A. Latar Belakang
menjelaskan bahwa Gerhana merupakan tanda kebesaran Allah swt. Maka dari itu
Gerhana Bulan (khusuf) terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada
pada satu garis lurus dan Bumi terletak di antara Matahari dan Bulan. Pada saat itu
Bulan berada dalam daerah bayang-bayang Bumi atau biasa disebut dengan
bayangan umbra Bumi.2 Maka dari itu kenapa Gerhana Bulan bagi ulama Falak
sering disebut dengan khusuf yang berarti “memasuki”, karena Bulan memasuki
bayangan Bumi.3
1. Gerhana Bulan Total adalah ketika seluruh piringan Bulan berada pada
2. Gerhana Bulan Sebagian adalah ketika sebagian piringan Bulan berada pada
daerah bayangan umbra Bumi dan sebagian yang lainnya berada pada
bayangan penumbra4.
1
HR. Bukhari no. 1043, Muslim no. 915
2
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak, (Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012), hlm.
232
3
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik, (Yogyakarta: Buana Pustaka,
2004), hlm. 187
4
Penumbra adalah bayangan semu benda langit
1
3. Gerhana Bulan Penumbra adalah ketika seluruh piringan Bulan berada pada
bayangan penumbra. Dan Bulan masih dapat dilihat karena piringan Bulan
muakadah (sunah yang ditekankan) bagi kaum laki-laki dan wanita, dan afdalnya
dilakukan secara berjamaah, hanya saja berjamaah itu bukan syarat sahnya salat
gerhana6 Sedangkan terkait waktu pelaksanaan salat Gerhana, Sayyid Sabiq berkata
dalam karyanya yang berjudul Fiqhus Sunnah “Waktunya adalah dari sejak
bahwa pensyariatan salat Gerhana Bulan ialah ketika piringan Bulan berada pada
bayangan umbra Bumi, sedangkan ketika piringan Bulan berada pada bayangan
menciptakan karya berupa hisab mengenai kapan gerhana Bulan terjadi, dimulai
dari bangsa Babilonia pada tahun sekitar 721 SM. telah mampu membuat
perhitungan tentang siklus terjadinya gerhana yang disebut dengan siklus saros9.10
5
Slamet Hambali, Pengantar Ilmu Falak…., hlm. 233
6
Fiqhus Sunnah, 1/213
7
Fiqhus Sunnah, 1/215
8
Lihat Ahmad Ghazali, Ad Dur Al Aniq, (Sampang: Lajnah Falakiyah Lanbulan), hlm. 141
9
Saros adalah tenggang waktu selama 18 tahun 11 hari. Pada tenggang waktu itu Bulan
dan Matahari menduduki posisi yang sama, oleh karena itu gerhana Bulan dan matahari akan
kembali terulang setiap 18 tahun 11 hari sekali. Lihat Muhyiddin Khazin, kamus Ilmu Falak,
(Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005), hlm. 72.
10
Izzuddin, Ilmu Falak Praktis ..., hlm. 106-107
2
Dalam khazanah ilmu hisab dikenal beberapa metode hisab, di antaranya;
1. Metode Hisab Haqiqi Taqribi, dasar dari metode ini berasal dari data
dan tabel Ulugh Bek untuk mengetahui data Bulan dan Matahari, dengan
2. Metode Hisab Haqiqi Tahqiqi, dasar dari metode ini ialah menggunakan
Semua hisab yang para ulama falak dan para astronom hasilkan pada
langit. 12 Ilmu Hisab sendiri sejatinya dapat berkembang terus menerus sejalan
dilakukan, sehingga berkembang pula ilmu hisab yang semakin tinggi tingkat
11
Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), hlm. 7-8.
