Anda di halaman 1dari 14

Untuk mengetahui dan memahami kehidupan manusia dan masyarakat yang terjadi

pada masa lampau, kalian memerlukan suatu ilmu yang disebut sebagai ilmu sejarah.
Pada bab ini, kalian akan mempelajari ilmu sejarah secara singkat, sejarah kehidupan
manusia dan masyarakat Indonesia pada masa lampau, serta bagaimana melakukan
penelitian sejarah.

Merujuk istilah, sejarah dalam bahasa Indonesia menurut beberapa ahli berasal dari
bahasa Arab yaitu “ ‫( ” شجرة‬dibaca: šajaratun), yang berarti “pohon kayu“. Menurut
Yamin (1958), pohon melambangkan pertumbuhan dan perkembangan yang
berkesinambungan. Dalam hal ini pertumbuhan pohon yang terus-menerus dimaknai
sebagai asal-usul, riwayat, silsilah, dan hikayat. Dalam KBBI, istilah sejarah
mengandung tiga penjelasan yaitu: 1. Asal-usul (keturunan) silsilah; 2. Kejadian dan
peristiwa yang benarbenar terjadi pada masa lampau; riwayat; tambo: cerita; 3.
Pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi
dalam masa lampau.

Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah sejarah dinyatakan dalam kata history.
Berdasarkan Kamus Cambridge, history adalah kajian atau

catatan tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau berupa peristiwa dalam kurun
waktu tertentu suatu negara atau subjek lain. Dalam bahasa Yunani, sejarah berasal
dari kata “historia” yang memiliki arti “orang pandai”. Sejarawan E.H Carr (1982)
berpendapat, “Sejarah adalah suatu

proses interaksi yang berkelanjutan antara sejarawan dan fakta-fakta yang dimilikinya;
Sejarah adalah suatu dialog yang abadi antara masa sekarang dan masa lampau.” Lalu
menurut Jackson J Spielvogel (2005), sejarah adalah “Catatan tentang masa lalu.”
Secara sederhana, pengertian sejarah sebagai ilmu adalah ilmu yang mempelajari
peristiwa, orang, negara, atau kehidupan yang terjadi pada masa lalu. Dapatkah kalian
mencari deinisi dan penjelasan dari sumber lain tentang ilmu sejarah?

Pengayaan:
Untuk memperkaya wawasan mengenai ilmu sejarah, kalian dapat mencari dari
berbagai sumber, baik dari buku maupun internet tentang bagaimana para sejarawan
mendeinisikan ilmu sejarah. Selainitu, penting bagi kalian memahami latar belakang
sejarawan dan karya mereka, sehingga lebih komprehensif.

Menurut sejarawan Kuntowijoyo, kajian ilmu sejarah bukan mitos belaka karena ilmu
sejarah mempelajari peristiwa yang sungguh terjadi dan nyata. Keberadaan ilmu
sejarah bisa dilacak sampai abad ke-5 SM melalui kehadiran karya Herodotus (484 SM-
425 SM ) yang berjudul Historie tentang sejarah Perang Yunani-Persia. Ketika menulis
tentang perang tersebut, Herodotus sudah menggunakan berbagai sumber sejarah baik
melalui pengamatan, prasasti, dan cerita lisan sehingga karyanya sudah memenuhi
prosedur ilmiah. Boleh dikatakan, Herodotus adalah peloporpenulisan sejarah sesuai
kaidah ilmu pengetahuan. Atas jasanya, Herodotus
dijuluki sebagai “Bapak Sejarah”. Selanjutnya tradisi itu diteruskan oleh Thucydides
( 456- 396 SM) yang menuliskan tentang Perang Peloponesia antara Athena dan
Sparta (Syukur, 2008:1).

