Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENGAMATAN

FENOMENA GERHANA MATAHARI TOTAL


9 MARET 2016

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi
dan Antariksa

Dosen: Agus Fany Chandra Wijaya, M. Pd.

disusun oleh:

Nimatul Jannah NIM: 1506501


Nurranti Azzahra Iskandar Putri NIM: 1501662
Oktavia Trisna Setianita NIM: 1504692
Seli Nurpianti NIM: 1506036

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Allah Swt. sebab berkat rahmat dan karunia-Nya
laporan pengamatan Fenomena Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 dapat
diselesaikan. Tidak lupa shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW dan kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, sampai kepada
kita selaku umatnya yang senantiasa menjalankan ajarannya. Aamiin Ya
Rabbalalaamiin.
Tujuan dari pembuatan laporan pengamatan ini adalah untuk memberikan
gambaran mengenai fase-fase gerhana matahari total yang terjadi pada tanggal 9
Maret 2016, dan sebagai bentuk pertanggungjawaban kami dalam memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa yang diampu oleh
Bapak Agus Fany Chandra,M.Pd untuk melakukan pengamatan gerhana matahari.
Sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI yang
mengontrak mata kuliah IPBA, fenomena gerhana matahari total merupakan
peristiwa langka yang tidak mungkin kami lewatkan. Oleh sebab itu, dalam
laporan pengamatan gerhana ini kami akan mengupas segala fakta yang kami
temukan pada saat fenomena gerhana matahari berlangsung.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyusun laporan pengamatan ini. Semoga Allah Swt. memberikan
balasan atas bantuan yang telah diberikan.
Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Bandung, 13 Maret 2016

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai mahasiswa jurusan pendidikan fisika FPMIPA UPI yang
mengontrak mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa, peristiwa
gerhana matahari bukanlah sekedar fenomena alam yang menjadi konsumsi
semata melainkan menjadi wahana spektakuler yang perlu untuk diamati
sekaligus untuk menguatkan konsep gerhana yang pernah kami dapatkan pada
jenjang pendidikan sebelumnya.
Laporan pengamatan yang berjudul Fenomena Gerhana Matahari Total 9
Maret 2016 ini kami tulis dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa dan merupakan bentuk kontribusi kami dalam
meningkatkan pemahaman pembaca mengenai fenomena gerhana matahari yang
sering dikaitkan dengan bencana dan mitos yang tidak dapat diterima oleh logika.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan gerhana matahari?
1.2.2 Di mana dan kapan kita dapat menyaksikan gerhana matahari 9 Maret 2016?
1.2.3 Bagaimana gambaran fase-fase pada gerhana matahari total?

1.3 Tujuan Pengamatan


1.3.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan gerhana matahari.
1.3.2 Mengetahui tempat dan gerhana matahari 9 Maret 2016 berlangsung.
1.3.3 Memahami dan memiliki gambaran tentang fase-fase pada gerhana matahari
total.
1.4 Manfaat Pengamatan
Manfaat dari penulisan laporan pengamatan Fenomena Gerhana Matahari
9 Maret 2016 ini terbagi menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat
secara praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, laporan pengamatan ini diharapkan dapat menjadi referensi


atau sumber acuan bagi pembaca untuk menambah pengetahuannya mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan peristiwa gerhana matahari mulai dari konsep dasar,
fase-fase gerhana matahari, sampai tanggapan masyarakat mengenai gerhana
matahari yang tentunya akan meningkatkan wawasan pembaca khususnya dalam
cabang ilmu pengetahuan bumi dan antariksa.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, laporan pengamatan ini diharapkan dapat meningkatkan


minat pembaca untuk mengamati dan mengkaji lebih dalam seputar gerhana.
Karena, menjadi produsen ilmu pengetahuan tentu lebih baik daripada menjadi
pengonsumsi saja. Laporan pengamatan ini secara tidak langsung akan
meningkatkan kemampuan pembaca untuk menulis laporan pengamatan secara
sistematis yang tentu akan sangat bermanfaat baginya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gerhana Matahari

Dalam bahasa Arab istilah gerhana matahari biasa disebut kusuf.


Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut solar eclipse. Kusuf adalah gerhana
matahari yang secara etimologi berarti menutupi. Dengan demikian maka
Gerhana matahari adalah peristiwa tertutupnya matahari yang disebabkan adanya
objek yang melintas di depannya. objek yang terlibat dalam gerhana matahari ini
memiliki ukuran yang hampir sama jika diamati dari Bumi yang tiada lain adalah
Bulan yang merupakan satelit Bumi.

