Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH PERKEMBANGAN ISLAM DALAM KEMAJUAN ILMU

ASTRONOMI
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Astronomi Islam
Dosen Pengampu : Hapizul Ahdi, M.H.

Disusun Oleh:
Kelompok 1

1. Ratna Utami Nugraha (201120039)


2. M. Arifuddin Islam (201120040)
3. M. Rizal Saputro J (201120041)
4. Kasih (201120042)
5. Achmad Hafidz Ali (201120043)
6. Nurul Afdholul F.A (201120050)
7. Nopa Sapira (201120053)
8. Komariyah (201120054)
9. M. Anik Rizky (201120055)
10. Taufik Hidayat (201120056)
11. Eva Fanila (201120057)

Kelas : HTN B/Semester V

Jurusan Hukum Tata Negara


Fakultas Syariah
UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten

2022
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pengaruh Perkembangan Islam
dalam Kemajuan Ilmu Astronomi. meskipun kami banyak kekurangan didalamnya. Dan kami
juga berterimakasih kepada Bapak Hapizul Ahdi, M.H. selaku dosen mata kuliah Astronomi
Islam yang telah memberikan tugas kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Pengaruh Perkembangan Islam dalam Kemajuan Ilmu
Astronomi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan
saran resmi demi perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan dimengerti bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang kami buat dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.

Serang, 23 September 2022

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Hakikat Astronomi .................................................................................................. 3

B. Perkembangan ilmu falak sebelum Islam ............................................................... 5

C. Ilmu Falak Peradaban Islam.................................................................................... 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 19

Simpulan ............................................................................................................................ 19

Daftar Pustaka .................................................................................................................. 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu astronomi adalah ilmu yang mempelajari letak, posisi, pergerakan, dan sifat-sifat
matahari, bulan, bintang serta planet-planet lainnya (termasuk Bumi) hal ini berbeda dengan
tanjim (ilmu perbintangan) yang hanya merupakan perkumpulan dari mitologi dan
persangkaan biasanya oleh manusia di hubungkan dengan masalah-masalah kebahagiaan dan
kemalangan yang tak berdasarkan ilmu pengetahuan, yang dikenal dengan ilmu Astrologi.1
Menurut Science Daily, astronomi adalah study ilmiah tentang benda-benda langit
(seperti bintang, planet, komet, dan galaksi) dan fenomena yang berasal dari luar atmosfer
bumi (seperti radiasi latar belakang kosmik).
Selain itu, Al-Quran sebagai pedoman hidup umat manusia sudah dijelaskan mengenai
alam semesta dan sains seperti ilmu luar angkasa yang kita kenal dengan Astronomi salah
satu pilar dan iman peradaban manusia. Ilmu astronomi salah satu alternatif tafsir Al-Quran
bentuk penafsiran manusia yang bersifat saintik yang menggunakan keilmuan kealaman.
Materi dalam ilmu astronomi menolong dan membantu serta memudahkan umat islam dalam
menjalankan ibadannya, seperti membantu menunjukkan kiblat, dan menentukan hari raya
dan awal Ramadhan.
Ilmuan muslim lebih sering menyebut astronomi dengan istilah ilmu falak. Meski begitu,
cakupan pembahasan ilmu falak sangat luas daripada astronomi. Tetapi, pembahasan ilmu
falak memiliki persamaan terkait dengan benda-benda langit yang membuat istilah tersebut
setara.
Dari abad yang lalu manusia sudah mengamati fenomena dan kenampakan alam yang
terjadi, atas kekuasaan dan izin Allah SWT manusia diberikan akses untuk mengulik dan
mempelajari kenampakan alam yang terjadi. Di abad yang lalu manusia menggunakan benda-
benda langit sebagai tanda untuk melakukan berbagai kegiatan mereka di bumi. Peredaran
matahari serta fase fase penampakan bukan, biasanya digunakan petani untuk mengetahui
perubahan musim guna bercocok tanam, nelayan untuk mengetahui arah mata angin untuk
menentukan arah berlayar. Dengan demikian, benda-benda langit sudah dijadikan dasar oleh
manusia dalam mempraktekan kehidupan di bumi jauh astronomi itu dikenal sebagai ilmu.

1
Dr. Yusuf Somawinata, M.Ag, Ilmu Falak (Tangerang Selatan : Sintetis, 2013), h.1

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Hakikat Astronomi?
2. Bagaimana Perkembangan sejarah ilmu falak sebelum Islam?
3. Berkembang Perkembangan sejarah ilmu falak setelah Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Perkembangan Hakikat Astronomi
2. Untuk mengetahui Perkembangan ilmu falak sebelum Islam
3. Untuk mengetahui Perkembangan sejarah ilmu falak setelah Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Astronomi
a. Pengetian Astronomi

Ilmu astronomi yang lebih dikenal dengan nama ilmu falak oleh ilmuan muslim,
merupakan ilmu yang sudah tua dikenal oleh manusia.2 Sejak abad XXVIII SM, astronomi
telah menjadi suatu disiplin ilmu. Sejak abad itu juga, bangsa-bangsa Mesir, Mesopotanisa,
Babilonia, Tiongkok telah mengenal dan mempelajarinya yang bertujuan untuk menghasilkan
hitungan waktu, yang akan digunakan sebagai saat penyembahan kepada berhala-berhala
yang mereka Tuhankan. Misalnya di Mesir, berhala yang mereka Tuhankan ialah Osiris, Isis,
Anom, dan sebagainya. Dikarenakan lebih dari satu yang disembah, maka mereka
memerlukan pembagian waktu. Dan dengan adanya keharusan pembagian waktu itu, mereka
lalu mempelajari ilmu falak. Pada abad XII SM, di negeri Tiongkok, ilmu ini telah mendapat
kemajuan sehingga dengan ilmu tersebut orang dapat menghitung jalan peredaran bintang-
bintang dan terjadinya gerhana.3

Astronomi yang secara etimologi yang berati “ilmu bintang” sedangkan bahasa Yunani
adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar bumi
dan astmosfernya. Ilmu ini mempelajari unsur-unsur, evolusi, sifat fisik dan kimiawi, benda-
benda yang bisa di lihat di langit (dan di luar bumi), juga proses yang melibatkan mereka.