Seseorang yang mempelajari dan menyampaikan sejarah dengan menggunakan


sumber
informasi dari masa lalu disebut sebagai sejarawan.
1. Mengapa Perlu Mempelajari Ilmu Sejarah?
Setelah membaca materi tentang ilmu sejarah sejak bangku SD dan SMP serta
melakukan berbagai aktivitas, tentu kalian menemukan manfaat dari belajar ilmu
sejarah. Ilmu sejarah mempelajari berbagai peristiwa pada masa lampau yang berguna
untuk menjelaskan dan mengungkap berbagai peristiwa pada hari ini dan masa
mendatang. Hal inilah yang dimaksud
dengan masa lalu selalu aktual dan relevan. Disarikan dari berbagai sumber,kegunaan
ilmu sejarah adalah:
• Menjelaskan bagaimana manusia dan tindakan mereka mungkin dipengaruhi oleh
situasi politik atau masalah ekonomi atau kondisi geograi. Melalui sejarah, kita akan
memahami perilaku manusia dan nilai-nilai suatu masyarakat.
• Memberikan pemahaman bahwa orang-orang pada masa lalu mungkin tidak memiliki
nilai yang sama seperti yang kita miliki saat ini. Pemahaman tentang masa lampau
akan membantu kita untuk menghindari kesalahan agar tidak terulang pada masa kini
dan mendatang.
• Mengenal siapa diri kita sebagai pribadi dan mengenal siapa kita secara kolektif
(sebagai bagian dari suatu kelompok masyarakat dan bangsa). Pemahaman tentang
identitas akan menumbuhkan ikatan sosial (contohnya ketika kita mengetahui tentang
sejarah keluarga maka akan menumbuhkan jiwa saling membantu karena menjadi
bagian dari suatu keluarga).
• Memahami memori dan tradisi yang diwariskan oleh generasi sebelumnya ke generasi
mendatang hingga bagaimana sejarah membentuk kondisi kita saat ini.
• Menumbuhkembangkan kecakapan berpikir kritis, kreatif, imajinatif, dan relektif
• Menumbuhkembangkan kecakapan ilmiah seperti mencari sumber (heuristik),
memilah sumber (veriikasi), dan menganalisis sumber sejarah (interpretasi).

LEMBAR ASESMEN
A. Asesmen Non kognitif
B. Asesmen formatif : Penilaian Diri
C. Asesmen Sumatif : test tertulis dilaksanakan di akhir fase

LEMBAR ASESMEN DIAGNOSTIK


A. Asesmen Non Kognitif
1. Coba amati peralatan yang ada di rumahmu saat ini, misalnya perangkat yang akan
dipakai dalam pembelajaran daring. lalu pilih emoji berikut yang mewakili
perasaanmu.

2. Menurut pendapatmu apa dampak kondisi perangkat yang kamu miliki ( Hp/laptop)
dalam pembelajaran daring terhadap semanagt belajarmu ? Jaringan
3. Apa saja yang dapat kamu lakukan supaya dapat menciptakan pembelajaran yang
nyaman ? Mencari posisi yang enak saat belajar
4. Bagaimana perasaanmu saat kamu memiliki perangkat yang tidak memadai untuk
pembelajaran daring? Mencoba cari jalan keluar agar bisa mengikuti belajar daring
5. Apa harapanmu saat belajar Sejarah di sekolah ini ? Aku dapat bisa memahami
berbagai macam hal. Mulai dari perkembangan teknologi, identitas suatu masyarakat,
hingga dapat memahami masalah yang terjadi di saat ini.

Penilaian Diri
Isilah penilaian mandiri mengenai tujuan pembelajaran di tema ini dengan
memberikan tanda centang (v) pada tabel berikut.

Belum
Tujuan pembelajaran Ya Tidak
Yakin

Saya mengetahui beberapa konsep tentang ilmu


sejarah.

Saya mengetahui manfaat belajar ilmu sejarah.

Saya mampu menjelaskan tentang sejumlah konsep


ilmu sejarah.

Saya mampu menguraikan tentang berbagai peristiwa


bersejarah, serta pengaruhnya bagi kehidupan
masyarakat. ✓

Saya mampu menggunakan konsep yang dipelajari


sebagai salah satu cara untuk melakukan pengamatan
dan mengidentiikasi berbagai peristiwa bersejarah. ✓

Saya mampu menganalisis berbagai fenomena sejarah


dalam kehidupan sehari-hari dari konsep dan teori yang
telah dipelajari. ✓

Saya mampu mengevaluasi berbagai sumber sejarah.

Saya mampu membuat laporan tugas.

