Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL JUDUL SKRIPSI

A. Latar Belakang

Peristiwa Atronomi yang berimplikasi pada hal ibadah diantaranya ialah

Gerhana, baik Gerhana Matahari ataupun Gerhana Bulan. Rasulullah saw.

menjelaskan bahwa Gerhana merupakan tanda kebesaran Allah swt. Maka dari itu

setiap muslim dianjurkan untuk mendirikan salat, saat terjadinya Gerhana.1

Gerhana Bulan (khusuf) terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada

pada satu garis lurus dan Bumi terletak di antara Matahari dan Bulan. Pada saat itu

Bulan berada dalam daerah bayang-bayang Bumi atau biasa disebut dengan

bayangan umbra Bumi.2 Maka dari itu kenapa Gerhana Bulan bagi ulama Falak

sering disebut dengan khusuf yang berarti “memasuki”, karena Bulan memasuki

bayangan Bumi.3

Secara astronomis Gerhana Bulan sendiri terbagi menjadi tiga;

1. Gerhana Bulan Total adalah ketika seluruh piringan Bulan berada pada

daerah bayangan umbra Bumi.

2. Gerhana Bulan Sebagian adalah ketika sebagian piringan Bulan berada pada

daerah bayangan umbra Bumi dan sebagian yang lainnya berada pada

bayangan penumbra4.

1
HR. Bukhari no. 1043, Muslim no. 915
2
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, (Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012), hlm.
232
3
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik, (Yogyakarta: Buana Pustaka,
2004), hlm. 187
4
Penumbra adalah bayangan semu benda langit

1
3. Gerhana Bulan Penumbra adalah ketika seluruh piringan Bulan berada pada

bayangan penumbra. Dan Bulan masih dapat dilihat karena piringan Bulan

masih mendapat sinar dari Matahari.5

Para ulama telah sepakat, bahwasanya salat gerhana adalah sunah

muakadah (sunah yang ditekankan) bagi kaum laki-laki dan wanita, dan afdalnya

dilakukan secara berjamaah, hanya saja berjamaah itu bukan syarat sahnya salat

gerhana6 Sedangkan terkait waktu pelaksanaan salat Gerhana, Sayyid Sabiq berkata

dalam karyanya yang berjudul Fiqhus Sunnah “Waktunya adalah dari sejak

gerhana sampai kembali tampak (sinarnya)”.7

Ahmad Ghazali berpendapat dalam karyanya yang berjudul Ad Dur Al Aniq

bahwa pensyariatan salat Gerhana Bulan ialah ketika piringan Bulan berada pada

bayangan umbra Bumi, sedangkan ketika piringan Bulan berada pada bayangan

penumbra tidak disyariatkan untuk melaksanakan salat Gerhana.8

Para ulama falak maupun para astronom dari dahulu berlomba-lomba

menciptakan karya berupa hisab mengenai kapan gerhana Bulan terjadi, dimulai

dari bangsa Babilonia pada tahun sekitar 721 SM. telah mampu membuat

perhitungan tentang siklus terjadinya gerhana yang disebut dengan siklus saros9.10

5
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak…., hlm. 233
6
Fiqhus Sunnah, 1/213
7
Fiqhus Sunnah, 1/215
8
Lihat Ahmad Ghazali, Ad Dur Al Aniq, (Sampang: Lajnah Falakiyah Lanbulan), hlm. 141
9
Saros adalah tenggang waktu selama 18 tahun 11 hari. Pada tenggang waktu itu Bulan
dan Matahari menduduki posisi yang sama, oleh karena itu gerhana Bulan dan matahari akan
kembali terulang setiap 18 tahun 11 hari sekali. Lihat Muhyiddin Khazin, kamus Ilmu Falak,
(Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005), hlm. 72.
10
Izzuddin, Ilmu Falak Praktis ..., hlm. 106-107

2
Dalam khazanah ilmu hisab dikenal beberapa metode hisab, di antaranya;

1. Metode Hisab Haqiqi Taqribi, dasar dari metode ini berasal dari data

dan tabel Ulugh Bek untuk mengetahui data Bulan dan Matahari, dengan

proses yang sederhana.

