Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Astronomi Bola

Penentuan Arah Kiblat Berdasarkan Astronomi Bola

Dosen Pengampuh: Muh Rasywan Syarif,S.HI.,MSI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6


NABILA ASRIANI (10900122055)
DWI AMELIA PUTRI (10900122057)
MUHAMMAD SABDA N (10900122056)
AHMAD (10900122053)

JURUSAN ILMU FALAK-B


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2023
PENDAHULUAN

Arah kiblat terdiri dari dua kata yaitu arah dan kiblat. Arah dalam bahasa

Indonesia dijelaskan bahwa kata “arah” itu mempunyai dua arti, yaitu “menuju” dan

“menghadap ke“1. Adapun kiblat diartikan dengan arah ke Ka’bah di Mekah. Abdul

Aziz Dahlan dan kawan-kawan, sebagaimana dikutif juga oleh Ahmad Izzuddin

mendefenisikan kiblat sebagai bangunan Ka’bah atau arah yang dituju kaum

muslimin dalam melaksanakan sebagian ibadah 2

Slamet Hambali memberikan defenisi arah kiblat yaitu arah menuju Ka’bah

(Baitullah) melalui jalur paling terdekat, dan menjadi keharusan bagi setiap orang

muslim untuk menghadap ke arah tersebut pada saat melaksanakan ibadah salat, di

manapun berada di belahan dunia ini 3

Kiblat merupakan ukuran jarak lengkung terpendek di permukaan Bumi yang

menghubungkan antara suatu lokasi tertentu dengan Kabah yang ada di Mekah, Arab

Saudi. Kiblat digunakan oleh umat muslim sebagai acuan arah hadap dalam

pelaksanaan ibadah shalat dan untuk ibadah lainnya 4. Berdasarkan data Geografis

jarak yang terdekat di antara keduanya adalah arah depannya, bukan belakangnya,
arah depan tersebut adalah arah terdekat itulah arah kiblat5

1
P&K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989, hal. 46
2
Izzudin, Ilmu Falak Praktis : Metode Hisab-Rukyat Praktis dan Solusi Permasalahannya,
2012, hal. 19-20
3
Hambali, Ilmu Falak I : Penentuan Awal Waktu Shalat dan Arah Kiblat Seluruh Dunia,
2011, hal. 167.
4
Sudibyo, 2011, hal. 89
5
Tanjung, Ilmu Falak : Kajian Akurasi Arah Kiblat Kota Medan, 2018, hal. 22
Gambar 1.1Segitiga Bola

Pada Gambar 1.1 Segitiga Bola menunjukkan lingkaran yang merupakan


irisan bola yang melalui/berimpit dengan titik pusat bola disebut lingkaran besar
(great circle). Dalam Gambar 1.1 yang menunjukkan lingkaran besar yaitu lingkaran
yang melalui titik B dan titik C, lingkaran yang melalui titik A dan titik C dan
lingkaran yang melalui titik A dan titik B.6
Maka dari itu arah dari titik A ke titik B dapat ditempuh melalui jalur terdekat
dan terjauh. Untuk menentukan arah kiblat suatu daerah dapat dilihat pada Gambar
1.2.

Gambar 1.2 Segitiga Bola dan Arah Kiblat

Keterangan:

A : Titik Koordinat Kabah

B : Titik Koordinat tempat yang dicari arah kiblatnya

6
Agistia, 2017, hal. 34
C : Kutub Utara Bumi

a : 90o - lintang tempat 3

b : 90o - lintang ka’bah

c : Bujur standar tempat – bujur tempat

AB : Arah Kiblat

Lingkaran AB : Lingkaran Kiblat

Berdasarkan data dari Kementerian Agama, diperkirakan sebanyak 20% atau


160.000 masjid dari 800.000 masjid yang ada di Indonesia mengalami pergeseran

arah kiblat. Salah seorang pakar gempa dari Institut Teknologi Sepuluh November

(ITS) Surabaya mengatakan bahwa gempa bumi adalah salah satu penyebab

pergeseran arah kiblat di sejumlah masjid di Indonesia 7.

