Anda di halaman 1dari 25

INSTRUMEN FALAK ASTROLABE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Falak

Dosen Pengampu :
Elly Uzlifatul Jannah M.H
1199110032019032018

Disusun Oleh :
Bilqis Nurul Maufuza (05030623035)

PROGRAM STUDI ILMU FALAK


JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2024/2025
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kita dapat melaksanakan tugas-tugas yang terkait dengan Pengantar
Ilmu Falak dengan tema yang telah ditentukan “Instrumen Falak Astrolabe” pada waktu yang
tepat. Tidak banyak rasa gentar, oleh karena itu, kami ingin menyampaikan terima kasih yang
tulus kepada semua orang yang berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini, khususnya
kepada “Elly Uzlifatul Jannah M. H” Selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu
Falak. Kami menyampaikan bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan kami
akan selalu berusaha menyempurnakannya mengingat tidak sempurna nya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 5 Oktober 2023

Penulis

1
ABSTRAK
INSTRUMEN FALAK ASTROLABE
Oleh :
Bilqis Nurul Maufuza

Astrolabe merupakan alat astronomi yang sangat penting pada abad pertengahan. Sebelum
ditemukannya instrument-instrumen ilmu falak modern seperti teleskop, alat ini dijadikan
pacuan alat utama untuk mengamati benda-benda yang ada di langit dan terkadang juga
digunakan untuk menentukan waktu. Astrolabe juga dapat berfungsi layaknya Instrumen-
Instrumen Modern yang ada saat ini seperti jam, kalkulator, computer teleskop, dan GPS.
Alat ini sangatlah terkenal pada zamannya, alat ini juga bias menentukan posisi matahari,
bulan ,bintang ,dan planet.
Asrtolabe terdiri dari lempengan-lempengan 360 derajat dengan ukuran-ukuran yang telah
ditentukan yang memiliki fungsi yang sangatlah bermacam-macam. Komopennya antara lain
mater, plates, rete, rule, alidade, thorne, limb, pin, dan horse. Alat ini juga memiliki
bermacam-macam jenis yang akan kita bahas dalam jurnal ini.
Kata kunci : Astrolabe, Mater, Plates, Rete, Rule, Alidade, Thorne, Limb, Pin, Horse

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................
ABSTRAK......................................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
DAFTAR TABEL.........................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................................
2.1 Definisi Astrolabe................................................................................................................................
2.2 Sejarah Astrolabe...................................................................................................................................
2.3 Komponen dan Macam Astrolabe ...............................................................................................
BAB 3 PENUTUPAN...................................................................................................................

3
DAFTAR TABEL
tabel 2. 1 fungsi Astrolabe...................................................................................................................20
tabel 2. 2 Fungsi Astrolabe di era moderen..........................................................................................21

4
DAFTAR GAMBAR
gambar 2. 1 Komponen Astrolabe.........................................................................................................9
gambar 2. 2 Universal Astrolabe..........................................................................................................13
gambar 2. 3 Planispheric Astrolabe.....................................................................................................13
gambar 2. 4 Spherical Astrolabe..........................................................................................................14
gambar 2. 5 Mariner Astrolabe............................................................................................................15
gambar 2. 6 Linear Astrolabe...............................................................................................................15
gambar 2. 7 Quandrat Astrolabe..........................................................................................................16
gambar 2. 8 Prismatic Astrolabe..........................................................................................................17

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu falak adalah ilmu yang menggabungkan agama dan sains. Ini mempelajari
bagaimana benda-benda di langit bergerak, terutama bumi, matahari, dan bulan, dalam
garis edarnya untuk kepentingan keilmuan manusia.
Ilmu falak dimulai dengan melihat benda sederhana yang ada di kehidupan manusia.
Untuk mengetahui waktu, orang-orang zaman dahulu mengamati bayangan pepohonan
dari pagi hingga sore. Mereka menggunakan bayangan ini untuk mengetahui waktu pagi,
siang, dan sore. Mereka juga melihat musim dari bayangan. Jadi, dari pengamatan itu
dibuat alat yang sekarang disebut jam matahari atau sundial. Penemuan ini dianggap
berasal dari Yunani Romawi sekitar tahun 3500 SM.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Astrolabe ?
2. Jelaskan sejarah dari Astrolabe ?
3. Jelaskan komponen dan macam macam Astrolabe ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi Astrolabe
2. Untuk mengetahui sejarah dari Astrolabe
3. Untuk mengetahui komponen dan macam macam Astrolabe

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Astrolabe
Astrolabe adalah instrumen astronomi yang biasa digunakan untuk
memperlihatkan posisi Matahari dan bintang untuk suatu waktu dan tempat
tertentu. Astrolabe secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “aster dan
labio (labien).” Aster bermakna bintang, sedangkan labio (labien) bermakna
pengintai atau pengukur. Dua kata tersebut kemudian digabung menjadi Astrolabe
yang secara sederhana dapat dipahami sebagai alat untuk mengintai bintang atau
alat bagi penggemar astronomi.1 Astrolabe juga bermakna penggambaran dua
dimensi dari bola langit yang pada awalnya digunakan untuk mengetahui posisi
Matahari.2 Dalam bahasa Arab alat ini disebut al-usthurlāb. Al-Khawārizmi, sang
penulis ‘Mafātīh al-‘Ulūm’ mendefinisikan alat ini sebagai “miqyās annujūm”
yaitu pengukur bintang, berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘astrolabio’. Sementara
Haji Khalifah dalam ‘Kasyf azh-Zhunūn’nya menjelaskan secara lebih detail
pengertian dan fungsi Astrolabe. 3Astrolabe adalah ilmu yang mengkaji tentang
tata cara untuk mengetahui posisi bintang-bintang secara lebih mudah dan teliti,
antara lain mengetahui ketinggian, terbit tenggelam matahari, mengetahui zenit
kiblat, mengetahui lintang tempat, dan lain-lain.

