Anda di halaman 1dari 9

ASTRONOMY

BY
RABASTAN
GREENGRASS

1
KATA PENGANTAR
Penerbitan buku Astronomy merupakan sebuah langkah lanjutan dalam penyempurnaan kurikulum
Astronomi di HSI. Sebagai salah satu pelajaran esensial dalam menempuh pendidikan di HSI, maka hal
ini dirasa perlu untuk selalu menyajikan kurikulum yang sangat mutakhir dan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia sihir.

Sebagai salah satu bahan acuan kegiatan pembelajaran, maka tidak lengkap rasanya jika
dalam pembuatan buku ini tidak disertai saran dan kritik dari semua pihak demi kemajuan HSI. Maka
dari itu, penulis sangat berharap dapat menerima semua masukan dan kritikan demi kurikulum HSI
yang lebih baik.

Rabastan Greengrass

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
TEORI ASTRONOMI ................................................................................................................................. 4
PLUTO...................................................................................................................................................... 6
PRAKTEK PENGAMATAN PLUTO ............................................................................................................. 8

3
TEORI ASTRONOMI

Dasar Astronomi

Astronomi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda langit seperti planet, bintang, komet,
meteorid, dan sebagainya, serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer.

Ilmu ini secara khusus mempelajari berbagai sisi dari benda-benda langit seperti asal usul, sifat fisika,
kimia, meteorologi, gerak dan pengetahuan akan bagaimana benda-benda tersebut menjelaskan
pembentukan sekaligus perkembangan dari alam semesta.

Sebagai salah satu ilmu tertua, Astronomi memiliki banyak sejarah. Dahulu para ilmuwan hanya
melakukan pengamatan dan prediksi atas gerak-gerik benda langit dengan mata telanjang mereka.

Oleh karena itu, ilmu Astronomi baru bisa berkembang pesat setelah ditemukannya teleskop di tahun
1609, oleh Galileo.

Banyak ilmu-ilmu lain yang dikaitkan dengan Astronomi, mulai dari Astrometri, Astrofisika, Pelayaran
Berbasis Angkasa, sampai dengan penyusunan kalender dan Astrologi.

Namun, pada abad ke-20, Astronomi akhirnya ditetapkan memiliki dua cabang saja, Yaitu:

4
1. Astronomi Observasional
melibatkan pengumpulan data dari pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian
akan dianalisis menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika.

2. Astronomi Teoretis
upaya pengembangan model-model komputer analitis guna menjelaskan sifat-sifat benda-
benda langit serta fenomena-fenomena alam lainnya.

5
PLUTO

Penamaan Pluto: Pluto (Latin: Plūtō; Greek: Πλούτων, Ploútōn) adalah penguasa dunia bawah
dalam mitologi klasik. Nama sebelumnya untuk dewa itu adalah Hades, yang menjadi lebih umum
sebagai nama dunia bawah itu sendiri. Dalam agama dan mitologi Yunani kuno, Pluto mewakili konsep
dewa yang lebih positif yang memimpin kehidupan setelah kematian.

Nama Pluto diambil dari nama dewa Romawi di dunia bawah, diusulkan oleh Venetia Burney, seorang
siswi berusia sebelas tahun di Oxford, Inggris, yang tertarik pada mitologi klasik. Dia menyarankannya
dalam percakapan dengan kakeknya Falconer Madan, mantan pustakawan di Perpustakaan Bodleian
Universitas Oxford, yang memberikan nama itu kepada profesor astronomi Herbert Hall Turner, yang
mengirimkannya ke rekan-rekannya di Amerika Serikat. Sebelum mereka mengadakan sayembara ini,
tentunya seluruh anggota observatorium Lowell diizinkan berpartisipasi memberikan nama pada
planet tersebut.

Note: Setiap anggota Observatorium Lowell diizinkan untuk memberikan suara pada daftar pendek
tiga nama potensial: Minerva (yang sudah menjadi nama asteroid), Cronus (yang telah kehilangan
reputasi karena diusulkan oleh astronom yang tidak populer Thomas Jefferson Jackson See), dan Pluto.
Pluto menerima suara bulat. Nama tersebut diumumkan pada tanggal 1 Mei 1930. Setelah
pengumuman tersebut, Madan memberi Venetia £5 (setara dengan 300 GBP, atau 450 USD pada
tahun 2014) sebagai hadiah.