Ketidaktepatan arah kiblat pada bangunan-bangunan masjid tersebut telah

menyebabkan dilema di masyarakat. Sebagian ada yang ingin mengubah bangunan

masjid sesuai dengan arah kiblat dan sebagian lainnya tetap ingin mempertahankan

bangunan masjidnya.8 Untuk menyelesaikan masalah ini, MUI mengeluarkan fatwa

terkait arah kiblat yang disahkan pada tahun 2010.9 Namun fatwa MUI ini
memunculkan masalah baru, khususnya dikalangan ahli Falak, dikarenakan fatwa

nomor 3 tahun 2010 yang berbunyi “Letak geografis Indonesia yang berada di bagian

timur Kabah/Mekah, maka kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke arah

Barat” (MUI, Kiblat, 2010) namun fatwa ini masih menimbulkan nilai yang

melenceng dari arah kiblat yang sesungguhnya yang bernilai sekitar 22 -26 dari arah

7
Nafi', 2015, hal. 50-62
8
Fadlil, 2016, hal. 26
9
MUI, Kiblat, 2010
10
Utara menuju arah Barat . Namun fatwa MUI ini telah diralat dan direvisi dengan

"Indonesia itu letaknya tidak di timur pas Kabah tapi agak ke selatan, jadi arah kiblat

kita juga tidak barat pas tapi agak miring yaitu arah barat laut”

Permasalahan lain yang timbul akibat rendahnya kepedulian masyarakat

setempat dalam hal penentuan arah kiblat yaitu mengenai ketidaktepatan arah makam.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Kuncoro (2016) bahwa arah makam di komplek

pemakaman Sewulan Kabupaten Madiun didapatkan hasil pengukuran pada 235


makam dari 572 makam, hanya sebesar 10,64% makam yang menghadap kiblat.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesalahan arah kiblat diantaranya:

penentuan berdasarkan perkiraan, ditentukan menggunakan alat yang kurang atau

tidak akurat, penentuan ditentukan oleh orang yang ditokohkan yang bisa jadi bukan

ahlinya, pengukurannya benar tapi saat proses pembangunan salah, 5 pendapat kiblat

menghadap barat, dan lebih mempertahankan nilai artistik atau keindahan masjid

daripada arah kiblat yang benar. 11

Masjid yang dijadikan patokan atau pedoman adalah masjid agung dengan

asumsi masjid tersebut dibangun dan didirikan oleh ulama beberapa puluh bahkan
ratus tahun silam12.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maesyaroh (2013) di

kabupaten Garut menemukan hanya 34 orang (dari 60) yang memberikan jawaban

terhadap pemahaman tentang arah kiblat, sisanya tidak mengetahui mengenai arah

kiblat. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1:

10
Nafi', 2015, hal. 50- 62
11
Jayusman, 2014, hal. 72-86
12
Mulyadi, 2013, hal. 23
Tabel 1.1 Respon tentang Pemahaman Kiblat di Kabupaten Garut

No Pendapat Responden tentang Pemahaman Kiblat Jumlah


1 Menghadap arah barat 6
2 Menghadap ke barat laut sebesar 25° dari arah barat 10
3 Menghadap ke barat laut sebesar 11°-15° dari barat 3
4 Menghadap ke barat laut sebesar ± 5° dari barat 1
5 Tidak sekedar menghadap barat namun ada perhitungannya 5
6 Tidak sekedar menghadap barat namun sedikit ke arah utara 5
7 Ditentukan oleh ahlinya 4
Jumlah total Responden 34

Tabel 1.1 mendeskripsikan mengenai pemahaman para responden dari ketiga

ormas besar yang terdapat di Kabupaten Garut terkait arah kiblat. Pada dasarnya para

responden telah mengetahui bahwa shalat itu menghadap ke Ka’bah di Makkah, dari

tabel 1.1 terdapat responden yang menjawab bahwa pada dasarnya ukuran

menghadap kiblat itu tidak ada aturannya. Namun ada juga responden meyakini

bahwa letak geografis Makkah berada di sebelah Barat Indonesia, sehingga ketika

mereka melaksanakan shalat, arah kiblat itu menghadap ke Barat.

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat beragam


jawaban responden terhadap pemahaman arah kiblat yang mengindikasikan bahwa

ilmu falak (penentuan arah kiblat) belum familiar di kalangan masyarakat Garut.

Padahal benar atau tidaknya arah kiblat, berpengaruh terhadap sah atau tidak sahnya

shalat seseorang.

Berdasarkan jawaban tersebut, Maesyaroh (2013) membagi metode penentuan

arah kiblat yang digunakan oleh masyarakat Garut menjadi dua macam, yaitu:
1. Taqrìbì (metode penentuan arah kiblat hanya berdasarkan perkiraan belaka tidak

memenuhi kaidah astronomi; kompas hanya menunjuk ke arah Barat; sinar matahari

pagi, silet sebagai petunjuk arah mata angin, pandom kiblat, kompas yang ada pada

sajadah, tongkat istiwa’, berpedoman pada masjid yang sudah ada.