2.2. Sejarah Astrolabe


Dalam beberapa sumber arab disebutkan bahwa Astrolabe berasal dari
zaman nabi Idris yang memiliki seorang anak yang bernama Lab. Lab yang
memiliki pengetahuan di bidang astronomi mempunyai kebiasaan bermain dan
melukis di pasir. Suatu ketika, Lab menggambar sebuah garis-garis lingkaran
yang terputus diatas pasir. Kemudian, salah satu saudaranya bertanya, “siapa yang
membuat garis-garis ini?”, saudara yang lain menjawab “yang membuat garis-
garis itu adalah Lab”. Sehingga alat ini kemudian disebut dengan al-Usthurlab,
yaitu nisbah kepada Lab karena aktivitasnya menggambar diatas pasir.
Bila ditelusuri sejarahnya, sampai saat ini belum diketahui siapa penemu
pertama Astrolabe. Jika dilihat dari naskah astronomi yang menyinggung tentang
1
Fathor Rauzi, Astrolebe: Instrumen Astronomi Klasik dan Konstribusi dalam Hisab Rukyah. Elfalaky, Jurnal
Ilmu Falak 2017,121.
2
Nur Rohmah, “Astrolabe RHI dalam Menentukan Panjang Bayangan Awal Waktu Zuhur dan Asar”, (FSH UIN
Walisongo, Semarang, 2017), hlm. 2.
3
Siti Tatmainul Qulub, , Ilmu falak dari sejarah ke teori dan aplikasi , (Depok : Rajawali Pers, 2017), hlm. 30.

7
instrumen astronomi bernama Astrolabe, alat ini sesungguhnya berasal dari
peradaban Yunani dan Romawi.
Secara prinsip, Astrolabe sudah ada sejak sekitar 150 SM. Meskipun
demikian, bentuk fisiknya baru muncul kira-kira abad ke-4. Selain itu, beberapa
literatur mengatakan bahwa Astrolabe pertama secara fisik digunakan pada
sekitar 26 SM, seperti yang disebutkan oleh Marcus Vitruvius Pollio. Dia
menggambarkan sebuah jam di Alexandria yang memiliki bintang-bintang pada
bidang yang berputar di belakang bingkai kawat. Kemungkinan ini adalah sebuah
awal dari Astrolabe.4
Astrolabe sederhana pertama dikembangkan di Yunani dan disebarkan
dengan cepat melalui Laut Tengah. Menurut Neugebauer, Astrolabe adalah
sebuah instrumen yang diperkirakan kurang lebih ada pada zaman Ptolomeus
yakni abad ke-2 atau mungkin lebih lama lagi. Dalam karyanya “Tasthih al-
Kurrah”, Ptolomeus telah mengemukakan karakteristik alat ini. Ptolomeus sendiri
mempelajari alat ini dari gurunya bernama Epicurus. Sedangkan menurut Difa',
Hipparchus (abad ke 2) merupakan orang yang menemukan Astrolabe dan pernah
mengkaji alat ini. Studinya (sekitar 180 SM) dilakukan di Pulau Rhodes, di mana
ia membantu mengembangkan trigonometri. Adapun deskripsi Astrolabe yang
paling awal ditulis oleh John Philoponos dari Alexandria (Johannes
Grammaticus) pada abad ke-6 (+530M).5
Pada zaman tersebut, Astrolabe digunakan untuk mengukur kedudukan,
bentuk, dan fenomena langit. Namun, pada abad pertengahan, ketika keilmuan
berkembang pesat di negara Islam, Astrolabe lebih digunakan untuk tujuan ibadah
Islam, seperti menentukan waktu shalat, arah kiblat, waktu gerhana, dan
pembuatan kalender. Astrolog Eropa menggunakan Astrolabe untuk menentukan
waktu shalat dan membuat kalender.6
Catatan Astrolabe banyak ditemukan berasal dari akhir abad ke-8.
Disebutkan oleh Donald R. Hill, bahwa beberapa naskah Astrolabe tertua
berbahasa Arab Pengetahuan tentang Astrolabe tersebar secara luas pada abad
ke-9. Beberapa ilmuwan terkenal bernama Abu al-Abbas Ahmad ibn Muhammad

4
James E. Morrison, The Astrolabe, DE USA: Janus Rehoboth Beach, 2007, hlm 2.
5
David A. King, “The Origin of the Astrolabe According to the Medieval Islamic”, Journal for the History of
Arabic Science Vol.5 (1981): hal 51.
6
Fathor Rauzi, Astrolebe: Instrumen Astronomi Klasik dan Konstribusi dalam Hisab Rukyah. Elfalaky, Jurnal
Ilmu Falak 2017,130.

