PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasan utama dalam kajian ilmu Falak adalah penentuan awal waktu
shalat, arah kiblat , kalender, awal bulan kamariah, dan gerhana. Sebagai
bagian dari kegiatan ibadah, ilmu Falak diprediksi masuk ke Indonesia
beriringan dengan masuknya agama Islam ke Indonesia.
Sebaga sebuah sauns yang dikembangkan oleh umat Islam, tentulah
ilmu Falak mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan sains.
Dalam sains kebenaran suatu teori itu bersifat relative. Sebuah teori itu
dianggap benar sampai datang teori baru yang meruntuhkannya, sehingga
teori yang lama digantikan dengan teori yang baru. Teori yang baru inipun
akan bertahan sampai datang teori yang dapat meruntuhkannya dan
seterusnya. Begitulah perkembangan sains.
Dalam penentuan arah kiblat pada masa awal Islam dinyatakan sejak
zaman Nabi dan para sahabat dikembangkan dengan teori penetuan arah
kiblat menggunakan benda langit sebagai pedoman. Ketika Nabi berada di
madinah, beliau berijtihad shalat menghadap ke selatan. Posisi madinah
yang berada diutara Mekkah menjadikan posisi arah ke Ka’bah
menghadap keselatan. Nabi menyatakan bahwa antara timur dan barat
adalah kiblat. Dalam perkembangannya, pada abad pertengahan penentuan
arah kiblat menggunakan bintang Conopis (NAjm Suhail) yang
kebanyakan terbit dibagian belahan bumi selatan, sedang ditempat lain
menggunakan arah terbit matahari pada solstice musim pana (Inqilab asy-
Syaity).
Secara historis cara penetuan arah kiblat di Indonesia berkembang
sesuai dengan kualitas dan kapasitas intelektual dikalangan kaum
muslimin. Penentuan arah kiblat ini dapat dilihat dari perubahan besar
1
dimasa Muhammad Arsyad al-Banjari dan Kyai Ahmad dahlan atau dari
alat-alat yang digunakan untuk mengukirnya seperti miqyas/tongkat
Istiwa, Rubu’ Mujayyab, Kompas, dan Theodolit. Selain itu system
perhitungan yang digunakan juga mengalami perkembangan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah menentukan arah kiblat ?
2. Bagaimanakah cara mengetahui arah kiblat yang benar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arah kiblat yang benar
2. Agar memahami bagaimana penetuan arah kiblat
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Jayusman, Akurasi Metode Penentuan Arah Kiblat : Kajian Fiqh Al-Ikhtilaf Dan Sains
(ASAS, Vol. 6, No. 1, januari 2014) hal. 72
3
tentang arah kiblat yang secara substensial memberikan pemahaman perlu
adanya perhitungan arah kiblat, bukan hanya sekedar arah barat.
Dalam ranah praktis , metode penetuan arah kiblat dari masa kemasa
mengalami perkembangan, dari metode penetuan arah kiblat yang
tradisional yang hanya memakai tonkat istiwa sampai dengan metode
modern berbasis citra satelit seperti qibla locator, google earth,dll.
Disamping itu , dari segi teori penentuan arah kiblat tidak hanya dapat
diperhitungkan dengan menggunakan teori trigonometri bola, kerangka
teori keilmuan yang lain seperti geodesi dapat digunakan pula untuk
menghitung Azimuth kiblat dengan pendekatan bentuk bumi sebagai
ellipsoid, dan juga teori navigasi. Hal ini menunjukkan bahwa metode
penentuan arah kiblat dapat diperhitungkan dengan banyak teori dalam
aplikasinya. Pada dasarnya yang dimaksud dengan kiblat adalah Ka’bah di
Mekkah yang berada pada titik koordinat 21º 25’ 21.17’’ LU dan 39º 49’
34.56’’ BT.2
2
Dr. H. Ahmad Izddin,M.Ag, Metode Penentuan Arah Kiblat Dan Akurasinya, Conference
Procedings, Annual International Conference On Islamic Studies (AICIS XII), hal. 759-760
4
menunjukkan bagi orang yang sedang perjalanan (musafir) maka
diperbolehkan menghadap kiblat dengan melakukan ijtihad.3
3
Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir Fil Aqidah Wasstari’ah Wal Manhaj. Juz .2 Bairut : Dar al-
Fikr al-Mashir, hal. 30
5
yang tidak tahu arah dan ia tidak dapat mengira mengira Kiblat
Dzan nya. Maka ia boleh menghadap kemanapun yang ia yakini
sebagai arah kiblat. Namun bagi yang dapat mengira maka ia wajib
ijtihad terhadap arah kiblatnya.