Gerhana Matahari terjadi pada waktu Bulan berada di antara Bumi dan
Matahari, yaitu pada waktu Bulan mati, dan bayang-bayang Bulan yang
berbentuk kerucut menutupi permukaan Bumi. Bayang-bayang Bulan ada dua
bagian, yaitu umbra dan penumbra. Daerah yang berada dalam liputan umbra akan
mengalami gerhana Matahari total, sedangkan yang berada dalam liputan
penumbra mengalami gerhana Matahari sebagian. Pada gerhana Matahari total
akan tampak cahaya corona Matahari yang bentuknya seperti mahkota dan
semburan gas dari permukaan Matahari yang berwarna lebih merah.
Gerhana matahari dapat diamati dengan berbagai kriteria gerhana. Hal ini
disebabkan karena Bulan jauh lebih kecil dari pada Bumi dan Bumi lebih kecil
dari pada Matahari maka bayangan Bulan yang dapat sampai di permukaan Bumi
tidak sama di setiap daerah.
Jika kita tinjau secara umum keterlihatan gerhana Matahari di permukaan Bumi
dapat dibagi menjadi 3 kriteria diantaranya:

1. Gerhana Matahari Total (Total Eclipse)

Sebuah gerhana Matahari dikatakan sebagai gerhana total apabila saat


puncak gerhana, piringan Matahari ditutup sepenuhnya oleh piringan Bulan yang
mana kerucut umbra mengenai bumi. Piringan Bulan sama besar atau lebih besar
dari piringan Matahari. Ukuran piringan Matahari dan piringan Bulan sendiri
berubah-ubah tergantung pada masing-masing jarak Bumi-Bulan dan Bumi-
Matahari.

-Gerhana Matahari Total di Pulau Bangka-


Sumber : en.republika.co.id

Untuk proses Gerhana Matahari Total maka terjadi empat kali kontak,
yakni:
1) Kontak pertama, adalah ketika piringan Bulan mulai menyentuh
piringan Matahari, pada posisi ini mulai menyentuh gerhana.
2) Kontak kedua, adalah ketika seluruh piringan Bulan sudah
menutupi piringan Matahari, pada posisi ini waktu mulai total.
3) Kontak ketiga, adalah ketika piringan Bulan mulai mennyentuh
untuk mulai keluar dari piringan Matahari, dan posisi ini waktu akhir total.
4) Kontak keempat, adalah ketika seluruh piringan Bulan sudah
keluar lagi dari piringan Matahari, pada posisi ini waktu gerhana akhir.

2. Gerhana Matahari Sebagian (Partial Eclipse)

Gerhana Matahari Sebagian terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak


gerhana) hanya menutupi sebagian dari piringan Matahari. Pada gerhana ini,
selalu ada bagian dari piringan Matahari yang tidak tertutup piringan Bulan
dimana hanya sebagian dari kerucut umbra yang mengenai Bumi. Untuk
memudahkan pemahaman dalam astronomi, gerhana sebagian atau parsial
disimbolkan (P).

-Gerhana Matahari Sebagian di beberapa wilayah Indonesia-


Sumber : www.nasa.gov

Gerhana Matahari Sebagian hanya terdiri dari dua kali kontak yaitu:

1) Kontak pertama, adalah ketika piringan Bulan mulai menyentuh


piringan Matahari. Pada posisi ini waktu mulai gerhana.
2) Kontak kedua, ketika piringan Bulan sudah keluar lagi dari
piringan matahari. Pada posisis waktu ini gerhana sebagian berakhir.
3. Gerhana Matahari Cincin (Anular Eclipse)

Gerhana cincin terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya
menutup sebagian dari piringan Matahari sebab ukuran piringan Bulan lebih kecil
dari piringan Matahari. Sehingga ketika piringan Bulan berada di depan piringan
Matahari, tidak seluruh piringan Matahari akan tertutup oleh piringan Bulan.
Bagian piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan, berada di
sekeliling piringan Bulan dan terlihat seperti cincin yang bercahaya.

-Gerhana Matahari Cincin 2013-


Sumber: www.watchsolareclipselive.com
Gerhana Matahari Cincin terdiri dari empat kali kontak seperti
halnya gerhana Matahari total.
2.2 Waktu dan Tempat yang dilalui oleh GMT 9 Maret 2016

-Tabel 2.1- Wilayah di Indonesia yang dilalui GMT 9 Maret 2016


Sumber : Booklet GMT UNAWE 2016
-Tabel 2.2- Wilayah di Indonesia yang dilalui GMS 9 Maret 2016
Sumber : Booklet GMT UNAWE 2016

2.3 Fase-Fase Gerhana Matahari Total

Fase-fase pada gambar di atas merupakan


BAB 3
METODOLOGI PENGAMATAN

3.1 Metode Pengamatan


Metode pengamatan yang kami lakukan adalah metode pengamatan
keterlibatan aktif. Dimana pada metode ini kami berperan aktif untuk
mendapatkan data dengan cara merekam fenomena Gerhana Matahari secara
mandiri, melakukan wawancara kepada masyarakat untuk memberikan tanggapan
mengenai fenomena Gerhana Matahari, dan menjelaskan sekaligus memfasilitasi
masyarakat untuk mencoba perangkat pengamatan yang kami buat.