2. Tahqiqi (perhitungan dan pengukuran arah kiblat sesuai dengan kaidah astronomi;

yaum rashd kiblat global, bayang-bayang kiblat, theodholit, kompas dan perhitungan

dari arah Barat 25 derajat dan qiblah locator.13


Tujuan:

Dapat memberikan pengetahuan tentang proses perhitungan dan pengukuran

arah kiblat. Perhitungan arah kiblat di atas Kabah Kota Mekah, Arab Saudi selama ini

memanfaatkan pergerakan Matahari agar lebih akurat.

Namun, sebetulnya perangkat navigasi seperti kompas juga bisa dipakai untuk

menentukan arah kiblat tetapi tetap harus berpegang pada arah astronomi.

Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas

Djamaluddin menjelaskan kepada CNN Indonesia bahwa kompas sebagai alat

navigasi bisa turut digunakan untuk menentukan arah kiblat

13
Maesyaroh, 2013, hal. 101-106
PEMBAHASAN

A. Pengertian Arah Kiblat

Arah kiblat merupakan arah yang dituju oleh umat Islam ketika melaksanakan

ibadah shalat, yaitu menghadap ke arah ka‟bah di Masjidil Haram. 14

Kata Arah Kiblat, terdiri dari dua kata yaitu, kata arah berarti jurusan, tujuan

dan maksud arah juga memberi arti jarak terdekat yang diukur melalui lingkaran

besar permukaan bumi dan istilah yang lain artinya jihah, syathrah dan azimuth,
sedangkan kata kiblat berarti Ka‟bah yang terletak di dalam Masjdil Haram kota

Mekkah15.

Para ulama sepakat menghadap ke arah kiblat adalah suatu syarat sahnya

ibadah shalat yang wajib dituju oleh umat Islam. Kiblat, pada hakikatnya, yaitu suatu

arah yang menyatukan segenap umat Islam dalam melaksanakan shalat, tetapi titik

arah itu sendiri bukanlah objek yang disembah oleh umat Islam dalam melaksanakan

shalat. Objek yang dituju oleh umat Islam dalam melaksanakan shalat itu tidak lain

hanyalah Allah SWT, dengan demikian umat Islam bukan menyembah Ka‟bah, tetapi

menyembah Allah SWT.


Ini berarti bahwa kewajiban menghadap kiblat itu berlaku untuk semua umat

Islam di manapun mereka berada. Karena bumi berbentuk kira-kira bulat seperti bola,

maka sebagai konsekuensinya arah kiblat antara satu tempat dengan tempat lainnya

tidaklah sama. Letak Ka‟bah secara lebih detail yaitu 21° 25' 21,17" LU dan 39° 49'

34,56", juga dalam aplikasi Global Positioning System (GPS) Test berbasis

14
http://kbbi.web.id/kiblat, diakses tanggal 21 September 2019
15
Ahmad Wahidi & Evi Dahliatin, Arah Kiblat dan Pergeseran Lempeng Bumi. Yogyakarta:
UIN-Maliki Press, 2014, h. 11-12
smartphone tepat terlihat pada tengah-tengah Ka‟bah yaitu pada koordinat 21° 25'

21" LU dan 39° 49' 34.34" BB. 16

Secara historis ijtihad penentuan arah kiblat sudah lama dilakukan oleh umat

Islam baik dengan menggunakan metode klasik maupun dengan astronomi modern

mengikuti perkembangan sesuai dengan kualitas dan kapasitas intelektual di kalangan

kaum muslimin di Indonesia. Perkembangan metode dan cara menentukan arah kiblat

ini dapat dilihat dari perubahan besar di masa KH. Ahmad Dahlan, beliau
mempelopori perubahan arah kiblat di Yogyakarta sehingga timbullah reaksi keras

yang mengakibatkan pendapatnya tak diterima oleh masyarakat, seperti yang

diungkapkan oleh Ahmad Izzudin dalam Bukunya Fiqh Hisab Rukyat Menyatukan

NU dan Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul

Adha, sebagaimana dikutip oleh Siti Muslifah. 17

Problematika umat mengenai kiblat masih mengakar di masyarakat. Hal ini

terbukti dengan banyak ditemukan masjidmasjid yang kiblatnya berbeda. Sebagai

akibat perbedaan tersebut sering terjadi perselisihan atau sengketa antar kelompok.

