Anda di halaman 1dari 27

TUGAS INDIVIDU

“ MAKALAH TENTANG TEORI


GEOSENTRIS DAN HELIOSENTRIS”

DI SUSUN OLEH :
NAMA : LA ODE SAHAMADA
NIM : A1P120091
KELAS : A
MATKUL : KOSMOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS HALU OLEO
2021

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini . adapun tujuan penulis menyusun
makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah kosmografi dengan judul “makalah tentang teori
geosentris dan heliosentris”.
Meskipun dalam menyelesaikan makalah ini penulis
banyak menemui kesulitan dan hmbatan-hambatan. Tetapi
adanya dorongan dan motivasi dari berbagai pihak, maka
makalah ini dapat di selesaiakan. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyususunan makalah ini, yang
semata-mata dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis.
Untuk itu penulis mengaharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak dan semoga makalah sederhana
ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, maupun bagi
yang membaca makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….
BAB 1.PENDAHULUAN…………………………………………………………….
A. Latar Belakang…………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….
C. Tujuan …………………………………………………………………………….

BAB 2.PEMBAHASAN………………………………………………………………
A. Pengertian dan sejarah teori dari geosentris dan
heliosentris…………………………………………………………………....
B. Perbedaan geosentris dan heliosentris…………………………..
C. Perkembangan ilmu astronomis pada periode geosentris
dan heliosentris……………………………………………………………..
D. Tokoh-tokoh yang mendukung teori geosentris dan
heliosentris……………………………………………………………………..

BAB 3. PENUTUP…………………………………………………………………….
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSAKA…………………………………………………………………….

BAB 1.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Astronomi merupakan sains kuno yang paling lama, paling


banyak dikembangkan, dan paling dihargai. Banyak sains
matematis pada awalnya dikembangkan untuk memfasilitasi
riset astrorologi dan keterpesonaan dalam pada kekuatan dan
misteri langit. Pertimbangan praktis, seperti menemukan arah
seseorang dalam perjalanan malam atau memahami korelasi
antara musim s dan posisi planet, memberikan daya dorong
tambahan bagi astronomi. Orang Babilonia, Yunani, dan India
menemukan system rumit bagi kajian astronomi yang berjalan
diluar pengamatan sederhana dan dikarakterisasikan dengan
berbagai tingkat ketetapan dan ketepatan matematis.
Namun demikian, sebelum islam, bangsa Arab tidak memiliki
astronomi ilmiah. Pengetahuan mereka empirik, dan terbatas
pada pembagian tahun dalam periode tertentu berdasar pada
kemunculan dan tata letak bintang-bintang tertentu. Bidang
ilmu astronomis ini dikenal sebagai anwa; hal ini terus manarik
perhatian pada masa astronom Arab berikutnya setelah
kemunculan islam, dan kajian tersebut menghasilkan banyak
metode matematis yang digunakan oleh para astronom itu.
Ilmu Astronomi berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman, perkembangan ilmu atronomi yang begitu signifikan
dirasakan oleh umat manusia sedunia, sebut saja orang barat
menikmatinya dengan pengetahuan kompleks tentang benda
langit, di samping itu mereka juga menikmati indah menjelajah
luar angkasa terbang sesuka hati; lebih dari itu umat muslim
juga memanfaatkan ilmu astronomi sebagai wasilah utuk
menunaikan kewajiban mereka, dengan ilmu ini mereka dapat
mengetahui arah kiblat di suatu tempat, kapan masuknya awal
waktu shalat, awal bulan qamariah, dan gerhana.
Melihat begitu pentingnya ilmu ini, membuat perhatian banyak
orang untuk mengkaji dan menelaah lebih jauh tentang
perkembangan ilmu astronomi. Karena dengan mengkaji
perkembangan ilmu astronomi ini kita akan mengenal siapa
pencetus dan apa teorinya tentang astronomi, yang secara
tidak langsung akan membuat kita termotivasi dengan para
ilmuwan yang mengembangkan disiplin ilmu ini, bahkan ke
depan nanti kita dapat memprediksikan bagaimana
perkembangan dan pengaruh ilmu astronomi di masa
mendatang.
Hal di atas inilah yang mungkin akan kita peroleh setelah
mengkaji dan mempelajari tentang perkembangan ilmu
astronomi dari zaman klasik hingga modern. Bertolak dari sin,
saya selaku penulis akan mengupas lebih jauh tentang
perkembangan ilmu ini dengan beberapa tahapan atau periode
yang mencakup pencetus dan pemikirannya (teori); para
pendukung-pendukungnya serta kontribusi mereka untuk
khalayak banyak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana Pengertian dan Sejarah Teori dari
Geosentris dan Heliosentris?
2. Bagaimana Perbedaan Geosentris dan
Heliosentris?
3. Bagaimana Perkembangan Ilmu Astronomi pada
periode Geosentris dan Heliosentris?
4. Siapa sajakah tokoh-tokoh yang mendungkung
teori Geosentris dan Heliosentris?

