ulama Hanafiyah dan
dianggap istimewa disamping ketika itu Malikiyah, yang wajib adalah menghadap
Ka’bah masih dikotori oleh banyaknya ke arah Ka’bah bagi orang yang tidak
berhala orang-orang kafir. Tetapi melihat Ka’bah (cukup menghadap ke
walaupun Nabi saw. ketika salat di arahnya). Dengan demikian, dapat
Mekah menghadap Baitul Maqdis, namun disimpulkan bahwa kedua kelompok
pada saat yang bersamaan Nabi saw. sepakat mewajibkan menghadap ke
menghadap ke Ka’bah.1 Hal itu terjadi bangunan Ka’bah bagi orang yang
karena koordinat Mekah tempat Ka’bah melihat Ka’bah.6
adalah 21o 25’ Lintang Utara, 39o 50’ Namun demikian, demi
Bujur Timur dan Yerussalem tempat kesempurnaan amal ibadah perlu adanya
Baitul Maqdis adalah 31o 47’ Lintang usaha untuk mencari arah yang tepat
Utara, 35o 14’ Bujur Timur, yang berarti menghadap ke Ka’bah. Menurut al-Jaziri
agar dapat menghadap ke Baitul Maqdis, bahwa barang siapa yang bertempat
maka penduduk Mekah harus menghadap tinggal di Mekah atau berada dekat
ke arah Utara-Barat Laut. Ketika dengan Mekah, maka tidak sah salatnya
menghadap Utara-Barat Laut itulah kecuali menghadap ke bangunan Ka’bah
kemudian Nabi saw. mengambil lokasi di secara yakin selama masih
sebelah selatan Ka’bah.2Demikian pula memungkinkan dan jika tidak
setelah Nabi saw. hijrah ke Madinah, memungkinkan maka wajib baginya
beliau masih menghadap ke Baitul berijtihad untuk mencari arah yang tepat
Maqdis selama 16 atau 17 bulan. Karena menghadap ke kiblat.7
keinginan kuat Nabi saw. untuk Sekarang ini, kemajuan iptek
menghadap ke Ka’bah, kemudian telah memberikan kemudahan kepada
turunlah Q.S. al-Baqarah ayat 1443 yang manusia untuk menentukan posisi yang
kemudian disusul Q.S. al-Baqarah ayat tepat mengarah ke Ka’bah. Ketika
149-150.4 Ayat 144 menjadi dasar kompas mulai digunakan di Indonesia
wajibnya menghadap kiblat ke Ka’bah untuk menentukan arah mata angin,
ketika salat, sedang ayat 149-150 selanjutnya digunakan juga dalam
memperkuatnya. pengukuran arah kiblat. Kemudian,
Dari beberapa ayat di atas, para teknologi Global Positioning System atau
ulama sepakat bahwa menghadap kiblat GPS sebagai alat yang dapat
menjadi syarat sahnya salat, sehingga menunjukkan koordinat di permukaan
tidak sah salatnya seseorang yang tidak bumi secara akurat dan theodolit sebagai
menghadap kiblat kecuali dalam alat ukur sudut juga dapat dipergunakan
beberapa hal misalnya salat dalam untuk menentukan arah kiblat secara
keadaan takut, dan salat di atas akurat. Beberapa software penentuan arah
kendaraan.5 Namun para ulama berbeda kiblat seperti google earth, qibla locator,
pendapat ketika menafsirkan ayat-ayat qibla direction juga dapat dimanfaatkan
tersebut, apakah menghadap kiblat itu ke untuk mengecek arah kiblat bangunan
bangunan Ka’bahnya atau cukup ke masjid. Dari metode-metode tersebut di
arahnya saja. Menurut ulama Syafi’iyah atas, metode pengukuran dengan
dan Hanabilah, yang wajib adalah theodolit dan metode pengamatan rasyd
al-qiblah disimpulkan sebagai metode akurat.13
yang paling akurat.8 Rumus Vincenty ini merupakan
Jika dilihat dalam teori sebuah metode perhitungan arah dan
perhitungannya, penentuan arah kiblat jarak yang diciptakan untuk menghitung
menggunakan perhitungan besar sudut jarak geodesik antara sepasang titik
suatu tempat yang dihitung sepanjang Lintang atau Bujur di permukaan bumi,
lingkaran horizon dari titik Utara hingga dengan menggunakan model ellipsoid
titik perpotongan lingkaran vertikal yang akurat bumi. Rumus Vincenty bukan
menuju ke tempat tersebut dengan metode khusus yang hanya digunakan
lingkaran horizon, searah dengan arah untuk menghitung arah kiblat dan
jarum jam. Teori yang selama ini jarak dari suatu tempat ke Ka‘bah
digunakan adalah teori trigonometri bola saja, melainkan juga untuk menghitung
atau spherical trigonometry.9 Teori arah dan jarak tempat yang lain.
trigonometri bola adalah teori ukur sudut Walaupun dipublikasikan pada tahun
bidang datar yang diaplikasikan pada 1975, namun menurut Khafid, Rumus
permukaan berbentuk bola seperti bumi. Vincenty ini diyakini yang paling akurat
Sekarang teori geodesi dengan pada masa sekarang. Jika pada
rumus Vincenti-nya juga dapat digunakan umumnya perhitungan arah kiblat
untuk membantu melakukan perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus
arah kiblat. Prinsip yang digunakan trogonometri bola, maka di dalam
dalam teori geodesi mirip dengan prinsip ilmu geodesi dikenal rumus Vincenty
yang digunakan dalam teori trigonometri untuk menghitung jarak dan arah
bola yaitu menggunakan lingkaran besar dengan ketelitian tinggi. Rumus ini
(great circle)10 sehingga menghasilkan memperhitungkan bentuk bumi yang
sudut arah yang tidak konstan atau tetap. lebih mendekati ellipsoid dibanding
Hanya saja teori trigonometri bola dengan pendekatan rumus trigonometri
menggunakan referensi bumi berbentuk bola yang berasumsi bumi berbentuk
bola, sedangkan teori geodesi dengan seperti bola.14
formula Vincenty menggunakan referensi Seperti arah kiblat kota-kota
bumi berbentuk ellipsoid.11 Menurut hasil lainnya di Indonesia, arah kiblat Kota
penelitian dari Misbah Khusurur dan Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas,
Ahmad Izzuddin, teori geodesi inilah Cilacap, dan Kebumen atau yang dikenal
teori yang paling akurat untuk dengan wilayah Barlingmascakeb juga
menentukan arah kiblat.12 dihasilkan dari proses perhitungan
Teori geodesi dengan rumus dengan menggunakan teori trigonometri
Vincenty-nya sebagai metode yang bola atau spherical trigonometri yang
dapat digunakan untuk menghitung arah selama ini dipedomani oleh Kementerian
kiblat ditawarkan oleh Dr. Ing. Khafid Agama RI. Hasil perhitungan arah kiblat
seorang ahli geodesi dan astronomi dari dengan teori spherical trigonometry yang
Bakosurtanal. Formula Vincenty ini selama ini dipedomani adalah untuk Kota
ditemukan oleh pakar geodesi Thaddeus Banjarnegara 294o 47’, Purbalingga 294o
Vincenty yang lahir 27 Oktober 1920 51’, Banyumas 294o 53’, Cilacap 295o
di Grodzisko Propinsi Lwów Polandia, 02’, dan Kebumen 294o 52’.15 Menurut
dan meninggal 6 Maret 2002 di penelitian Ahmad Izzudin bahwa selisih
Washington Grove, Maryland, AS. Ia arah kiblat hasil perhitungan teori geodesi
bekerja di US Air Force dan National dibanding dengan teori spherical
Geodetic Survey dan terkenal karena trigonometry untuk wilayah Indonesia
formula Vincenty sebagai sebuah teknik berkisar sekitar 8 menit busur.16 Dengan
perhitungan geodesi yang diterbitkan adanya teori geodesi sebagai teori yang
pada tahun 1975 yang dikenal sangat diyakini lebih akurat dibanding dengan
teori trigonometri bola, tentu perhitungan belahan dunia ini.24 (2) Arah Ka’bah di
arah kiblat untuk Kota Banjarnegara, Mekah yang harus dituju oleh orang yang
Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan sedang melakukan salat, sehingga semua
Kebumen dengan teori geodesi menjadi gerakan salat, baik ketika berdiri, rukuk
penting dilakukan, agar didapatkan arah maupun sujud senantiasa berimpit dengan
kiblat yang akurat sebagaimana arah itu.25 (3) Arah terdekat dari
dikehendaki oleh syarak. Sebenarnya seseorang menuju Ka’bah dan setiap
setiap daerah yang arah kiblatnya muslim wajib menghadap ke arahnya saat
ditentukan dari hasil perhitungan dengan mengerjakan salat.26(4) Arah yang
teori spherical trigonometri, penting dihadap oleh muslim ketika
untuk dihitung ulang, namun karena melaksanakan salat, yakni arah menuju
terbatasnya waktu, tulisan ini hanya ke Ka’bah di Mekah.27
memfokuskan pada kota-kota seperti Dari berbagai definisi di atas
disebutkan di atas. Dari penjelasan di dapat disimpulkan bahwa kiblat
atas, tulisan ini bermaksud merupakan arah ke Ka’bah atau baitullah
menggambarkan aplikasi teori geodesi yang harus dituju umat Islam sebagai
dalam perhitungan arah kiblat untuk Kota syarat dalam sebagian ibadah. Kiblat
Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, sebagai arah Ka`bah di Mekah dapat
Cilacap, dan Kebumen. Kemudian ditentukan dari setiap titik atau tempat di
menjelaskan selisih arah kiblat hasil permukaan Bumi dengan melakukan
perhitungan teori geodesi dengan arah perhitungan dan pengukuran. Oleh sebab
kiblat yang selama ini dipedomani, serta itu, perhitungan arah kiblat pada dasarnya
bagaimana analisis fikih terhadap hasil adalah perhitungan untuk mengetahui
perhitungan arah kiblat dengan teori guna menetapkan ke arah mana Ka’bah
geodesi serta selisih arah tersebut. di Mekah itu dilihat dari suatu tempat di
permukaan Bumi ini, sehingga semua
B. Arah Kiblat gerakan orang yang sedang
1. Pengertian Arah Kiblat melaksanakan salat, baik ketika berdiri,
Kata kiblat dari aspek bahasa rukuk, maupun sujudnya selalu berimpit
berasal dari kata qabala-yaqbulu-qiblatan dengan arah yang menuju Ka’bah.28
yang berarti menghadap.17 Menurut 2. Hukum Menghadap Kiblat
beberapa kamus, kiblat diartikan arah ke Banyak ayat al-Qur’an dan hadis
Ka’bah di Mekah (pada waktu salat),18 yang terkait dengan arah kiblat yang
atau Ka’bah itu sendiri.19 Sementara itu, menjadi dasar ijtihad para ulama dalam
dalam ensiklopedi, kiblat diartikan menentukan hukum menghadap kiblat.