Penamaan Pluto di berbagai negara: Sebagian besar bahasa menggunakan nama “Pluto” dalam
berbagai terjemahan. Dalam bahasa Jepang, Houei Nojiri menyarankan terjemahan Meiōsei (冥王星
, “Bintang Raja (Dewa) Dunia Bawah”), dan ini dipinjam ke dalam bajasa Cina, Korea, dan Vietnam
(yang sebaliknya menggunakan “Sao Diêm Vương”, yang berasal dari istilah Cina 閻王 (Yán Wáng),
sebagai “minh” adalah homofon untuk kata Sino-Vietnam untuk ‘gelap’ (冥) dan ‘terang’ (明)).

Beberapa bahasa India menggunakan nama Pluto, tetapi yang lain, seperti Hindi, menggunakan nama
Yama, Dewa Kematian dalam mitologi Hindu dan Buddha. Bahasa Polinesia juga cenderung
menggunakan dewa asli dunia bawah, seperti di Māori Whiro

Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, alasan Pluto tidak dianggap sebagai planet lagi
disebabkan 3 hal. Namun, perdebatan ini memuncak pada tahun 2006 dengan resolusi IAU yang
menciptakan definisi resmi untuk istilah “planet”. Dalam resolusi yang dikemukakan oleh IAU ada tiga
syarat agar suatu benda di Tata Surya dianggap sebagai planet.

6
Menurut resolusi IAU, ada tiga syarat agar suatu benda di Tata Surya dianggap sebagai planet:

1. Benda tersebut harus mengorbit mengelilingi Matahari.

2. Benda itu harus cukup masif untuk bisa dibulatkan oleh gravitasinya sendiri.

3. Planet tersebut telah membersihkan lingkungan di sekitar orbitnya.

IAU selanjutnya memutuskan bahwa benda yang, seperti Pluto, memenuhi kriteria 1 dan 2, tetapi
tidak memenuhi kriteria 3 akan di sebut planet katai. Pada bulan September 2006, IAU memasukan
Pluto, Eris dan bulannya Dysnomia, dalam Katalok Planet Kecil, memberi mereka sabutan resmi planet
minor “(134340) Pluto”, “(136199) Eris”, dan “(136199) Eris I Dysnomia”.

Sehingga pada Agustus 2008 para peneliti dari kedua sisi berkumpul, di Laboratorium Fisika Terapan
Universitas Johns Hopkins untuk konferensi yang mencakup pembicaraan berturut-turut tentang
definisi IAU saat ini tentang planet.

Bertajuk “The Great Planet Debate”, koferensi tersebut menerbitkan siaran pers pasca-koferensi yang
menunjukan bahwa para ilmuan tidak dapat mencapai kosensus tentang definisi planet. Pada bulan
Juni 2008 IAU mengumumkan dalam siaran persnya bahwa istilah “plutoid” selanjutnya akan
digunakan untuk merujuk pada Pluto dan benda bermassa planet lainnya yang memiliki sumbu orbital
semi-mayor lebih besar daripada Neptunus, meskipun istilah tersebut tidak terlihat memiliki
penggunaan yang signifikan.

7
PRAKTEK PENGAMATAN PLUTO
Alat yang diperlukan:

▪ Teleskop

Langkah-langkah:

▪ Posisikan teleskop senyaman mungkin untuk melihat teleskop.

▪ Saat pertama kali dilihat, akan melihat sebuah planet lain serta bintang-bintang sehingga
kita harus mencarinya dengan teliti.

▪ Mengeser lensa ataupun teleskop dan mencari keberadaan pluto. Pluto sendiri sebenarnya
susah untuk dilihat, karena lokasinya yang jaaauuuuh sekali. Kalau dilihat hanya seperti
ketombe, itulah mengapa Pluto diperdebatkan tentang keberadaannya, karena memang
cukup sulit untuk melihat. Ditambah ukurannya yang sangat mini.

▪ Setelah menemukan Pluto, perbesar lensa teleskop dan lihat Pluto secara dekat.

8
9

Anda mungkin juga menyukai