Selama sebagian abad ke 20. Astronomi dianggap terpilih menjadi Astrometri, Mekanika
langit, dan Astrofisika. Secara umum baik “Astronomi” maupun “Astrofisika” boleh
digunakan untuk menyebut ilmu yang sama. Apabila hendak merujuk ke definisi- definisi
kamus yang baku, “ Astronomi” bermakna “peneitian benda-benda langit dan materi diluar
atmosfer Bumi serta sifat-sifat fisika dan kimia benda-benda dan materi tersebut “sedangkan
”Astrofisika” cabang dari Astronomi yang berurusan dengan “tingkah laku. Sifat-sifat fisika,
serta pross-proses dinamis dari benda-benda dan fenomena-fenomena langit”

Astronomi adalah salah satu sedikit ilmu pengetahuan dimana masih memainkan peran
aktif, khusunya dalam hal penemuan dan oengamatan fenomena sementara. Astronomi
jangan dikelirukan dengan Astrologi ilmu semu yang mengasumsikan bahwa takdir manusia

2
Alimuddin, “Sejarah Perkembangan Ilmu Falak”, Jurnal al-Daulah, Vol. 2 No. 2 (2013), 182.
3
Dr. Yusuf Somawinata, M.Ag, Ilmu Falak (Tangerang Selatan : Sintetis, 2013), h.2

3
dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis dilangit. Meskipun memiliki asal
muasal yang sama, kedua bidang ini sangat berbeda ; astronom menggunakan ilmu ilmiah,
sedangkan astrolog tidak.

b. Cabang-cabang ilmu Astronomi

Pada abad ke 20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang : astronomi
abservasional dan astronomi teoretis. Yang pertama melibatkan pengumpulan data dari
pengamatan dari benda-benda langit, yang kemudian dianalisis menggunakan prinsip-prinsip
dassar fisika. Kedua terpusat pada upaya pengembangan model-moel komputer/ analitis guna
menjelaskan sifat-sifat benda langit serta fenomena alam lainnya. Adapun kedua cabang ini
bersifat komplementer astronomi teoretis berusaha untuk menerangkan hasil-hasil
pengamatan astronomi observasional, dan astronomi observasional kemudian akan mecoba
untuk membuktikan kesimpulan yang dibuat astronomi teoretis.

Bidang yang dipelajari juga dikategorikan menjadi dua cara yang berbeda: dengan
‘subjek’, biasanya daerah angkasa (misalnya Astronomi Galaksi) atau ‘masalah (seperti
pembentukan bintang atau kosmologi) ; atau dari cara yang digunakan untuk mendapatkan
informasi (pada hakikatnya, daerah dimana spektrum elektromagnetik dipakai). Pembagian
pertama bisa ditrapkan kepada baik pengamat maupun teoritikus, tetapi pembagian kedua ini
hanya berlaku bagi pengamat (dengan tak sempurna), selama teoritikus mencoba informasi
yang ada, disemua panjang gelombang, dan pengamat sering mengamati dilebih satu daerah
sprektum. Berdasarkan pada subjek atau masalah, ada beberapa pengklrivikasian dalam ilmu
astronomi sebagai berikut :

 Astrometi : cabang ilmu Astronomi yang mempelajari hubungan geometris benda-


benda angkasa, meliputi : kedudukan benda-benda angkasa, jarak benda angkasa yang
satu dengan yang lain, ukuran benda angkasa, rotasi dan revolusinya. Mendefiniskan
sistem koordinat yang dipakai dan kinematika dari benda-benda digalaksi kita.
 Kosmologi : penelitian alam semesta sebagai seluruh dan evolisinya.
 Fisika galaksi : penelitian struktur dan bagian galaksi kita dan galaksi lain.
 Astronomi ekstra galaksi : penelitian benda (sebagian besar galaksi diluar galaksi
kita).
 Pembentukan galaksi dan evolusi : penelitian pembentukan galaksi, dan evolusi
mereka.
 Ilmu planet : penelitian planet dan tata surya.

4
 Fisika bintang : penelitan struktur bintang.
 Evolusi bintang : penelitian evolusi bintang dari pembentukan mereka sampai akhir
mereka sebagai bintang sisa
 Pembentukan bintang : penelitian kondisi dan proses yang menyebabkan
pembentukan bintang dalam awan gas, dan proses pembentukan itu sendiri.

B. Perkembangan ilmu falak sebelum Islam

Astronomi sudah dikenal sejak bangsa Babilonia (Irak Kuno) dengan mengamati rasi-rasi
bintang. Perbintangan menurut bangsa Babilonia sebagai petunjuk Tuhan yang harus
dipecahkan. Bahkan pada zaman itu, manusia lebih banyak menggunakan rasi bintang untuk
mengenal kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga ilmu ramal (astrologi) lebih maju dan
lebih diminati dibandingkan dengan astronomi itu sendiri.

Akan tetapi, bangsa Babilonia tetap menggunakan ilmu astronomi untuk membantu
dalam penentuan musim, arah, pergatian hari dan bulan. Bahkan untuk melihat kapan gerhana
matahari atau bulan dengan petunjuk rasi bintang. Sehingga bangsa Babilonia memberikan
sumbangan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu astronomi. Hal itu ditandai
dengan memunculkan table-tabel kalender tentang pergantian musim, waktu, bulan, gerhana,
dan pemetaan langit (observational tables). Pada zaman ini, mulai ada penetapan waktu
dalam satu hari, yaitu 24 jam. Satu jam sama dengan 60 menit dan satu menit sama dengan
60 detik. Pada saat itu masyarakat Bbabilonia menyebutnya sebagai hokum Sittiyny, yaitu
hokum per enam puluh. Karena mereka menganggap bahwa keadaan bumi bulat dan
berbentuk lingkaran yang memiliki 360 derajat dan pembagiannya habis dengan 60 (Muhitu’
al-ardh atau muhithu’al-falak)`