sebagai bangunan Ka’bah atau arah yang Sebagian ayat dan hadis tersebut seperti:
dituju kaum muslimin dalam              
 
melaksanakan sebagian ibadah,20 arah
 '( '!
untuk menghadap pada waktu salat.21
         ! " # 
 $%&     )
Dalam kitab fikih, kiblat didefinisikan * +) " ) )   ! * ),' -)  ).( /  0
1  2   
sebagai arah Ka’bah atau wujud
  
Ka’bah.22 Kiblat juga menjadi sinonim 3 1
)4 5 6 ) 7 ( 8 ,+   ))5 9:  ; 6 < )=
 
dari kata syatrah, al-simt, dan arah. 23 29
.6 ) 7 :  A CB !DE )4 > * ?@ 9 >
Kiblat dalam literatur-literatur
ilmu falak didefinisikan sebagai (1) Arah  2    C F G $H) @ 6 5 I
 :
") J5 9 A
menuju Ka’bah (baitullah) melalui jalur Q N*K 4(A O LPN 4  ) K) @ LM  !
paling terdekat, dan menjadi keharusan
bagi orang muslim untuk menghadap ke 4( ! G R % M
   =; " C .S T:  1
 K %B (/
   

arah tersebut pada saat melaksanakan
ibadah salat, di manapun berada di
C & ,K    W < X) Y <
)Z  # ) )  U &K V! IHM 
akan menyulitkan. Ibnu al-Arabi juga
mengatakan bahwa pendapat yang kuat
30
.
&+ ! %&   adalah bagi orang yang tidak mlelihat
4(A O LPN 4   K) @ 6 5 \ B &A 9 E 9 A Ka’bah, maka kiblatnya adalah arah
Ka’bah.33
) 2    ^  2    C " _ %̀&  X ) ( &  :    N*K Dalam mazhab al-Syafi’i ada dua
 @ a > Q b  ^ 0
1
 @ _ C " _ %̀&  0)
1 C " _ %̀&  pendapat terkait hukum menghadap
kiblat. Pertama, menurut al-Syirazi, al-
31
. c >)5 9 > ?@ D> Nawawi dan al-Bajuri bahwa al-Syafi’i
Dari ayat al-Quran dan hadis di berpendapat jika bagi orang yang sama
atas, semua ulama sepakat bahwa sekali tidak memiliki petunjuk apapun
menghadap kiblat merupakan kewajiban tentang letak Ka’bah, tapi dapat melihat
dan menjadi syarat sahnya salat, sehingga petunjuk ke arah kiblat, maka orang
tidak sah salat seseorang tanpa tersebut wajib berusaha untuk
menghadap ke kiblat kecuali dalam mengetahui kiblat melalui tanda-tanda
keadaan tertentu seperti di kendaraan dan alam seperti matahari dan bulan.
dalam keadaan takut. Bagi orang yang Wajibnya tidak hanya ke arahnya saja,
melihat langsung maka wajib menghadap tetapi wajib menghadap tepat ke arah
ke bangunan Ka’bahnya. bangunan Ka’bah. Alasan mereka adalah
Tetapi bagi orang yang jauh dari hadis Nabi yang artinya "Sesungguhnya
Ka’bah dan tidak dapat melihatnya secara Rasulullah Saw setelah memasuki
langsung, maka para ulama berselisih Ka’bah, beliau keluar lalu melakukan
apakah harus menghadap ke bangunan salat dengan menghadapnya”. Kemudian
Ka’bah atau ke arahnya saja. Ulama beliau bersabda inilah kiblat.34
Hanafiah seperti al-Kasani berpendapat Sedangkan menurut al-Muzanni dan al-
bahwa bagi orang yang salat tidak akan Syarbini bahwa al-Syafi’i berpendapat
lepas dari dua keadaan; pertama, ia yang wajib adalah menghadap ke arah
mampu untuk melakukan salat dengan Ka’bah dengan alasan seandainya yang
menghadap kiblat atau yang kedua ia wajib itu adalah menghadap kepada
melakukan salat tetapi tidak mampu bangunan Ka’bah secara fisik, maka salat
untuk menghadap kiblat. Jika ia dapat jamaah yang shafnya memanjang adalah
melihat Ka’bah, maka ia wajib salat tidak sah, sebab di antara mereka terdapat
dengan menghadap kiblat dan kiblatnya orang yang menghadap ke arah di luar
adalah bangunan Ka'bah ('ain al-ka'bah) dari bangunan Ka’bah. Dasarnya adalah
tersebut dari arah mana saja ia hadis Nabi yang artinya “arah antara
melihatnya. Sehingga, seandainya ia timur dan barat adalah kiblat.”35
melenceng dari bangunan Ka’bah, tanpa Ulama mazhab Hambali seperti
menghadap kepada salah satu bagian Ibnu Qudamah berpendapat bahwa bagi
bangunan Ka’bah, maka salatnya tidak orang yang dapat melihat Ka’bah, maka
sah. Jika ia tidak dapat melihat Ka’bah, ia wajib menghadap ke bangunan
maka ia wajib menghadap ke arah Ka’bah. Sebagian ulama dari mazhab
Ka’bah.32 Hambali berpendapat bahwa hukum
Ulama Malikiyah seperti Ibnu menghadap kiblat terbagi menjadi;
Rusyd berpendapat bahwa bagi orang pertama, orang yang melihat langsung
yang melihat Ka’bah maka kiblatnya bangunan Ka’bah, atau ia termasuk
adalah bangunan Ka’bah, sedangkan bagi penduduk Mekah, atau ia tinggal di
orang yang tidak dapat melihat Ka’bah, Mekah tetapi berada di belakang
kiblatnya adalah ke arah Ka’bah karena penghalang buatan, seperti pagar, maka
seandainya menghadap ke bangunan kiblatnya adalah menghadap ke bangunan
Ka’bah itu suatu kewajiban, tentu hal ini Ka’bah tersebut secara yakin. Kedua,
orang yang mengetahui arah Ka’bah penentuan utara sejati, dan digunakan
tetapi melalui orang lain, maka ia wajib pula untuk menentukan arah kiblat pada
menghadap ke mihrab dan kiblat mereka beberapa waktu yang diperhitungkan
yang sudah dipasang. Ketiga, adalah yaitu dengan metode rashd al-qiblah dan
orang yang tidak mengatahui bangunan penentuan posisi arah matahari untuk
Ka’bah, tetapi memiliki beberapa tanda- mengetahui arah kiblat dengan
tanda untuk mengetahui kiblat itu, maka menggunakan berbagai alat bantu.38
ia wajib berijtihad untuk dapat b. Dengan Menggunakan Alat Bantu
mengetahui arah kiblat. Keempat adalah Penggunaan alat bantu dalam
orang yang buta dan orang yang tidak penentuan arah kiblat dilakukan setelah
memiliki kemampuan untuk berijtihad, mengetahui arah atau sudut kiblat. Alat
maka ia harus taklid kepada para bantu aplikasi penentuan arah kiblat yang
36
mujtahid. Dua kelompok terakhir dan dapat digunakan adalah Kompas,
orang-orang yang tinggalnya jauh dari Astrolabe dan Rubu’ Mujayyab, Busur
Mekah wajib mencari tahu arah Ka’bah, Derajat, Theodolit dan GPS (Global
bukan mengenai bangunan Ka’bah. Imam Positioning System), Segitiga kiblat,
Ahmad berpendapat arah antara timur Mizwala, Rashd al-qiblah baik lokal
dan barat adalah kiblat. Karena itu, jika maupun global, serta beberapa software
melenceng sedikit dari arah Ka’bah arah kiblat.39
tersebut, maka salatnya tidak perlu Beberapa software yang bisa
diulang. Walaupun begitu, ia harus teliti digunakan seperti software QiblaCalc 1.0
mengarahkan salatnya pada bagian karya Monzur Ahmed dari Birmingham
tengah kiblat. Dengan demikian, para (Inggris), software Accurate Times karya
ulama mazhab Hambali sepakat atas Muh. Syaukat Audah dari Yordania,
wajibnya menghadap ke arah Ka’bah software Hisab Falak karya Aminudin E.