3.2 Setting Pengamatan

3.2.1 Waktu Penelitian


Pengamatan ini kami laksanakan pada semester II tepatnya hari
Rabu tanggal 9 Maret 2016 yang dimulai pada pukul 06.30 sampai
dengan pukul 09.00 WIB.

3.2.2 Tempat Pengamatan


Pengamatan fenomena Gerhana Matahari Total ini kami lakukan di
lapangan parkir samping Museum Pendidikan, Universitas Pendidikan
Indonesia.

3.2.3 Subjek Pengamatan


Subjek Pengamatan dalam pengamatan kami adalah Fenomena
Gerhana Matahari 9 Maret 2016 di mana Indonesia merupakan satu-
satunya negara yang daratannya dilewati gerhana. Selain itu, masyarakat
yang menyaksikan gerhana matahari di lokasi yang sama dengan tempat
pengamatan kami merupakan subjek pengamatan juga.
3.3 Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam pengamatan ini adalah dari
mana kami mendapatkan informasi dan data-data yang berkaitan dengan
Fenomena Gerhana Matahari 9 Maret 2016 yang sangat langka terjadi di
Indonesia. Adapun yang dijadikan sumber data pengamatan kami adalah:

1. Modul IPBA yang dapat di download pada web e-learning FPMIPA


UPI (Booklet GMT yang disusun oleh Universi Awareness Indonesia
pada tahun 2016).
2. Tesis dan Jurnal mengenai fenomena Gerhana Matahari yang
dipublikasikan melalu Internet.
3. Informasi yang didapatkan dari kakak senior UKK CAKRAWALA
UPI.
4. Tanggapan masyarakat mengenai fenomena gerhana matahari dan
perangkat pengamatan sederhana yang kami buat.
BAB 4
HASIL PENGAMATAN

4.1 Fase Gerhana Matahari


Terbagi kedalam dua fase perubahan:
1. Fase Kontak Pertama
Pada fase ini, piringan bulan mulai mendekat dan menyentuh
piringan matahari dari arah atas dengan sudut kurang lebih 40 derajat. Fase
ini dimulai saat jam menunjukkan pukul 06.30 WIB sampai fase di mana
cahaya matahari berbentuk seperti bulan sabit.
2. Fase Kontak Kedua
Fase ini terjadi ketika piringan Bulan sudah keluar lagi dari
piringan matahari. Pada posisis waktu ini gerhana sebagian berakhir. Fase
Kedua berakhir pada pukul 08.32 WIB. Pada saat ini cahaya matahari
sudah terlihat seperti biasanya.

Fase-fase Gerhana Matahari Total dapat diilustrasikan di dalam


gambar di bawah ini:

P.S : Untuk melihat perubahan fase-fase gerhana secara lebih jelas, dapat dilihat
dalam lapiran (video).

4.2 Transkrip Wawancara dengan Masyarakat


Dalam melakukan pengamatan Gerhana Matahari 9 Maret 2016, banyak
pengamat lain dan masyarakat yang ingin menyaksikan betapa indahnya
fenomena langka ini. Kami sempat melakukan wawancara dengan beberapa
orang. Diantaranya seorang ibu dan anaknya, pelajar dan beberapa mahasiswa
lainnya. Tidak hanya itu, bahkan banyak orang yang rela datang dari tempat
tinggalnya yang cukup jauh demi fenomena gerhana ini. Tua ataupun muda, tak
kenal usia. Semuanya rela antri di bagian teleskop maupun perangkat lainnya
yang disediakan.

* Seorang Ibu dan Anaknya

Ibu : Ini kacamatanya buat sendiri?

Kami : Iya bu, ini kami buat sendiri.

Ibu : wah bisa lebih jelas begini. Terbuat dari hasil rontgen ya ini? Kalau tau
gitu, saya bawa aja ya tadi. Dirumah banyak.

Anak : ingin lihat pake kacamata itu.

Kami : iya tentu. Silahkan. Tak perlu terlalu nempel pada mata, dari kejauhan
begini juga sudah dapat melihat jelas sang surya.

Anak : iyaa lebih jelas mah. Bagus banget.

Ibu : Sini dek, pinjem dulu mau mama foto buat si papa ga ikut.