4
Muh. Rasywan Syarif, Problematika Arah Kiblat dan Aplikasi Perhitungannya Vol. 9,
No. 2, Desember 2012(Jurnal Studia Islamika) hal. 245-269
6
arah kiblat dilakukan dengan Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical
Trigonometri).
Untuk perhitungan arah kiblat ada 3 buah titik yang diperlukan , yaitu
(1) titik A, terletak dilokasi yang akan dihitung arah kiblatnya; (2) titik B,
terletak di ka’bah; dan (3) titik C, terletak dikutub utara. Titik B tepat
dititik C adalah dua titik yang tidak berubah, karena titik B tepat di ka’bah
dan titik C tepat di Kutub Utara. Sedangkan titik A senantiasa berubah
tergantung pada tempat dimana yang dihitungkan arah kiblatnya.
Untuk perhitungan arah kiblat, hanya diperlukan titik koordinat
geografis dari tempat yang akan diukur. Sedangkan koordinat ka’bah (21º
25’ 24’’ N, 39º 49’ 39’’ E) dan koordinat Kutub Utara (90ºN). dengan
demikian yang perlu ditentukan posisi/koordinatnya tinggal titik A yang
akan dihitung arah kiblatnya. 5
7
f) Baca arah kompas sesuai dengan nilai arah setelah
dikoreksi deklinasi magnetic
2. Sinar Matahari
Disamping dengan kompas, kita dapat menggunakan posisi
matahari sebagai acuan untuk menetukan arah. Ada berbagai cara
untuk melakukannya antara lain :
a) Pilih tempat rata , datar dan terbuka
b) Buatlah sebuah lingkaran dengan jari-jari sekitar 0,5 meter
c) Tancapkan sebuah tonkat lurus sekita 1-1,5 meter tegak
lurus, tepat ditengah lingkaran
d) Amati kira-kira satu jam sebelum dhuhur (sebelum
bayangan tonkat masuk kedalam lingkaran)
e) Saat ujung bayangan tongkat tepat pada garis lingkaran,
berilah tanda dengan huruf B (barat)
f) Setelah dhuhur amati kembali bayangan tongkat sampai
saat ujung bayangannya menyentuh lingkaran , berilah
tanda T (timur)
g) Hubungkan titik B dan T tersebut dengan garis lurus ,
semisal tali. Garis ini adalah garis yang menunjukkan barat
dan timur
h) Buatlah garis kea rah utara tegak lurus pada Bara-Timur
tadi, maka garis ini menunjukkan garis utara sejati
i) Selajut ukurlah dengan pengukur sudut , se,isal theodolit
ataupun yang lainnya.
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh umat islam di Indonesia
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan yang ada. Di masyarakat pun masih
banyak ditemukan menentukan arah kiblatnya ke barat dengan alasan
Saudi Arabia tempat dimana ka’bah berada di sebelah barat Indonesia. Hal
ini dilakukan dengan kira-kira saja tanpa perhitungan dan pengukuran
terlebih dahulu. Oleh karena itu, arah kiblat sama persis dengan tempat
matahari terbenam. Dengan demikian arah kiblat itu identik dengan arah
barat. Metode ini jelas tidak akurat karena terdapat penyimpangan yang
cukup besar sekitar 25º. Hal ini berarti telah terjadi penyimpangan sebesar
3641,75 km ke sebelah kiri ka’bah. Sebanyak 145,67 km sehingga
penetuan arah kiblat yang akurat sangat dipengaruhi oleh landasan ilmu
pengetahuan verifikator dalam hal ini ilmu Falak dan Astronomi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Jayusman, Akurasi Metode Penentuan Arah Kiblat : Kajian Fiqh Al-Ikhtilaf Dan
Sains (ASAS, Vol. 6, No. 1, januari 2014) hal. 72
Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir Fil Aqidah Wasstari’ah Wal Manhaj. Juz .2
Bairut : Dar al-Fikr al-Mashir, hal. 30
Hambali, Slamet , Ilmu Falak I ( Tentang Penetuan Awal Waktu Shalat dan
Penetuan Arah Kiblat Di Seluruh Dunia), t.d.
10