2. Metode Hisab Haqiqi Tahqiqi, dasar dari metode ini ialah menggunakan

data-data yang telah dikembangkan oleh para astronom berdasarkan

penelitian terbaru dibanding data-data dan tabel-tabel dari Ulugh Bek,

serta tabel-tabelnya sudah melalui beberapa koreksi dengan perhitungan

yang lebih rumit daripada metode Hisab Haqiqi Taqribi dengan

mempertimbangkan trigonometri bola.

3. Metode Hisab Haqiqi Kontemporer, pada dasarnya metode ini

menggunakan hampir mirip metode Hisab Haqiqi Tahqiqi namun yang

membedakan ialah data-data yang dipakai lebih mutakhir.11

Semua hisab yang para ulama falak dan para astronom hasilkan pada

dasarnya bersumber dari observasi yang mereka lakukan terhadap benda-benda

langit. 12 Ilmu Hisab sendiri sejatinya dapat berkembang terus menerus sejalan

dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan modern.

Observasi terhadap benda-benda langit sudah seharusnya terus menerus

dilakukan, sehingga berkembang pula ilmu hisab yang semakin tinggi tingkat

11
Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hlm. 7-8.
12
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Filologi Astronomi, (Purwokerto: UM Purwokerto
Press, 2017) hlm.14

3
akurasinya.13 Dan sudah seharusnya pengecekan mengenai ketepatan hasil hisab

itu sendiri terus dilakukan dengan cara observasi kembali.

Maka dari itu penulis melakukan observasi Gerhana Bulan menggunakan

kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) yang mana pada kamera DSLR tersedia

mode exposure yang bisa meningkatkan cahaya yang didapat, dalam hal ini ialah

cahaya pada Bulan. Exposure menurut Bryan Peterson adalah jumlah cahaya, serta

tindakan yang masuk pada sensor kamera. 14 Ada tiga elemen yang dapat

mempengaruhi exposure; pertama, ISO ialah ukuran seberapa sensitive sensor

kamera terhadap cahaya, kedua, Aperture ialah seberapa besar lensa terbuka saat

foto diambil, dan ketiga, Shutter Speed ialah rentang waktu jendela di depan sensor

kamera terbuka. 15 Ketika cahaya Bulan ditingkatkan maka garis tepi piringan

umbra Bumi akan nampak jelas, dengan kata lain kamera DSLR diatur pada mode

over exposure untuk meningkatkan cahaya Bulan dan mempertegas garis tepi

umbra Bumi. Ketika kita bisa mengetahui garis tepi piringan bayangan umbra,

maka kita bisa mengetahui kapan sesungguhnya Gerhana Bulan itu terjadi. Tanpa

mode over exposure kita tidak akan mampu menganalisis garis tepi piringan umbra

Bumi.

13
Ahmad Ghazalie Masroeri, Penentuan Awal Bulan Qamariyah Perspektif NU,
https://www.nu.or.id/post/read/9618/penentuan-awal-bulan-qamariyah-perspektif-nu0, diakses
pada 27 Juli 2019 pukul 15.06 WIB
14
Bryan Peterson, Pintar Eksposur, terj. Nadya Andwiani, (Jakarta: Serambi, 2013), Hlm.
18
15
Budi Benedictus, Kelas Fotografi, kelasfotografi.wordpress.com/2019/08/29/
memahami-exposure-shutter-speed-aperture-iso-dalam-fotografi/, diakses pada 29 Juli 2019 pukul
01.59 WIB

4
Pada penelitian ini penulis terfokus pada Gerhana Bulan Parsial yang terjadi

pada tanggal 16 Juli 2019 dengan menggunakan kamera DSLR Nikon D5500

dengan lensa tele 70-300mm. Dengan diatur pada focal length16 terbesarnya yaitu

300mm, sudah cukup jelas untuk mengamati kontak masuknya Gerhana serta

kontak puncak Gerhana.

Gambar 1. Perbandingan Bulan dengan exposure normal dan over exposure

Maka dari itu pada penelitian kali ini penulis mengambil judul UJI

AKURASI HISAB GERHANA BULAN MELALUI OBSERVASI

MENGGUNAKAN MODE OVER EXPOSURE PADA KAMERA DSLR (STUDI

ANALISIS GERHANA BULAN PARSIAL 16 JULI 2019).