8
ibn Kathir al-Farghani (W. 347 H/958 M) menulis beberapa buku yang berjudul
“al-Kamil fi al-Usthurlab”, “Shan'ah al-Usthurlab wa al-Burhan Alaihi”, dan
“Amal al-Usthurlab” tentang konstruksi Astrolabe dan instruksi lengkap.7
Di abad ke-10 Muhammad al-Biruni membawa karyanya yakni Istî'āb al-
Wujūh al-Mumkinah fî Şan'ah al-Usţurlāb.al-Biruni tercatat menjadi orang yang
pernah menggunakan Astrolabe mekanik untuk menentukan kalender Bulan-
Matahari. Astrolabe dimodif menjadi lebih sederhana untuk kepentingan navigasi.
Astrolabe benar-benar dikembangkan di Eropa pada masa dinasti umayyah
tepatnya di Cordova pada akhir abad ke-13 berkat perdagangan dan Perang Salib.
Alat ini kemudian digunakan di seluruh Eropa. Al-Mizzi (w. 750 H/1349 M)
adalah salah satu ilmuwan yang menulis tentang Astrolabe, "Risalah al-Mizzi fi
al-Usthurlab." Beliau membahas berbagai cara untuk mengukur ketinggian,
bayang-bayang, deklinasi, lintang bujur, dan lingkaran waktu siang dan malam,
waktu shalat dan tujuan, zenit kiblat, ketinggian gunung dan tiang, kedalaman
sumur, luas sungai, dll.8

2.3. Komponen dan Macam Macam Astrolabe

gambar 2. 1 Komponen Astrolabe


Astrolabe terdiri dari lempengan (piringan) 360 derajat dengan desain dan
skala-skala tertentu, serta bagian-bagian lain yang masing-masing memiliki
fungsi penting. Alat ini terdiri dari banyak komponen, yaitu mater, plates, rule,
alidade, throne, limb, pin, dan horse dll.
Komponen yang berada pada bagian depan Astrolabe :
a. Mater (al-Umm)
7
Donald R. Hill, al- Ulum wa al-Handasah fi al-Hadharah al-Islamiyyah, terj. Ahmad Fuad Basya, (Kuwait:
Silsilah Alam al-Ma'rifah (305), 1425/2004), hlm. 75.
8
Sayehu, Urgensi Astrolabe dalam Peradaban Astronomi Islam, Banten: UIN Sultan Maulanan Hasanuddin
Banten, 2018, hlm 130.

9
Dalam bahasa Arab, mater disebut dengan Umm al-usthurlab. Mater ini
merupakan bagian terpenting dalam astrolabe, berupa dinding lempengan yang
berlubang di titik pusatnya yang berguna untuk menghubungkan lempengan-
lempengan Astrolabe. Bagian ini berfungsi sebagai alas dari satu/lebih cakram
tipis yang disebut plates. Di belakang bulatan lempengan ini diliputi lingkaran
relief (barizah) yang terbagi dalam empat persegi dengan skala derajat, serta di
dalamnya terdapat ukiran (pahatan) berbentuk setengah lingkaran yang terbagi
kepada 12 bagian. Bagian lain yang menempel pada mater
adalah throne dan limb.
b. al-Muqantar (Almucantar)
Garis sudut yang sama dan terletak di atas horizon.Almucantar dimulai dari
horizon hingga ke zenit yang diproyeksi sebagai satu lingkaran yang sudah
ditentukan ukuran masing-masing untuk menghitung ketinggian benda langit.
c. Plates/Tympan (al-Ŝafîhah)
Plates (disebut juga typam atau climates) dalam bahasa Arab disebut dengan
As-shafihah atau ash-shafa'ih yaitu lempengan logam bulat berlubang dan rekah
di sekitanya serta sedikit menjorok. Plates memproyeksikan garis lintang
pengamat la dirancang dengan lintang tertentu sesuai lintang pengamat. Sehingga
yang tergambar pada plates adalah proyeksi langit lokal di mana pengamat
berada. Dalam plates terdapat titik zenit, meridian, busur lingkaran ketinggian
ufuk, serta garis zenit langit dari titik pengamat. Pada bagian pusat plates ini jug
terdapat lingkaran peredaran rasi Cancer dan Capricorn.
d. Rete (al-'Ankabūt/al-Syabkah)
Rete dalam bahasa Arab disebut dengan Al-'ankabut atau asy-syable yaitu
jaring berlubang dan sedikit menonjol yang didesain dapat bergerak bebas
sehingga dapat menentukan posisi benda langit. rete bisa disebut juga sebagai
peta bintang karena ia memiliki lingkaran gerak di luar titik pusat (halqah kharij
al-markaz) yang menggambarkan lingkaran rasi-rasi bintang. Rete ini memuat
proyeksi eklips dan posisi benda langit sehingga dapat digunakan untuk
mengetahui Right Ascention (mathla' al-mustaqim) dan deklinasi (al-mail).
Perputaran rete 360 merepresentasikan perputaran bumi selama 24 jam.
e. Rule (al-Misţarah/al-‘Uqdah)
Rule dalam bahasa Arab disebut dengan Al-'ugdah atau al-misthan yaitu
sebuah tongkat berbentuk seperti penggaris untuk menggerakkan bagian depan