Pada abad IV SM, tatkala bangsa Yunani mengalami masa keemasan, ilmu ini mendapat
kedudukan yang sangat penting di negeri tersebut. dan pada abad II SM di Iskandariah
(Egypt) terdapat seorang pujangga ahli perbintangan jiga ahli jughrof terkenal bernama
Claudius Ptolemaeus yang telah berhasil menghimpun pengetahuan tentang bintang-bntang
dalam suatu naskah yang disebut Tabril Magesthi. Naskah tersebar ke seluruh dunia serta
menjadi dasar dan pedoman tentang ilmu astronomi. Kemudian pada tahun 325 M. Naskah

5
tersebut dipeluas oleh Theodoreus Kizer di Roma, dan pada abad IX SM naskah itu telah
disalin ke dalam bahasa Arab.4

Ilmu falak dalam perjalanan mulanya, peradaban India, Persia, dan Yunani adalah
peradaban yang punya kedudukan istimewa. Dari tiga peradaban inilah secara khusus muncul
dan lahirnya peradaban falak Arab (Islam), disamping peradaban lainnya. Peradaban India
adalah yang terkuat dalam pengaruhnya terhadap Islam (Arab). Buku astronomi ‘Sindhind’
mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan astronomi Arab (Islam), dengan puncaknya
pada dinasti Abbasiah masa pemerintahan Al-Manshur, buku ini diringkas dan diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab. Selain itu peradaban Persia memberi pengaruh signifikan dalam
peradaban ilmu falak Islam, ditemukan cukup banyak istilah-istilah falak Persia yang terus
dipakai dalam Islam hingga saat ini, seperti Zij (epemiris) dan auj (aphelion). Buku astronomi
berbahasa Persia yang banyak mendapat perhatian Arab (Islam) adalah ‘Zij Syah’ atau ‘Zij
Syahryaran’ yang merupakan ephemiris (zij) yang masyhur di zamannya.

Menurut suatu riwayat, pembagian sepekan (seminggu) atau tujuh hari, adanya sejak
lebih dari 5.000 tahun yang lalu. Kemudian, hari-hari yang tujuh itu, untuk tidak
mengeluhkan, lalu diberinyalah nama-nama benda langit yang mereka telah kenal, yakni:

1. Matahari untuk hari Ahad

2. Bulan untuk hari Senin

3. Masr untuk hari Selasa

4. Mercutius untuk hari Rabu

5. Yupiter untuk hari Kamis

6. Venus untuk hari Jum'at

7. Saturnus untuk hari Sabtu

Kemudian sekitar abad ke - 12 sebelum Masehi, di Negeri Tiongkok, ilmu Falak telah
banyak mengalami kemajuan-kemajuan. Mereka telah mampu menghitung kapan akan terjadi
gerhana, serta menghitung peredaran bintang-bintang.

4
Dr. Yusuf Somawinata, M.Ag, Ilmu Falak (Tangerang Selatan : Sintetis, 2013), h.2

6
Di negeri Yunani yang sementara berada di zaman keemasannya ilmu pengetahuan, ilmu
Falak telah mendapat kedudukan yang sangat penting dan luas. (Al-daulah vol 2/
No.2/Desember 2013 - 181)

Nama-nama ahli ilmu falak yang terkenal sebelum Islam antara lain:

1. Aristoteles (384-322 SM)


Aristoteles berpendapat bahwa pusat jagat raya adalah bumi. Sedangkan bumi dalam
keadaan tenang, tidak bergerak, dan tidak berputar. Semua gerak benda-benda angkasa
mengitari bumi. Lintasan masing-masing benda angkasa berbentuk lingkaran. Sedangkan
peristiwa gerhana, misalnya tidak lagi dipandang sebagai adanya raksasa menelan bulan,
melainkan peristiwa alam. Pandangan manusia mulai teralihkan mengikuti pandangan
Aristoteles, yaitu Geosentris bumi sebagai pusat peredaran benda-benda langit.5
2. Aristarchus (250 SM)
Bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Pada saat itu teori ini tidak mendapat
dukungan walaupun akhirnya terbukti benar.6
3. Claudius Ptolomeus (140 M)
Pendapat yang dikemukakan oleh Ptolomeus sesuai dengan pandangan Aristoteles
tentang kosmos, yaitu pandangan Geosentris, bumi dikitari oleh bulan, merkurius, venus,
matahari, mars, yupiter, saturnus. Lintasan benda-benda langit berupa lingkaran di dalam
bola langit. Sementara langit merupakan tempat bintang-bintang sejati, sehingga merekat
berada pada dinding-dinding bola langit.
4. Hiparchus
Hiparcus berpendapat mengenai bumi adalah bumi itu diam dan seluruh benda langitlah
yang bergerak.

ilmu Falak (astronomi) merupakan salah satu ilmu tertua dalam tatanan khazanah keilmuan
titik ilmu Falak (astronomi) telah dikenal, dipelajari dan dipraktekkan ribuan tahun sebelum
tahun masehi, oleh berbagai bangsa di dunia seperti bangsa sumeria, Mesopotamia,
Babilonia, Mesir kuno, Yunani, Persia, Maya, India, Arab dan Cina.

Peradaban bangsa Mesopotamia dan sumaria yang telah berkembang ribuan tahun sebelum
masehi itu, diduga kuat sebagai cikal bakal lahirnya ilmu Falak atau astronomi dan ilmu

5
Alimuddin, “Sejarah Perkembangan Ilmu Falak”, 183.
6
Fikri Maulana Nasution, “Perkembangan Ilmu Falak Pada Peradaban Pra Islam, Jurnal Penelitian Medan
Agama, Vol. 9 No. 1 (2018), 183.

7
nujum atau astrologi berikut diuraikan peradaban ilmu Falak pada masing-masing bangsa
tersebut.