Saya mampu menunjukkan sikap dan pandangan yang


mencintai bangsa Indonesia, sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. ✓
MODUL AJAR 2
SEJARAH INDONESIA
B. Komponen Umum
1. Identitas Modul : a. Penyusun : Tim MGMP Sejarah

b. Sekolah : SMKN 1 Bandung

c. Program Keahlian : AKL, MPLB, PS, ULP

d. Tahun : 2021

e. Kelas/Semester : X/I (Ganjil)

f. Alokasi : 6 JP ( 3 X 45 Menit)

2. Kompetensi Awal : Peserta didik dapat menjelaskan konsep dasar jalur rempah dan
asal usul nenek moyang bangsa Indonesia

3. Fase Capaian E

4. Profil Pelajar : Profil ini menjadi identitas karakter peserta didik setelah
Pancasila melaksanakan proses pembelajaran. Nilai karakter yang
diharapkan muncul adalah Beriman, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, dan berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis,
Kreatif

5. Sarana dan : a. Alat dan bahan:


Prasarana  Laptop
 Proyektor
b. Materi: dibuat dalam bentuk PPT atau aplikasi Presentasi
online
c. Sumber belajar: Modul
d. Sumber lain bahan ajar lain yang relevan
 Jaringan Internet
 Media aplikasi yang relevan
6. Target Peserta : 1) Siswa Reguler/Tipikal
didik 2) Siswa dengan Hambatan Belajar
3) Siswa Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa (CIBI)

7. Model : Discovery Learning


Pembelajaran

8. Moda Pembelajaran Jarak Jauh Daring


Pembelajaran
9. Metode 1) Observasi
Pembelajaran 2) Diskusi

10. Bentuk Penilaian 1) Asesmen Diagnostik

2) Asesmen Formatif

3) Asesmen Sumatif

11. Capaian 1.1 Peserta didik dapat memahami konsep dasar jalur rempah
dan asal usul nenek moyang; Menganalisa manusia dalam
Pembelajaran
jalur rempah dan asal usul nenek moyang; Menganalisa
jalur rempah dan asal usul nenek moyang dalam ruang
lingkup lokal, nasional, dan global; Menganalisa jalur
rempah dan asal usul nenek moyang dalam dimensi masa
lalu, masa kini, dan masa depan; Menganalisa jalur rempah
dan asal usul nenek moyang dari pola perkembangan,
perubahan, keberlanjutan, dan keberulangan;Menganalisa
jalur rempah dan asal usul nenek moyang secara diakronik
(kronologi) maupun sinkronik.

C. Komponen Inti
1. Tujuan : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik diharapkan
Pembelajaran mampu:

1. Menjelaskan pengertian Jalur Rempah


2. Menganalisis pengaruh jalur rempah terhadap
perkembangan social, budaya, ekonomi, dan politik di
Nusantara
3. Mengidentifikasi teori-teori tentang asal usul nenek moyang
bangsa Indonesia
4. Menyimpulkan teori asal usul nenek moyang yang paling
mutakhir dengan bukti-bukti ilmiah
5. Menunjukkan sikap dan pandangan yang mencintai bangsa
Indonesia, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

2. Pemahaman 1. Jalur rempah menghidupkan kembali jejak-jejak sejarah


perniagaan di Nusantara yang menimbulkan interaksi budaya,
Bermakna
ekonomi, politik , dan agama.
(Hikmah 2. Menelusuri asal usul nenek moyang dapat memperkuat
integritas dan jati diri bangsa Indonesia yang memiliki
mempelajarai
keberagaman suku, budaya, agama, dan kepercayaan.
ini)
3. Pertanyaan : 1. Mengapa jalur rempah menimbulkan interaksi budaya,
ekonomi, politik , dan agama?
Pemantik
2. Darimanakah asal usul bangsa Indonesia yang memiliki
keberagaman suku dan budaya?