bagi orang yang tidak dapat melihatnya, Karwita dari Surabaya (Indonesia),
bukan menghadap ke bangunan Ka’bah.37 software Mawaaqit yang dibuat oleh
3. Metode Penentuan Arah Kiblat Khafid, software al-Miqat yang dibuat
a. Melihat Benda-Benda Langit oleh Ahmad Izzuddin, software Google
Pada zaman sahabat, kedudukan Maps, software Google Earth, dan
bintang-bintang dan matahari software Qibla Locator.40
dimanfaatkan sebagai petunjuk arah 4. Teori-teori Perhitungan Arah Kiblat
untuk menentukan arah kiblat. Bintang a. Teori Trigonometri Bola
utama yang dijadikan pedoman dalam Trigonometri berasal dari bahasa
penentuan arah adalah bintang Polaris Yunani trigonon yang berarti segitiga
atau bintang Utara, yaitu satunya bintang atau tiga sudut dan metro yang berarti
yang menunjuk tepat ke arah utara bumi. mengukur. Istilah trigonornetri ini
Melalui melihat bintang ini dan beberapa digunakan untuk sebuah cabang
bintang lain, arah kiblat dapat ditentukan matematika yang berhadapan dengan
dengan mudah. Ada juga rasi bintang sudut segitiga dan fungsi trigonometri
yang dapat digunakan untuk menentukan seperti sinus, cosinus, dan tangen.
arah kiblat yaitu rasi bintang Orion. Pada Sedangkan bola yang dalam bahasa
rasi ada tiga bintang berderet yang jika Inggris disebut sphere didefinisikan
dihubungkan akan menuju arah kiblat sebagai permukaan di mana semua titik
yaitu mintaka, alnilam dan alnitak. berjarak sama dari sebuah titik pusat.
Kemudian bintang yang paling dekat Teori trigonometri bola (spherical
dengan planet kita, yaitu Matahari, di trigonometry) secara terminologi
mana bayangannya digunakan untuk didefinisikan sebagai ilmu ukur sudut
penentuan titik koordinat (lintang dan bidang datar yang diaplikasikan pada
bujur) tempat di permukaan Bumi, permukaan berbentuk bola yaitu Bumi.
Teori trigonometri bola inilah yang selalu tempat lain. Dalam beberapa data, kata
digunakan untuk menghitung arah kiblat. navigasi berasal dan bahasa Yunani, yaitu
Teori ini banyak digunakan untuk navis, yang artinya perahu kapal dan
menghitung persoalan-persoalan yang agakt yang artinya mengarahkan. Secara
terkait dengan ilmu falak seperti harfiah mengarahkan sebuah kapal dalam
penentuan awal bulan qamariah, melakukan pelayaran. Dalam bahasa
menghitung waktu salat, gerhana Sansekerta yaitu navghatht didefinisikan
matahari dan bulan, dan sebagainya.41 sebagai penentuan posisi dan arah di atas
Teori trigonometri bola berbeda permukaan bumi. Istilah navigasi pada
dengan trigonometri bidang datar. Dalam umumnya digunakan untuk keperluan
trigonometri bola dibahas sudut-sudut pelayaran dan penerbangan, karena
segitiga yang diaplikasikan pada bidang mempelajari navigasi sama artinya
bola. Sedangkan dalam trigonometri dengan belajar merekam dan membaca
bidang datar dibahas sudut-sudut segitiga gambaran permukaan fisik bumi, serta
yang diaplikasikan pada bidang datar. bagaimana halnya menggunakan
Trigonometri bidang datar hanya terbatas peralatan pedoman arah.44
pada perhitungan segitiga siku-siku Sistem navigasi dalam penentuan
bidang datar. Sedangkan trigonometri arah pada dasarnya sudah digunakan
bola lebih kompleks karena banyak sejak lama. Salah satu alat navigasi
berkaitan dengan posisi bumi, matahari, konvensional yang digunakan dalam
bulan dan sebagainya.42 penentuan arah adalah kompas magnetik.
Teori trigonometri bola dapat Kompas magnetik merupakan salah satu
digunakan untuk menentukan arah kiblat teknologi navigasi yang paling penting
dengan menggunakan rumus-rumus yang dihasilkan peradaban Islam, bapak
segitiga bola untuk menentukan sudut sejarah sains Barat, George Sarton dalam
yang dibentuk dari dua titik yang berada Introduction to the History of Science
di atas bumi. Keberadaan bumi yang mengungkapkan bahwa peradaban Cina
mendekati bentuk bola memudahkan telah lama mengenal potensi navigator
perhitungan penentuan arah atau jarak jarum magnet. Namun, menurut Sarton
sudut suatu tempat dihitung dari suatu potensi itu tak pernah dimanfaatkan
tempat lain, meskipun sebenarnya bentuk peradaban Cina untuk membuat sebuah
bumi tidak berbentuk bola akan tetapi kompas. Menurut dia, peradaban
pepat di kedua kutubnya. Untuk Islamlah yang pertama kali menggunakan
perhitungan arah kiblat, ada 3 buah titik magnet sebagai alat penunjuk arah. Para
yang diperlukan, yaitu titik A terletak di sarjana Islam mengembangkan kompas
Ka`bah (φ = 21º 25’ 25" (LU) dan λ = dengan 32 titik. Sejarah mencatat, pada
39º 49' 39" (BT), titik B terletak di lokasi abad ke-11 para pelaut muslim
yang akan dihitung arah kiblatnya, titik C menggunakan kompas marinir untuk
terletak di titik kutub Utara. Titik A dan pertama kalinya atau mungkin jauh
titik C adalah dua titik yang tidak sebelum itu sudah memakainya.45
berubah, karena titik A tepat di Ka’bah Dalam Ensiklopedia Islam
dan titik C tepat di kutub utara. disebutkan bahwa penggunaan magnet
Sedangkan titik B senantiasa berubah sebagai penunjuk arah dalam risalah
tergantung pada tempat mana yang untuk pertama kalinya muncul dalam
dihitung arah kiblatnya.43 kumpulan anekdot Persia bertajuk
b. Teori Navigasi "Jawami Al-Hikayah wa Lawami ar-
Definisi navigasi yaitu ilmu Riwayah (Kumpulan Hikayat dalam
pengetahuan (tentang posisi, jarak, dsb) Riwayat-riwayat Cemerlang). Kompilasi
untuk menjalankan kapal laut, pesawat, anekdot itu ditulis oleh Muhammad Al-
dan sebagainya dari suatu tempat ke Rawi pada tahun 1230 M. Kemudian alat
navigasi yang modern seperti GPS sudah berubah). Cara ini akan memperoleh
dapat dimanfaatkan umat muslim dalam jarak terdekat. Dalam teori trigonometri
menentukan arah kiblat, yaitu membantu bola, jalur ini mengikuti lingkaran besar
dalam penentuan posisi (lintang dan (lingkaran yang titik pusatnya di pusat
bujur) dan waktu.46 bola). Dari istilah tersebut, teori navigasi
Alat seperti kompas dan peta pada dasarnya menggunakan jalur sudut
menandakan berkembangnya navigasi. yang tetap untuk memudahkan perjalanan
Teori navigasi yang terkait dengan agar tidak berbelok arah sehingga garis
penentuan arah kiblat pada dasarnya arahnya lurus pada peta mercator.