Mereka berpendapat merekalah yang paling benar sedang yang lain salah dan jika
shalat mengikuti arah kiblat masjid tersebut tidak sah. 18

Pada awal perkembangan Islam, penentuan arah kiblat tidak banyak

menimbulkan masalah karena Rasulullah SAW ada bersama-sama sahabat dan beliau

sendiri yang menunjukkan arah kiblat apabila berada di luar kota Mekkah. Sehingga

jika para sahabat mulai mengembara untuk mengembangkan Islam, metode dalam
16
Ahmad Izzudin, Akurasi Metode-metode Penentuan Arah Kiblat. Jakarta: Kemenag RI,
2012, h. 3
17
Siti Muslifah, “Metode Penentuan Arah Kiblat Masjid Agung AtTaqwa Bondowoso Jawa
Timur” PDF (Skripsi Sarjana Strata 1, IAIN Walisongo, Semarang, 2010), h.7
18
Siti Muslifah, “Metode Penentuan..., h.1
penentuan arah kiblat ini semakin rumit. Pada zaman dahulu masyarakat Indonesia

menandai arah kiblat hanya dengan arah mata angin yaitu menggunakan penentuan

kira-kira. Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa adanya arah kiblat

yang berbeda-beda tersebut disebabkan karena anggapan remeh dan sikap acuh

masyarakat. Apalagi saat pembangunan masjid ataupun mushala, mereka tidak

meminta bantuan kepada pakar atau ahli yang mampu untuk menentukan arah kiblat

secara akurat. Mereka cenderung lebih percaya pada tokoh-tokoh dari kalangan
mereka sendiri dan menyerahkan segala persoalan ini kepada para tokoh tersebut.

Bukan hal yang aneh apabila keputusan para tokoh tersebut yang lebih mereka ikuti,

meskipun pada akhirnya diketahui bahwa penentuan arah kiblatnya kurang tepat.

Biasanya hal ini terjadi pada masyarakat yang pemikirannya belum terbuka 19

Seperti realitas yang banyak terjadi di masyarakat yaitu dengan banyak

ditemukannya arah kiblat sejumlah masjid, terutama yag telah berusia tua, yang

diperkirakan mengalami kekurangtepatan arah kiblat. Seperti yang terjadi pada

masjidmasjid di Kelurahan Kagungan Serang Banten. Setelah dilakukan pengecekan

awal oleh penulis di setiap masjid yang ada di kelurahan tersebut. Adapun metode
pengecekan awal yang penulis gunakan dalam pengukuran arah kiblat yaitu: Pertama,

memanfaatkan bayang-bayang matahari, dengan cara : (a) mengikat benang dengan

batu timbang agar menjadi bandulan, (b) letakkan bandulan tersebut ke tempat yang

terkena cahaya matahari. Kedua, menghitung azimuth kiblat dan azimuth matahari,

azimuth kiblat adalah jarak sudut yang dihitung dari titik utara ke arah Timur (searah

perputaran jarum jam) sampai dengan titik kiblat (Ka‟bah). Titik Utara azimuthnya

19
Ahmad Izzudin, Akurasi Metode-metode,…, h. 21-22
0°, titik Timur azimuthnya 90°, titik Selatan azimuthnya 180° dan titik Barat

azimuthnya 270°.20

Untuk menentukan azimuth kiblat diperlukan Lintang Tempat atau „Ardl al-

Balad (ϕ), Bujur Tempat atau Thul al-Balad (λ), Lintang dan Bujur Kota Mekkah atau

Ka‟bah. Setelah diketahui azimuth kiblatnya, langkah selanjutnya adalah mengetahui

azimuth matahari dengan cara melihatnya di aplikasi (SunCalc.org) yang dapat

diunduh di android. Ketiga, menggaris bayangan tali yang terlihat pada lantai, yang
perlu diperhatikan adalah saat menggaris pastikan centang biru yang ada pada

aplikasi SunCalc.org dimatikan sesaat setelah dilakukannya penggarisan bayangan

tali karena kalau terlambat cukup lama akan berdampak fatal. Sebab secara matematis

kesalahan sebesar 0,1° saja dari arah yang sebenarnya untuk suatu tepat yang

jaraknya 1000 kilometer dari kota Mekkah akan melenceng sekitar 1,75 kilometer

dari arah yang sebenarnya sehingga diperlukan ketelitian yang sangat tinggi. Untuk

menghitung jarak simpang (Ϫd) dari titik Ka‟bah yang diakibatkan deviasi sudut

sebesar θ° dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Ϫd = r. θ°. π/180,

dengan Ϫd = jarak simpang dari titik kabar, r = jarak antara tempat dan Ka‟bah, θ° =
besar sudut simpang dari suatu tempat yang dicari arah kiblatnya dan π = 3,14. 21