12
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Filologi Astronomi, (Purwokerto: UM Purwokerto
Press, 2017) hlm.14
3
akurasinya.13 Dan sudah seharusnya pengecekan mengenai ketepatan hasil hisab
kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) yang mana pada kamera DSLR tersedia
mode exposure yang bisa meningkatkan cahaya yang didapat, dalam hal ini ialah
cahaya pada Bulan. Exposure menurut Bryan Peterson adalah jumlah cahaya, serta
tindakan yang masuk pada sensor kamera. 14 Ada tiga elemen yang dapat
kamera terhadap cahaya, kedua, Aperture ialah seberapa besar lensa terbuka saat
foto diambil, dan ketiga, Shutter Speed ialah rentang waktu jendela di depan sensor
kamera terbuka. 15 Ketika cahaya Bulan ditingkatkan maka garis tepi piringan
umbra Bumi akan nampak jelas, dengan kata lain kamera DSLR diatur pada mode
over exposure untuk meningkatkan cahaya Bulan dan mempertegas garis tepi
umbra Bumi. Ketika kita bisa mengetahui garis tepi piringan bayangan umbra,
maka kita bisa mengetahui kapan sesungguhnya Gerhana Bulan itu terjadi. Tanpa
mode over exposure kita tidak akan mampu menganalisis garis tepi piringan umbra
Bumi.
13
Ahmad Ghazalie Masroeri, Penentuan Awal Bulan Qamariyah Perspektif NU,
https://www.nu.or.id/post/read/9618/penentuan-awal-bulan-qamariyah-perspektif-nu0, diakses
pada 27 Juli 2019 pukul 15.06 WIB
14
Bryan Peterson, Pintar Eksposur, terj. Nadya Andwiani, (Jakarta: Serambi, 2013), Hlm.
18
15
Budi Benedictus, Kelas Fotografi, kelasfotografi.wordpress.com/2019/08/29/
memahami-exposure-shutter-speed-aperture-iso-dalam-fotografi/, diakses pada 29 Juli 2019 pukul
01.59 WIB
4
Pada penelitian ini penulis terfokus pada Gerhana Bulan Parsial yang terjadi
pada tanggal 16 Juli 2019 dengan menggunakan kamera DSLR Nikon D5500
dengan lensa tele 70-300mm. Dengan diatur pada focal length16 terbesarnya yaitu
300mm, sudah cukup jelas untuk mengamati kontak masuknya Gerhana serta
Maka dari itu pada penelitian kali ini penulis mengambil judul UJI
16
Focal length adalah kemampuan lensa dalam melihat dan mengambil suatu
peristiwa/objek. semakin panjang focal length, semakin dekat peristiwa dari lensa. Lihat Riky
Santoso, Mengenal Focal Length Pada Fotografi,
https://www.keeindonesia.com/blogs/keelesson/mengenal-focal-length-pada-fotografi, diakses
pada 27 Juli 2019 pukul 20.21 WIB
5
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan yang telah penulis utarakan di atas, maka dapat diambil
D. Penelitian Terdahulu
penelitian yang membahas secara khusus terkait Uji Akurasi Hisab Gerhana Bulan
Penulis belum pernah menjumpai karya tulis berupa skripsi yang terfokus
pada observasi Gerhana Bulan, kebanyakan yang penulis temui ialah meneliti
terkait suatu sistem hisab, seperti hasil penelitian Ahmad Ma’ruf Maghfur yang
berjudul, Studi Analisis Hisab Gerhana Bulan dan Mathari dalam Kitab Fath al-
6
Ra’uf al-Mannan17, fokus pada skripsi tersebut ialah analisa hisab Gerhana Bulan
dan Matahari dalam kitab Fath al-Ra’uf al-Mannan, berbeda dengan penelitian
yang akan penulis lakukan yaitu terfokus pada observasi Gerhana Bulan.