1. Peradaban falak (astronomi) bangsa Babilonia


Babilonia (Irak kuno) adalah bangsa yang dikenal hobi dengan ilmu eksperimental.
Astronomi Babilonia terus mengalami perkembangan dan memberikan kontribusi penting
dalam perkembangan ilmu Falak atau astronomi pada bangsa-bangsa lain. Para ahli Falak
bangsa Babilonia telah mampu menciptakan kalender melakukan pengamatan terjadi
gerhana menentukan pergantian musim dan pergantian siang dan malam.
Hasil penelitian bangsa Babilonia merupakan sebuah lingkaran bulat besarnya 360°
kemudian berdasarkan teori itu mereka menetapkan bahwa lingkaran bumi adalah 360°,
karena bumi juga berbentuk lingkaran bulat mereka menetapkan suatu hari satu hari satu
malam lamanya 24 jam 1 jam 60 menit dan 1 menit 60 detik. Bangsa Babilonia
menetapkan pembagian tujuh hari dalam seminggu sudah dikenal masyarakat Babilonia
sejak 5000 tahun sebelum masehi, kemudian penetapan nama-nama hari selama 7 hari itu
berpedoman kepada nama-nama bintang yang mereka kenal.
2. Peradaban falak (astronomi) bangsa Mesir kuno
Mesir kuno memang tidak punya banyak perhatian terhadap peredaran matahari, bulan
dan planet-planet lainnya, tetapi bangsa Mesir kuno mempunyai kepercayaan yang
mengakar dalam masalah penanggalan. Menurut kepercayaan dan kenyataan bahwa
rutinitas banjir sungai Nil setiap tahun terjadi bertepatan dengan munculnya bintang
Sirius di bagian langit sebelah timur pada malam hari sekitar tanggal 19 Juli sampai akhir
bulan Agustus.* Sirius muncul selalu bersamaan dengan datang banjir sungai Nil setiap
tahun. Mesir kuno menjadikan fenomena alam tersebut sebagai dasar penanggalan yang
terus digunakan hingga sekarang.
Berdasarkan hubungan bintang serius dengan banjir bangsa Mesir kuno menemukan
sebuah teori bahwa hubungan antara pergerakan bulan dengan pasang surut air laut, pada
tanggal 14 atau 15 bulan Qomariah air pasang laut mencapai titik tertinggi, hal yang sama
juga terjadi pada tanggal 29 atau 30 hari bulan untuk menentukan perubahan waktu,
Mesir kuno telah menciptakan jam matahari yang diberi nama dan jam tersebut sudah ada
sejak 1500 tahun sebelum Masehi.
Bangsa Mesir kuno meyakini pula bahwa ada 36 bintang yang memiliki dewa penjaga,
dan setiap dewa menjaga bintang-bintang tersebut selama 10 hari untuk setiap tahun titik
berdasarkan penelitian Mesir kuno mendapatkan jumlah hari dalam setahun 365 hari.

8
3. Peradaban falak (astronomi)
Peradaban bangsa Yunani dalam bidang ilmu Falak atau astronomi berlangsung sejak
lama. Bangsa Yunani tersohor sebagai bangsa pencinta ilmu pengetahuan, sehingga dari
bangsa ini lahir filsafat filsafat kenamaan mereka ingin mengetahui apa yang terjadi di
alam raya dan apa yang sebenarnya. Bangsa Yunani pada abad ke-6 sebelum masehi
sudah mengembangkan ilmu Falak atau asastronomi.
Menurut para ahli Phythagoras dan thales adalah orang pertama mempelopori lahir ilmu
Falak atau astronomi klasik di Yunani titik menurut pythagoras perjalanan waktu terkait
dengan gerak alam, begitu juga dengan peredaran bintang ada ikatan dengan gerak alam.
Sehingga ia berani mengatakan bahwa bumi bulat dan demikian juga bulan pernyataan
Phytagoras itu mengindikasikan bahwa benda-benda langit termasuk bumi beredar sesuai
dengan ketentuannya.
Menurut Thales bumi merupakan sebuah dataran luas yang terhampar pendapat tersebut
dibantah oleh Pythagoras, ia mengatakan bahwa bumi adalah bulat, walaupun pendapat
itu tidak didukung dengan bukti.
4. Peradaban falak (astronomi) bangsa Cina
Peradaban astronomis Cina dimulai sekitar 1130 sebelum Masehi. Kegiatan astronomi di
Cina mendapat dukungan dari penguasa Cina seperti Kaisar Wu-ting dan kaisar Ti-hsing.
Para astronom Cina mengamati fenomena gerhana bulan kemudian dipresentasikan ke
dalam kehidupan masyarakat titik pada tahun 700 sebelum masehi astronom Cina
meneliti bayangan matahari. Kemudian digunakan untuk menyusun perhitungan kalender
selama 1500 tahun. Kemudian pada tahun 350 sebelum masehi astronom Cina berhasil
menetapkan lama umur hari dalam setahun selama 365¼ hari.
Perhatian Cina dalam ilmu Falak atau astronomis sangat besar dan tidak kalah
pengaruhnya dengan peradaban ilmu Falak (astronomi) bangsa-bangsa lain. Bangsa Cina
kuno telah melakukan kajian secara mendalam tentang ilmu Falak (astronomi) sehingga
mereka berhasil menyusun katalog bintang-bintang yang diperkirakan sebagai katalog
tertua di dunia, terdiri dari 800 entry dan dibuat pada tahun 350 sebelum masehi. Sistem
ilmu perbintangan Cina didasarkan kepada siklus matahari dan bulan yang disesuaikan
dengan kalender pertanian Cina kuno.
Bangsa Cina kuno mencapai kemajuan luar biasa dalam peradaban ilmu Falak ilmu
astronomi menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka menurut ahli astronomi Cina
bahwa bumi sebagai pusat alam semesta, matahari, bulan dan benda-benda langit lain