Setelah mencoba kacamata hasil karya kami, ibu itupun melihat matahari pada
perangkat lain yang telah kami buat, tak lupa, kami juga menjelaskan bagaimana
cara membuatnya dan efek serta resiko apa saja bila melihat gerhana tanpa
bantuan perangkat yang kami buat. Diakhir, sang ibu dan anaknya memberi
komentar dengan begitu antusias atas hasil karya kami,

Ibu : sangat jelas ya bagus dan kreatif.

Anak : mataharinua keliatan lebih bagus. Keren.

(Untuk percakapan lebih lengkap bisa dilihat dicuplikan video pada lampiran yang
telah kami sediakan)

* Pelajar

Tak berapa lama, tiga orang anak lelaki berusia sekitar 11 tahun datang
menghampiri kami.

Pelajar : Teh ingin lihat Gerhananya boleh?


Kami : tentu boleh, tapi diharap antri sebentar ya.

Pada saat itu, perangkat yang kami sediakan sedang digunakan oleh pengamat lain
yang penasaran akan sosok sang surya yang tertutupi bulan.

Setelah mendapat giliran mengamati, ketiganya begitu terkesima melihat sosok


matahari yang hampir selesai ditutupi. Bahkan mereka sudah mengetahui
bahwasanya kita tidak boleh memandang langsung matahari. Begitu juga bila
menggunakan kacamata tak boleh lebih dari tiga/dua menit.

Pelajar : Teh kenapa di kartonnya kok bisa ada gambar mataharinya?

Kemudian dijelaskanlah oleh kami bahwa itu akibat cahaya yang diterima
kemudian dipantulkan pada sebuah kertas, semakin dekat jarak antara kertas
dengan lubang, maka semakin jelas, akan tetapi gambar yang dihasilkan
berukuran kecil. Tapi jika jarak diperjauh, gambar yang dihasilkan cukup besar
akan tetapi kabur. Ketiganya mengangguk paham dan takjub.

Tak hanya pelajar SD dan SMA yang takjub serta merasa puas akan
pengamatannya menggunakan karya kami, sebuah keluarga pun tak ingin kalah
dan mencoba mengamati.

"Hebat, bisa terlihat lebih jelas"

"Fenomena langka yang perlu diabadikan"

Bagitulah semuanya merasa puas dengan adanya perangkat yang disediakan.


Walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mengamati fase-fase
perubahan tapi semuanya antusias.

Belajar SMA : untuk pin holenya bagus. Dasar layarnya hitam sehingga matahari
lebih terlihat kelas dibandingkan dengan dasar layar berwarna cerah.

(Untuk lebih jelasnya dalam wawancara bersama pengamat lain, bisa di lihat salan
lampiran)
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Pengamatan gerhana matahari pada tanggal 9 Maret 2016 ini dilakukan di


samping dan rooftop Museum Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Gerhana Matahari Sebagian di wilayah Bandung dan sekitarnya dimulai pada
pukul 06.30 dan berakhir pada pukul 8.32 WIB.
Situasi di museum saat totalitas tidak begitu gelap. Hal ini disebabkan
proses penutupan piringan matahari oleh bulan yang tidak sempurna dikarenakan
daerah tempat kami mengamat tepatnya di Bandung, hanya mengalami gerhana
sebagian sehingga tidak begitu gelap.
Pada perangkat pengamatan yaitu kacamata, matahari terlihat lebih kelas
dibandingkan dengan menggunakan perangkat lain seperti pin hole dan proyeksi
cahaya.

5.2 Saran

Dalam melakukan pengamatan ini ada beberapa saran yang harus


diperhatikan:

1. Dalam menggunakan kacamata dari rontgen sebaiknya tidak udah terlalu delay
atau bahkan terlalu lama, karena akan berefek mata terasa lelah di keesokan
harusnya atau bahkan saat hari itu juga.

2. Mencuci Mata bila perlu untuk menghindari menyejukan mata.

3. Sebaiknya saat melakukan pengamatan, sempatkan sholat gerhana. Bila perlu


satu persatu bergiliran untuk melaksanakan sholat.

4. Dalam pembuatan perangkat pin hole, sebaiknya layar tempat jatuhnya


matahari berwarna gelap, agar cahaya matahari bisa terlihat lebih jelas.

5. Untuk pembuatan kacamata dari hasil rontgen, lebih baik menggunakan rontgen
yang belum terpakai, agar lebih gelap sehingga lebih aman digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Syarif, Muh Rasywan. (2012). Fiqh Astronomi Gerhana Matahari. Thesis


magister pada Walisongo: IAIN.
Unawe Indonesia. (2016). Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016. Bandung:
Bosscha.

Anda mungkin juga menyukai