C. Tujuan
1. Untuk mengetehui pengertian dan sejarah teoti dari
geosentris dan holiesentris
2. Untuk mengetahui perbedaan geosentris dan
heliosentris
3. Mengetahui perkembangan ilmu astronomis pada
periode geosentris dan heliosentris
4. Dapat mengetahui tokoh-tokoh yang mendukung
teori geosentris dan heliosentris

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian dan sejarah teori geosentris dan heliosentris

1.      Geosentris
Seharusnya meteri ini kami buat sebelum materi
tentang Teori Heliosentris karena sebelum munculnya teori
Heliosentris teori geosentris telah dikemukakan. Dan teori
heliosentris merupakan kritikan atas ketidak puasan terhadap
isi dai teori geosentris. Akan tetapi tak apa pembaca dapat
membacanya kembali semoga bermanfaat.
Teori geosentris adalah teori yang menyatakan
bahwa yang menjadi pusat dari tata surya adalah bumi,
berdasarkan dari makna secara bahasapun demikian. Kata
geosentris berasal dari kata geo yang berarti bumi dan centre
yang berarti pusat. Teori ini menolak terhadap pendapat teori
egosentries yang menyatakan bahwa manusialah yang menjadi
pusat tata surya.
Teori geosentris menggambarkan bahwa
kedudukan benda langit dalam tata surya berpangkal di pusat
bumi. Alam semesta geosentris ialah alam semesta model
Ptolomeus yang mendudukan bumi sebahgai pusat di alam
semesta, Claudius Ptolomeus (100-178 M) menjabarkan bahwa
bumi berarti tengah dikelilingi delapan lingkaran, yang
membawa bulan, matahari, bintang-bintang, dan lima planet
yang diketahui saat itu : Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan
Saturnus.
Pemikiran tentang gerak benda langit sudah dilakukan
ratusan tahun sebelum masehi. Prosesnya dimulai sejak
Anaximander (611-546 SM) membuat model geosentris
pertama dengan mengungkapkan bahwa Bumi datar, tidak
bergerak, dan dikelilingi oleh Matahari, Bulan, dan bintang-
bintang yang terletak pada kulit-kulit bola. Kemudian
Phytagoras (569-475 SM), yang mengajarkan bahwa bola
adalah bentuk geometri yang paling sempurna, membuat
perubahan pada model sebelumnya dengan mengatakan
bahwa bentuk Bumi adalah bulat. Tambahan mendetail juga
diberikan oleh Eudoxus (408 SM) tentang gerak benda langit
yang melingkar
Awal kemunculan teori ini dipelopori oleh Aristoteles
yang berpendapat bahwa bumi itu bulat. Aristoteles juga
memberikan argumen yaitu ketika terjadi gerhana terdapat
bayang-bayang lengkung pada bulan yang disebabkan oleh
posisi bumi. Teori ini juga diperkuat oleh Hippercus (190-120
SM) dengan model tata surya ciptaannya yang berdasarkan
teori geosentris.
Sebenarnya pada masa itu ada dua teori tentang tata
surya yang sangat bertentangan satu dengan lainnya, yaitu
teori yang diungkapkan oleh Aristarchus (310-230SM) yang
kemudian dikenal dengan sebutan teori heliosentris. Akan
tetapi pada masa itu pendapat dari Aristarchus tidak
mendapatkan respon dari pihak gereja, yang mana pada masa
itu gerejalah yang memiliki wewenang tertinggi dalam
pemerintahan.(untuk masalah heliosentris ini telah kami bahas
sebelumnya). Dan teori ini dipercaya sampai hamper 1400
tahun.

2.      Heliosentris
Dalam astronomi, heliosentrisme adalah teori yang
berpendapat bahwa Matahari bersifat stasioner dan berada
pada pusat alam semesta. Kata berasal dari bahasa Yunani (
Helios = Matahari, dan kentron = pusat). Secara historis,
heliosentrisme bertentangan dengan geosentrisme, yang
menempatkan Bumi di pusat alam semesta. Diskusi mengenai
kemungkinan heliosentrisme terjadi sejak zaman klasik. Barulah
ketika abad ke-16 dapat ditemukan suatu model matematis
dapat meramalkan secara lengkap sistem heliosentris, yaitu
Nicolaus Copernicus, seorang ahli matematika dan astronom.
Pada abad berikutnya, model tersebut dijabarkan dan diperluas
oleh Johannes Kepler dan pengamatan pendukung dengan
menggunakan teleskop diberikan oleh Galileo Galilei. Tetapi
pada masa Reinensans, banyak yang tidak percaya.