pernah ada pada konsep peta yang ada Berbeda dengan jalur yang merupakan
dalam navigasi. Ini bisa diketahui dari arah yang lurus pada permukaan Bumi
peta khusus buatan Islam untuk mencari akan tampak melengkung pada peta
sudut kiblat pada abad pertengahan mercator.48
peradaban Islam. Sebelum tahun 1989,
ditemukan salinan unik dari sebuah C. Teori Geodesi dan Aplikasinya
risalah pada astronomi rakyat oleh Siraj dalam Perhitungan Arah Kiblat
al-Dunya al-Din, yang disusun pada 1. Pengertian Geodesi
tahun 607 H. Dalam hal ini Geodesi diambil dari bahasa
menghubungkan lokalitas seseorang ke Yunani, γη (geo) yang berarti bumi dan
Mekah dan ukuran kecenderungan untuk δατω (daisia) yang berarti membagi,
meridian lokal seseorang meskipun masih sehingga kata geodaisia atau geodeien
sederhana, perkiraan sistem kerja bekerja berarti membagi bumi.49 Definisi klasik
cukup baik untuk daerah seperti Mesir geodesi menurut Helmert adalah ilmu
dan Iran. Namun arah peta di sekitar tentang pengukuran dan pemetaan
horizon terlihat kasar karena berkaitan permukaan Bumi. Menurut Torge,
dengan terbit surya. Peta tersebut definisi di atas mencakup pula
merupakan contoh unik kombinasi antara permukaan dasar laut. Walaupun definisi
kanografi, matematika dan astronomi.47 klasik tersebut sampai batas tertentu
Sekilas sejarah tentang teori masih dapat dipakai, tetapi definisi
navigasi dalam penentuan arah kiblat tersebut tidak dapat menampung
ternyata memang pernah dibahas pada perkembangan ilmu geodesi yang terus
masa lampau. Teori navigasi pada mengalami perkembangan dari waktu ke
aplikasinya merupakan teori yang waktu.50
digunakan untuk perjalanan menuju suatu Definisi modern tentang geodesi
tempat. Beberapa istilah erat dengan teori disampaikan oleh International
ini yakni tentang navigasi loxodromic Association of Geodesy (IAG) yaitu
(mercartor navigation) yang memiliki bahwa geodesi adalah disiplin ilmu yang
arti harfiah jalur serong mengikuti arah mempelajari tentang pengukuran dan
yang tetap (misalnya merujuk pada utara pereprestasian dari bumi dan benda-
sebenarnya) sehingga di peta mercator benda langit lainnya, termasuk medan
(peta datar) tampak jalurnya lurus, walau gaya beratnya masing-masing dalam
sebenamya jalur di permukaan Bumi ruang tiga dimensi yang berubah dengan
melengkung. Cara ini digunakan pada waktu. Definisi lainnya yang bersifat
navigasi karena mudah mengikuti sudut modern diberikan oleh Ohio State
arah yang tetap, walau jaraknya menjadi University (OSU) bahwa geodesi adalah
lebih jauh. Sedangkan navigasi bidang ilmu interdisiplin yang
orthodromic yang memiliki arti harfiah menggunakan pengukuran-pengukuran
jalur lurus mengikuti arah lurus di pada permukaan bumi serta dari wahana
permukaan Bumi, walau sudut arahnya pesawat dan wahana angkasa untuk
(relatif terhadap gatis bujur, selalu mempelajari bentuk dan ukuran bumi,
planet-planet dan satelitnya, serta bola bumi dengan menentukan radius dari
perubahan-perubahannya, menentukan model bola bumi. Dia mengamati bahwa
secara teliti posisi serta kecepatan dari sekali dalam setiap tahun, matahari tepat
titik-titik ataupun obyek-obyek pada berada di atas sebuah sumur di Aswan
permukaan bumi atau yang mengorbit (Syena). Pada saat yang sama dia
bumi dan planet-planet dalam suatu mengukur panjang bayang-bayang dari
sistem referensi tertentu, serta sebuah menara di Aleksandria yang
mengaplikasikan pengetahuan tersebut terletak kira-kira di utara Aswan untuk
untuk berbagai aplikasi ilmiah dan menentukan θ. Karena jarak dS antara
rekayasa dengan menggunakan Aswan dan Aleksandria diketahui, maka
matematika, fisika, astronomi, dan ilmu radius bola bumi R dapat ditentukan.
komputer.51 Satuan pengukuran yang dilakukan pada
2. Sejarah Ilmu Geodesi waktu itu adalah "stadia", dan jarak
Dalam sejarah keberadaan antara Aswan dan Aleksandria adalah
manusia, bumi merupakan satu-satunya 5000 stadia. Konversi yang tepat dari
tempat tinggal baginya. Perkembangan stadia menjadi satuan meter tidaklah
sejarah manusia mencatat bahwa dalam diketahui secara pasti, namun
proses interaksi antarkelompok, setiap diperkirakan sama dengan 185 meter.
kelompok selain mengetahui lingkungan Dengan menggunakan konversi ini,
sekelilingnya perlu juga mengetahui radius bola bumi yang dihasilkan cara
lingkungan lain yang lebih luas yang Erathostenes hanya 15,5% lebih panjang
pada ujungnya, para ilmuwan merasa dari radius bumi yang dihasilkan dari
perlu mempelajari dan mengetahui bumi cara teknologi satelit yang digunakan saat
secara global sebagai tempat kediaman ini yang memberikan data seluruh
manusia.52 permukaan bumi.
