Anda di halaman 1dari 23

Astrolabe;

Instrumen Astronomi Klasik dan Perannya dalam Hisab Rukyat

Fathor Rausi
Program Magister Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang

A. Pendahuluan
Didasari dengan rasa keingintahuannya, manusia
sudah tertarik dengan gemerlapnya benda-benda langit pada
malam hari. Berawal dari imajinasi, manusia pada saat itu
membayangkan formasi dan bentuk bintang di angkasa luar.
Hasil imajinasi tersebut tersebut kemudian memunculkan
nama-nama dan bentuk-bentuk bintang yang dikenal dengan
rasi bintang. Apa yang mereka lakukan dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-harinya dalam penentuan waktu dan musim.
Pengetahuan manusia terkait dengan hal-ihwal
benda-benda langit yang awalnya didasarkan pada imajinasi
tersebut banyak yang diturunkan kepada generasi berikutnya
sebagai khazanah peradaban pada masanya, baik berbentuk
teks tulisan, tabel atau instrumen. Salah satu instrumen
astronomi klasik yang merupakan proyeksi bola langit adalah
Astrolabe.
Kemunculan Astrolabe tidak terlepas dari legenda-
legenda yang menjadi bumbu dalam sejarah perjalanannya.
Salah satunya, konon, suatu hari ketika Ptolemeus
Program Magister UIN Walisongo Semarang 1
mengendarai unta, dia menjatuhkan bola celestialnya di pasir.
Unta yang ditungganginya menginjak bola tersebut hingga
rata. Melihat kejadian tersebut, Ptolemeus menyadari bahwa
ia dapat memproyeksikan langit tiga dimensi pada cakram dua
dimensi. Terlepas dari legenda yang menyelimuti
kemunculan Astrolabe, instrumen ini merupakan buah dari
perkembangan ilmu yang secara estafet diturunkan secara
lintas generasi dan menjadi khazanah peradaban manusia.
Peradaban Islam juga turut andil dalam melanjutkan
estafet perkembangan astronomi dengan hadirnya ilmu falak
dalam disiplin keilmuan Islam. Astrolabe terus mengalami
modifikasi dan penyempurnaan di tangan para ilmuan Islam
pada abad pertengahan, sehingga bermunculan Astrolabe
dengan model baru.
Salah satu fungsi Astrolabe adalah menentukan
waktu dengan berdasarkan pada posisi benda langit. Fungsi ini
sangat membantu umat Islam dalam penentuan awal waktu
salat dan hari kiblat (ras}d al-qiblah).
Makalah ini akan memaparkan hal-ihwal Astrolabe
dengan judul: ‚Astrolabe; Instrumen Astronomi Klasik dan
Perannya dalam Hisab Rukyat‛ dengan sistematika
kepenulisan sebagai berikut: definisi Astrolabe, sejarah
Astrolabe, klasifikasi Astrolabe, komponen Astrolabe, fungsi
Astrolabe dan analisis Astrolabe dalam hisab rukyat.
2 Error! No text of specified style in document. Makalah
B. Pembahasan
1. Definisi Astrolabe
Astrolabe adalah instrumen astronomi klasik yang
biasa digunakan untuk mengejawantahkan fenomena
langit. Secara bahasa, Astrolabe berasal dari bahasa Yunani
‚astron dan labio.‛ Astron artinya bintang, sedangkan
labion artinya pengintai atau pengukur.1
Literatur klasik Arab, menyebut alat tersebut
dengan ‚ust}urla>b‛ dengan makna alat untuk mengukur
bintang (miqya>s al-nuju>m), penerjemahan yang disesuaikan
dengan istilah dalam bahasa Yunani. Ada sebagian orang
yang menganggap, kata ust}urla>b berasal dari dua kata,
yaitu ‚ust}ur‛ dan la>b. Ust}ur adalah bentuk plural dari sat}r
dengan makna garis, sedangkan la>b adalah nama seorang
laki-laki.2
Hamzah al-As}fiha>ni memandang kata ust}urla>b
berasal dari bahasa Persia ‚ista>rahu yab‛ yang berarti
pengambil atau pengintai bintang. Pendapat Hamzah al-
As}fiha>ni tersebut dibantah oleh Muhammad al-Biru>ni>.
Menurut al-Biru>ni>, ust}urla>b disadur dari bahasa Yunani
‚astrolabio‛ yang artinya mir’ah al-syams/mirror of the
Sun (cermin Matahari), karena instrumen tersebut
1
M. Kha>lid ‘A<ni>, al-Ust}urla>b, ebook, 1.
2
Abu Abdillah Muhammad al-Khawa>rizmi, Mafa>ti>h al-‘Ulu>m, (Beirut:
Da>r al-Mana>hil, 2008), 205.
Program Magister UIN Walisongo Semarang 3
memproyeksikan pergerakan Matahari dan benda-benda
langit lainnya.3
Ha>ji> Khali>fah dalam Kasyf al-Z}unu>n menjelaskan
secara lebih detail pengertian dan fungsi Astrolabe.
Menurut Ha>ji> Kha>li>fah, Astrolabe adalah alat yang
digunakan untuk mengetahui hal-ihwal posisi bintang-
bintang dengan lebih mudah dan teliti, antara lain untuk
mengetahui tinggi Matahari, mengetahui terbit dan
terbenam, mengetahui azimut kiblat, mengetahui koordinat
suatu tempat dan beberapa fungsi lainnya.4
Sebagaimana dikutip oleh Arwin, dalam beberapa
literatur Arab disebutkan bahwa Astrolabe berasal dari
zaman Nabi Idris yang memiliki anak bernama La>b. La>b
yang memiliki pengetahuan dalam bidang astronomi
mempunyai kebiasaan bermain-main dan melukis di atas
pasir. Suatu ketika, La>b menggambar sebuah garis-garis
lingkaran yang putus-putus di atas pasir. Kemudian, salah
satu saudaranya bertanya, man sat}ara ha>z|a>? (siapa yang
membuat garis-garis ini?). Saudaranya yang lain menjawab,
sat}arahu La>b (yang membuat garis-garis itu adalah La>b).