Akhirnya pada tahun 1543 teori geosentris dipatahkan


oleh teori heliosentris yang diajukan oleh Nicolaus Copernicus.
Dalam teori heliosentris, mataharilah sebagai pusat tata surya.
Matahari dikelilingi oleh planet-planet, asteroid, komet, dan
meteorid.
Dalam model heliosentris Copernicus, Matahari dianggap
berada pada pusat alam semesta, bintang-bintang terletak
pada bulatan angkasa dan berputar mengelilingi Matahari.
Diantara Bintang-bintang dan Matahari terdapat planet-planet
termasuk Bumi yang berputar mengelilingi Matahari dalam
masing-masing orbitnya dengan lintasan orbit berbentuk
lingkaran. Gerak mundur semu dalam peredaran planet-planet
yang sulit dijelaskan oleh model geosentris, dapat dijelaskan
dengan mudah dalam model heliosentris, dengan
menggunakan konsep gerak relatif antara Bumi dan planet-
planet lain yang bergerak disekitar Matahari dengan kecepatan
sudut putar yang berbeda-beda. Namun model heliosentris
Copernicus memiliki beberapa kelemahan, yaitu bintang-
bintang tidak berputar mengelilingi matahari dan planet-planet
tidak bergerak mengelilingi matahari dengan lintasan yang
berupa lingkaran. Selanjutnya model ini disempurnakan oleh
Johannes Kepler, dan melahirkan hukum 1 Kepler, hukum II
Kepler, dan hukum III Kepler.
Cara kerja konsep Heliosentris,konsep heliosentris
melahirkan hukum-hukum yang dicetuskan oleh Johannes
kepler yaitu,

HUKUM 1 Keplar

Persamaan elips dari hukum pertama kepler dirumuskan


seperti berikut :
dimana e adalah eksentrisitas yang merupakan
perbandingan antara jarak dua fokus dengan diameter panjang
elips. Nilai eksentrisitas menentukan bentuk elips apakah makin
lonjong atau makin mendekati bentuk lingkaran. Jika e = 0,
maka orbit planet akan berupa lingkaran. Eksentrisitas bumi,
ebumi = 0,017, hampir mendekati nol, jadi orbit bumi hampir
mendekati lingkaran. Akibat lintasan orbit planet berbentuk
elips, maka selama suatu planet bergerak mengelilingi matahari
menempuh satu putaran penuh yang disebut satu tahun
pleneter, jarak antara planet tersebut dengan Matahari akan
selalu berubah-ubah. Titik pada lintasan orbit planet yang
menandai posisi paling dekat planet ke Matahari disebut
perihelium. Sedangkan titik pada lintasan orbit Planet yang
menandai posisi paling jauh Planet ke Matahari disebut
aphelium. Arah rotasi planet-planet dalam arah berlawanan
dengan arah putar jarum jam, kecuali untuk planet Venus dan
Uranus. Para astronom menetapkan arah putar berlawanan
dengan arah putar jarum jam sebagai gerak langsung (direct),
sedangkan arah putar searah dengan arah putaran jarum jam
disebut gerak balik (retroge).

Hukum II Kepler

Hukum kedua Kepler yang disebut juga sebagai hukum


kesamaan luas yang dipublikasikan pada tahun 1609,
menyatakan bahwa luas (S) yang disapu oleh garis penghubung
antara planet dan Matahari dalam selang waktu (t) yang sama
adalah sama (S1 = S2 = S3), seperti ditunjukkan pada gambar.

Hukum ini secara tidak langsung menyatakan bahwa


kecepatan orbit suatu Planet mengitari matahari tidaklah
konstan (uniform) melainkan berubah-ubah. Planet akan
bergerak lebih cepat dalam orbitnya ketika berada pada daerah
yang dekat dengan matahari, dan akan bergerak lebih lambat
dalam orbitnya ketika berada pada daerah yang jauh dari
matahari. Kecepatan orbit Planet berbanding terbalik dengan
jaraknya terhadap matahari. Dalam notasi matematis , hukum
ini dapat dirumuskan sebagai:

Dengan C adalah konstanta. Persamaan ini dapat dibaca


laju perubahan luas yang disapu garis penghubung planet-
Matahari terhadap waktu adalah tetap, S1 = S2 = S3. Hukum
kesamaan luas ini terbentuk sebagai konsekuensi dari adanya
kekekalan momentum sudut dari planet-planet ketika berputar
mengelilingi Matahari. Jika momentum sudut suatu planet yang
mengitari matahari adalah kekal, maka planet harus bergerak
lebih cepat bila dekat dengan matahari, dan bergerak lebih
lambat jika berada jauh dari Matahari. Planet-planet yang
berputar mengelilingi Matahari memiliki momentum sudut
yang tetap, karena tidak ada gaya yang bekerja dalam arah
geraknya. Gaya tarik matahari arahnya membentuk sudut
〖90〗^o terhadap arah gerak Planet

Hukum III Kepler.