yang berjudul Studi Analisis Hisab Gerhana Bulan Dalam Kitab Maslak Al-Qāṣid
Ilā ‘Amal Ar-Rāṣid Karya Kh. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah18, seperti
karya tulis sebelumnya, skripsi karya Hanik ini juga terfokus pada analisa hisab
Hidayat dengan judul Analisis Pola Gerhana Matahari Ditinjau Dari Kriteria Nilai
Argumen Lintang Bulan (F), Gamma (Y), Dan Magnitudo (U)19, pada skripsi karya
Ehsan ini juga terfokus pada segi hisab, seperti skripsi-skripsi yang penulis
menemukan skripsi karya Laksmiyanti Annake Harijadi Noor dengan judul Uji
Akurasi Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh Dengan Sky Quality Meter20, walaupun
ada kesamaan dalam hal observasi, namun objek kajiannya berbeda dengan yang
17
Ahmad Ma’ruf Maghfur, Studi Analisis Hisab Gerhana Bulan dan Mathari dalam Kitab
Fath al-Ra’uf al-Mannan, (Semarang : UIN Walisongo), 2012.
18
Hanik Maridah, Studi Analisis Hisab Gerhana Bulan Dalam Kitab Maslak Al-Qāṣid Ilā
‘Amal Ar-Rāṣid Karya Kh. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah, (Semarang : UIN Walisongo),
2015.
19
Ehsan Hidayat, judul Analisis Pola Gerhana Matahari Ditinjau Dari Kriteria Nilai
Argumen Lintang Bulan (F), Gamma (Y), Dan Magnitudo (U), (Semarang : UIN Walisongo), 2017.
20
Laksmiyanti Annake Harijadi Noor, Uji Akurasi Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh
Dengan Sky Quality Meter, (Tesis), (Semarang : UIN Walisongo), 2016.
7
Penelitian yang hampir mirip dengan penelitian yang akan penulis lakukan
ialah sebuah artikel karya Judhistira Aria Utama, Dini Nurfiani, Cahyo Puji
Asmoro, Amsor, Arief Rizqiyanto Achmad, Mohamad Dena Nugraha, dan Harbi
Setyo Nugroho yang berjudul Umbra Bumi dan Jarak Bumi-Bulan dalam Peristiwa
Gerhana Bulan Total 31 Januari & 28 Juli 201821, meskipun objek penelitian pada
artikel tersebut dengan penelitian yang akan penulis lakukan memiliki kesamaan
yaitu Gerhana Bulan, namun yang membedakan ialah pada jurnal tersebut meneliti
observasi.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
diterangkan sebelumya.
21
Judhistira Aria Utama, dkk. Umbra Bumi dan Jarak Bumi-Bulan dalam Peristiwa
Gerhana Bulan Total 31 Januari & 28 Juli 2018, (Artikel), (Bandung: Departemen Pendidikan
Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia), 2018.
8
2. Sumber dan Jenis Data
Penelitian ini akan menggunakan dua sumber data, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data
tanggal 16 Juli 2019. Dan sumber data sekunder adalah dokumen dan
a. Observasi
Pantai Empu Rancak Jepara dengan alasan ufuk pada tempat tersebut
bebas dari halangan pada saat Gerhana Bulan Parsial tanggal 16 Juli
kamera, kamera pertama bermerek Nikon seri D5500 dan lensa tele 70-
300mm diatur pada mode over exposure dan kamera kedua bermerek
Nikon seri D3200 dan lensa tele 70-300mm diatur pada mode exposure
b. Dokumentasi
beberapa informasi yang terkait dengan Gerhana Bulan Parsial dan juga
9
4. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan oleh penulis dari sumber primer dan
secara jelas mengenai akurasi hisab Gerhana Bulan Parsial 16 Juli 2019
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penulisan penelitian skripsi ini dibagi dalam 5 (lima)
Bab. Dalam setiap bab terdiri dari sub-sub pembahasan. Sistematika penulisan ini
adalah ;
Sistematika Penulisan.
Bulan. Pada bab ini terdapat sub pembahasan meliputi Pengertian Gerhana Bulan,
mode exposure secara umum dan bagaimana penggunaan mode over exposure
membahas mengenai analisis data yang diperoleh dari observasi waktu terjadinya
Gerhana Bulan Parsial menggunakan kamera DSLR dengan mode over exposure
10
dan data yang diperoleh akan dikomparasikan dengan hasil hisab kontemporer
Bab V merupakan bab terakhir yang menjadi bab Penutup. Pada bab ini
11