Menurut pengecekan awal yang telah dilakukan penulis dengan menggunakan

alat yang sederhana yaitu benda yang diberdirikan di bawah matahari pada tanggal 25

Juli 2019 pukul. 08.00 – 11.00 WIB diketahui ada arah kiblat yang agak sedikit

melenceng dan bahkan ada yang sampai melenceng jauh. Penulis ingin mengetahui

lebih dalam bagaimanakah penentuan masjid-masjid yang ada di Kelurahan

20
Ahmad Izzudin, Akurasi Metode-metode,…, h. 3
21
Ila Nurmila, “Aplikasi Metode Azimuth Kiblat dan Rashdul Kiblat dengan Penggunaan
Rubu’ Mujayyab”, PDF (Thesis Fakultas Syariah IAIN Walisongo, 2012), h. 7
Kagungan tentang keakurasian metode pengukuran yang pernah dilakukan

terhadapnya. Sekaligus untuk mendapatkan keyakinan dan kemantapan dalam

melaksanakan ibadah dengan ainul yaqin dan haqqul yaqin. Untuk mencapai hal

tersebut, tentunya dibutuhkan usaha yang keras dengan perhitungan yang cermat,

semisal dengan ilmu pengetahuan tentang falak untuk mendapatkan arah yang tepat

menuju ke Ka‟bah, dengan penentuan arah kiblat yang dikembangkan dengan

kemampuan ijtihad insani. Dalam praktiknya, sudah seharusnya digunakan suatu


penemuan yang memiliki ketelitian dan keakurasian yang lebih tinggi. Hal ini sesuai

dengan firman Allah SWT. :


‫اّللِ ََلُُم الْبُ ْش هرۚى فَبَ ِّش ْر ِعبَ ِادۙ الَّ ِذۡي َن يَۡستَ ِمعُۡو َن‬ ِ ِ
ْ ‫َوالَّذيْ َن‬
َ ‫اجتَ نَ بُوا الطَّاغُ ْو‬
ّ‫ت اَ ْن يَّ ْعبُ ُد ْوَها َواَ ََنبُْْٓوا ا ََل ه‬
ِ ‫ك ُهۡم اُولُواۡاۡلَۡلب‬
‫اب‬ ‫ٮ‬ْٓ
‫ه‬
‫ل‬‫و‬‫ا‬‫و‬ ‫ه‬
‫اّلل‬ ‫م‬ ‫ٮه‬ ‫د‬‫ه‬ ‫ه‬
َ َ ُّ ُ ُ َ َ َ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َ
ُ ‫ن‬ ۡ‫ۡالقۡوَل ف ي تَّبِعۡون اۡحسنهاوهلْٓٮك الَّ ِذ‬
‫ي‬
َ
Artinya :‫‏‬
“Dan orang-orang yang menolak untuk taat kepada setan dan tidak menyembah
kepada selain Allah, sebaliknya mereka bertaubat kepadaNya dengan beribadah
kepadaNya seraya mengikhlasakn agama untukNya, bagi mereka adalah berita
gembira dalam kehidupan dunia ini dengan sanjungan yang bagus dan taufik dari
Allah dan di akhirat mereka mendapatkan ridha Allah dan kenikmatan yang abadi di
dalam surga. Maka sampaikanlah berita gembira (wahai nabi) kepada hamba-
hambaku yang mendengarkan perkataaan lalu mengikuti yang paling lurus darinya;
dan sebaik-baik perkataan dan sekaligus paling lurus adalah firman Allah kemudian
sabda rasulNya, mereka itulah orang-orang yang Allah berikan taufik kepada jalan
yang lurus, Allah menunjukan kepada mereka akhlak dan perbuatan terbaik, dan
mereka adalah orang-orang yang memiliki akal yang sempurna.” (Q.S Az-Zumar
Ayat 17-18)22

22
Q.s az-zumar ayat 17-18
B. Perhitungan Akurasi Metode Penentuan Arah Kiblat

Untuk mengetahui akurasi dari metode-metode penentuan arah kiblat, dapat

dilihat dari langkah kerja masing-masing metode sebagai berikut :