Hukum ketiga Kepler yang disebut juga sebagai hukum


harmonik yang dipublikasikan pada tahun 1618, menyatakan
bahwa perbandingan kuadrat periode revolusi (T2) terhadap
pangkat tiga dari jarak rata-rata planet ke Matahari (jari-jari
elips = R3) adalah sama untuk semua planet. Secara
matematika, pernyataan tersebut dapat dirumuskan seperti
berikut :
Disini C adalah suatu konstanta yang memiliki nilai yang
sama untuk semua Planet. Hukum ini secara eksplisit
menyatakan hubungan antara periode revolusi suatu Planet
dengan jaraknya terhadap matahari. Makin jauh jarak Planet ke
matahari (makin besar diameter orbit Planet), makin lama
periode revolusinya. Planet yang memiliki diameter orbit paling
kecil adalah Merkurius dan yang paling besar adalah Pluto. Jika
Bumi dijadikan sebagai acuan, dimana jarak antara Bumi dan
Matahari adalah sekitar 150 x 106 km yang disebut sebagai 1
SA, dan periode revolusi Bumi adalah 1 tahun, maka konstanta
C = 1, dan persamaan hukum ketiga Kepler menjadi :

Disini R adalah jarak rata-rata Planet ke Matahari dalam


satuan SA dan T adalah periode revolusi planet dalam satuan
tahun. Jarak rata-rata setiap Planet ke Matahari dan periode
revolusinya dirangkumkan dalam tabel.

B.     Perbedaan Teori Geosentris dan Heliosentris


Sejak lama manusia mempelajari tentang peredaran
benda-benda langit di alam semesta ini. Sudah banyak ahli-ahli
astronomi mengemukakan pendapatnya mengenai hukum-
hukum yang berlaku tentang benda-benda langit. Sampai saat
ini terdapat 2 pandangan utama yang menjadi pusat perhatian
dan masih diperdebatkan mengenai konsep peredaran benda
langit yaitu pandangan geosentris dan heliosentris.

1. Geosentris
pandangan geosentris memandang bahwa bumi adalah
pusat dari alam semesta atau tata surya. Pandangan ini
berkembang pada sekitar 600 tahun sebelum masehi.
Geosentris diyakini oleh beberapa filsuf seperti
Amaximandaros, Aristoteles, Hipparchus dan puncaknya yaitu
Ptolomeus yang membuat peta benda langit dalam buku
Almagest. Ia berpandangan bahwa bumi adalah diam dan
benda langit lain bergerak mengitari bumi berdasarkan
pengamatan matahari yang terbit dari timur dan tenggelam di
barat. Paham tersebut disetujui oleh beberapa kalangan pada
masa itu.

2. Heliosentris
Pandangan heliosentris memandang bahwa matahari
adalah pusat peredaran benda langit. Teori ini dipopulerkan
oleh Nicolas Copernicus, seorang astronom asal Polandia.
Heliosentris meyakini bahwa matahari adalah pusat tata surya
dan benda langit lain berputar mengelilingi matahari.
Pengakuan pandangan ini diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan oleh Galileo alilei tentnag mekanika gerak planet dan
yang terakhir Johannes Kepler menghasilkan 3 hukum kepler
yang berkaitan dengan peredaran planet di tata surya.
Hingga saat ini perdebatan mengenai teori tersebut masih
panas. Semua berpedoman pada pola pikir masing-masing
individu. Ada yang mengutarakan bahwa geosentris adalah
yang paling benar karena berdasarkan Al Quran bumi adalah
satu-satunya planet yang didiami oleh mahluk hidup termasuk
manusia sebagai khalifahnya. Jadi pusat semua aktivitas adalah
bumi.