9
bergerak mengelilingi bumi. Pemikiran Cina kuno tentang planet dapat dikatakan hampir
sama dengan teori heliosentris.
5. Peradaban falak (astronomi) India.
Peradaban astronomi bangsa India mempunyai kedudukan penting dalam perkembangan
astronomi dunia karena dalam peradaban astronomi bangsa India secara tidak langsung
memberikan sumbangan terhadap peradaban astronomi Islam di samping peradaban Falak
bangsa-bangsa lain yang telah mengakar dalam masyarakat Arab. Peradaban astronomi
India adalah yang terkuat pengaruhnya terhadap peradaban astronomi Islam Arab
dibanding Persia, Yunani dan Cina.
Bangsa India telah mengenal ilmu Falak atau astronomi dan mengembangkannya sejak
3000 tahun sebelum masehi di lembah sungai indus Islam banyak belajar teori ilmu
astronomi dari India dari buku Shind hid. Buku ini memberi inspirasi dan pengaruh yang
luas, dalam perkembangan peradaban astronomi Arab Islam, terutama yang berkenaan
dengan angka. buku Sind hid diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Ibn
Ibrahim al-Fazari, atas perintah Khalifah Al Mansur.
6. Peradaban falak (astronomi) bangsa Persia
peradaban astronomi bangsa Persia juga memberikan pengaruh dalam pertumbuhan dan
perkembangan astronomi Islam. Bangsa Persia belajar astronomi dari peradaban bangsa
India, di samping bangsa-bangsa lain. Peradaban astronomi Persia dapat ditemukan pada
penggunaan istilah Falak atau astronomi yang dipakai dalam peradaban astronomi Islam
sampai sekarang seperti banyak buku-buku astronomi Persia dijadikan referensi oleh ahli
astronomi Islam.
7. Peradaban falak (astronomi) bangsa Maya
Maya merupakan nama salah satu kelompok suku yang berada di Amerika tengah titik
suku Maya tinggal di wilayah perbatasan samudra Pasifik dan laut Karibia. Mereka
memiliki peradaban tinggi dalam ilmu Falak dibanding suku-suku lain pada zamannya.
Jose Arguelles adalah seorang peneliti dan sejarawan Amerika, melakukan penelitian
terhadap ramalan suku Maya berdasarkan pondasi kalender yang mereka buat.
Penanggalan suku Maya yang terdapat dalam kalendernya mencatat adanya sistem galaksi
tata surya yang sedang mengalami siklus besar yang berjangka 5.200 tahun lebih
(waktunya dimulai dari tahun 3113 sebelum masehi sampai 2012 Masehi). Suku Maya
percaya bahwa semua benda langit akan terjadi perubahan secara total. Perubahan seperti
itu disebutnya sebagai penyelarasan galaksi deteksi siklus besar tersebut dibagi menjadi
13 periode (baktum). Tata surya berevolusi dan mempunyai catatan peristiwa yang terjadi

10
di bumi sangat rinci. Dalam setiap periode waktu membuat beberapa kejadian besar yang
pernah dan yang akan dilalui oleh peradaban manusia di bumi dimulai dari waktu pertama
(3113 SM) sampai Baktum terakhir (2012 M)

C. Ilmu Falak Peradaban Islam

Pada hakikatnya ilmu falak yang berkembang dalam Islam sebenarnya muncul dari ilmu
perbintangan (astrologi) sebagai warisan dari bangsa yunani dan Romawi. Hal ini karena
pada saat itu kehidupan bangsa Arab berada di padang pasir yang sangat panas dan terbuka.
Kehidupan mereka sering berpindah-pindah tempat. Apalagi di balik kehidupannya, mereka
biasa bepergian jarak jauh untuk melakukan perdagangan ke negeri tetangga. Sehingga
membutuhkan waktu yang tepat untuk melakukan perjalanan tersebut.7

Pada masa Rasulullah SAW, ilmu falak belum mengalami perkembangan yang signifikan.
Karena pada saat itu umat Islam disibukkan dengan jihad perang dan menyebarluaskan ajaran
Islam ke seluruh pelosok dunia. Sehingga aktivitas untuk menkaji tentang astronomi sangat
kurang sekali. Adapun hanya sebatas pengetahuan-pengetahuan langsung yang diberikan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

Setelah Islam menyebar sampai di luaR Mekkah dan Madinah, mulai para sahabat mengkaji
khazabah ilmu falak dalam tinjauan Islam. Sehingga muncul salah satu cabang ilmu
astronomi, yaitu ilmu falak yang metode pembahasan dan perkembangannya mengacu pada
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

Kajian tentang ilmu falak sudah dimulai pada masa pemerintahan Bani Umayyah,
yaitu pada masa kekhalifahan Khalid bin Yazid bin Umayyah bin Abi Sufyan. Hal ini
dikarenakan adanya kecenderungan khalifah akan ilmu pengetahuan yang
berkembang.sehingga, pada masa itu terjadi perubahan-perubahan yang mendasar, terutama
pada perkembangan keilmuan untuk mengkaji ilmu pengetahuan (science). Terbukti dengan
banyaknya penerjemahan buku-buku yang berkenaan dengan astronomi, kedokteran, dan
kimia.

7
Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 11.

11
Ilmu Astronomi dalam islam semakin berkembang dan gemilang pada pertengahan
abad kedua Hijriyah, pada masa pemerintahan bani Abbasiyah, yang disalin dari kitab-kitab
klasik karangan orang-orang India dan Yahudi.8

Sejak abad kesembilan hingga kelima belas Miladiah, orang-orang Arab dan kaum
muslimin menduudki dunia ilmu. Astronom-astronom Barat, seperti Roger Bacon, Kepler,
Hubes, Einstein. St. Gregorius, dan lainnya berhutang kepada orang-orang Islam. Selama
enam abad mereka mereguk ilmu dari orang-orang Islam dan setelahnya mengadakan
pengembangan, mereka kini melebihi orang-orang Arab.