3
M. Syaoqi Nahwandi, Pengaplikasian Astrolabe dalam Hisab Awal
Waktu Salat, Makalah Program Magister Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang
(2017), 3.
4
Ha>ji> Khali>fah, Kasy al-Z}unu>n ‘an Asa>mi> al-Kutu>b wa al-Funu>n,
(Beirut: Da>r Ihya>’ al-Arabi>, tth), 106.
4 Error! No text of specified style in document. Makalah
Berawal dari kisah ini, maka alat tersebut disebut ust}urla>b,
nisbah kepada La>b dan aktivitas menggambarnya di atas
pasir.5
Beberapa wacana di atas memberikan gambaran
bahwa Astrolabe adalah sebuah instrumen yang digunakan
untuk mengintai dan mengukur benda-benda langit, seperti
Matahari dan bintang-bintang lainnya.

2. Sejarah Astrolabe
Jika ditilik dari sejarahnya, sejarawan belum
mengetahui siapa penemu Astrolabe pertama kali. Namun,
beberapa literatur yang membahas Astrolabe menyebutkan
bahwa alat ini berasal dari peradaban Yunani dan Romawi.6
Sejarah awal Astrolabe dimulai sejak Helenistik
Alexandria, kemudian menyebar ke utara, Bizantium dan
ke timur, dunia Islam. Melalui dunia Islam, Astrolabe
dikenal oleh orang-orang India. Pegetahuan tentang
Astrolabe terus berkembang seiring perkembangan ilmu
dalm dunia Islam, sehingga Astrolabe dikenal di dunia
barat, Afrika Utara dan Spanyol. Pada abad pertengahan,
orang-orang Latin yang melakukan perjalanan ke Spanyol