10
astrolabe yang berfungsi mengukur sudut dan ketinggian matahari pada siang
hari dan bintang atau planet pada malam hari. rule terletak di atas rete, memiliki
dua bentuk yaitu bentuk tunggal dan ganda, sesuai dengan jenis Astrolabe.
f. Thorne (al-Kursiy)
Dalam bahasa Arab, throne disebut dengan al-Kursy, yaitu bagian tetap
berupa tonjolan yang melekat pada bagian atas mater. Di dalam throne terdapat
lubang untuk menaruh tali yang berfungsi sebagai pegangan ketika Astrolabe
digunakan pada saat pengamatan. Lubang ini disebut dengan shackle yang dalam
bahasa Arab disebut dengan al-'urwah Sedangkan tali yang berfungsi sebagai
pegangan disebut ring atau dalam istilah bahasa Arab adalah al-halqah
atau al-'ulaqah.
g. Limb (al-Hujrah)
Limb dalam bahasa Arab disebut dengan al-hujroh yaitu bagian yang
melingkar di sepanjang sisi mater, membungkus plate dan rete. Di dalamnya
terdapat garis-garis, angka, dan huruf sebagai petunjuk skala derajat dan jam.
Limb mempunyai skala waktu dengan total 24)) jam sehari yang terbagi lagi
dalam satuan menit.9
h. al-Mihwar
bagian Astrolabe yang kutubnya menyatu menggunakan al-Ŝafîhah serta al-
ankabūt yang berlubang di titik tengahnya.
i. al-Fars/al-Hiŝān
bagian Astrolabe yang bagian dalamnya (tengah) tersambung dengan kutub
al-mihwār.10
Sedangkan bagian belakang komponen Astrolabe :
a. Alidade (al-'Adladah)
Alidade dalam bahasa Arab disebut dengan al-'adhadah yaitu sebuah tongkat
ganda yang terletak pada sisi belakang Astrolabe yang berlawanan dengan rule.
Fungsinya adalah untuk membidik bintang dan melakukan pengukuran sudut
yang akurat.11
b. Equation of Time (Daqāiq al-Tafāwut)

9
Siti Tatmainul Qulub, Ilmu falak dari sejarah ke teori dan aplikasi , (Depok : Rajawali Pers, 2017), hlm. 35.
10
Ibn al-Saffar, "al-Amal bi al-Usturlab" (Mesir: al-Ma’had al-Misri, 1955).
11
Muhammad Khalid, “al-‘Any, Al-Asthurlab”, ebook hal 4-7.

11
Bagian belakang Astrolabe yang kurvanya digunakan untuk penentuan
persamaan waktu.
c. Declination of the Sun (Mail al-Syams)
Bagian belakang Astrolabe yang kurvanya digunakan untuk mengetahui
dekade matahari.
d. Umbra Recta (Zîl al-Mabsūt)
Bagian ini berfungsi sebagai perhitungan yang diperuntukan untuk tangent
asal suatu sudut.
e. Umbra Versa (Zîl al-Mankūs)
Bagian untuk menghitung cotangent dari suatu sudut.
f. al-Rub'u al-'Alawi
Perhitungan trigonometri yang digunakan dengan kuadran sinus yang dengan
al-rub’u al-mujayyab12
g. Anequal Hours Lines
Serangkaian garis lengkung yang berada di ruang tropic center dan tropic
capcricon. Unequal hours berfungsi untuk mengonversikan dua waktu yang
berbeda.13

Astrolabe memiliki berbagai ukuran, bentuk, dan rupa. Pada bagian rete
banyak terjadi perkembangan dengan desain. Astrolabe paling awal yang
memiliki bentuk sederhana di modif dengan berbagai pola sehingga menjadi
indah dan menarik. Karena beragamnya Astrolabe, berikut macam-macam
Astrolabe :14
a. Usthurlab Shafa’ih (Universal Astrolabe)

12
Sayehu, “urgensi Astrolabe Dalam Peradaban Astronomi Islam”, jurnal Hukum, Sosial dan Keagamaan 14,
no 1 (Januari-Juni 2018)
13
Raymond D‟Hollander, L‟Astrolabe, Histoire, Theori et Pratique, Paris: Institut Ocenographique, 1996,
14
Siti Tatmainul Qulub, Ilmu falak dari sejarah ke teori dan aplikasi , (Depok : Rajawali Pers, 2017), hlm. 37.

12
gambar 2. 2 Universal Astrolabe
Merupakan Astrolabe universal yang memiliki perbedaan dengan Astrolabe
pada umumnya. Memiliki tampilan setengah lingkaran (seperti garis bujur)
seluruh permukaannya yang di buat dari lempengan tembaga. Dengan itu alat ini
bisa di gunakan di semua lintang tanpa ada perubahan baik pada plate , rete
maupun rule yang ada pada Astrolabe. Di temukan oleh Al-Zarqali dan di
kembangkan di dunia islam pada abad ke 11 dam di Eropa pada abad ke 16.15

b. Usturlab Musaththah (Planispheric Astrolabe)

gambar 2. 3 Planispheric Astrolabe

15
Neugebauer, “The Early History of The Astrolabe; Studies in Ancient Astronomy IX”, Journal Isis Chicago
1949.

13
Dirancang dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan diameter yang
bermacam-macam dari ukuran inchi hingga meter. Memiliki berbagai variasi
bergantung pada pembuat, tempat dan waktu pembuatan (sesuai bahan yang
tersedia, kemampuan dan keterampilan tangan si pembuat serta kondisi langit).
Astrolabe ini banyak digunakan di berbagai belahan dunia, seperti India, Eropa,
dan seluruh dunia Islam pada abad pertengahan.16

gambar 2. 4 Spherical Astrolabe

Usturlab kurawi (Spherical Astrolabe)