Pendapat-pendapat ahli bintang Islam terus dikembangkan dan terus diperluas oleh
pujangga-pujangga ahli bintang barat, sehingga timbulah aliran dan anggaran baru yang
dikemukakan oleh Nicolaus Coperunicus, yang mengemukakan bahwa bumi yang beredar
mengelilingi matahari dan bulan mengelilingi bumi. Anggapan baru ini dilakukan dan diikuti
oleh Geordeno Bruno dan Galileo Galilei.

Kemudian Jhon Kepler berhasil membuktikan bahwa lingkaran atau falak, bintang-
bintang sajjaroh (Planet), termasuk bumi, tidaklah bundar, tetapi elips (lingkaran berupa
bujur telur), dan matahari tidak ditengahnya yang sebelumnya dianggap bundar oleh Nicolaus
Coperunicus.

Dalam sejarah intelektual muslim ilmu falak merupakan salah satu bentuk kemajuan
dari pada perdabaan Islam. Namun dalam perjalanannya ilmu astronomi hanya saja mengkaji
beberapa persoal-persoalan yang terjadi dalam masyarakat contohnya di bidang ibadah yang
mana seperti membaca arah kiblat, mengetahui waktu shalat dan pada awal bulan qomariah
fase Islam sepenuhnya dengan proses penterjemah karya-karya yang monumental terdapat
dari bangsa Yunani karena sangat mempengaruhi perkembangan Ilmu falak di dunia Islam
ialah the sphere in Movement ( al-khurrah al-mutharrikah) karya Antolycus, Ascentions of
the Signs (Matali’ al- Buruj ) karya Aratus , Introduction to Atronomy (Al-Madkhhal ila Ilmi
al – Falak ) karya Hipparchus, dan Almagesti karya Ptolomeua. (Yahya Syami, 1097:125).

Adapun pada saat kitab-kitab yang disebutkan diatas tersebut tidak hanya
diterjemahkan akan tetapi ditindak lanjuti oleh ilmuan islam melalui penelitian-penelitian
berkesinambungan dan yang mana akibatnya mengahasilkan beberapa teori-teori baru. Maka

8
Yusuf Somawinata, Ilmu Falak, h. 3.

12
dari sinilah muncul tokoh falak dikalangan ummat Islam yang sangat berpengaruh yaitu al-
khawarizny dengan magnum opusnya.

Selain dari pada Al-khawarizmi tokoh-tokoh dari kalangan Ummat Islam yang ikut
membangun dan berkembang ialah :

1. Abu Ma’syar al-Falaky (wafat 272 H/885 M) karya-karyanya antara lain:


Isbatul Ulum, dan Haiatul Falak (A. Hasimy, 1995: 297)
2. Jabir Batany (wafat 318 H/931 M ) yang telah menetapkan letak bintang, Ia
telah menciptakan alat teropong bintang yang ajaib kitabnya yang Terkenal :
Kitabu Ma’rifati Mathli ‘ il buruj Baina arbail Falak (A. Hasimy, 1995:298)
3. Abu Raihan al-Biruni (363 H – 440 H/973 M – 1048 M ) salah satu karyanya
ialah al – Qanun al-Mas’udi
4. Al-Fargani seorang ahli falak yang berasal dari fargana, sebuah kota yang
terletak dipinggir sungai Sardari Uzbekistan di barat. Semua ahli
mengenalnya pada masa abad pertengahan dengan sebutan naman alfragnus
nama lengkapnya adalah Abu Al-abbas ahmad bin Muhammad bin Katsir al-
Fargani. Karnya utamanya yang berjudul Jawamy ilm an-Nujum al Harakat
as-Samawiyya, Ushul ilm an-Nujum, al-Madkhl ila’ ilm Hayat al-Falak dan
al-Fushul ats-tsalasatin.
5. Nasiruddin al-Tusi (Abu Jafar Muhammad bin Muhammad bin al-Hasan
Nasiruddin al-Tusi 598 H- 673 H/ 1201 M - 1274 M) diantara karya
tulisannya dalam bidang ilmu falak ini adalah al-Mutawassil baina al-
Hamdasah wa al-hai’ah, Al-Tadzkirah fi ilm al-hari’ah dan Zubdah al-hai’ah
6. Muhammad Turghay Ulugbekk (797-853 H/1394-1449 M) dikenal sebagai
ahli falak dan yang membangun osvervatorium disamarkan pada tahun
823H/1420 M dan menyusun Zij Sulthoni.

Pengaruh perkembangan peradaban islam dalam kemajuan ilmu atronomi

1. Masa Keemasan

Setelah Islam menyebar sampai di luar Makkah dan Madinah, mulailah para sahabat
mengkaji khazanah ilmu falak. Namun, sebagaimana dijelaskan Dr Muhammad Bashil Al-
Thoiy dalam bukunya yang bertajuk Al-Falak wa al-Taqwim, kajian tentang ilmu falak secara
mendalam baru dimulai pada masa pemerintah an Dinasti Umayyah, yaitu tepatnya pada
masa pemerintahan Khalifah Khalid bin Yazid bin Muawiyah.

13
Khalifah Khalid dikenal sebagai pemimpin yang cinta akan ilmu pengetahuan. Karenanya
semasa ia memerintah, terjadi perubahan-perubahan mendasar, terutama pada perkembangan
keilmuan untuk mengkaji ilmu pengetahuan (sains).

Hal ini terbukti dengan banyaknya penerjemahan buku-buku yang berkenaan dengan
astronomi, kedokteran, fisika, dan disiplin ilmu yang lainnya. Akan tetapi kajian terhadap
ilmu falak mengalami perkembangan pesat di masa kekhalifahan Abbasiyah.

2. Munculnya Ilmuwan-Ilmuwan Falak dan Astronom Muslim

Astronomi Islam: Ilustrasi ilmuwan ilmu falak pada zaman era kekhalifahan Islam

Khalifah kedua Dinasti Abbasiyah, Abu Ja’far al-Mansur (712-775 M), menempatkan kajian
ilmu falak setelah ilmu tauhid, fikih, dan kedokteran.

Semasa berkuasa, ia memerintahkan Muhammad al- Fazari dan Umar bin Farhan at- Thabari
untuk menerjemahkan berbagai buku tentang ilmu falak.