A. Metode Pengukuran Dengan Mengetahui Azimuth Kiblat

Metode ini memperhitungkan besar sudut kiblat pada bola bumi. Ketika ingin

mengetahui arah kiblat maka secara otomatis perhitungan yang dimaksud adalah

untuk mengetahui arah menuju Ka’bah di Mekah dilihat dari suatu tempat di
permukaan Bumi. Perhitungan arah kiblat dilakukan dengan menggunakan prinsip

ilmu ukur segitiga bola. Untuk perhitungan arah kiblat, ada 3 titik yang diperlukan,

yaitu: titik A, terletak di lokasi yang akan dihitung arah kiblatnya, titik B terletak di

Ka’bah, dan titik C terletak di kutub Utara. Metode pengukuran dengan mengetahui

azimuth kiblat dapat diaplikasikan di lapangan dengan menggunakan alat bantu

seperti yang akan dijelaskan di bawah ini yaitu:

1. Theodolit dan GPS

Theodolit merupakan salah satu alat ukur sudut digital yang dapat

dikategorikan paling akurat untuk mengukur kiblat. Di samping theodolit, ada Total
Station yang dilengkapi dengan piranti Global Positioning System (GPS) sebagai

pemandu arah dan posisi. Sistem kerja alat ini pada dasarnya sama yaitu dengan

bantuan sinar matahari untuk mengetahui posisi azimuth matahari, dari posisi tersebut

dapat diketahui arah utara sejati yang digunakan untuk menentukan arah kiblat tempat

tersebut. Aplikasi sudut kiblat dengan alat ini tergolong cukup akurat. Terbukti

dengan pengecekan kembali yang telah penulis lakukan pada beberapa masjid dan

mushalla, hasil aplikasi sudut kiblat dengan theodolit sama dengan hasil metode rashdul

kiblat. Untuk mendapatkan hasil pengukuran dengan theodolit yang akurat, maka dibutuhkan
data yang akurat pula. Data titik koordinat suatu tempat yang digunakan dalam penentuan

arah kiblat sebaiknya diperoleh dari GPS. GPS (Global Positioning System) merupakan

sebuah alat penerima informasi waktu dan posisi secara pasti dan benar karena menggunakan

data satelit yakni kode tertentu yang dikirimkan oleh satelit ke penerima GPS.

2. Segitiga Kiblat

Segitiga kiblat adalah metode pengukuran arah kiblat dengan menggunakan

perhitungan trigonometri segitiga siku. Segitiga kiblat ini salah satu metode praktis
yang dapat diterapkan ketika sudah diketahui arah utara sejati dan sudut kiblat tempat

yang diinginkan. Metode ini tergolong cukup akurat karena untuk mendapatkan sudut

kiblat, panjang kedua sisi diperhitungkan secara teliti menggunakan penggaris.

Setelah kedua sisinya dapat ditentukan, maka akan terbentuk sebuah segitiga, di mana

salah satu sudutnya merupakan sudut kiblat. Pengukuran arah kiblat dengan segitiga

ini tergolong praktis diterapkan di lapangan dan mudah digunakan karena hanya

menggunakan perhitungan trigonometri.

Namun pada aplikasinya sangat tergantung pada penunjukan titik utara sejati

sebelumnya. Selain itu, ketelitian dalam mengambil data jarak memakai penggaris
harus sangat diperhatikan karena panjang garis beberapa milimeter, sudut yang

dibentuk tidak akurat lagi. Sehingga dalam pengukuran memakai segitiga ini harus

benar-benar teliti.

3. Rubu’ Mujayyab dan Busur Derajat

Rubu’ mujayyab atau kuadrant merupakan metode pengukuran sudut kiblat

yang telah ada pada abad pertengahan yang lalu. Dalam hal ketelitian, sudut yang

dihasilkan rubu’ mujayyab ini hampir sama dengan busur derajat. Ketelitian
maksimum yang dapat dicapai hanya sampai pada satuan menit. Ini dapat dilihat dari

bentuk sexagesimal yang terdapat dalam bentuk seperempat lingkaran ini.

Selain tergantung pada penentuan arah utara sejati, tentu saja haruslah sangat

berhatihati ketika memposisikan Rubu’ Mujayyab sejajar utara atau barat sejati dan

khoit rubu’ ditarik sebesar sudut kiblat, karena ketika satuan jaib yang kecil yang ada

satuannya adalah menit terkadang menimbulkan kesalahan dalam penarikan khoit. Di

samping itu, data yang dipakai dalam rubu’ mujayyab masih kasar dan sulit untuk
dideteksi. Sehingga metode ini digolongkan pada metode pengukuran yang kurang

akurat.