Pertama, bumi dikenal sebagai Poseidonius (135 - 50 SM)
sebuah bidang datar. Bagi manusia yang menentukan radius bumi dengan
hidup di wilayah daratan dan tidak mengukur panjang busur dari Rhodes dan
mengenal lautan, bidang datar yang Aleksandria dengan hasil 11% lebih
dimaksud dapat saja merupakan bidang besar. Pada tahun 827 M, Khalifah
horizon di wilayah tersebut, sedangkan Abdullah bin Makmun menentukan besar
bagi manusia yang hidup di wilayah bola bumi dekat Baghdad dengan radius
pesisir, bidang datar yang dimaksud tentu hanya 3,6% lebih besar. Setelah
saja permukaan laut. Perumusan bumi perkembangan kalkulus, pengetahuan
sebagai bidang datar dikenal dengan gayaberat, kuadrat terkecil, kegiatan
model bumi datar. Pengenalan teori penentuan besar bumi mulai berlangsung
bahwa bumi berbentuk seperti bola di Eropa dan dikenal sebagai pekerjaan
disampaikan oleh Phytagoras (sekitar 500 geodesi seperti dilakukan oleh Willebrord
SM), seorang ahli matematika Snel van Koien (1580-1626), seorang
berkebangsaan Yunani, yang kemudian Belanda yang lebih dikenal dengan
didukung oleh Aristoteles (384-322 SM) Snellius. Dia melakukan penentuan
seorang ahli filsafat Yunani yang panjang busur melalui pengukuran dan
menyatakan bahwa Tuhan menciptakan hitungan jaringan triangulasi, dikenal
bumi dalam bentuk yang sempurna, yaitu dengan triangulasi Snellius yang
bola.53 menghasilkan 3,4% lebih kecil. Seorang
Eratosthenes (276-195 SM), ahli astronomi Perancis, Jean Picard
seorang ahli astronomi Mesir berasal dari (1620 - 16S2), melakukan pengukuran
Yunani menggunakan suatu cara yang panjang busur meridian yang teliti
sederhana untuk menentukan besar bola melalui Paris dan menghasilkan 0,7%
bumi. Eratosthenes menentukan besar lebih besar.54
Dengan mempertimbangkan kebutuhan navigasi menggunakan model
bahwa bumi berputar pada sumbu bumi ellipsoid dalam menentukan posisi-
putarnya, maka pengetahuan akan bentuk posisi pengguna atau target-target yang
bumi jadi berubah dan bertambah. kemudian ditentukan.56
Bentuk bumi menjadi ellipsoid bumi 3. Ruang Lingkup Ilmu Geodesi
(earth ellipsoid), yaitu suatu ellipsoid Geodesi pada awalnya adalah
putaran yang dibentuk oleh ellips yang suatu ilmu yang mempunyai tujuan utama
berputar pada sumbu pendeknya. Ahli menentukan bentuk dan besar bumi
geodesi menggunakan model ellipsoid termasuk medan gayaberat bumi. Dalam
bumi ini sebagai permukaan acuan perkembangannya sesuai dengan
(reference surface) untuk penentuan perkembangan ilmu pengetahuan dan
posisi geodetik. Ada dua parameter yang teknologi, studi tentang fenomena
menentukan bentuk dan besar ellipsoid geodinamika, seperti rotasi bumi, gerakan
bumi ini, yaitu radius lingkaran ekuator kerak bumi, pasang surut laut, dan bumi
yang merupakan setengah sumbu panjang padat juga merupakan bagian dari
ellipsoid (a) dan setengah sumbu pendek geodesi. Sesuai dengan tuntutan
ellipsoid (fa) atau pegepengan ellipsoid perkembangan ilmu pengetahuan alam
(f). Hubungan antara a, b, dan f semesta, pada saat ini studi tentang
ditunjukkan dengan rumus f= (a-b) : a.55 bentuk dan besar planet lain yang
Dengan adanya pegepengan pada menggunakan teknik geodesi juga
kedua kutubnya (sehingga menyebabkan merupakan salah satu kegiatan dalam
besar jari-jari ke arah ekuator lebih ilmu geodesi. Menurut Joenil Kahar,
panjang dari pada yang ke arah kutub), ruang lingkup geodesi terdiri dari:
maka nilai-nilai pengamatan bentuk bumi a. Penentuan posisi,
menghasilkan perbedaan-perbedaan nilai b. Kajian medan gayaberat bumi,
(panjang) sekilar 20 km antara panjang c. Kajian fenomena geodinamika,
jari-jari rata-rata bumi (ke arah ekuator) d. Kajian hasil pemanfaatan
dengan jarak dari pusat bumi ke kutub teknologi satelit dan antariksa,
(perhatikan selisih antara nilai-nilai e. Pengembangan teori dan
57
setengah sumbu panjang (a) dengan metodologi kegiatan geodesi.
setengah sumbu pendek (b) ellipsoid 4. Aplikasi Teori Geodesi dalam
referensi). Hasil-hasil pengamatan yang Perhitungan Arah Kiblat
terakhir ini membuktikan bahwa model Ilmu geodesi memberikan
geometrik yang paling tepat untuk banyak kegunaan dalam penentuan
merepresentasikan bentuk bumi adalah arah kiblat. Hal tersebut karena
ellipsoid (ellips putar); fakta-fakta yang geodesi merupakan salah satu cabang
mulai banyak terkuak sejak abad ke 19 ilmu matematika yang bertujuan
hingga abad 20 oleh Everest, Bessel, menentukan bentuk dan ukuran bumi,
Clarke, Hayford, hingga U.S Army Map menentukan posisi (koordinat) titik-titik,
Service (walaupun baru pertama kali panjang dan arah garis di permukaan
ditemukan pada abad ke 17). Model- bumi, serta mempelajari medan gaya
model bentuk bumi ellipsoid ini sangat berat bumi.58
diperlukan untuk hitungan-hitungan jarak Dengan mempertimbangkan
dan arah (terkadang beberapa pihak bahwa bumi berputar pada sumbu
menyebutnya sebagai: sudut jurusan, putarnya, maka pengetahuan akan bentuk
arah, bearing, atau heading) yang akurat bumi menjadi berubah yakni berbentuk
dengan jangkauan yang sangat jauh. ellipsoid. Ahli geodesi menggunakan
Sebagai contoh, receivers GPS (juga model ellipsoid bumi sebagai permukaan
sistem atau perangkat Loran-C sebagai acuan (reference surface) untuk
59
pendahulunya) untuk memenuhi penentuan posisi geodetik.
Dalam menentukan koordinat- parameter pertama di atas.61 Hubungan
koordinat titik-titik, jarak, dan arah antara a, b, dan f di atas adalah f = (a-
unsur-unsur spasial di permukaan bumi b)/b.62 Untuk memudahkan komunikasi,
diperlukan adanya suatu bidang sebagai penyamaan persepsi, digunakan sistem
referensi hitungan. Bidang tersebut tentu koordinat yang disebut sistem koordinat
harus mempunyai keteraturan dan geodetis, yang dinyatakan dengan
konsistensi, walaupun pada kenyataannya Lintang (φ), Bujur (λ), dan tinggi (h)
fisik permukaan bumi tidak teratur. yang dapat mencakup area keseluruhan
Untuk memenuhi keperluan (referensi) permukaan bumi.63
hitungan terkait kegeodesian, maka Dalam ilmu geodesi, penentuan
permukaan fisik bumi ‘diganti’ dengan titiknya dinyatakan dengan koordinat
suatu permukaan yang teratur dengan yang mengacu pada sistem koordinat
bentuk dan ukuran yang sangat World Geodetic System 1984 (WGS 84).
mendekati bumi. Permukaan yang dipilih Dalam sistem koordinat WGS 84 yang
adalah bidang permukaan yang merupakan sistem koordinat kartesian
mendekati bentuk dan ukuran geoid. tangan kanan, ellipsoid referensi yang
Permukaan geoid memiliki bentuk yang dipakai adalah ellipsoid geosentrik WGS
sangat mendekati geometri ellips-putar 84 yang didefinisikan oleh empat
dengan sumbu pendek sebagai sumbu parameter utama yaitu; sumbu panjang
putar yang berimpit dengan sumbu putar (a) = 6378137. 0 m, pegepengan (1/f) =
bumi. Kemudian, geometri ellipsoid ini 298.257223563, kecepatan sudut Bumi
digunakan sebagai bidang referensi (ω) = 7292115.0 x 10-11 rad s-1 dan
hitungan-hitungan terkait disiplin atau konstanta gravitasi Bumi (termasuk
ilmu geodesi, oleh karena itu akhirnya massa atmosfer) (GM) = 3986004.418 x
disebut sebagai ellipsoid referensi 108 m3 s-2.64
(permukaan referensi geometrik).60 Selanjutnya dengan mengacu pada
Geometri ellipsoid referensi kerangka di atas, Vincenty merumuskan
biasanya didefinisikan oleh nilai jari-jari persamaan untuk menentukan hubungan
ekuator (a) dan pegepengan (f) ellips dua titik di permukaan bumi yang
putarnya. Sedangkan parameter- selanjutnya dapat dugunakan untuk
parameter lainnya seperti setengah menghitung arah kiblat. Persamaan
sumbu pendek (b), eksentrisitas (e), tersebut adalah seperti dijelaskan pada bab
dan lain sebagainya dapat dihitung sebelumnya yaitu:65
dengan menggunakan kedua nilai
Di mana parameter-parameter di koordinat tempat 7° 26’ LS dan 109° 40’
atas didefinisikan sebagai berikut: BT adalah 294° 40’ 01.042” dengan
a = panjang major axis dari jarak ke Ka’bah 8262.106 km.
ellipsoid atau radius bumi di equator Purbalingga dengan koordinat tempat 7°
(6378137.0 meter dalam WGS- 25’ LS dan 109° 22’ BT adalah 294° 44’
84) 11.376” dengan jarak ke Ka’bah
b = panjang major axis dari 8231,248 km. Banyumas dengan
ellipsoid atau radius bumi di kutub koordinat tempat 7° 25’ LS dan 109° 17’
(6356752.314 meter dalam BT adalah 294° 45’ 25,582” dengan
WGS-84) jarak ke Ka’bah 8222,894 km. Cilacap
f = (a – b) / a = penggepengan ( 1/ dengan koordinat tempat 7° 45’ LS dan
298.257223563 dalam WGS-84) 109° 2’ BT adalah 294° 54’ 21.568”
φ1, φ2 = koordinat lintang geografis dengan jarak ke Ka’bah 8213,337 km.