5
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Khazanah Astronomi Islam Abad
Pertengahan, (Purwokerto: UM Purwokerto Press, 2016), 339.
6
Siti Tatmainul Qulub, Ilmu Falak; Dari Sejarah ke Teori dan
Aplikasi, (Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2017), 27.
Program Magister UIN Walisongo Semarang 5
kembali ke daerahnya dengan membawa pengetahuan
tentang Astrolabe.7
Konsep Astrolabe pertama kali sudah ada sejak
sekitar 150 SM. Namun, secara fisik baru muncul pada
abad ke-4. Ada juga yang mengatakan, astrolabe secara
fisik sudah muncul sekitar 26 SM sebagaimana disebutkan
dalam karya-karya Marcus Vitruvius Pilo. Ia
menggambarkan sebuah jam di Alexandria yang memiliki
bintang-bintang pada bidang yang berputar di belakang
bingkai kawat.8
Analisis Marcus berkaitan dengan apa yang ditulis
oleh M. Kha>lid ‘Ani dalam kitabnya, al-Ust}urla>b. Menurut
Khalid, Astrolabe pertama kali dikenal di Sekolah
Alexandria. Aristarchus of Samos (310 SM – 230 SM)
adalah orang yang pertama kali menggunakan alat tersebut
untuk mengamati langit, sekitar 230 SM. Kemudian, jejak
Aristarchus diikuti oleh Hipparchus setelah tahun 127 SM.9
Hipparchus adalah tokoh yang pertama kali
memperbaiki proyeksi pergerakan benda langi pada
Astrolabe. Namun, refleksi lengkap tentang proyeksi
pergerakan benda langit pada Astrolabe pertama kali

7
Darin Hayton, An Introduction to the Astrolabe, ebook, 6.
8
Siti, Ilmu Falak..., 27.
9
Kha>lid, al-Ust}urla>b, 1.
6 Error! No text of specified style in document. Makalah
dilakukan oleh Claudius Ptolomeus yang hidup di
Alexandria pada tahun 127 M.10 Tidak hanya itu,
Ptolomeus juga memperbaiki dasar-dasar geometri
pergerakan benda langit pada Astrolabe sesuai dengan teori
geosentrisnya.11
Ilmuwan yang juga menaruh perhatian besar
terhadap Astrolabe adalah Saxon Iskandari yang hidup
pada abad ke-4. Dia menulis buku tentang Astrolabe, al-
‘Amal bi Z|a>t al-Halaq dan al-‘Amal bi al-Ust}urla>b.
Pembuatan Astrolabe berkembang pesat di Harran, dan dari
sanalah tersebar ke dunia Islam.12
Ilmuwan muslim yang pertama kali membuat
astrolabe di Timur Tengah adalah Abu Isha>q Muhammad
bin Ibra>hi>m al-Faza>ri> (w.180 H./796 M.), ahli falak yang
berasal dari Persia dan hidup pada masa dinasti Abbasiyah
era Khalifah Abu Ja’far al-Mansur. Astrolabe karya al-
Fazari merupakan astrolabe lingkaran dengan tujuh
lingkaran logam yang tersusun dan bergerak serta berfungsi
sebagai alat pengukur layaknya astrolabe datar. al-Fazari
melengkapi alat yang dibuatnya itu dengan beberapa
catatan tentang Astrolabe, yaitu al-‘Amal bi al-Ust}urla>b al-