Atrolabe ini disebut juga dengan Astrolabe bola (dzat al-halq) Asrolabe
ini ditemukan oleh Al-Nayrizi (892-902) memiliki bentuk seperti senuah topi
yang dibuat bebas bergerak pada bidang yang ditandai lingkaran lintang.
Astrolabe jenis ini merupakan inovasi dari Planispheric Astrolabe agar
pengguna lebih mudah memvisualisasikan langit. Namun penggunaanya yang
cukup sulit dibanding jenis Astrolabe lain. Astrolabe ini memiliki kelebihan
dimana terdapat senuah tutup yang mempresentasikan eklipitika dan equator,
serta petinjuk untuk beberapa bintang.17

16
Neugebauer, “The Early History of The Astrolabe; Studies in Ancient Astronomy IX”, Journal Isis Chicago 1949.
17
Raymond D‟Hollander, L‟Astrolabe, Histoire, Theori et Pratique, Paris: Institut Ocenographique, 1996,

14
gambar 2. 5 Mariner Astrolabe
c. Usthurlab Al-Bahr (Mariner Astrolabe)
Astrolabe ini disebut juga dengan Astrolabe pelaut. Astrolabe ini berupa
inclometer yang digunakan untuk menentukan lintang dari sebuah kapal laut
dengan mengukur ketinggian matahrai siang hari (deklinasi) atau ketinggian
meridian dari bintang yang diketahui deklinasinya. Jenis Astrolabe ini tidak
memiliki komponen-komponen selengkap Astrolabe Planispheric atau Spherical.
komponennya hanya berisi dari sebuah angka-angka sudut sekelilingnya dan
alidade yang digunakan untuk mengukur sudut vertikal. Astrolabe ini dirancang
untuk memungkinkan digunakan di atas kapal dengan ombak dan angin besar.
Pada abad ke-16 instrumen ini di lengkapi ring sebagai tempat pegangan ketika
digunakan. Astrolabe ini digunakan sampai pertengahan atau paling lambat akhir
abad ke-17.18

d. Usthurlab Khaththi (Linear Astrola )

gambar 2. 6 Linear Astrolabe

Usthurlab Khaththi atau Linear Astrolabe yang ditemukan oleh Sharaf al-
Din al-Tusi pada abad ke-12. Oleh karena itu, Astrolabe jenis ini sering disebut
18
Ibit.

15
dengan “staff of al-Tusi” yang dibentuk dari tongkat kayu sederhana (seperti
pena) dengan tanda ukuran tapi tanpa gambar. Astrolabe ini juga dilengkapi
dengan garis tegak lurus dan chord ganda untuk mengukur sudut dan pointer
berlubang yang berada di atas tongkat kayu.
e. Rubu’ Muqantharat (Quandrat Astrolabe)

gambar 2. 7 Quandrat Astrolabe

Astrolabe jenis ini disebut dengan rubu’ muqantharat atau rubu’ lengkung,
dan lebih populer dengan nama Quadrant Astrolabe. Astrolabe yang awalnya
berbentuk lingkaran datar mengalami perubahan bentuk yang kemudian menjadi
kuadran (seperempat lingkaran). Instrumen astronomi dengan bentuk kuadran
menyediakan beberapa fungsi yang sama dengan fungsi Astrolabe. Di mana
proyeksi stereografi yang mendefinisikan komponen dari Astrolabe Planispheric
hanya sah dan bisa, apabila bagian Astrolabe dilipat ke dalam kuadran tunggal.19
Perbedaan Astrolabe kuadran dengan Astrolabe datar (Planispheric
Astrolabe) adalah pada fungsinya di inana astrolabe kuadran hanya bisa
digunakan pada lintang tertentu saja. Sedangkan Astrolabe datar dapat digunakan
pada banyak lintang. Di samping itu, Astrolabe datar terdiri dari beberapa
lempeng, sementara Astrolabe kuadran hanya terdiri satu lempeng saja.
Pada abad ke-17 beberapa kuadran yang menggunakan proyeksi stereografi
diperkenalkan salah satunya yang paling popular adalah kuadran yang ditemukan
oleh Edmund Gunter Kemudian Astrolabe kuadran cukup popular pada masa
Kekaisaran Ottoman Turki di awal abad ke 20 Pada dunia Islam. busur yang
terdapat pada kuadran memiliki manfaat lebihh yaitu digunakan untuk mencari
waktu ibadah bagi umat Muslim Fungsi kuadran secara lebih umum sebenarnya
telah dikembangkan dengan luas di Eropa pada abad ke 13.20

19
Siti tatmainul qulub, Ilmu falak dari sejarah ke teori dan aplikasi , (Depok : Rajawali Pers, 2017), hlm 20.
20
Ibit, hal 24.