Kemudian al-Mansur juga memerintahkan kepada Ibrahim bin Yahya an-Naqqas untuk
menerjemahkan karya Ptolemeus yang mengulas tentang sistem perbin tangan. Dari sini
kemudian mulai bermunculan para pakar Islam yang menggeluti bidang astronomi.

14
Pada masa Khalifah al-Mansur ini dana negara yang dikeluarkannya untuk membiayai
pengembang an astronomi tidaklah sedikit. Sehingga tidak mengherankan jika hasil-hasil
yang dicapai sangatlah memuaskan. Faktor ini pula yang mendorong kajian ilmu falak tetap
berlanjut serta mengalami fase kemajuan di masa-masa selanjutnya.

Kajian tentang astronomi Islam mencapai masa kejayaan dan keemasan di masa Khalifah
Harun al-Rasyid dan anaknya al-Ma’mun. Pada masa pemerintahan al-Rasyid dan al-
Ma’mun, Islam mencapai puncak prestasi dalam bidang peradaban.

Saat berkuasa, antara tahun 813 hingga 833 M, Khalifah al-Ma’mun memerintahkan
penerjemahan berbagai buku tentang astronomi yang berbahasa Persia, India, dan Yunani ke
dalam bahasa Arab.

Di masa al- Ma’mun ini juga muncul para ahli astronomi yang terkenal, seperti Habasyi al-
Hasib al-Marwazi dan Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak al-Kindi.

Selanjutnya, di Abad seterusnya, pengembangan ilmu falak di tubuh Islam masih tetap
berlanjut. Astronomi bukan hanya berkembang di Asia Barat, Eropa Selatan, dan Afrika
Utara yang berada dalam wilayah kekuasaan Muslim di Abad Pertengahan, tetapi juga di
Asia Tengah dan Asia Timur.

Astronom-astronom yang terkenal di wilayah ini adalah al-Kharaki, al-Qazwini, dan Zakaria
bin Muhammad bin Mahmud Abu Yahya (1200-1282).

3. Ilmu Astronomi Islam dan Kiblat

Zaman kegemilangan astronomi di tanah Islam ini berakhir dalam kurun abad ke-12. Buku-
buku hasil karya ilmuwan Muslim sedikit demi sedikit telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin, terutamanya di Toledo, Spanyol.

Hasil terjemahan tersebut kemudian disebarluaskan di seluruh kawasan benua Eropa. Melalui
terjemahan tersebutlah tokoh-tokoh intelektual Eropa, di pengujung zaman pertengahan,
mengkaji semula teori Ptolemeus dan mempelajari perkembangan astronomi hasil sumbangan
dunia Islam.

Dari Penanggalan hingga Arah Kiblat

15
Runtuhnya kebudayaan Yunani dan Romawi pada abad pertengahan berakibat pada
berpindahnya kiblat kemajuan ilmu astronomi ke bangsa Arab. Astronomi berkembang
begitu pesat pada masa keemasan Islam (8-15 M).

Karya-karya astronomi Islam kebanyakan ditulis dalam bahasa Arab dan dikembangkan para
ilmuwan di Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol dan Asia Tengah.

Astronomi dalam Islam adalah sebuah ilmu yang sangat penting, karena tidak hanya
menyangkut aktivitas yang terkait dengan kehidupan duniawi, tetapi juga tentang ketentuan
pelaksanaan ibadah, baik itu ibadah yang wajib maupun yang sunnah. Misalnya dalam
menentukan waktu shalat, sistem penanggalan kalendar Hijriyah hingga arah kiblat.

Dalam menentukan waktu shalat, umat Islam sudah mendapatkan petunjuk secara langsung
dari Allah SWT melalui kitab suci Alquran. Sehingga aturan baku waktu shalat tidak berubah
dan sifatnya tetap walaupun zaman telah berubah. “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari
tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat
subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS al-Isra’ [15]: 78).

Dalil Alquran ini diperkuat dengan hadis Rasulullah SAW. Beliau pernah bersabda, “Waktu
Zhuhur itu dimulai dari tergelincirnya matahari tepat di atas bayang benda sampai bayang
benda sama panjangnya dengan benda tersebut.”

Dalil Alquran ini diperkuat dengan hadis Rasulullah SAW. Beliau pernah bersabda, “Waktu
Zhuhur itu dimulai dari tergelincirnya matahari tepat di atas bayang benda sampai bayang
benda sama panjangnya dengan benda tersebut.”

“Waktu Ashar di mulai panjang bayang sama dengan bendanya sampai tenggelamnya
matahari. Waktu Maghrib di mulai dari tenggelamnya matahari atau munculnya mega merah
sampai hilangnya mega merah.”

“Waktu Isya mulai dari hilangnya mega merah sampai tiba waktu subuh. Waktu subuh
dimulai sejak munculnya fajar shadiq sampai munculnya matahari kembali.” (Hadis Riwayat
Muslim).

Ilmu astronomi juga memainkan peran penting dalam membuat sistem penanggalan Hijriyah
berdasarkan pada penentuan awal bulan Qamariyah, dan perhitungan gerhana yang
kesemuanya mempunyai keterkaitan dengan pelaksanaan ibadah amaliyah, seperti ibadah
haji.

16
Sebagaimana diterangkan dalam surah al-Baqarah ayat 189: “Mereka bertanya kepadamu
tentang bulan sabit. Katakanlah: ‘Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan
(bagi ibadah) haji...”

Sebagaimana bangsa Sumeria kuno, yang menggunakan bintang sebagai petunjuk arah.
Keberadaan ilmu astronomi bagi masyarakat Muslim juga diperlukan dalam menentukan arah
kiblat.

Sebab, menghadap ke arah kiblat, yakni menghadapkan wajah ke arah Ka’bah di kota
Makkah, merupakan syarat sah bagi umat Islam yang hendak menunaikan shalat, baik shalat
wajib lima waktu atau pun shalat-shalat sunah yang lain.