4. Persiapan a. Mempersiapkan alat peraga/media/bahan berupa LKPD dan


materi dalam bentuk modul
Pembelajaran
5. Kegiatan : A. Kegiatan awal:
1. Peserta didik dan Guru memulai dengan berdoa bersama.
Pembelajaran
2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan
kehadiran bersama dengan guru.
3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang
kesepakatan yang akan diterapkan dalam pembelajaran

B. Kegiatan inti:
1. Guru menjelaskan tentang jalur rempah dan asal usul
nenek moyang bangsa Indonesia melalui tayangan video
dan Powerpoint pembelajaran
2. Guru memancing siswa untuk bertanya setelah
penayangan video dan Ppt pembelajaran
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
tentang jalur rempah da nasal usul nenek moyang bangsa
Indonesia
4. Guru memandu siswa untuk berkolaborasi dalam
kelompoknya untuk menemukan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang sudah didisain guru
5. Guru memandu siswa untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok dalam bentuk virtual melalui zoom atau di
kanal youtube dan website lainnya
6. Guru menjelaskan tentang materi lanjutan untuk
pembelajaran minggu depan
7. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengajukan pendapat atau pertanyaan jika ada
sesuatu yang belum dipahami
.
C. Kegiatan Akhir:
1. Guru memberikan penguatan belajar ke siswa agar
membaca materi yang hendak dipelajari di pertemuan
selanjutnya.
2. Doa.
3. Penutup pembelajaran.

6. Pengayaan dan : a. Pengayaan:


kegiatan yang bertujuan untuk
Remedial
memperdalam,memperluas, dan mendukung proses
penguatan ketercapaian belajar peserta didik.

b. Remedial :
Remedial diberikan kepada peserta didik yang membutuhkan
bimbingan serta memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk memperbaiki proses belajar yang belum tercapai
untuk lebih memahami materi sehingga diharapkan dapat
membantu ketuntasan belajar peserta didik.

7. Refleksi Peserta 1. Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran?


Didik
2. Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat diidentifikasi pada
kegiatan pembelajaran?
4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan ketika
berkegiatan dapat teratasi dengan baik?
5. Apa level pencapaian rata-rata siswa dalam kegiatan
pembelajaran ini?
6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap tuntas dalam
pelaksanaan pembelajaran?
7. Apa strategi agar seluruh siswa dapat
menuntaskan kompetensi?
REFLEKSI GURU

• Apakah pembelajaran yang saya lakukan sudah sesuai dengan apa yang saya
rencanakan?
• Bagian rencana pembelajaran manakah yang sulit dilakukan?
• Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi hal tersebut?
• Berapa persen siswa yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran?
• Apa kesulitan yang dialami oleh siswa yang belum mencapai tujuan
pembelajaran?
• Apa yang akan saya lakukan untuk membantu mereka?

D. Lampiran
1. Lembar Kerja : Peserta didik : Diberikan LKPD dan tes Formatif
Peserta Didik
2. Bacaan guru : Sejarah Indonesia untuk Kelas X SMK (Buku Guru)
dan Peserta
didik Sejarah Indonesia untuk Kelas X SMK (Buku Siswa)

3. Glosarium : Rempah (Spice) menurut Wikipedia adalah tumbuhan yang


beraroma atau berasa kuat yang berfungsi sebagai pengawet
atau pencita rasa makanan dan sebagai obat. Di masa
prakolonial, rempah (cengkih, pala dan lada) menjadi komoditi
paling berharga dan menjadi salah satu alasan bangsa Eropa
datang ke wilayah Nusantara

Jalur Rempah adalah rute perdagangan rempah yang


menimbulkan interaksi budaya, ekonomi dan politik, dan agama
antar pulau dan negara

Nenek moyang adalah leluhur yang dikaitkan dengan awal


mula atau asal muasal keberadaan suatu bangsa

Kronologi menurut KBBI adalah urutan waktu dari sejumlah

kejadian atau peristiwa

Kronologis menurut KBBI adalah berkenaan dengan kronologi;

menurut urutan waktu (dalam penyusunan sejumlah kejadian

atau peristiwa.