16
f. Usthurlab Mansyuri (Prismatic Astrolabe)

gambar 2. 8 Prismatic Astrolabe

Usthurlab mansyuri atau Prismatic Astrolabe merupakan jenis Astrolabe

yang modern dan istimewa. Ia merupakan cikal bakal teleskop yang ada saat ini.
Jenis ini dapat menentukan posisi bintang dan planet dengan waktu yang akurat.
Astrolabe prisma terdiri dari cakrawala buatan (seperti permukaan merkuri) dan
prisma yang ditempatkan di depan teleskop Prisma diposisikan tetap sehingga
ketinggiannya juga tetap biasanya dibuat 45 hingga 60 derajat. Sinar matahari
paralel jatuh di cakrawala buatan dan prisma masing-masing tercermin oleh
prisma ke teleskop. Sebagai benda angka bergerak menuju ketinggian tetap, dua
gambar mendekati satu sama la dari atas bawah bidang pandang. Pada ketinggian
tetap dua gambar terletak dekat bersama-sama pada garis horizontal yang sama
melalu tengah lapangan. Waktu kemudian direkam, biasanya secara elektronik
Astrolabe prismatic ini diciptakan pada awal abad ke-20. Ia merupakan
instrumen astronomi dan geodesi yang digunakan untuk menentuka garis lintang
dari sebuah lokasi dan koreksi jam dari pengamatan bintang di berbagai azimuth
seluruh almucantar. Ia juga dapat digunakan untuk menentukan koordinat ekuator
bintang dan planet.21
Astrolabe prisma versi modifikasi dengan presisi yang tinggi diciptak oleh
astronom Peranci bernama A. Danjon pada periode 1951-195 yang banyak
digunakan untuk menentukan waktu dan lintang. Dalam Astrolabe prisma ini,
kaca prisma sama sisi dengan tepi yang sejajar dengan cakrawala dan satu wajah
tegak lurus dengan sumbu optik dari sebuah tabung horizontal selaras
ditempatkan di depan tujuan tabung untuk menghemat ruang sumbu optik tabung
21
Ibit, hal 26.

17
dipotong oleh dua cermin Kadangkala digunakan kebalikannya untuk
menentukan lintang dan bujur pengamat, dengan asumsi posisi bintang
diketahui dengan akurat.22

g. Astrolabe Mekanik (Mechanic Astrolabe)


Astrolabe mekanik merupakan jenis Astrolabe yang menggunakan roda gigi
sebagai penggerak rotasinya. Jenis astrolabe ini ditemukan oleh Abu Raihan al-
Biruni (w. 440 H) pada tahun 1000 M.23 Ia tercatat pernah menggunakan
Astrolabe.
Dalam referensi lain, disebutkan bahwa Astrolabe ini ditemukan oleh
Muhammad Abi Bakar Isfahan pada tahun 1235. Peralatan astronomi yang
diciptakan astronom dari Isfahan, Iran berupa komputer kalender mekanik.24
1. Fungsi Astrolabe
Astrolabe tidak hanya berfungsi untuk menunjukkan saat dan mengetahui
panjang siang dan malam, tetapi juga berfungsi untuk memudahkan perhitungan
astronomi yang rumit. Astrolabe juga dikategorikan ke dalam jenis yang beragam.
Astrolabe al Khiththi, Astrolabe asy Syamil, Astrolabe at Tamu, dan Astrolabe al
Kurawi. Intinya, saat membuat astrolabe, Anda harus mempertimbangkan baik
koordinat al tazimuth maupun koordinat ekuatorial.25
Sistem koordinat horizon adalah salah satu sistem yang digunakan untuk
menentukan posisi benda langit, terutama terkait dengan posisi pengamat benda.
Dalam sistem koordinat horizon, posisi benda langit ditentukan dengan altitude
(ketinggian benda langit dihitung dari ufuk) dan sudut azimut (sudut yang
dihitung dari titik utara searah jarym jam). Adapun sistem koordinat ekuator
adalah sistem koordinat yang dibentuk untuk mengetahui asensio rekta (panjang
tegak benda langit) dan deklinasi benda langit. Asensio rekta adalah panjang busur
yang dihitung dari titik Aries pada lingkaran ekuator 1langit sampai ke titik langit
dengan arah penelusuran ke arah timur. Deklinasi adalah panjang busur dari titik

22
Sayehu, Urgensi Astrolabe dalam Peradaban Astronomi Islam, Banten: UIN Sultan Maulanan Hasanuddin
Banten, 2018, hlm 125.
23
Siti tatmainul qulub, Ilmu falak dari sejarah ke teori dan aplikasi , (Depok : Rajawali Pers, 2017), hlm.39
24
Ibid hlm 41
25
Mohd Hafiz Safiaia, Noor Izzati Ab Rahmanb, Khadijah Ismailc, Mohd Izhar Ariff Mohd Kashimd, Ezad
Azraai Jamsarie, The Modern Dimension of the Astrolabe as an Innovation of Ancient Technology, international
Journal of Innovation, Creativity and Change, Vol.15 No.5, (2020), 62.