U1 = arctan [( 1/f ) . tan φ1] = koreksi Kebumen dengan koordinat tempat 7°
lintang 42’ LS dan 109° 39’ BT adalah 294° 44’
U2 = arctan [( 1/f ) . tan φ2] = koreksi 16.752” dengan jarak ke Ka’bah
lintang 8272.760 km. Angka-angka tersebut
λ1, λ2 = koordinat bujur geografis dihasilkan setelah koordinat tempat
Rumus Vincenty ini mempunyai masing-masing kota diolah melalui
ketelitian yang sangat tinggi walaupun software Al-misbah.
sangat rumit.66 Untuk memudahkan Sementara itu, arah kiblat untuk
penggunaannya dalam menghitung arah masing-masing kota tersebut yang
kiblat, maka rumus vincenty tersebut selama ini dijadikan pedoman adalah
diolah oleh Misbah Khusurur, alumni S-2 untuk kota Banjarnegara 294° 47’,68
Ilmu Falak IAIN Walisongo Semarang dengan jarak ke Ka’bah 8268,365 km.
dalam bentuk software yaitu software Al- Kota Purbalingga adalah 294° 52’,69
Misbah.67 dengan jarak ke Ka’bah 8237,530 km.
Banyumas adalah 294° 53’,70 dengan
D. Perhitungan Arah Kiblat untuk jarak ke Ka’bah 8229,184 km. Cilacap
Kota Banjarnegara, Purbalingga, adalah 295° 2’,71 dengan jarak ke Ka’bah
Banyumas, Cilacap dan Kebumen 8219,829 km. Kebumen adalah 294°
dengan Teori Geodesi 52’,72 dengan jarak ke Ka’bah 8279, 160
1. Arah kiblat untuk kota Banjarnegara, km. Arah kiblat tersebut diperoleh dari
Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan rumus spherical trigonometry (segitiga
Kebumen bola murni) yaitu:
Arah kiblat hasil perhitungan tan ½ (A+B) = cos ½ (a-b) / cos ½ (a+b)
dengan teori geodesi (rumus vincenty) x cot ½ C
untuk kota Banjarnegara dengan
tan ½ (A-B) = sin ½ (a-b) / sin ½ (a+b) x arah kiblat untuk kota Banyumas yang
cot ½ C selama ini dipedomani yaitu 294° 53’
B = ½ (A+B) - ½ (A-B)73 dengan arah kibat kota Banyumas hasil
a = 90° - φ tempat ybs perhitungan dengan teori geodesi adalah
b = 90° - φ Ka’bah 00° 07’ 34.42”. Dari sudut
C = λ tempat ybs - λ Ka’bah penyimpangan sebesar 00° 07’ 34.42”
Sedang untuk jarak ke Ka’bah dihitung dapat dihitung jarak penyimpangannya
dengan rumus: adalah 13,930 km.
cos c = cos a cos b + sin a sin b cos C74 Perbedaan jarak kota Cilacap
s = c x 111,32 km. dengan Ka’bah hasil perhitungan dengan
Perbedaan antara jarak kota teori trigonometri yakni 8219,829 km
Banjarnegara ke Ka’bah hasil dengan jarak kota Cilacap dengan
perhitungan dengan teori trigonometri Ka’bah hasil perhitungan dengan teori
yakni 8268,365 km dengan jarak kota geodesi yakni 8213,337 km adalah 6,492
Banjarnegara dengan Ka’bah hasil km. Sedangkan perbedaan antara arah
perhitungan teori geodesi yakni kiblat untuk kota Cilacap yang selama
8262.106 km adalah 6,259 km. ini dipedomani yaitu 295° 2’ dengan
Sedangkan perbedaan arah kiblat untuk arah kibat kota Cilacap hasil perhitungan
kota Banjarnegara yang selama ini dengan teori geodesi yakni 294° 54’
dipedomani yaitu 294° 47’ dengan arah 21.568” adalah 00° 07’ 38.43”. Dari
kibat kota Banjarnegara hasil sudut penyimpangan sebesar 00° 07’
perhitungan dengan teori geodesi yaitu 38.43’’dapat dihitung jarak
294° 40’ 01.042” adalah 00° 06’ 58.96”. penyimpangannya adalah 14,0422 km.
Dari sudut penyimpangan sebesar 00° Untuk perbedaan jarak kota
06’ 58.96” tersebut, jika dihitung jarak Kebumen dengan Ka’bah hasil
penyimpangannya mencapai 12,8463 perhitungan teori trigonometri sebesar
km. 8279,160 km dengan jarak kota
Perbedaan antara jarak kota Kebumen dengan Ka’bah hasil
Purbalingga ke Ka’bah hasil perhitungan perhitungan teori geodesi sebesar
dengan teori trigonometri yakni 8272.760 km adalah 6,4 km. Sedangkan
8237,530 km dengan jarak kota perbedaan antara arah kiblat untuk kota
Purbalingga dengan Ka’bah hasil Kebumen yang selama ini dipedomani
perhitungan dengan teori geodesi yakni yaitu 294° 52’ dengan arah kibat kota
8231,248 km adalah 6,282 km. Kebumen hasil perhitungan dengan teori
Sedangkan perbedaan arah kiblat untuk geodesi yakni 294° 44’ 16.752” adalah
kota Purbalingga yang selama ini 00° 07’ 43.25”. Dari sudut
dipedomani yaitu 294° 52’ dengan arah penyimpangan sebesar 00° 07’ 43.25’’,
kibat kota Purbalingga hasil perhitungan dapat dihitung jarak penyimpangannya
dengan teori geodesi yakni 294° 44’ sejauh 14,1889 km. Karena arah kiblat
11.376” adalah 00° 07’ 48.62”. Dari hasil perhitungan dengan teori
sudut penyimpangan sebesar 00° 07’ trigonometri untuk semua kota-kota
48.62” maka dapat dihitung jarak tersebut di atas lebih besar dari arah
penyimpangannya adalah 14,3738 km. kiblat hasil perhitungan dengan teori
Sementara itu, perbedaan jarak geodesi, maka jarak penyimpangannya
kota Banyumas ke Ka’bah hasil adalah ke arah Utara Ka’bah.
perhitungan teori trigonometri yakni
8229,184 km dengan jarak kota E. Analisis Hasil Perhitungan Arah
Banyumas ke Ka’bah hasil perhitungan Kiblat dengan Teori Geodesi dalam
teori geodesi yakni 8222,894 km adalah Perspektif Fikih
6,29 km. Sedangkan perbedaan antara Dari keseluruhan hasil
perhitungan arah kiblat menggunakan yang di Masjidil Haram, Masjidil Haram
teori geodesi diperoleh hasil untuk kota adalah kiblat bagi orang-orang yang
Banjarnegra 294° 40’ 01,042”, Kota berada di tanah Mekah dan Tanah Haram
Purbalingga 294° 44’ 11.376”, Kota adalah kiblat bagi umatku di bumi, baik
Banyumas 294° 45’ 25,582”, Kota di Barat maupun di Timur,” di mana bagi
Cilacap 294° 54’ 21.568” dan Kota orang yang jauh dari Ka’bah dan Masjidil
Kebumen 294° 44’ 16.752”. Semua hasil Haram, kiblatnya cukup menghadap ke
perhitungan tersebut lebih kecil dari arah Mekah, tentu masih dalam lingkup
kiblat yang selama ini dipedomani yakni menghadap kiblat, karena jarak sejauh itu
untuk kota Banjarnegra 294° 47’, Kota masih dalam lingkup wilayah Mekah
Purbalingga 294° 52’, Kota Banyumas (Tanah Haram) bagian Timur Laut
294° 53’, Kota Cilacap 295° 2’ dan Kota Ka’bah baik jika di ukur dengan Nakhlah
Kebumen 294° 52’. Jika dirata-rata, maka yang jauhnya 13,9 km maupun Ji’ranah
selisihnya adalah 0° 7’ 32,74”. Dari rata- yang jaraknya 20,7 km.75 Namun
rata selisih sudut sebesar 0° 7’ 32,74” demikian, jika untuk mengetahui arah
tersebut sama dengan penyimpangan Ka’bah sebagai kiblat dapat dihasilkan
sejauh 13,8762 km. Karena sudut arah dengan cara yang lebih akurat walaupun
kiblat hasil perhitungan dengan teori untuk jarak yang jauh dari Mekah, tentu
geodesi lebih kecil dari sudut arah kiblat hasil perhitungan arah kiblat yang
yang selama ini dipedomani, berarti jarak diketahui dengan lebih akurat menjadi
penyimpangan yang sejauh rata-rata wajib diikuti sebagimana pendapat al-
13,8762 km. adalah ke arah Utara Jaziri.76
Ka’bah.