10
Kha>lid, al-Ust}urla>b, 1.
11
Syaoqi, Pengaplikasian..., 3.
12
Kha>lid, al-Ust}urla>b, 1.
Program Magister UIN Walisongo Semarang 7
Musat}t}ah, al-A’mal bi al-Ust}urla>b wa Huwa Z|at> al-Halaq,
Tuhfah al-Na>z}ir dan Bahjah al-Afka>r.13
Pengetahuan tentang astrolabe tersebar secara luas
pada abad ke-9 dengan munculnya Ahmad bin Muhammad
al-Farghani. Karya yang lahir dari tangannya terkait
dengan astrolabe adalah S}an’ah al-Ust}urla>b wa al-Burha>n
‘Alaih dan ‘Amal al-Ust}urla>b. Dua buku ini berisi tentang
konstruksi astrolabe dan instruksi lengkap untuk desainnya.
Pada abad ke-10, Muhammad al-Biruni datang
dengan membawa karya monumentalnya Isti>’a>b al-Wuju>h
al-Mumkinah fi< San’ah al-Ust}urla>b. al-Biruni tercatat
sebagai orang yang pernah menggunakan astrolabe
mekanik untuk menentukan kalender Bulan-Matahari.14
Pada abad 10 ini, astrolabe dimodifikasi menjadi
lebih sederhana untuk kepentingan navigasi. Astrolabe
yang dibuat oleh ilmuwan muslim pada umumnya terdiri
dari satu buah lubang pengintai dan dua buah piringan
dengan skala derajat yang diletakkan sedemikian rupa
untuk menyatakan ketinggian dan azimut benda langit.15
Astrolabe mulai dikenal di Eropa bersamaan dengan
masa dinasti Umayah II di Cordova, Spanyol. Ibrahim bin

13
Ha>ji>, Kasyf..., 107. Lihat juga: Siti, Ilmu Falak..., 29.
14
Siti, Ilmu Falak..., 30.
15
Siti, Ilmu Falak..., 30.
8 Error! No text of specified style in document. Makalah
Yahya al-Zarqali merupakan orang yang sangat berjasa
dalam mengenalkan Astrolabe di Bumi Andalusia. al-
Zarqali yang oleh orang Eropa dikenal dengan Arzachel
adalah seorang ahli matematika dan astronom legendaris
Toledo, Spanyol. Ia berhasil mengkonstruksi sebuah
instrumen astronomi yang dinamakan equatorium, sebuah
instrumen penghitung bintang. Selain itu, ia juga
mengembangkan instrumen lain yang dikenal dengan
Saphaea, dalam bahasa Arab disebut S}ahi>fah atau S}afa>’ih
yang merupakan bagian terpenting dari astrolabe.16
Saphaea merupakan astrolabe universal berupa
latitude-independent. Jenis astrolabe ini tidak tergantung
pada koordinat tempat tertentu, sehingga dapat digunakan
di sembarang wilayah. Astrolabe ini memiliki garis-garis
untuk memudahkan aplikasi teori spherical astronomy, di
mana garis-garis tersebut adalah data-data lintang suatu
tempat.17

16
https://blogpenemu.blogspot.com/2014/10/al-zarqali matematikawan-
dan-astronom-muslim-dari-spanyol.html diakses pada 30 Oktober 2018, pukul
09:06 WIB.
17
David A. King, Astronomy in the Service of Islam, (USA: Variom
Reprints, 1993), 160.
Program Magister UIN Walisongo Semarang 9
Equatorium Astrolabe

Akhir abad ke-13, perdagangan dan Perang Salib


kembali mengenalkan Astrolabe dengan banyak perbaikan
dan modifikasi ke Eropa. Pada masa ini, Astrolabe benar-
benar mengalami perkembangan yang sangat signifikan di
Eropa. Alat ini kemudian digunakan di seluruh Eropa pada
abad ke-13 hingga saat ini. Salah satu ilmuwan Islam pada
abad ini yang memiliki karya tentang Astrolabe adalah
Yusuf al-Mizzi dengan judul Risa>lah al-Mizzi> fi al-
Ust}urla>b. Al-Mizzi menguraikan dalam kitabnya tentang
metode pengukuran ketinggian, menentukan bayang-
bayang, mengetahui deklinasi, mengetahui koordinat,
mengetahui lingkaran waktu siang dan malam, menentukan
waktu-waktu salat, mengetahui zenit kiblat, ketinggian