C. Perkembangan ilmu astronomis pada periode


Geosentris dan heliosentris
1.      Perkembangan Ilmu Astronimi Pada Periode
Geosentris
Embrio teori Geosentris dimulai sejak zaman Aristoteles
(384-322) yang menyatakan bahwa bumi itu bulat, dengan
menunjukkan argument ketika terjadi proses gerhana terdapat
baying-bayang lengkung pada bulan yang disebabkan oleh
posisi bumi. Ia juga berpendapat bahwa pusat jagat raya adalah
bumi. Sehingga semua benda-benda langit bergerak mengitari
bumi.
Sekitar tahun 150 M, di Alexandria hiduplah seorang
astronom Mesir bernama Ptolomeus. Ia merupakan peneliti ahli
dan menjadi popular karena ensiklopedia yang disusunnya,
yang berisi semua pengetahuan sains dari dunia kuno. Kita
mengenalnya dengan almagest. Selain memberikan satu-
satunya catatan catalog bintang Hipparchus, buku ini juga
menimpulkan pandangan klasik bumi sebagai pusat alam
semesta. Konsep ini dikenal dengan konsep alam semesta
Ptolomeus.
Sejarah sosial teori geosentris yang menyangkut
dinamikanya di tengah-tengah dominasi gereja pada kurun
abad 3-16, yang mampu menghasilkan tipologi tersebut
sehingga dapat diterima pada ranah pmahaman manusia
mengenai konsep alam semesta. Dilihat dari suasana pada kuru
waktu tersebut, keberadaan dewan gereja memiliki otoritas
penuh dalam menentukan segala kebijakan, apalagi yang
berkaitan dengan deologi. Pada abad pertengahan sekitar abad
12 s/d a5 orang-orang eropa barat sanagat mendukung
Aristoteles. Sehingga Aristoteles dianggap mutlak benar.
Lalu muncul pertanayaan Aristoteles yang menyatakan pusat
alam semesta. Pendapat Aristoteles ini berdasarkan keterangan
ayat Yoshua 10:12a-13, yaitu “matahari, berhentilah di atas
gabeon dan engkau, bulan di atas lemabh Ayalon!”. Maka
berhentilah matahari dan bulan itu bergerak, oleh dewan
gereja pernyataan ini didukung sepenuhnya karena sesuai
dengan apa yang tertera dalam Yosua, dan dijadikan pegangan
oleh rakyat awam pada umumnya. Sehingga teori Geosentris
dianggap mutlak benar pada saat itu.
Bangsa Eropa barat pada abad XIII M, tengah dilanda
tumbuhnya isme-isme baru seperti humanisme, rasionalisme,
renaisainsme sebagai reaksi adri filsafat skolastik di masa itu,
dimana orang dilarang menggunakan rasio atau faham yang
kontaradiktif dengan pemahaman gereja.
Pemikiran yang dianggap melanggar agama oleh gereja,
memungkinkan si penggagas dapat dihukum denagn dsiksa
bahkan dihukum mati. Seperti yang dialami oleh Giardono
Bruno (1548-1600), salah seorang pendukung idea lam semesta
Nicolas Copernicus dengan Teori Heliosentris. Ia ditangkap dan
disiksa oleh deawan Inquisasi Gereja, dan akhirnya dihukum
mati di tiang pembakaran di Roma pada bulan februari 1600.
sehingga teori Geosentris ini terus berkembang dan mengakar
sebelum akhirnya dipatahkan oleh teori Heliosentris

2.      Pencetus, tokoh Pendukung Teori Geosentris dan


karya-karyanya:
1.      Aristoteles (384-322)
Seorang ahli filsafat terbesar sepanjang masa. Dikenal
dengan bapak peradaban baru, bapak ensiklopedi, bapak ilmu
pengetahuan, dan berbagi julukan lain yang disematkan
kepadanya. Tokoh ilmu logika, biologo, fisiks, matematika,
botani, kimia, anatomi, zoology. Dia juga seorang pengarag
produktif yang telah mengarang lebih Dari 50 buku., disertai
dengan uraian-uraian yang sisematis.

2.      Claudius Ptolomeus (140 SM)

Seorang ahli Geografi dan astrologi. Pendukung teori


yang dikemukakan oleh aristoteles, kemudian
menyempurnakan dan mempopulerkannya hingga namanya
lebih dikenal di dunia. Dia juga seorang pengarang beberapa
risalah astronomi , dimana risalah-risalah yang dikarangnya
tersebut banyak diadopsi oleh ilmuwan-ilmuwan setelahnya.
Karya-karyanya adalah: syntasis, Geografia, Tetrabiblos
.
3.      Hipparchus (150 SM)
Seorang berkebangsaan Yunani yang juga hali dalam
bidang asronomi, dia termasuk salah satu pendukung teori
Geosentris. Karya-karya yang ia temukan adalah menyusun
gambaran baku alam semesta dan menyusun katalog bintang-
bintang yang ditulis dalam bukunya yang berjudul “introduction
to astronomy”
4. Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi
(780- 875 M)

Ia sangat disegani oleh dunia, karena pengetahuan dan


kemahirannya bukan saja di bidang syariat tapi juga ahli dalam
bidang filsafat, logik, aritmetik, geometri, musik, sastra, sejarah
islam dan kimia. Kontribusi beliau dalam ilmu pengetahuan
antara lain: menemukan angka 0 (nol) dalam system
perhitungan, menyusun table geometri, menemukan teori
kemiringan ekliptika, merevisi data astronomi dalam kitab
sindihid, menciptakan pemakaian sinus, cosinus, dan tangent
dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi dan
penyelesaian persamaan, teorema segitiga, sama sisi juga
segitiga sama kaki dan memperkirakan luas segitiga, segi empat
dan bulatan dalam geometria, memperkenalkan aljabar dan
hisab. Karya beliau adalah kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa
al-muqabalah.