Besarnya selisih sudut arah kiblat F. Penutup
yang selama ini dipedomani jika Dari pembahasan di atas, maka
dibandingkan dengan sudut arah kiblat dapat disimpulkan bahwa arah kiblat
hasil perhitungan menggunakan teori hasil perhitungan teori geodesi (rumus
geodesi disebabkan adanya perbedaan vincenty) untuk kota Banjarnegara adalah
penggunaan teori dalam perhitungan arah 294° 40’ 01.042’’ dengan jarak ke
kiblat di mana dalam teori trigonometri Ka’bah sepanjang 8262.106 km. Kota
bola, bumi dianggap bulat penuh seperti Purbalingga adalah 294° 44’ 11.376’’
bola, sedangkan dalam teori geodesi dengan jarak ke Ka’bah sepanjang
(rumus vincenty), bumi dianggap sebagai 8231,248 km. Kota Banyumas adalah
bidang ellips (seperti bentuk yang 294° 45’ 25,582’’ dengan jarak ke
mendekati sebenarnya) sehingga Ka’bah sepanjang 8222,894 km. Kota
mempunyai jari-jari yang berbeda antara Cilacap adalah 294° 54’ 21.568’’ dengan
pusat ke ekuator dengan pusat ke kutub. jarak ke Ka’bah sepanjang 8213,337 km.
Penyebab lainnya adalah karena Kota Kebumen adalah 294° 44’ 16.752’’
penggunaan data koordinat tempat kota- dengan jarak ke Ka’bah sepanjang
kota yang dhitung arah kiblatnya, 8272.760 km. Rata-rata selisih arah kiblat
termasuk koordinat tempat Ka’bahnya yang selama ini dipedomani dengan hasil
hanya sampai pada besaran menit busur, menggunakan teori geodesi adalah 0° 7’
tidak sampai detik busur. Penggunaan 32,74’’.
data yang seperti itu pasti menyebabkan Dari rata-rata selisih sudut sebesar
hasil perhitungan yang berbeda. 0° 7’ 32,74’’ tersebut sama dengan
Penyimpangan jarak sejauh 13,8762 km penyimpangan sejauh 13,8762 km.
tersebut, jika dikaitkan dengan makna Karena sudut arah kiblat hasil
arah menghadap kiblat seperti yang perhitungan teori geodesi lebih kecil dari
disimpulkan dari hadis Nabi saw. sudut arah kiblat yang selama ini
“Baitullah adalah kiblat bagi orang-orang dipedomani, berarti jarak penyimpangan
yang sejauh rata-rata 13,8762 km. adalah masih dalam lingkup menghadap kiblat,
ke arah Utara Ka’bah. Penyimpangan karena jarak sejauh itu masih mencakup
jarak sejauh 13,8762 km tersebut jika wilayah Mekah (Tanah Haram). Akan
dikaitkan dengan hadis Nabi yang tetapi, dengan adanya teori geodesi yang
mengatakan bagi orang yang jauh dari dapat memberitahukan arah kiblat yang
Ka’bah dan Masjidil Haram maka lebih akurat, menjadi bagian yang wajib
kiblatnya cukup menghadap ke Mekah, diikuti demi kesempurnaan ibadah.

Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak


Catatan Akhir: (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), hlm. 23.
Joenil Kahar, Geodesi (Bandung: Penerbit ITB,
1 2008), hlm. 4-5.
Departemen Agama RI, Pedoman Arah 12
Izzuddin, Akurasi, hlm. 170. Misbah
Kiblat (Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2009), hlm. Khusurur, “Perhitungan Arah Kiblat Akurasi
3. Tinggi” tesis tidak diterbitkan, IAIN Walisongo
2
Muh. Ma’rufin Sudibyo, Sang Nabipun Semarang, 2011.
Berputar: Arah Kiblat dan Tatacara 13
Thaddeus Vincenty dalam
Pengukurannya (Solo: Tinta Media, 2011), hlm. https://en.wikipedia.org/wiki/Thaddeus_Vincenty,
53-54. diakses 10 Februari 2013; Ole Baltazar Andersen,
3
Ayat tersebut adalah : “In Memoriam Thaddeus Vincenty” dalam
 '( )'!        
 

        ! " # 


 $%&          http://www.gfy.ku.dk/~iag/newslett/news7606.htm
8        
 ,+   ))5 9:  ; 6< )=
 * +) " ) )   ! * ), '-)  ). (/  0
1  2  
, diakses 10 Februari 2013.
14
Khafid, “Ketelitian Penentuan Arah
6 ) 7 :  A CB !DE )4 > * ?@ 9 > 3 1  )4 5 6 ) 7 (
4
Kiblat dari Sudut Pandang Geodesi”, makalah,
Ayat tersebut adalah: 2011, hlm. 1.
 E@ 9 > 3 f   ) ( / 9 >
>    )4 < 0
1  2   
        ! X 
F T 15
Departemen Agama RI., Pedoman
0
1   2    
        ! X  
F T ) (/ 9 > . 6 ) 7   A CB !DE )4 Penentuan, hlm. 66-72.
16
   ' 6 +) : Hg )=
 * +) " ) )   ! * ),' -)  ).( /  Izzuddin, Akurasi, hlm. 136.
 ; h< %̀2 /) * +) ( A \
9: 17
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-
  k aF *" al H! *'>  m
6  ) ,  * +) 7 * +) ( A i  7  j_    )   ) ) Munawir (Yogyakarta: Pustaka Progessif, 1984),
5
Wahbah al-Zuh}ayl>i, al-Fiqh al-Isla>mi> hlm. 1078.
wa Adilatuh (Beiru>t: Da>r al-Fikr, 1989), I: 597; 18
Departemen P dan K, Kamus Besar
Abd al-Rah}ma>n al-Jazi>ri>, Kita>b al-Fiqh ala> al- Bahasa Indonsia (Jakarta: Balai pustaka, 1989),
Maz|a>hib al-Arba’ah (Kairo: Mat}ba’ah al- hlm. 438.
Istiqa>mah, t.t.), I: 195-196; Al-Sayyid Sa>biq, Fiqh 19
Munawir, Kamus, hlm. 1169.
al-Sunnah (Kairo: Da>r al-Fath, 1995), I: 98; Abu> 20
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi
al-Wa>lid Muh}ammad bin Ah}mad bin Muh}ammad Hukum Islam (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve,
Ibn Rusyd, Bida>yah al-Mujtahid wa Niha>yah al- 1997), hlm. 944.
Muqtas}id (Indonesia: Da>r Ih}ya’ al-Kutub al- 21
Harun Nasution, Ensiklopedi Islam
‘Arabiyah, 1978), I: 80-82. Indonsia (Jakarta: Djambatan, 1992), hlm. 563.
6
Muh}ammad Ali> al-S}a>bu>ni>, Tafsi>r A>ya>t 22
Al-Jazi>ri>, Kitab al-Fiqh, I: 194.
23
al-Ah}ka>m min al-Qur’a>n (Beiru>t: Da>r al-Kutub Departemen Agama RI, Pedoman
al-Ilmiyah, t.t.), I: 88-90. Penentuan, hlm. 10.
24
7
Abd al-Rah}ma>n al-Jazi>ri>, Kitab al- Slamet Hambali, Ilmu Falak 1
Fiqh, I: 194. (Semarang: Program Pascasarjana IAIN
8
Ahmad Izzuddin, Akurasi Metode- Walisongo, 2011), hlm. 167.
25
metode Penentuan Arah Kiblat (Jakarta: Muhyiddin Khazin, Kamus, hlm. 67.
26
Kementerian Agama RI, 2012), hlm. 171. Susiknan Azhari, Ensiklopedi, hlm.
9
Departemen Agama RI., Pedoman 174.
27
Penentuan Arah Kiblat (Jakarta: Dirjen Binbaga Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis
Islam, 1994), hlm. 22-24. (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012), hlm. 20.
10 28
Lingkaran besar biasanya sebutan Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Teori
untuk lingkaran pada permukaan bola langit atau dan Praktek (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004),
bola bumi yang berlawanan dan bertitik pusat hlm. 49.
29
pada titik pusat bola langit atau bola bumi. Lihat Q.S. al-Baqarah (2) : 145.