4. Segitiga siku dari bayangan setiap saat

Segitiga siku-siku dari bayangan matahari merupakan alternatif pengukuran

arah kiblat yang dapat dikategorikan akurat, sederhana dan murah. Metode ini

menggunakan teknik yang hampir sama dengan alat theodolit. Komponen utama yang

harus diketahui ketika menggunakan segitiga siku adalah azimuth kiblat dan azimuth

matahari. Dengan dua komponen tersebut, maka arah kiblat dapat ditentukan dengan

mengambil bayangan sebuah tongkat yang didirikan tegak lurus di pelataran yang
datar pada waktu yang telah ditentukan.

Akan tetapi yang perlu diperhatikan, tingkat akurasi dari metode segitiga

sikusiku ini tergantung pada beberapa hal, yaitu: ketepatan jam yang digunakan untuk

acuan pengukuran, ketepatan pengambilan data lintang dan bujur Ka’bah dan tempat

yang diukur arah kiblatnya sesuai dengan konsep geografik atau geosentriks,

ketepatan data deklinasi dan equation of time yang digunakan, serta ketelitian

pengambilan bayangan benda dari tingkat yang benar-benar berdiri tegak lurus di

tempat yang benar-benar datar.


Dengan kata lain, metode pengukuran arah kiblat dengan segitiga siku-siku

dari bayangan matahari setiap saat akan menghasilkan arah kiblat yang akurat

bilamana data-data pendukungnya akurat. Bila data-data pendukungnya akurat, maka

arah kiblat yang dihasilkan dapat menyamai hasil arah kiblat dengan alat theodolit

dan GPS, dan rashdul kiblat.

5. Kompas

Pengukuran arah kiblat maupun arah utara dengan berbagai model kompas
termasuk kompas kiblat, masih memiliki kesalahan/penyimpangan bervariasi sesuai

dengan deklinasi magnetik suatu tempat. Penggunaan kompas harus digunakan pada

area lapangan yang sekiranya tidak terdapat besi dan bahan logam lainnya dan tetap

menggunakan koreksi deklinasi magnetik.

B. Metode Pengamatan

1. Rashdul Kiblat

Rashdul kiblat merupakan metode pengamatan bayangan pada saat posisi

matahari berada di atas Ka’bah atau ketika matahari berada di jalur yang

menghubungkan antara Ka’bah dengan suatu tempat. Pada setiap tanggal 28 Mei dan
tanggal 16 Juli, semua bayangan benda yang tegak lurus di permukaan bumi yang

terkena sinar matahari akan menunjukkan arah kiblat. Metode arah kiblat tradisional

ini termasuk akurat bila dibandingkan dengan metode lain yang hanya ancar-ancar

seperti kompas, rubu’ mujayab, segitiga kiblat, dan busur derajat. Berdasarkan pada

deklinasi matahari yaitu pergerakan matahari ke utara dan selatan bumi yang berubah

setiap harinya, waktu rashdul kiblat dapat ditentukan.

Rashdul kiblat ini memperhitungkan posisi matahari ketika berada tepat di

atas Ka’bah walaupun posisinya sedikit condong ke sebelah utara atau sebelah selatan
Ka’bah. Pada saat itu setiap benda yang berdiri tegak lurus di atas permukaan bumi,

bayangannya akan mengarah ke Ka’bah. Peristiwa Istiwa ’adzom ini ditandai dengan

adanya persamaan lintang Ka’bah dengan deklinasi matahari. Waktu rashdul kiblat

ini adalah waktu transit matahari di atas Ka’bah, sehingga dalam proses

perhitungannya perlu dihitung meridian pass pada hari tersebut dengan cara

mengurangi waktu zawal (pkl. 12.00 MMT) dengan nilai.

MP = pkl.12.00 – e
= pkl. 12.00 – 00j 02m 45d

= pkl. 11: 57: 15 MMT

Waktu zawal di Mekah pada tanggal 28 Mei 2010 adalah pkl. 11: 57: 15

MMT, sehingga untuk mengetahui deklinasi pada jam tersebut dilakukan cara

interpolasi dengan mengambil data dari ephemeris atau program WinHisab yaitu:

0 pkl. 11: 00: 00 MMT/ pkl. 08: 00: 00 GMT = 210 27’ 41”

0 pkl. 12: 00: 00 MMT/ pkl. 09: 00: 00 GMT = 210 28’ 05”

0 pkl. 11: 57: 15 MMT/ pkl. 09: 57: 15 GMT = 210 28’ 3,9”

Metode Peta Satelit


Menganalisis metode peta satelit ini, yakni dengan melakukan pengamatan

arah kiblat melalui beberapa software kiblat yang ada. Seperti google earth, program

ini merupakan tempelan gambar peta-peta yang disatukan. Keterangan ini penulis

peroleh dari seorang ahli Bakosurtanal yang mengetahui persis konsep yang

digunakan dalam program google earth. Aplikasi yang dapat dikonsumsi masyarakat

umum ini pada dasarnya menggunakan bentuk matematis astronomis yakni

pendekatan Bumi berbentuk bola.