18
kaki langit pada ekuator langit ke arah kutub langit sampai ke ltak benda pada
bola langit.26
Secara umum, Astrolabe hanya dapat menampilkan peta langit lokasi dan
waktu. Bagian depan Astrolabe biasanya digunakan untuk menyelesaikan masalah
dilema. Astrolabe sendiri terdiri dari dua bagian yang pertama adalah bagian
depan, yang dapat diputar sesuai keinginan pengguna dan yang kedua adalah
bagian permanen, yang menampilkan pemandangan langit dengan skala waktu
dan lintang tertentu. Untuk membuat Astrolabe lebih mudah dipahami, perhatikan
dua hal ini saat membuatnya :27
a. Bola Langit
Langit didefinisikan sebagai suatu bidang yang luas dengan bintang-bintang
yang melekat pada dindingnya dan titik pusat absolut. Semua planet, termasuk
bulan dan matahari, memiliki garis lingkaran bola yang dianggap menggunakan
bola konsentris, atau tatanan orbit yang membuat planet terlihat seperti pusatnya.
Bola langit dirancang dengan cara yang mirip dengan Bumi, karena dimaksudkan
untuk memberikan dasar bagi sistem koordinat yang digunakan untuk
menentukan posisi dan gerakan benda-benda di langit dan juga untuk membantu
navigasi di langit. Arah utara dan selatan berasal dari langit, yang berarti
perpanjangan dari sumbu Bumi, dan ekuator langit adalah proyeksi dari ekuator
Bumi. Daerah tropis menunjukkan bagaimana matahari bergerak ke arah utara
dan selatan di langit setiap tahun.28
b. Langit Lokal
Penggunaan astrolabe bergantung pada pengetahuan yang ada tentang langit atau
sudut pandang yang tepat dari lokasi pengamat. Ketika seseorang memandang ke
langit atas, mereka dapat melihat setengah dari asal bola langit, sementara
setengah lainnya terhalang oleh horizon mereka. Ini adalah bagian langit yang
dapat dilihat pengamat. Untuk melihat langit lokal, Astrolabe menggunakan
metode proyeksi yang tidak jauh berbeda dari proyeksi bola langit. Langit lokal
diproyeksikan ke garis dari horizon ke puncak, dengan almucantar atau garis
dengan elevasi 0 derajat di horizon hingga 90 derajat di puncak. Plate di

26
Ibid hlm 64
27
Djokelono, “Cendekiawan” hal 116.
28
Ibid hlm 119

19
Astrolabe dibuat dengan menggunakan proyeksi langit lokal.tergantung pada area
dan waktu.29
Astrolabe memiliki banyak fungsi, baik secara teoritis maupun praktis,
sebagaimana yang dikutip oleh Arwin Juli Rakhmadi dari karya Kusyyar al-Jili
ada 23 kegunaan Astrolabe, antara lain :
tabel 2. 1 fungsi Astrolabe

1. Mengetahui ketinggian matahari, planet-planet, dan benda-benda langit lainnya.


2. Mengetahui terbit ketinggian matahari dan planet-planet.
3. Mengetahui interpolasi bagian matahari apabila tidak sesuai dengan jenis Astrolabe.
4. Mengetahui interpolasi bagian-bagian lengkung hari apabila tidak bersesuaian dengan
jenis Astrolabe.
5. Mengetahui interpolasi bagian terbit apabila tidak sesuai dengan jenis Astrolabe .
6. Mengetahui lingkaran orbit terbit dan tenggelam matahari dan planet-planet terhadap
waktu dan jam standar yang telah berlalu terbit dan terbenamnya.
7. Mengetahui jam (waktu) siang dan malam yang telah berlalu terhadap waktu standar,
dan mengetahui bagian-bagian waktunya.
8. Mengetahui pechan-pecahan waktu (jam).
9. Mengetahui watad dan semua zodiak.
10. Mengetahui deklinasi matahari.
11. Mengetahui jarak planet dari khatulistiwa.
12. Mengetahui derajat rerata planet-plannet di langit serta benda-benda langit yang terbit
dan terbenam bersamaan dengannya.
13. Mengetahui lintang geografis suatu negeri dan tinggi tengah hari.
14. Mengetahui lekung siang dan malam dari matahari dan planet-planet serta benda-benda
langit lainnya.
15. Mengetahui interpolasi terang matahari dan planet-planet
16. Mengetahui matlak zodiak dan khatulistiwa dan negeri yang dicari melalui lempeng
Astrolabe.
17. Mengetahui peralihan derajat al-mathali kepada derajat as-sawa.
18. Menegetahui mutlak zodiak dengan khatulistiwa dan negeri yang dicari melalui
lempeng Astrolabe.
19. Mengetahui terbit fajar dan terbenam syafak.
20. Mengetahui batas pertengahan hari.
29
Siti Tatmainul Qulub, Ilmu falak dari sejarah ke teori dan aplikasi , (Depok : Rajawali Pers, 2017), hlm.43

20
21. Mengetahui bayang-bayang ketinggian.
22. Mengetahui tinggi suatu benda
23. Mengetahui ketinggi suatu benda.

Adapun secara umum,pada era modern ini Astrolabe memiliki fungsi :


tabel 2. 2 Fungsi Astrolabe di era moderen

1. Menentukan posisi dan jarak sebuah zodiak dalam peredarannya (dalam satuan derajat)
2. Menentukan sudut ketinggian benda-benda langit dari ufuk.
3. Mengukur ketinggian matahari dan benda-benda langit lainnya.
4. Mengetahui waktu-waktu shalat (khususnya shalat lima waktu).
5. Mengetahui waktu terbenam syafak dan terbit fajar.
6. Mengetahui waktu malam dan waktu siang (terbit dan tenggelam matahari).
Mengetahui waktu (jam).
7. Mengetahui posisi benda-benda langit yang tidak terlihat.
8. Mengetahui zenith matahari pada siang hari dan benda-benda langit pada malam hari.
9. Menentukan arah kiblat (ka’bah) di malam hari maupun siang hari.
10. Mengetahui lintang dan bujur suatu tempat.
11. Menentukan ketinggian matahari dari bayang-bayangnya
12. Menegtahui ketinggian suatu benda di antara dua tempat yang berbeda.
13. Mengetahui posisi bulan pada zodiak tertentu.
14. Menemukan arah timur dan barat.
15. Sebagai pengukur waktu (jam)30