16
Focal length adalah kemampuan lensa dalam melihat dan mengambil suatu
peristiwa/objek. semakin panjang focal length, semakin dekat peristiwa dari lensa. Lihat Riky
Santoso, Mengenal Focal Length Pada Fotografi,
https://www.keeindonesia.com/blogs/keelesson/mengenal-focal-length-pada-fotografi, diakses
pada 27 Juli 2019 pukul 20.21 WIB

5
B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan yang telah penulis utarakan di atas, maka dapat diambil

pokok-pokok masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara observasi Gerhana Bulan menggunakan mode over exposure

pada kamera DSLR?

2. Bagaimana hasil observasi Gerhana Bulan menggunakan mode over exposure

pada kamera DSLR?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui cara observasi Gerhana Bulan menggunakan mode over exposure

pada kamera DSLR

2. Mengetahui hasil observasi Gerhana Bulan menggunakan mode over exposure

pada kamera DSLR

D. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pengetahuan dan sejauh penelusuran penulis belum ada

penelitian yang membahas secara khusus terkait Uji Akurasi Hisab Gerhana Bulan

Melalui Observasi Menggunakan Mode Over Exposure Pada Kamera DSLR.

Penulis belum pernah menjumpai karya tulis berupa skripsi yang terfokus

pada observasi Gerhana Bulan, kebanyakan yang penulis temui ialah meneliti

terkait suatu sistem hisab, seperti hasil penelitian Ahmad Ma’ruf Maghfur yang

berjudul, Studi Analisis Hisab Gerhana Bulan dan Mathari dalam Kitab Fath al-

6
Ra’uf al-Mannan17, fokus pada skripsi tersebut ialah analisa hisab Gerhana Bulan

dan Matahari dalam kitab Fath al-Ra’uf al-Mannan, berbeda dengan penelitian

yang akan penulis lakukan yaitu terfokus pada observasi Gerhana Bulan.

Penulis juga menemukan penelitian berupa skripsi karya Hanik Maridah

yang berjudul Studi Analisis Hisab Gerhana Bulan Dalam Kitab Maslak Al-Qāṣid

Ilā ‘Amal Ar-Rāṣid Karya Kh. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah18, seperti

karya tulis sebelumnya, skripsi karya Hanik ini juga terfokus pada analisa hisab

Gerhana Bulan dalam kitab Maslak Al-Qāṣid Ilā ‘Amal Ar-Rāṣid.

Kemudian penulis menemukan penelitian berupa skripsi karya Ehsan

Hidayat dengan judul Analisis Pola Gerhana Matahari Ditinjau Dari Kriteria Nilai

Argumen Lintang Bulan (F), Gamma (Y), Dan Magnitudo (U)19, pada skripsi karya

Ehsan ini juga terfokus pada segi hisab, seperti skripsi-skripsi yang penulis

sebutkan sebelumnya. Ini menandakan bahwa dalam lingkup Gerhana penulis

belum menemukan skripsi yang fokus pada observasi Gerhana.

Sementara penelitian terdahulu yang berkaitan dengan observasi, penulis

menemukan skripsi karya Laksmiyanti Annake Harijadi Noor dengan judul Uji

Akurasi Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh Dengan Sky Quality Meter20, walaupun

ada kesamaan dalam hal observasi, namun objek kajiannya berbeda dengan yang

akan penulis teliti yaitu Gerhana Bulan.

17
Ahmad Ma’ruf Maghfur, Studi Analisis Hisab Gerhana Bulan dan Mathari dalam Kitab
Fath al-Ra’uf al-Mannan, (Semarang : UIN Walisongo), 2012.
18
Hanik Maridah, Studi Analisis Hisab Gerhana Bulan Dalam Kitab Maslak Al-Qāṣid Ilā
‘Amal Ar-Rāṣid Karya Kh. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah, (Semarang : UIN Walisongo),
2015.
19
Ehsan Hidayat, judul Analisis Pola Gerhana Matahari Ditinjau Dari Kriteria Nilai
Argumen Lintang Bulan (F), Gamma (Y), Dan Magnitudo (U), (Semarang : UIN Walisongo), 2017.
20
Laksmiyanti Annake Harijadi Noor, Uji Akurasi Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh
Dengan Sky Quality Meter, (Tesis), (Semarang : UIN Walisongo), 2016.