4. Daftar : Lapian, Adrian B. 2009. Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut .
Komunitas Bambu.
Pustaka Marihandono, Djoko & Bondan Kanumusoyo. 2017. Rempah,
Jalur Rempah, dan Dinamika Masyarakat Nusantara . Direktorat
Sejarah.
Razif & M. Fauzi. 2017. Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat
Adat Abad X-XVI: Kepulauan Banda, Jambi dan Pantai Utara
Jawa. Direktorat Sejarah.
Amurwani Dwi, dkk, 2016, Sejarah Indonesia SMK Kelas X,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

LAMPIRAN :

MATERI PEMBELAJARAN

Jalur Rempah Nusantara : Interaksi Budaya, Ekonomi, Politik dan


Agama
Pada masa kuno, rempah-rempah adalah simbol eksotisme, kekayaan,
prestise, dan sarat dengan kesakralan. Dalam berbagai catatan kuno di
Mesir, Tiongkok, Mesopotamia, India, Yunani, Romawi, serta Jazirah Arab,
rempah-rempah mulanya hanya dipercaya sebagai panacea (obat
penyembuh) daripada pecitarasa makanan. Hal ini misalnya diungkap oleh
filsuf Theophrastus (sekitar 372 ± 287 M), bahwa rempah-rempah seperti
lada masih banyak digunakan tabib daripada juru masak. (Turner, 2011: 59).
Kegunaan rempah-rempah lantas berkembang menjadi bumbu untuk menutupi
rasa tidak enak dan bau dari makanan, selain untuk menjaga kondisi
makanan agar tetap segar. Ketika daun, biji, akar, dan getah dari rempah-
rempah memiliki rasa dan aroma yang dinilai menyenangkan, secara
bertahap ini menjadi cikal bakal komoditas ekonomi yang memengaruhi
kebudayaan masyarakat kuno. Maka dari itu, tidak mengherankan jika
rempah-rempah pernah dihargai setara dengan emas. Dalam sejarah
agama dikisahkan pada abad ke-10 SM, Ratu Sheba mengunjungi Raja
Solomon di Yerusalem dan menghadiahinya emas, rempah-rempah meliputi
cengkih, kayu cendana, dan kayu gaharu dan batu permata (Czarra, 2009).
Pada masa sebelum Masehi, rempah-rempah dari nusantara telah diperdagangkan
ke kawasan Mediterania yang mula-mula dilabuhkan di Malabar (India). Lalu
para pedagang India membawanya ke Roma dan Venesia. Setelah itu
para pedagang Arab dengan perahu-perahu layarnya membawa rempah-rempah
melintasi Laut Merah dan Teluk Persia.
Berbaurnya budaya dan keterhubungan antarbangsa di Indonesia tidak terjadi
dari ruang hampa. Pada abad-abad lampau, kehadiran para pedagang lintas bangsa
memegang peran kunci terhadap asimilasi budaya yang masih bisa kita lihat jejaknya
dari berbagai cagar budaya dan banyak warisan budaya tak benda di Indonesia. Hal
tersebut terjadi karena komoditi rempah yang berasal dari banyak kepulauan di
Nusantara terlibat lalu lalang dalam perniagaan masa lalu sehingga menjadi salah satu
rute budaya yang dikenal sebagai Jalur Rempah.
Jalur Rempah memiliki peran krusial dalam terbentuknya globalisasi, sebagaimana
Jalur Sutra yang menghubungkan Timur dan Barat, Jalur Rempah juga menjadi pusat
interaksi budaya, ekonomi, politik hingga agama. Adanya jejak bangsa-bangsa asing di
pulau penghasil rempah menjadi bukti nyata bahwa rempah memang tidak hanya
berperan sebagai komoditas, namun juga memiliki andil dalam terciptanya Indonesia
hari ini yang multi-etnis.
Cita rasa yang berasal dari rempah tidak hanya melahirkan ribuan kapal dari luar
Nusantara berlabuh, namun juga menciptakan suatu titik dan jejak budaya maupun
tradisi yang bisa kita rasakan hari ini. Hal yang sekaligus menjadi bukti bahwa poros
maritim yang dimiliki Indonesia sudah berdiri sedemikian berpengaruh terhadap masa
depan negeri ini jauh sebelum Indonesia terbentuk.
Jalur Rempah yang membentang di kepulauan Nusantara, Cina, India, Timur
Tengah, sampai ke Eropa merupakan jalur yang bermula dari pencarian rempah-rempah
yang tumbuh di kepulauan Nusantara dan dibawa menuju dunia luar. Rempah-rempah
yang awalnya digunakan masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
(kesehatan, bumbu, hingga ritual) berhasil mencuri perhatian dunia dan berhasil
menjadi penggerak perekonomian dunia. Hal inilah yang kemudian mendorong banyak
bangsa asing untuk memulai pencarian rempah, hingga tercipta silang budaya
antarmasyarakat kepulauan Nusantara dan bangsa asing sebagai suatu kausalitas dan
membentuk apa yang kini menjadi kebhinekaan Indonesia.
Jalur Rempah diyakini sudah terbentuk jauh sebelum Jalur Sutra, beberapa bukti
berupa pemakaian lada hitam di lubang hidung Ramses II (1224 SM) sebagai bahan
pengawetan mumi. Lalu, ada juga sebuah puisi Tamil yang berjudul “Cilappatikāram”
(the lay of the anklet) pada 200 M yang mencatat syair soal lada. “Kapal-kapal megah,
Mahakarya bangsa Yunani, Mengeluarkan buih putih di sungai Periyar… tiba dengan
emas dan berangkat dengan lada.” menjadi fakta menarik yang perlu ditelusuri lebih
jauh soal dari mana rempah itu berasal dan kapan pertama kalinya Jalur Rempah ada.
Selain itu, fakta bahwa kepulauan Nusantara telah dihuni orang laut (Suku Bajau) yang
kerap bertualang sejak berabad-abad lalu dan tinggal di hampir seluruh perairan
Nusantara, juga menjadi fakta yang bisa ditelusuri lebih jauh dan sampai di mana saja
jejak-jejaknya.
Jalur Rempah adalah satu sudut pandang yang kita butuhkan untuk melihat peran
masyarakat Nusantara selama berabad-abad lalu. Hal yang sekaligus berguna sebagai
upaya rekonstruksi sejarah, geografi, serta sudut pandang baru bagi kita dalam melihat
kembali lautan dan bukan melulu memunggunginya. Sesuatu jejak yang begitu berharga
dan penting untuk kita telusuri kembali pada masa kini.