10 Error! No text of specified style in document. Makalah


sebuah tiang dan gunung, kedalaman sumur, luas sungai
dan yang lainnya.18
Perkembangan Astrolabe di Indonesia, tidak
terlepas dari peran Rukyatul Hilal Indonesia (RHI) yang
dipelopori oleh Mutoha Arkanuddin. Rukyatul Hilal
Indonesia memproduksi Astrolabe dengan modifikasi dan
pengembangan dari Astrolabe kuno jenis Eropa. Astrolabe
yang diproduksi oleh RHI terbuat dari bahan acrilic, ada
juga yang dibuat dari bahan kayu, sedangkan peta langitnya
didesain dengan komputer sesuai dengan lintang dan bujur
yang dikehendaki.19
Astrolabe RHI dirancang khusus untuk wilayah
Indonesia yang mayoritas berada di lintang selatan. Jenis
Astrolabe RHI dilengkapi dengan jam ras}d al-qiblah harian
dengan mengacu pada posisi Matahari yang tergambar pada
bagian depan Astrolabe. Mutoha Arkanuddin berencana
untuk menambahkan ketinggian waktu asar pada Astrolabe
yang dikembangkannya tersebut.20

18
Siti, Ilmu Falak..., 31.
19
Hasil wawancara dengan Bapak Mutoha Arkanuddin di
kediamannya, Jl. Gejayan Suropandan Yogyakarta pada 28 Oktober 2018, pukul
21:00 WIB.
20
Hasil wawancara dengan Bapak Mutoha Arkanuddin di
kediamannya, Jl. Gejayan Suropandan Yogyakarta pada 28 Oktober 2018, pukul
21:00 WIB.
Program Magister UIN Walisongo Semarang 11
Astrolabe RHI (depan) Astrolabe RHI (belakang)

3. Macam-Macam Astrolabe
Astrolabe adalah instrumen astronomi klasik yang
terus mengalami dalam sejarah perjalanannya.
Perkembangan Astrolabe dari masa ke masa melahirkan
berbagai macam bentuk Astrolabe. Berikut ini adalah
macam-macam Astrolabe:
a. al-Ust}urla>b al-Kurawi>/Spherical Astrolabe
Sesuai dengan namanya, Astrolabe ini
berbentuk bola yang merupakan proyeksi dari bola
langit. Pada al-Ust}urla>b al-Kurawi> terdapat cincin-
cincin yang melingkari sebagai penanda posisi
lingkaran horison, lingkaran ekuator, lingkaran
meridian dan lingkaran ekliptika.
12 Error! No text of specified style in document. Makalah
Pada Astrolabe ini, digambarkan
almucantar, perputara waktu dan zodiak. Astrolabe
jenis ini juga menggambarkan pergerakan harian bola
langit sesuai dengan horizon suatu tempat. Astrolabe
semacam ini cocok untuk menentukan ketinggian
bintang-bintang dan menentukan waktu. Jenis
Astrolabe ini juga dikenal dengan al-Ust}urla>b Z|at> al-
Halaq (Amillary Sphere).21

al-Ust}urla>b al-Kurawi
b. al-Ust}urla>b al-Musat}t}ah/Planispheric Astrolabe
Astrolabe jenis ini menggambarkan bola
langit pada lempengan dua dimensi dengan garis-garis
dan lingkaran-lingkaran koordinat bola langit.
Astrolabe semacam ini hanya berlaku untuk satu lokasi,

21
Kha>lid, al-Ust}urla>b, 4.
Program Magister UIN Walisongo Semarang 13
sehingga bola langit yang diproyeksikan adalah langit
yang sesuai dengan titik koordinat yang digunakan.22

al-Ust}urla>b al-Musat}t}ah
c. al-Ust}urla>b al-Sya>mil/Universal Astrolabe
Astrolabe jenis ini berbentuk datar dan
dapat digunakan untuk semua lokasi. Astrolabe inilah
yang pertama kali dibuat oleh al-Zarqali sehingga
terkenal dengan S}afa>’ih al-Zarqali/Saphea Arzachelis.