Kemudian riskannya ketika mengambil data dari google earth yang bisa

menyebabkan kesalahan sistemik. Maksudnya, ketika satu titik kita ambil jika sumber

gambar wilayah tersebut sudah berubah sekitar 1 cm, maka akan menimbulkan

pergeseran sesuai dengan perubahan tadi. Selain itu penerapan sudut yang

diperhitungkan program tidak dapat diaplikasikan di lapangan. Dengan mengamati,

maka akan hanya dapat mengetahui apakah arah bangunan mushala dan masjid

tersebut sudah mengarah kiblat dengan benar atau belum. Sehingga, dari hal ini
metode peta 793 satelit ini tetap menjadi salah satu metode pengamatan untuk

menentukan arah kiblat, akan tetapi dengan mempertimbangkan beberapa hal yang

telah disebutkan di atas.


Penutup
Kesimpulan :

Arah kiblat merupakan arah yang dituju oleh umat Islam ketika melaksanakan ibadah
shalat, yaitu menghadap ke arah ka‟bah di Masjidil Haram.

Kata Arah Kiblat, terdiri dari dua kata yaitu, kata arah berarti jurusan, tujuan
dan maksud arah juga memberi arti jarak terdekat yang diukur melalui lingkaran
besar permukaan bumi dan istilah yang lain artinya jihah, syathrah dan azimuth,
sedangkan kata kiblat berarti Ka‟bah yang terletak di dalam Masjdil Haram kota
Mekkah

Para ulama sepakat menghadap ke arah kiblat adalah suatu syarat sahnya
ibadah shalat yang wajib dituju oleh umat Islam. Kiblat, pada hakikatnya, yaitu suatu
arah yang menyatukan segenap umat Islam dalam melaksanakan shalat, tetapi titik
arah itu sendiri bukanlah objek yang disembah oleh umat Islam dalam melaksanakan
shalat. Objek yang dituju oleh umat Islam dalam melaksanakan shalat itu tidak lain
hanyalah Allah SWT, dengan demikian umat Islam bukan menyembah Ka‟bah, tetapi
menyembah Allah SWT.

Arah kiblat terdiri dari dua kata yaitu arah dan kiblat. Arah dalam bahasa
Indonesia dijelaskan bahwa kata “arah” itu mempunyai dua arti, yaitu “menuju” dan
“menghadap ke”
Adapun kiblat diartikan dengan arah ke Ka’bah di Mekah. Abdul Aziz Dahlan
dan kawan-kawan, sebagaimana dikutif juga oleh Ahmad Izzuddin mendefenisikan
kiblat sebagai bangunan Ka’bah atau arah yang dituju kaum muslimin dalam
melaksanakan sebagian ibadah
Daftar Pustaka
Agistia. 2017
Ahmad Izzudin, Akurasi Metode-metode
Ahmad Izzudin, Akurasi Metode-metode Penentuan Arah Kiblat. Jakarta: Kemenag
RI. 2012.
Ahmad Wahidi & Evi Dahliatin, Arah Kiblat dan Pergeseran Lempeng Bumi.
Yogyakarta: UIN-Maliki Press. 2014
Al-Qur'an dan Terjemahnya 2005
Fadlil. 2016
Hambali. Ilmu Falak I : Penentuan Awal Waktu Shalat dan Arah Kiblat Seluruh
Dunia.2011. Sudibyo. 2011
http://kbbi.web.id/kiblat, diakses tanggal 21 September 2019
Ila Nurmila. “Aplikasi Metode Azimuth Kiblat dan Rashdul Kiblat dengan
Penggunaan Rubu’ Mujayyab”. PDF (Thesis Fakultas Syariah IAIN
Walisongo. 2012)
Izzudin. Ilmu Falak Praktis : Metode Hisab-Rukyat Praktis dan Solusi
Permasalahannya. 2012.
Jayusman. 2014
Maesyaroh. 2013
MUI. Kiblat. 2010
Mulyadi. 2013
Nafi'. 2015
P&K. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989
Q.s az-zumar ayat 17-18
Tanjung, Ilmu Falak : Kajian Akurasi Arah Kiblat Kota Medan.2018

Anda mungkin juga menyukai