Peradaban pra-kemerdekaan memperlihatkan Indonesia adalah satu titik di jalur


perdagangan rempah internasional yang penting. Sriwijaya adalah titik penting dari
rempah dan menghubungkan antara Nusantara, Beijing, India, Persia, dan Timur
Tengah. Posisi geopolitik nusantara yang sangat strategis, dengan kofigurasi kepulauan
yang memiliki ribuan selat digunakan untuk banyak pelayaran dan perdagangan,
menjadikan Nusantara, sebutan Indonesia kala itu, sebagai makro kosmos. Rempah
yang dalam bahasa latin bernama "species" diartikan sebagai suatu komoditas yang
memiliki nilai lebih yang spesial karena rempah menjadi suatu barang untuk
sesembahan dan penyembuhan.

Masuknya para penjelajah Eropa menjadikan Nusantara sebagai


daerah cosmopolitan. Rute perdagangan rempah telah berkembang fungsinya menjadi
persebaran kultur dan agama. Nusantara pada abad 1480-1650 disebut Anthony Reid
sebagai "Age of Commerce" karena menjadi pusat pertemuan perdagangan
internasional. Rempah-rempah Maluku seperti cengkeh dan pala menjadi barang
terpanas dari perdagangan global, sampai VOC mendirikan monopoli pada tahun 1650.
Rute perdagangan antara Mediterania dan Asia Timur pun tersegmentasi dengan para
pedagang selat (Pasal, Melaka, Banten, Palembang, Aceh, Patani). Bahkan setelah
larangan perdagangan selama berabad-abad menurut Anthony, China 1568 dan Jepang
1590-1653 mengirimkan perdagangan legalnya ke Asia Tenggara. Hal ini menjadikan
pelabuhan di Asia Tenggara sebagai bagian penting dari interaksi antara Cina dan
negara lainnya. Menyangkut rute rempah-rempah, China dan India-lah yang justru
diyakini memiliki kontak awal dengan Asia Tenggara. Sebelum Arab, Persia, dan Yunani
mencapai Asia Tenggara, China dan India sudah dapat memperoleh rempah-rempah
dari Pantai Barat India, seperti Malabar. Di Tiongkok, cengkeh mulanya menjadi
komoditas rampah yang diimpor dan digunakan pada saat Dinasti Han yang disebut
sebagai Jishexiang. Bahkan para Menteri pada zaman Dinasti Han juga sudah menghisap
kayu manis. Selain itu, Tiongkok juga sudah mengimpor pala dari Nusantara pada abad
4 atau 5 Masehi. Pada perdagangan sutera dan rempah-rempah ketika Timur dan Arab
sudah mapan, peran Kapal Tiongkok dan India menjadi teknologi canggih.
Kapal kargo China bernama "Song Boat" ditemukan di Pantai Houzhu pada 1973 dengan
panjang sebesar 24 meter dan lebar sebesar 9 meter dan kapal itu tenggelam pada
1271 Masehi. Produk yang diangkut dalam kapal tersebut adalah untuk keperluan medis
seperti lada, kacang areca, ambar, cangkang kura-kura, kayu laka, dan kayu gaharu.
Kesimpulan :