BAB 3
PENUTUP

30
Hayton Darin. “An Introduction to the Astrolabe”

21
Astrolabe adalah instrumen astronomi yang biasa digunakan untuk memperlihatkan
posisi Matahari dan bintang untuk suatu waktu dan tempat tertentu. Astrolabe secara
etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “aster dan labio (labien).” Aster bermakna
bintang, sedangkan labio (labien) bermakna pengintai atau pengukur. Dua kata tersebut
kemudian digabung menjadi Astrolabe yang secara sederhana dapat dipahami sebagai
alat untuk mengintai bintang atau alat bagi penggemar astonomi. Astrolabe juga
bermakna penggambaran dua dimensi dari bola langit yang pada awalnya digunakan
untuk mengetahui posisi Matahari. Dalam bahasa Arab alat ini disebut al-usthurlāb.
beberapa sumber arab disebutkan bahwa Astrolabe berasal dari zaman nabi Idris yang
memiliki seorang anak yang bernama Lab. Lab yang memiliki pengetahuan di bidang
astronomi mempunyai kebiasaan bermain dan melukis di pasir. Suatu ketika, Lab
menggambar sebuah garis-garis lingkaran yang terputus diatas pasir. Kemudian, salah
satu saudaranya bertanya, “siapa yang membuat garis-garis ini?”, saudara yang lain
menjawab “yang membuat garis-garis itu adalah Lab”. Sehingga alat ini kemudian
disebut dengan al-Usthurlab, yaitu nisbah kepada Lab karena aktivitasnya menggambar
diatas pasir.
Bila ditelusuri sejarahnya, sampai saat ini belum diketahui siapa penemu pertama
Astrolabe. Jika dilihat dari naskah astronomi yang menyinggung tentang instrumen
astronomi bernama Astrolabe, alat ini sesungguhnya berasal dari peradaban Yunani dan
Romawi.
Secara prinsip, Astrolabe sudah ada sejak sekitar 150 SM. Meskipun demikian,
bentuk fisiknya baru muncul kira-kira abad ke-4. Selain itu, beberapa literatur
mengatakan bahwa Astrolabe pertama secara fisik digunakan pada sekitar 26 SM,
seperti yang disebutkan oleh Marcus Vitruvius Pollio. Dia menggambarkan sebuah jam
di Alexandria yang memiliki bintang-bintang pada bidang yang berputar di belakang
bingkai kawat. Kemungkinan ini adalah sebuah awal dari Astrolabe.

DAFTAR PUSTAKA
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/instrumen diakses pada tanggal 14 November 2023.

22
Siti Tatmainul Qulub, , Ilmu falak dari sejarah ke teori dan aplikasi , (Depok : Rajawali Pers,
2017).
Rausi fathor, “Astrolabe:intstrumen astronomi klasik dan kontribusinya dakam hisab rukyat”,
el falaky, vol.3 No.2 , 2019.
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Khazanah Astronomi Islam Abad Pertengahan,
(Purwokerto: UM Purwokerto Press, 2016).
https://id.wikipedia.org/wiki/Mu%E1%B8%A5ammad_bin_M%C5%ABs%C4%81_alKhaw
%C4%81rizm%C4%AB diakses pada tanggal 15 November 2023.
Fathor Rauzi, Astrolebe: Instrumen Astronomi Klasik dan Konstribusi dalam Hisab Rukyah.
Elfalaky, Jurnal Ilmu Falak 2017.
Nur Rohmah, “Astrolabe RHI dalam Menentukan Panjang Bayangan Awal Waktu Zuhur dan
Asar”, (FSH UIN Walisongo, Semarang, 2017).
James E. Morrison, The Astrolabe, DE USA: Janus Rehoboth Beach, 2007.
David A. King, “The Origin of the Astrolabe According to the Medieval Islamic”, Journal for
the History of Arabic Science Vol.5 (1981).
Donald R. Hill, al- Ulum wa al-Handasah fi al-Hadharah al-Islamiyyah, terj. Ahmad Fuad
Basya, (Kuwait: Silsilah Alam al-Ma'rifah (305), 1425/2004).
Sayehu, Urgensi Astrolabe dalam Peradaban Astronomi Islam, Banten: UIN Sultan Maulanan
Hasanuddin Banten, 2018.
Ibn al-Saffar, "al-Amal bi al-Usturlab" (Mesir: al-Ma’had al-Misri, 1955).
Muhammad Khalid, “al-‘Any, Al-Asthurlab”, ebook hal 4-7.
Raymond D‟Hollander, L‟Astrolabe, Histoire, Theori et Pratique, Paris: Institut
Ocenographique, 1996.
Neugebauer, “The Early History of The Astrolabe; Studies in Ancient Astronomy IX”,
Journal Isis Chicago 1949.
Mohd Hafiz Safiaia, Noor Izzati Ab Rahmanb, Khadijah Ismailc, Mohd Izhar Ariff Mohd
Kashimd, Ezad Azraai Jamsarie, The Modern Dimension of the Astrolabe as an
Innovation of Ancient Technology, international Journal of Innovation, Creativity and
Change, Vol.15 No.5, (2020), 62.
Djokelono, “Cendekiawan” hal 116.
Hayton Darin. “An Introduction to the Astrolabe”.

23
24

Anda mungkin juga menyukai