al-Ust}urla>b al-Sya>mil

22
Kha>lid, al-Ust}urla>b, 4.
14 Error! No text of specified style in document. Makalah
d. al-Ust}urla>b al-Khat}t}i>/Linear Astrolabe
Astrolabe jenis ini berbentuk tongkat
dengan benang yang mengikatnya. al-Ust}urlabe al-
Khat}t}i dibuat oleh Syara>fuddin al-T}u>si (w. 606 H./1209
M.), sehingga dikenal dengan ‘as}a> al-T}u>si>/tongkat al-
Tu>si>.

Al-Ust}urla>b al-Khat}t}i>

4. Komponen Astrolabe

Komponen-Komponen Astrolabe

Program Magister UIN Walisongo Semarang 15


Tampilan Astrolabe terbagi menjadi dua bagian,
yaitu bagian depan dan bagian belakang. Komponen pada
bagian depan astrolabe adalah sebagai berikut:
a. al-Umm (Mater), adalah dinding lempengan yang
berlubang di titik pusatnya yang berguna untuk
menghubungkan lempengan-lempengan Astrolabe.
b. al-Muqantar (Almucantar), adalah lingkaran pada al-
umm yang digunakan untuk menghitung ketinggian
benda langit.
c. al-S}ahi>fah (Tympan, Plates), adalah lempengan bulat
berlubang dan rekah di sekitarnya serta sedikit
menjorok yang memproyeksikan garis lintang
pengamat, sehingga yang tergambar pada al-S}ahi>fah
adalah proyeksi langit lokal pengamat. al-S}ahi>fah
memuat titik zenit, meridian, busur lingkaran
ketinggian ufuk dan garis zenit langit dari titik
pengamat.
d. al-Ankabu>t/al-Syabkah (Rete), adalah jaring berlubang
dan sedikit menonjol yang didesain dapat bergerak
bebas sehingga dapat menentukan posisi benda langit.
al-Ankabu>t adalah proyeksi dari peta bintang karena ia
memiliki lingkaran gerak di luar titik pusat yang
menggambarkan lingkaran rasi-rasi bintang.

16 Error! No text of specified style in document. Makalah


e. al-Mist}arah/al-Uqdah (Rule), adalah sebuah tongkat
berbentuk seperti penggaris untuk menggerakkan
bagian depan Astrolabe yang berfungsi mengukur sudut
dan ketinggian Matahari pada siang hari dan bintang
pada malam hari.
f. al-Kursiy (Throne), adalah bagian tetap berupa tonjolan
yang melekat pada bagian atas al-umm yang
terdapatlubang untuk menaruh tali yang berfungsi
pegangan ketika Astrolabe digunakan untuk observasi.
Lubang tersebut disebut al-‘urwah (shackle), sedangkan
talinya disebut al-halqah/al-‘ulaqah (ring).
g. al-Hujrah (Limb), adalah bagian melingkar di sepanjang
sisi al-umm, membungkus al-s}ahi>fah dan al-ankabu>t. al-
Hujrah memuat garis-garis, angka dan huruf sebagai
petunjuk skala, derajat dan jam.
h. al-Mihwar, adalah kutub yang menyatu dengan al-
s}ahi>fah dan al-ankabu>t yang berlubang di titik
tengahnya.
i. al-Fars/al-His}a>n, adalah bagian dalam (tengah)
Astrolabe yang bersambung dengan kutub al-mihwar.
Adapun komponen astrolabe bagian belakang
adalah sebagai berikut:

Program Magister UIN Walisongo Semarang 17


a. al-‘Ad}adah (Aldide), adalah jarum ganda yang
digunakan untuk membidik objek benda langit dan
mengetahui ketinggiannya.
b. Daqa}iq al-Tafa>wut (Equation of Time), adalah kurva
untuk penentuan perata waktu.
c. Mail al-Syams (Declination of the Sun), adalah kurva
untuk mengetahui deklinasi Matahari.
d. Z}il al-Mabsu>t (Umbra Recta), adalah bagian untuk
perhitungan tangen dari suatu sudut.
e. Z}il al-Manku>s (Umbra Versa), adalah bagian untuk
perhitungan cotangent dari suatu sudut.
f. al-Rub’u al-‘Alawi, adalah kuadran sinus yang
digunakan untuk perhitungan trigonometri yang sama
seperti al-rub’u al-mujayyab.

