Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi
dan Antariksa
disusun oleh:
Puji syukur Kehadirat Allah Swt. sebab berkat rahmat dan karunia-Nya
laporan pengamatan Fenomena Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 dapat
diselesaikan. Tidak lupa shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW dan kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, sampai kepada
kita selaku umatnya yang senantiasa menjalankan ajarannya. Aamiin Ya
Rabbalalaamiin.
Tujuan dari pembuatan laporan pengamatan ini adalah untuk memberikan
gambaran mengenai fase-fase gerhana matahari total yang terjadi pada tanggal 9
Maret 2016, dan sebagai bentuk pertanggungjawaban kami dalam memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa yang diampu oleh
Bapak Agus Fany Chandra,M.Pd untuk melakukan pengamatan gerhana matahari.
Sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI yang
mengontrak mata kuliah IPBA, fenomena gerhana matahari total merupakan
peristiwa langka yang tidak mungkin kami lewatkan. Oleh sebab itu, dalam
laporan pengamatan gerhana ini kami akan mengupas segala fakta yang kami
temukan pada saat fenomena gerhana matahari berlangsung.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyusun laporan pengamatan ini. Semoga Allah Swt. memberikan
balasan atas bantuan yang telah diberikan.
Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Gerhana Matahari terjadi pada waktu Bulan berada di antara Bumi dan
Matahari, yaitu pada waktu Bulan mati, dan bayang-bayang Bulan yang
berbentuk kerucut menutupi permukaan Bumi. Bayang-bayang Bulan ada dua
bagian, yaitu umbra dan penumbra. Daerah yang berada dalam liputan umbra akan
mengalami gerhana Matahari total, sedangkan yang berada dalam liputan
penumbra mengalami gerhana Matahari sebagian. Pada gerhana Matahari total
akan tampak cahaya corona Matahari yang bentuknya seperti mahkota dan
semburan gas dari permukaan Matahari yang berwarna lebih merah.
Gerhana matahari dapat diamati dengan berbagai kriteria gerhana. Hal ini
disebabkan karena Bulan jauh lebih kecil dari pada Bumi dan Bumi lebih kecil
dari pada Matahari maka bayangan Bulan yang dapat sampai di permukaan Bumi
tidak sama di setiap daerah.
Jika kita tinjau secara umum keterlihatan gerhana Matahari di permukaan Bumi
dapat dibagi menjadi 3 kriteria diantaranya:
Untuk proses Gerhana Matahari Total maka terjadi empat kali kontak,
yakni:
1) Kontak pertama, adalah ketika piringan Bulan mulai menyentuh
piringan Matahari, pada posisi ini mulai menyentuh gerhana.
2) Kontak kedua, adalah ketika seluruh piringan Bulan sudah
menutupi piringan Matahari, pada posisi ini waktu mulai total.
3) Kontak ketiga, adalah ketika piringan Bulan mulai mennyentuh
untuk mulai keluar dari piringan Matahari, dan posisi ini waktu akhir total.
4) Kontak keempat, adalah ketika seluruh piringan Bulan sudah
keluar lagi dari piringan Matahari, pada posisi ini waktu gerhana akhir.
Gerhana Matahari Sebagian hanya terdiri dari dua kali kontak yaitu:
Gerhana cincin terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya
menutup sebagian dari piringan Matahari sebab ukuran piringan Bulan lebih kecil
dari piringan Matahari. Sehingga ketika piringan Bulan berada di depan piringan
Matahari, tidak seluruh piringan Matahari akan tertutup oleh piringan Bulan.
Bagian piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan, berada di
sekeliling piringan Bulan dan terlihat seperti cincin yang bercahaya.
Yang dimaksud dengan sumber data dalam pengamatan ini adalah dari
mana kami mendapatkan informasi dan data-data yang berkaitan dengan
Fenomena Gerhana Matahari 9 Maret 2016 yang sangat langka terjadi di
Indonesia. Adapun yang dijadikan sumber data pengamatan kami adalah:
P.S : Untuk melihat perubahan fase-fase gerhana secara lebih jelas, dapat dilihat
dalam lapiran (video).
Ibu : wah bisa lebih jelas begini. Terbuat dari hasil rontgen ya ini? Kalau tau
gitu, saya bawa aja ya tadi. Dirumah banyak.
Kami : iya tentu. Silahkan. Tak perlu terlalu nempel pada mata, dari kejauhan
begini juga sudah dapat melihat jelas sang surya.
Ibu : Sini dek, pinjem dulu mau mama foto buat si papa ga ikut.
Setelah mencoba kacamata hasil karya kami, ibu itupun melihat matahari pada
perangkat lain yang telah kami buat, tak lupa, kami juga menjelaskan bagaimana
cara membuatnya dan efek serta resiko apa saja bila melihat gerhana tanpa
bantuan perangkat yang kami buat. Diakhir, sang ibu dan anaknya memberi
komentar dengan begitu antusias atas hasil karya kami,
(Untuk percakapan lebih lengkap bisa dilihat dicuplikan video pada lampiran yang
telah kami sediakan)
* Pelajar
Tak berapa lama, tiga orang anak lelaki berusia sekitar 11 tahun datang
menghampiri kami.
Pada saat itu, perangkat yang kami sediakan sedang digunakan oleh pengamat lain
yang penasaran akan sosok sang surya yang tertutupi bulan.
Kemudian dijelaskanlah oleh kami bahwa itu akibat cahaya yang diterima
kemudian dipantulkan pada sebuah kertas, semakin dekat jarak antara kertas
dengan lubang, maka semakin jelas, akan tetapi gambar yang dihasilkan
berukuran kecil. Tapi jika jarak diperjauh, gambar yang dihasilkan cukup besar
akan tetapi kabur. Ketiganya mengangguk paham dan takjub.
Tak hanya pelajar SD dan SMA yang takjub serta merasa puas akan
pengamatannya menggunakan karya kami, sebuah keluarga pun tak ingin kalah
dan mencoba mengamati.
Belajar SMA : untuk pin holenya bagus. Dasar layarnya hitam sehingga matahari
lebih terlihat kelas dibandingkan dengan dasar layar berwarna cerah.
(Untuk lebih jelasnya dalam wawancara bersama pengamat lain, bisa di lihat salan
lampiran)
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Dalam menggunakan kacamata dari rontgen sebaiknya tidak udah terlalu delay
atau bahkan terlalu lama, karena akan berefek mata terasa lelah di keesokan
harusnya atau bahkan saat hari itu juga.
5. Untuk pembuatan kacamata dari hasil rontgen, lebih baik menggunakan rontgen
yang belum terpakai, agar lebih gelap sehingga lebih aman digunakan.
DAFTAR PUSTAKA