5. Nasiruddin Muhammad al-Thusi (598-673 H/ 1201-


1274 M)

Al-Thusi juga ahli dalam bidang astronomi, teologi, etika,


dan filsafat masih dipelajari hingga kini sbagaimana juga
terhadap karya-karya Ibn Sina, sehingga banyak yang
menjulukinya Ibn Sina kedua. Di antara karya-karyanya adalah
Meneliti lintasan, ukuran, jarak planet merkurius; meneliti
terbit dan terbenam matahari; menemukan ukuran dan jarak
matahari dengan bulan; meneliti kenaiakan bintang-bintang;
menemukan teori gerak planet. ia juga menulis buku: Jadwal al-
Kaniyan, Zubdah al-hai’ah.

6. Ibnu Jabr al-Battani (858-929 M)


Salah seorang ahli astronomi dan matematika yang
bergitu dikenal luas di dunia ilmu pengetahuan. Kontribusinya
dalam di bidang ilmu pengetahuan adalah menciptakan
teropong bintang; menemukan teori mengenai garis lengkung
bulan dan matahari yang diaplikasikan dalam menentukan
gerak akselerasi bulan; menemukan bahwa kemiringan ekliptik,
panjangnya musim, dan orbit matahari; menemukan orbit
bulan dan planet; menetapkan teori baru untuk menentukan
sebuah kondisi kemungkinan terlihatnya bulan baru;
menemukan perhitungan secara akurat revolusi bumi terhadap
matahari. Adapun buku-buku yang ia tulis antara lain: Tabriel
al-Maghesti; Tahmid al-Mustofa li Ma’na al-Manar.

7. Al-Farghany

Salah satu ilmuwan muslim yang berhasil menorehkan


prestasi dalam dunia astronomi adalah Abul-Abbas Ahmad ibn
Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia adalah salah satu astrono
yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun pada
abad IX dan menjadi orang kepercayaan.
Kontribusinya dalam ilmu pengetahuan antara lain:
menemukan jarak dan diameter planet-planet lainnya;
menentukan besarnya diameter bumi yang mencapai 6.500 mil;
mampu meneropong bintang-bintang.

3.      Perkembangan Ilmu Astronimi Pada Periode


Heliosentris
Pengamatan tentang fenomena langit telah dilakukan
sejak zaman kuno oleh orang-orang Cina, Mesopotamia, dan
Mesir. Akan tetapi pengetahuan mengenai fenomena langit
dijadikan sebuah ilmu baru terwujud dan berkembang pada
zaman Yunani sekitar abad VI dengan nama ilmu astronomi.
Babak astronomi Yunani dimulai oleh Thales pada abad VI
SM yang berpendapat bahwa bumi berbentuk datar. Walaupun
pada abad yang sama ada seorang ilmuwan yang mengetahui
bahwa bumi berbentuk bulat (phytagoras). Akan tetapi
terobosan terpenting pertama dalam astronomi dilakukan oleh
Aristoteles dua abad kemudian. Dia mengekemukakan bahwa
bumi berbentuk bulat bundar dengan didukung sejumlah bukti
ilmiah. Ia juga berpendapat bahwa pusat jagat raya ini adalah
bumi, sementara bumi selalu dalam keadaan tenang, tidak
bergerak, dan tidak berputar. Pandangan ini disebut dengan
teori geosentris.
Terobosan kedua hampir dilakukan oleh Aristarcus pada
abad III SM jika dia mempunyai cukup banyak pendukung.
Aristarcus tidak hanya berpendapat bahwa bumi bukanlah
pusat alam semesta (geosentris). Akan tetapi dia juga
menyatakan bahwa bumi berputar dan beredar mengelilingin
matahari yang merupakan pusat gerak langit (heliosentris).
Inilah awal munculnya teori heliosentris. Sehingga orang
pertama kali mengekemukakan teori heliosentris sebenarnya
adalah Aristarcus. Namun teori ini tidak mendapat posisi
keilmuwan pada zaman itu yang disebabkan oleh kurangnya
pendukung.
Zaman astronomi klasik Yunani ditutup oleh Hipparchus
pada abad I SM yang menyatakan bahwa bumi itu diam.
Sedangkan matahari, bulan, serta planet-planet mengelilingi
bumi (geosentris). System geosentris ini disampaikan oleh
plotomeus pada abad II M yang lebih dikenal dengan system
ptolomeus. Dengan berbekal pengalaman dan pengetahuan,
dia menyusun buku besar tentang ilmu bintang-bintang yang
berjudul syntatis. Pandangan ptolomeus (geosentris) berlaku
selama lebih dari tiga belas abad.