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat 30
Abu> Abdullah Muh}ammad Ibn Isma>’i>l
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 94. Ibn Ibrahim Ibn Mughirah al-Bukha>ri, S}ah}i>h al-
11
Ellips adalah bentuk lingkaran yang Bukha>ri> (Kairo: Mauqi’ Wizarah al-Auqaf, t.t.),
tidak bundar, melainkan bulat seperti telur. Lihat XX: 489.
67
31
Abu> Bakar Ah}mad Ibn H}usayn Ibn Ali> Misbah Khusurur, “Perhitungan Arah
al-Bayhaqi>, “Sunan al-Bayhaqi>” bab man t}alaba Kiblat Akurasi Tinggi” tesis tidak diterbitkan,
bi ijtihadih jihah al-Ka’bah, II: 277, dalam IAIN Walisongo Semarang, 2011, hlm. 114.
68
Maktabah Syamilah, Is}da>r al-Sani>. Departemen Agama RI, Pedoman
32
Ali Mustafa Yakub, Kiblat Antara Penentuan Arah Kiblat, hlm. 66.
69
Bangunan dan Arah Ka’bah (Jakarta: Pustaka Ibid., hlm. 70.
70
Darus Sunnah, 2010), hlm. 18-19. Ibid., hlm. 66.
33 71
Ibid., hlm. 23-25. Ibid., hlm. 68.
34 72
Ibid., hlm. 27-29. Ibid., hlm. 68.
35 73
Ibid., hlm. 29-32. Sudibyo, Sang Nabipun Berputar, hlm.
36
Ibid., hlm. 33-36. 122.
37 74
Ibid., hlm. 37-39. Ibid., hlm. 142.
38 75
Ahmad Izzuddin, Kajian terhadap Sudibyo, Sang Nabipun Berputar, hlm.
Metode-metode Penentuan Arah Kiblat dan 81-82.
Akurasinya (Jakarta: Kementerian Agama RI, 76
Al-Jazi>ri>, Kitab al-Fiqh, I: 194.
2012), hlm. hlm. 65-67.
39
Ibid., hlm. 67-85. DAFTAR PUSTAKA
40
Ibid., hlm. 85-88.
41
Ibid., hlm. 88-89.
42
Izzuddin, Akurasi, hlm. 94-95.
Abidin, Hasanuddin Z. Geodesi Satelit.
43
Khazin, Ilmu Falak, hlm. 54. Jakarta: Pradnya Paramita, 2001.
44
Ibid., hlm. 112-113. Anugraha, Rinto. Mekanika Benda
45
Ibid., hlm. 117. Langit. Yogyakarta: UGM, 2012.
46
Ibid., hlm. 118. Azhari, Susiknan. Ensiklopedi Hisab
47
Ibid.
48
Ibid., hlm. 119.
Rukyat. Yogyakarta: Pustaka
49
Joenil Kahar, Geodesi (Bandung: ITB, Pelajar, 2005.
2008), hlm. 6. Al-Bayhaqi, Abu> Bakar Ah}mad Ibn
50
Hasanuddin Z. Abidin, Geodesi Satelit H}usayn Ibn Ali>>, “Sunan al-
(Jakarta: Pradnya Paramita, 2001), hlm. 1.
51 Bayhaqi>”, dalam Maktabah
Ibid.
52
Kahar, Geodesi, hlm. 1. Syamilah, Is}da>r al-Sani>.
53
Ibid., hlm. 2. Al-Bukha>ri, Abu} Abdullah Muh}ammad
54
Ibid. Ibn Isma>’i>l Ibn Ibra>hi>m Ibn
55
56
Ibid. hlm. 5 Mughi>rah. S}ah}i>h al-Bukha>ri>.
Eddy Prahasta, Sistem Informasi
Kairo: Mauqi’ Wiza>rah al-Awqa>f,
Geografis Konsep-konsep Dasar Perspektif
Geodesi & Geomatika (Bandung: Informatika, t.t.
2009), hlm. 215. Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedi Hukum
57
Kahar, Geodesi, hlm. 6-8. Islam. Jakarta: Ichtiar Baru van
58
Prahasta, Sistem Informasi Geografis, Hoeve, 1997.
hlm. 213.
59 Departemen Agama RI. Pedoman Arah
Kahar, Geodesi, hlm. 5.
60
Prahasta, Sistem Informasi Geografis, Kiblat. Jakarta: Dirjen Bimas
hlm. 216. Islam, 2009.
61
Ibid., hlm. 217. ________. Pedoman Penentuan Arah
62
Kahar, Geodesi, hlm. 5. Kiblat. Jakarta: Dirjen Binbagais,
63
Prahasta, Sistem Informasi Geografis,
1994.
hlm. 242.
64
Abidin, Geodesi Satelit, hlm. 47. Departemen P dan K. Kamus Besar
65
Thaddeus Vincenty, “Direct and Bahasa Indonsia. Jakarta: Balai
Inverse Solutions of Geodesic on the Ellipsoid pustaka, 1989.
with Application of Nested Equations” dalam Hambali, Slamet. Ilmu Falak 1.
Survey Review XXII, No. 176, Tahun 1975, hlm.
Semarang: Program Pascasarjana
88–93.
66
Rinto Anugraha, Mekanika Benda IAIN Walisongo, 2011.
Langit (Yogyakarta: UGM, 2012), hlm. 32. Ibn Rusyd, Abu> al-Wa>lid Muh}ammad bin
Ah}mad bin Muh}ammad. Bida>yah
al-Mujtahid wa Niha>yah al-
Muqtas}id. Indonesia: Da>r Ih}ya’ Ole Baltazar Andersen, “In Memoriam
al-Kutub al-‘Arabiyah, 1978. Thaddeus Vincenty” dalam
Izzuddin, Ahmad. Akurasi Metode- http://www.gfy.ku.dk/~iag/newslet
metode Penentuan Arah Kiblat. t/news7606.htm.
Jakarta: Kementerian Agama RI, Prahasta, Eddy. Sistem Informasi
2012. Geografis Konsep-konsep Dasar
________. Ilmu Falak Praktis. Perspektif Geodesi & Geomatika.
Semarang: Pustaka Rizki Putra, Bandung: Informatika, 2009.
2012. Sabiq, al-Sayyid. Fiqh as-Sunnah. Kairo:
________. Kajian terhadap Metode- Da>r al-Fath, 1995.
metode Penentuan Arah Kiblat Al-S}a>bu>ni>, Muh}ammad ‘Ali>.Tafsi>r A>ya>t
dan Akurasinya. Jakarta: al-Ah}ka>m min al-Qur’a>n. Beiru>t:
Kementerian Agama RI, 2012. Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, t.t.
Al-Jazi>ri>, ‘Abd al-Rah}ma>n. Kita>b al-Fiqh Sudibyo, Muh. Ma’rufin. “Arah Kiblat
‘ala> al-Maz|a>hib al-Arba’ah. dan Pengukurannya” dalam
Kairo: Mat}ba’ah al-Istiqa>mah, t.t. pakarfisika.files.wordpress.com.
Kahar, Joenil. Geodesi. Bandung: ITB, diakses tanggal 20 Agustus 2013.
2008. ________. Sang Nabipun Berputar: Arah
Khafid. “Ketelitian Penentuan Arah Kiblat dan Tatacara
Kiblat dari Sudut Pandang Pengukurannya. Solo: Tinta
Geodesi”, makalah, 2011. Media, 2011.
Khazin, Muhyiddin. Ilmu Falak Teori Vincenty, Thaddeus dalam
dan Praktek. Yogyakarta: Buana https://en.wikipedia.org/wiki/Thad
Pustaka, 2004. deus_Vincenty,
________. Kamus Ilmu Falak. ________. “Direct and Inverse Solutions
Yogyakarta: Buana Pustaka, of Geodesic on the Ellipsoid with
2005. Application of Nested Equations”
Khusurur, Misbah. “Perhitungan Arah dalam Survey Review XXII, No.
Kiblat Akurasi Tinggi” tesis tidak 176, Tahun 1975.
diterbitkan. IAIN Walisongo Yakub, Ali Mustafa. Kiblat Antara
Semarang, 2011. Bangunan dan Arah Ka’bah.
Munawir, Ahmad Warson. Kamus al- Jakarta: Pustaka Darus Sunnah,
Munawir. Yogyakarta: Pustaka 2010.
Progessif, 1984. Al-Zuh}ayli>, Wahbah. al-Fiqh al-Isla>mi>
Nasution, Harun. Ensiklopedi Islam wa Adilatuh. Beiru>t: Da>r al-Fikr,
Indonsia. Jakarta: Djambatan, 1989.
1992.

Anda mungkin juga menyukai