5. Fungsi Astrolabe
Astrolabe memiliki fungsi yang sangat banyak.
Secara umum, fungsi Astrolabe adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui zodiak dan skala peredarannya.
b. Menentukan posisi Matahari dan bintang.
c. Mengetahui waktu (jam).
d. Menentukan waktu salat.
e. Menentukan arah kiblat.
f. Mengetahui ketinggian suatu benda.
18 Error! No text of specified style in document. Makalah
Pembahasan tentang fungsi Astrolabe dalam
makalah ini difokuskan kepada dua bahasan, yaitu fungsi
astrolabe dalam perhitungan (hisab) dan pengamatan
(rukyat).

Fungsi Astrolabe dalam Hisab


Salah satu fungsi Astrolabe dalam hisab adalah
untuk menentukan waktu lokal Matahari terbenam.
Misalnya, menentukan waktu terbenam Matahari pada
tanggal 30 Oktober. Langkah-langkah yang harus ditempuh
adalah sebagai berikut:
a. Tentukan posisi Matahari pada tanggal 30 Oktober.
Caranya:
1. Putar aldide pada bagian belakang hingga
menunjukkan 30 Oktober.
2. Lihat skala zodiak pada limb, yaitu Scorpio 6.
b. Menentukan waktu Matahari terbenam. Caranya:
1. Putar rete pada bagian depan Astrolabe sampai
posisi Scorpio 6 hingga menyentuh ufuk (kanan).
2. Putar rule sampai bersentuhan dengan Scorpio 6.
3. Lihat waktu yang ditunjukkan oleh rule pada limb.
Itulah waktu terbenam. Pada contoh ini waktu
terbenam Matahari jatuh pada 18:05 istiwa’.

Program Magister UIN Walisongo Semarang 19


Fungsi dalam Rukyat
Selain berfungsi untuk perhitungan, Astrolabe juga
berfungsi untuk mengetahui tinggi Matahari bintang
dengan pengamatan. Mengamati Matahari dengan
Astrolabe dapat dilakukan dengan langkah:
a. Membidik Matahari dengan menggunakan aldide di
bagian belakang Astrolabe.
b. Sinar Matahari dibidik dengan dua lubang pada aldide
tersebut.
c. Setelah diketahui ketinggiannya, maka data tersebut
bisa digunakan untuk menentukan waktu dengan cara
meletakkan zodiak pada rete sesuai dengan ketinggian
pada saat pengamatan kemudian memutar rule tepat
pada zodiak tersebut dan lihatlah waktu yang
ditunjukkan.
Jika pengamatan dilakukan pada malam hari, maka
yang menjadi objek pengamatan adalah bintang.
Pengamatan bintang dengan Astrolabe dilakukan dengan
langkah-langkah berikut:
a. Kenali bintang yang akan dibidik.
b. Arahkan aldide pada bagian belakang Astrolabe ke
objek tersebut.
c. Bidik bintang tersebut dengan menggunakan lubang
pada aldide.
20 Error! No text of specified style in document. Makalah
d. Jika berhasil dibidik, lihatlah ketinggian bintang
tersebut pada limb.
e. Setelah diketahui ketinggiannya, putarlah rete sesuai
dengan nama bintang yang dibidik dan arahkan pada
angka ketinggian tersebut.
f. Kemudian putar rule hingga menyentuh nama bintang
yang dibidik. Lihatlah waktu yang ditunjukkan rule
pada limb.