Pada abad III M, ada seorang pengembara India yang


menyerahkan sebuah data astronomi dengan judul Shindind
atau sidhanta kepada kerajaan islam di bagdad, kemudian buku
ini diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh al-fazari, sehingga
tidak mengherankan jika sekitar aba IX M (300 tahun setelah
wafatnya Nabi), Negara-negara islam telah memiliki
kebudayaan dan pengetahuan yang tiinggi. Banyak ilmuwan
dengan hasil karyanya yang gemilang tertumpuk di
perpustakaan-perpustakaan Negara islam termasuk hal-hal
yang berhubungan dengan astronomi.
Sekalipun ilmu falak dalam peradaban islam sudah cukup maju,
namun yang perlu dicatat adalah bahwa pandangan terhadap
alam secara umum masih mengikuti pandangan geosentris. Di
abad yang sama, juga muncul tokoh islam yang menganggap
bahwasanya teori geosentris tidak masuk akal. Ia adalah Abu
Raihan Al-Biruni. Ia merupakan orang yang pertama kali
menolak teori ptolomeus. Sekitar abad XIV juga muncul tokoh
islam yang merombak habis teori Geosentris Ptolomeus. Ia
adalah Ibnu Shatir dalam bukunya yang berjudul “Nihayat al-
Sulfi Tashih al-Ushul”

Walaupun ada beberapa tokoh yang menentang teori


ptolomeus, namun sebenarnya lebih dari tiga belas abad
konsep geosentris diterima oleh masyarakat dunia. Baru pada
tahun 1512 M (abad XVI), Copernicus membuka sejarah baru
dengan mengekemukakan bahwa planet dan bintang
mengelilingi matahari dengan orbit lingkaran (Heliosentris).
Mulai abad inilah teori Heliosentris diterima oleh masyarakat
dunia. Walaupun sejak Copernicus mengekemukakan
pandangan heliosentrisnya muncul dua aliran, yaitu aliran
Ptolomeus (Geosentris) dan aliran Copernicus (Heliosentris).
Namun teori Heliosentris senantiasa berkebang sesuai dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan lahirnya tokoh-tokoh
pendukung teori ini, yaitu Johannes Kepler, Galileo Galilei, dan
Sir Isac Newton dengan penemuan-penemuanya.

4.Tokoh-Tokoh Dan Pendukung Teori Heliosentris


Beserta Peranannya :
1. Di antara Tokoh-tokoh yang mendukung teori
heliosentris sentries adalah:

Aristarcus (abad III SM)

Aristarcus merupakan seorang ahli astronomi klasik


Yunani pertama yang tidak setuju dengan pendapat Aristoteles
tentang teori geosentrisnya pada abad III SM. Ia berpendapat
bahwa bumi bukalah pusat alam semesta (Geosentris), akan
tetapi, bumi itu berputar dan beredar mengelilingi langit.

2. Nicolas Copernicus (1473-1543)

Nicolas Copernicus adalah ahli astronomi amatir dari


polandia yang menentang pandangan Geosentris dari
Ptolomeus. Ia mengekemukakan dalam bukunya
“Revolutionibus Orbium Calestium” bahwa matahari
merupakan pusat dari suatu system peredaran benda-benda
langit, yang dikenal dengan Heliosentris yakni senagi pusat
peredaran bumi dan benda-benda langit lain yang menjadi
anggotanya.
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa bumi berputar
pada sumbunya (rotasi) Sekali dalam satu hari dan bulan pun
bergerak mengitari bumi dalam 27 1/3 hari untuk sekali
putaran. Sejak Copernicus mengumumkan pandangan
heliosentrisnya, maka dalam dunia astronomi sampai abad 18
M ada dua aliran yaitu aliran Ptolomeus dan aliran Copernicus.

3. Galileo Galilei (1564-1642)

Setelah Galileo membaca karya Copernicus tentang


gerak benda-benda langit, kemudian ia menyusun teori
kinematika tentang benda-benda langit yang sejalan dengan
Copernicus.
Di samping itu ia berhasil membuat teleskop yang dapat
dengan mudah dan jelas melihat relief permukaan bulan, noda-
noda matahari, planet saturnus dengan cincinnya yang indah,
planet Yupiter dengan empat buah satelitnya, dan sebagainya.
Karya Galileo tentang peredaran benda-benda langit seperti itu
dinyatakan terlarang untuk dibaca umum, karena bertentangan
dengan pandangan dan kepercayaan kaum gereja.

4. Johannes Kepler (1571-1630)

Kepler adalah seorang yang berkebangsaan Jerman,


dengan tidak kenal lelah ia selalu mengadakan penelitian
benda-benda langit. Ia memperluas dan menyempurnakan
ajaran Copernicus. Teori-teori yang ia kemukakan dilandasi
matematika yang kuat, ia menjadi landasan dalam ilmu
astronomi. Tiga hokum itu adalah:
• Lintasan planet menyerupai ellips dengan matahari
pada salah satu titik apinya.
• Garis hubung planet matahari akan menyapu
daerah yang sama luasnya dalam
selang waktu yang sama panjangnya.
• Pangkat dua kala edar planet sebanding dengan
pangkat tiga jarak planet ke matahari.