Bagi masyarakat yang berada jauh dari Ka’bah, tentunya diperlukan suatu metode yang dapat
digunakan untuk menentukan arah kiblat ini. Dalam khazanah ilmu astronomi, penentuan
arah kiblat ini bisa menggunakan penghitungan posisi rasi bintang, bayangan matahari atau
pun arah matahari terbenam.

Ilmu falak (astronomi) terhitung sebagai cabang ilmu eksak tertua yang banyak mendapat
perhatian manusia sepanjang sejarah. Kegiatan ilmu falak sudah berkembang sejak jauh
sebelum Islam datang. Pengetahuan manusia terhadap ilmu falak pada awalnya hanya sebatas
pengamatan alami yang bersifat praktis-pragmatis yaitu mengamati terbit dan tenggelam
benda-benda langit untuk kepentingan perjalanan, perdagangan, pertanian, menetapkan ritual-
ritual agama & sosial, dan lainnya. Aktifitas praktis-pragmatis ini tak jarang juga dikaitkan
dengan menelaah situasi alam dalam perspektif yang berbeda yaitu menghubungkannya
dengan hal-hal yang bersifat abstrak-pragmatis seperti untuk meramal karakter & nasib
seseorang atau sekelompok orang di masa depan yang dikenal dengan nujum atau astrologi.

Ilmu falak seperti dituturkan banyak praktisi merupakan cabang keilmuan Islam yang
memiliki posisi istimewa. Ilmu ini adalah cabang ilmu yang tidak banyak mendapat
penentangan dari umat muslim karena peranannya yang demikian signifikan dalam penentuan
waktu ibadah. Sejak dahulu dan hingga kini, ilmu falak mendapat tempat terhormat dan
dihargai oleh para ahli agama (fukaha) yang terus bertahan hingga era modern.

17
Di zaman tengah, selain disebut ilmu ‘falak’ dan ‘haiah’, ilmu ini di sebut juga ilmu
observasi (ar-rashd) yang merupakan bagian integral dalam ilmu falak. Selain itu ilmu ini
disebut juga ilmu waktu (miqat) karena ia berkaitan dengan penentuan waktu (khususnya
waktu salat dan arah kiblat).

Secara umum, ilmu falak dibagi menjadi dua, yaitu (1) ilmu falak teoritis (falak ‘ilmiy
nazhary, theoritical astronomy) dan (2) ilmu falak praktis atau terapan (falak tathbiqi ‘amaly,
practical astronomy). Dalam penggunaaan sehari-hari ilmu falak praktis-terapan (‘amaly)
inilah yang oleh masyarakat disebut sebagai ilmu falak, dan di Indonesia dikenal dengan ilmu
hisab, yaitu hisab (perhitungan) yang berkaitan dengan penentuan dan pelaksanaan ibadah.

18
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Ilmu astronomi adalah ilmu yang mempelajari letak, posisi, pergerakan, dan sifat-sifat
matahari, bulan, bintang serta planet-planet lainnya (termasuk Bumi) hal ini berbeda dengan
tanjim (ilmu perbintangan) yang hanya merupakan perkumpulan dari mitologi dan
persangkaan biasanya oleh manusia di hubungkan dengan masalah-masalah kebahagiaan dan
kemalangan yang tak berdasarkan ilmu pengetahuan, yang dikenal dengan ilmu Astrologi.

Pada abad ke 20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang : astronomi abservasional
dan astronomi teoretis. Yang pertama melibatkan pengumpulan data dari pengamatan dari
benda-benda langit, yang kemudian dianalisis menggunakan prinsip-prinsip dassar fisika.
Kedua terpusat pada upaya pengembangan model-moel komputer/ analitis guna menjelaskan
sifat-sifat benda langit serta fenomena alam lainnya. Adapun kedua cabang ini bersifat
komplementer astronomi teoretis berusaha untuk menerangkan hasil-hasil pengamatan
astronomi observasional, dan astronomi observasional kemudian akan mecoba untuk
membuktikan kesimpulan yang dibuat astronomi teoretis.

Astronomi sudah dikenal sejak bangsa Babilonia (Irak Kuno) dengan mengamati rasi-rasi
bintang. Perbintangan menurut bangsa Babilonia sebagai petunjuk Tuhan yang harus
dipecahkan. Bahkan pada zaman itu, manusia lebih banyak menggunakan rasi bintang untuk
mengenal kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga ilmu ramal (astrologi) lebih maju dan
lebih diminati dibandingkan dengan astronomi itu sendiri.

Pada masa Rasulullah SAW, ilmu falak belum mengalami perkembangan yang signifikan.
Karena pada saat itu umat Islam disibukkan dengan jihad perang dan menyebarluaskan ajaran
Islam ke seluruh pelosok dunia. Sehingga aktivitas untuk menkaji tentang astronomi sangat
kurang sekali. Adapun hanya sebatas pengetahuan-pengetahuan langsung yang diberikan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.

19
Daftar Pustaka

Alimudin. 2013. Sejarah perkembangan Ilmu falak : Jurnal al-Daulah, 2 (2), 182-183

Nasution maulana. Fikri. 2018. Perkembangan Ilmu falak Pada Peradaban Pra Islam: Jurnal
Penelitian Medan Agama, 183.

Marpaung. Watni. 2015. Pengantar Ilmu Falak. Jakarta. Prenadamedia Group.

Ahmad Hanif Fahruddin. Learning Society Arab Pra Islam (Analisa Historis Dan
Demografis) : Jurnal Kuttab (2017)

Arwin Juli Rahkmadi.2014. Kalender sejarah dan Arti Pentingnya dalam kehidupan.
Semarang.

Mulyaddin Khazin. 2004. Ilmu falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta. Buana Pustaka

Dr. Yusuf Somawinata, M.Ag. 2013. Ilmu Falak Hisab Awal Bulan, Waktu Sholat dan Arah
Kiblat. Tangerang Selatan. Penerbit Sintesis

20

Anda mungkin juga menyukai