6. Analisis Astrolabe dalam Hisab Rukyat


Astrolabe sebagai instrumen klasik mempunyai
beberapa keunggulan, diantaranya alat ini berfungsi sebagai
instrumen perhitungan sekaligus pengamatan. Astrolabe
dalam fungsinya sebagai alat perhitungan tidak
membutuhkan alat bantu lain, seperti untuk menghitung
fungsi trigonometri, pada bagian belakang Astrolabe
disediakan al-rub’u al-‘alawi (kuadran sinus), z}il al-mabsut}
(umbra recta) dan z}il al-manku>s (umbra versa).
Namun di sisi lain, ada beberapa kekurangan pada
Astrolabe, diantaranya Astrolabe dibuat dengan acuan
waktu hakiki (solar time) dengan berdasarkan pada
peredaran semu Matahari, sehingga skala waktu yang
ditunjukkan oleh Astrolabe adalah waktu hakiki, bukan

Program Magister UIN Walisongo Semarang 21


waktu daerah. Oleh sebab itu masih diperlukan konversi
waktu.
Pengoperasian rete antara Astrolabe yang dirancang
untuk memproyeksikan langit Selatan dan langit Utara
berbeda. Pada peta langit Utara, rete Astrolabe berputar
dari kiri ke kanan (anti clockwise), sedangkan pada peta
langit Selatan, rete Astrolabe berputar dari kanan ke kiri
(clockwise).
Ketelitian Astrolabe tergantung kepada ukuran
Astrolabe. Semakin besar ukuran Astrolabe, maka semakin
tinggi pula tingkat akurasi data yang diperoleh dalam
perhitungan maupun pengamatan. Di samping itu,
pembacaan Astrolabe terhadap data, sampai pada derajat,
tidak mencakup menit dan detik.

C. Penutup
Demikian makalah ini dibuat, semoga memberikan
sumbangsi keilmuan dalam wacana ilmu falak, khususnya
dalam hisab rukyat klasik. Makalah yang disusun ini masih
jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik konstruktif dari
pembaca budiman senantiasa penulis harapkan demi perbaikan
makalah ini.

22 Error! No text of specified style in document. Makalah


DAFTAR PUSTAKA
A.King, David, Astronomy in the Service of Islam, USA: Variom
Reprints, 1993.
al-‘Any, M. Kha>lid, al-Ust}urla>b, Suriah, tth (ebook).
al-Khawa>rizmi, Abu Abdillah Muhammad, Mafa>ti>h al-‘Ulu>m,
Beirut: Da>r al-Mana>hil, 2008.
Butar-Butar, Arwin Juli Rakhmadi, Khazanah Astronomi Islam
Abad Pertengahan, Purwokerto: UM Purwokerto Press,
2016.
Hayton, Darin, An Introduction to the Astrolabe, tt, tth (ebook).
Khali>fah, Ha>ji>, Kasy al-Z}unu>n ‘an Asa>mi> al-Kutu>b wa al-Funu>n,
Beirut: Da>r Ihya>’ al-Arabi>, tth.
Nallino, Carlo Alfonso, Ilm al-Falak; Ta>ri>khuhu ‘Inda al-‘Arab fi>
al-Qarn al-Wust}a, Baghdad: Maktabah al-Mus|anna, tth.
Qulub, Siti Tatmainul, Ilmu Falak; Dari Sejarah ke Teori dan
Aplikasi, Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2017.

Sumber Lain:
M. Syaoqi Nahwandi, Pengaplikasian Astrolabe dalam Hisab Awal
Waktu Salat, Makalah Program Magister Ilmu Falak UIN
Walisongo Semarang (2017)

Wawancara dengan Bapak Mutoha Arkanuddin di kediamannya,


Jl. Gejayan Suropandan Yogyakarta pada 28 Oktober 2018, pukul
21:00 WIB

Program Magister UIN Walisongo Semarang 23

Anda mungkin juga menyukai