5. Tycho Brahe (1546-1601)

Tycho Brahe ahli astronomi berkebangsaan Denmark,


banyak merancang dan membangun alat-alat astronomi yang
besar yang belum pernah dibangun orang sebelumnya. Pada
tahun 1576 ia membangun sebuah observatorium dan bekerja
di dalamnya selama 21 tahun, banyak data penting tentang
alam semesta yang dicatatnya ternyata sangat berfaedah untuk
ilmu astronomi pada masa kemudian. Konsep Tycho Brahe
sebetulnya berusaha menggabungkan system Plotomeus dan
Copernicus dengan pusat jagat raya tetap di bumi.

6. Sir Isac Newton (1643-1722)

Ia adalah fisikawan, matematikawan, ahli astronomi


dan juga ahli kimia yang berasal dari inggris. Ia merupakan
pengikut aliran heliosentris dan ilmuwan yang sangat
berpengaruh sepanjang sejarah. Bahkan dikatakan sebagai
Bapak ilmu Fisika Modern. Dengan hasil karya ilmiah yang
dicapainya, Newton berhasil menulis sebuah buku yang
berjudul “Philosophiae Naturalis Pricipia
Mathematika”.Kontribusi terbesarnya bagi astronomi adalah
hokum grvitasi yang membuktikan bahwa gaya antara dua
benda sebanding dengan massa masing-masing objek dan
berbanding tebalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda.
Hokum gravitasi Newton memberi penjelasan fisis bagi hokum
kepler yang dikemukakan sebelumnya berdasarkan hasil
pengamatan, hasil pekerjaannya dipublikasikan dalam Principia
yang ia tulis selama 15 tahun.
Teori Newton menjadi dasar bagi berbagai teori pembentukan
tata surya yang lahir kemudian, yang pasti, bumi mengelilingi
matahari bukan sekedar teori asal jadi, tetapi konsekuensi hok

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu astronomi merupakan ilmu matematis yang paling
cepat perkembangannya. Ilmu ini pertama kali muncul
embrionya pada zaman Nabi Idris As, beliau jugalah orang yang
pertama kali memperhatikan fenomena langit. Baru setelah
zaman Babilonia (kaum Sumeria), Yunani kuno pada masa
sebelum masehi ilmu astronomi mulai mengalami
perkembangan.
Dan dalam sejarahnya ilmu astronomi menjadi beberapa
aliran, yaitu aliran Ptolomeus dan aliran Copernicus. Sehingga
pada masa setelahnya banyak ilmuwan yang lahir yang
berupaya untuk mencari suatu kebenaran tentang apakah bumi
yang menjadi pusat alam semesta ataukah matahari, wal-hasil
kita adapat menemukan jawabannya, yaitu yang menjadi pusat
tata surya adalah matahari. Dengan system Copernicus inilah
pergerakan benda-benda langit dapat diprediksi dengan mudah
dan akurat. Dan system Copernicus inlah yang menjadi
pegangan para ilmuwan muslim dan barat sekarang.
B. Saran
Kita sadar bahwa dalam menjelaskan kedua teori di atas
masih dianggap sebagai suatu asumsi dan kebenarannya perlu
di lakukan kajian-kajian untuk membuktikan kebenarannya
olehnya itu bisa saja pembaca menjadi agen pembuktiaan
kebenaran akan kedua teori diatas.
DAFTAR PUSTAKA

A.Hasyimy, Sejarah Kebudayaan Islam, cet V, Jakarta : Bulan


Bintang, 1995
Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak: Dalam Teori dan Praktek,
Yogyakarta : Buana Pustaka, 2004.
Endarto, Danang, Pengantar Kosmografi, Surakarta : LPP
UNS dan UNS Press, cet. I, 2005.
Esposito, John L. (Ed), Sains Sains Islam, Depok : Inisiasi
Press, cet. I. 2004.
Baiquni Ahmad, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi.
Cet. IV Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1996.
Susiknan , Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, (Yogyakarta :
Buana Pustaka) Cet II. 2008.
Al-Jailani, Zubair Umar, Al-Khulasah Al-Wafiyah, Kudus :
Menara Kudus, t.th.
Hafez, Kumpulan Ilmu Islam, Era Muslim, 14 Maret 2005.
Kerrod, Robbin, Astronomi. Jakarta : Erlangga. 2005.
Izzuddin, Ahmad, Fiqh Hisab Rukyah, Jakarta : Erlangga.
2007.
http://www.berpendidikan.com/2015/10/pengertian-teori-
tata-surya-heliosentris-dan-geosentris.
htmlhttp://nahdhayatullah.blogspot.co.id/2011/01/tokoh-
pelopor-teori-heliosentris.
htmlhttp://geograph88.blogspot.co.id/2013/11/perbedaan-
geosentris-dan-heliosentris.html

Anda mungkin juga menyukai