7
Penelitian yang hampir mirip dengan penelitian yang akan penulis lakukan

ialah sebuah artikel karya Judhistira Aria Utama, Dini Nurfiani, Cahyo Puji

Asmoro, Amsor, Arief Rizqiyanto Achmad, Mohamad Dena Nugraha, dan Harbi

Setyo Nugroho yang berjudul Umbra Bumi dan Jarak Bumi-Bulan dalam Peristiwa

Gerhana Bulan Total 31 Januari & 28 Juli 201821, meskipun objek penelitian pada

artikel tersebut dengan penelitian yang akan penulis lakukan memiliki kesamaan

yaitu Gerhana Bulan, namun yang membedakan ialah pada jurnal tersebut meneliti

terkait jarak Bumi-Bulan memanfaatkan terjadinya fenomena Gerhana Bulan,

sedangkan penulis terfokus pada waktu terjadinya Gerhana Bulan berdasarkan

observasi.

E. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan sebagai berikut.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menguji akurasi hisab Gerhana Bulan Parsial pada

tanggal 16 Juli 2019 melalui observasi menggunakan mode over exposure

pada kamera DSLR. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field

research) ialah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan

informasi yang diperoleh langsung dari observasi.

Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang

bersifat deskriptif, karena akan menjelaskan secara rinci bahasan yang

diterangkan sebelumya.

21
Judhistira Aria Utama, dkk. Umbra Bumi dan Jarak Bumi-Bulan dalam Peristiwa
Gerhana Bulan Total 31 Januari & 28 Juli 2018, (Artikel), (Bandung: Departemen Pendidikan
Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia), 2018.

8
2. Sumber dan Jenis Data

Penelitian ini akan menggunakan dua sumber data, yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data

yang penulis dapatkan langsung dari observasi Gerhana Bulan Parsial

tanggal 16 Juli 2019. Dan sumber data sekunder adalah dokumen dan

literatur yang berkaitan dan mendukung isi dari penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan penulis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Observasi

Teknik observasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data

secara langsung di lapangan. Dalam hal ini observasi dilaksanakan di

Pantai Empu Rancak Jepara dengan alasan ufuk pada tempat tersebut

bebas dari halangan pada saat Gerhana Bulan Parsial tanggal 16 Juli

2019 terjadi. Observasi dilakukan menggunakan alat berupa dua buah

kamera, kamera pertama bermerek Nikon seri D5500 dan lensa tele 70-

300mm diatur pada mode over exposure dan kamera kedua bermerek

Nikon seri D3200 dan lensa tele 70-300mm diatur pada mode exposure

normal untuk sebagai pembanding.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan

beberapa informasi yang terkait dengan Gerhana Bulan Parsial dan juga

beberapa informasi lain yang mendukung penelitian ini.

9
4. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan oleh penulis dari sumber primer dan

sekunder yang berupa observasi dan dokumentasi kemudian akan penulis

analisis menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan

secara jelas mengenai akurasi hisab Gerhana Bulan Parsial 16 Juli 2019

melalui observasi menggunakan mode over exposure pada kamera DSLR.

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, penulisan penelitian skripsi ini dibagi dalam 5 (lima)

Bab. Dalam setiap bab terdiri dari sub-sub pembahasan. Sistematika penulisan ini

adalah ;

Bab I merupakan bab pendahuluan yang mengantarkan kepada

Pembahasan pada bab-bab berikutnya. Dalam bab ini meliputi Pendahuluan,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Telaah Pustaka, Metode Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

Bab II merupakan bab pembahasan yang membahas tentang Gerhana

Bulan. Pada bab ini terdapat sub pembahasan meliputi Pengertian Gerhana Bulan,

Dasar Hukum Gerhana Bulan,

Bab III merupakan bab pembahasan yang membahas tentang pengenalan

mode exposure secara umum dan bagaimana penggunaan mode over exposure

untuk mengetahui garis tepi bayangan umbra Bumi.

Bab IV merupakan pokok pembahasan dalam penelitian ini yang

membahas mengenai analisis data yang diperoleh dari observasi waktu terjadinya

Gerhana Bulan Parsial menggunakan kamera DSLR dengan mode over exposure

10
dan data yang diperoleh akan dikomparasikan dengan hasil hisab kontemporer

Gerhana Bulan Parsial pada 16 Juli 2019.

Bab V merupakan bab terakhir yang menjadi bab Penutup. Pada bab ini

terdapat beberapa sub yaitu Kesimpulan, Saran-saran, dan Penutup.

11

Anda mungkin juga menyukai