1. Jalur Rempah merupakan bagian dari jalur perdagangan dunia yang tetap hidup
sampai sekarang
2. Jalur Rempah membentuk dan mengembangkan kota-kota perdagangan di seluruh
rute
3. Pengembangan jalur sutera di china dan jalur rempah di Indonesia sebagai negara
maritime
4. Jalur Rempah mendorong perkembangan agama, ilmu pengetahuan dan budaya

Asal usul nenek moyang bangsa Indonesia

Tiga Teori Asal Usul Nenek Moyang Indonesia


5. Teori Yunan
Persebaran nenek moyang Indonesia diperkirakan dari wilayah Selatan Tibet. Teori ini
dikenal sebagai teori Yunnan yang menyatakan asal-usul nenek moyang bangsa
Indonesia berasal dari Yunnan, wilayah di Tiongkok Selatan.

Seorang sejarawan yang juga seorang arkeolog asal Austria, Robert Barron von Heine
(1885-1968), pernah melakukan kajian mendalam terhadap kebudayaan megalitik di
Asia Tenggara dan Pasifik. Dia menyimpulkan, pada masa neolitikum (2000 SM- 200
SM), ada bangsa yang bermigrasi dalam beberapa gelombang dari Asia Utara menuju
Asia Selatan. Migrasi tersebut membuat banyak manusia purba yang akhirnya mendiami
pulau-pulau yang terbentang dari Madagaskar (Afrika) sampai dengan Pulau Paskah
(Cile). Hal inilah yang akhirnya mengilhami pemikiran bahwa leluhur bangsa Indonesia
berasal dari Yunnan. Mereka yang melakukan migrasi dari Yunnan disebut sebagai
bangsa Proto Melayu atau Melayu Tua.
Sayangnya, teori Yunan masih sangat lemah dan kurang akurat. Hal itu disebabkan
karena teori ini cuma berdasar pada bukti-bukti kesamaan secara fisik, temuan benda-
benda bersejarah yang mirip, serta kebudayaan megalitikum saja. Karena teori Yunnan
tidak begitu kuat, para ahli kemudian melakukan penelitian dengan pendekatan lain.

6. Teori out of Taiwan


Teori lain mengenai asal-usul bangsa Indonesia bisa dilihat dengan pendekatan
kebahasaan atau linguistik. Berdasarkan pendekatan kebahasaan, keseluruhan bahasa
yang digunakan suku-suku di Indonesia diketahui berasal dari rumpun Austronesia. Akar
dari rumpun Austronesia sendiri pada awalnya berasal dari Kepulauan Formosa (Taiwan)
yang sudah berkembang sejak 6.000 tahun yang lalu. Pada dasarnya, pendekatan
kebahasaan ini menyatakan bahwa asal-usul suatu bangsa dapat ditelusuri melalui pola
penyebaran bahasanya. Karena keseluruhan bahasa di Indonesia berasal dari
Austronesia yang berkembang di Taiwan, nenek moyang bangsa Indonesia pun
kemungkinan besar berasal dari asal-usul yang sama dengan bahasanya itu.

Dari Taiwan, bangsa Austronesia kemudian melakukan migrasi, menyebar ke


Filipina, Indonesia, Madagaskar, hingga ke pulau-pulau kecil di wilayah Pasifik.
Pendekatan kebahasaan pun melahirkan teori yang dikenal sebagai Out of Taiwan yang
menyatakan bahwa asal-usul manusia Indonesia berasal dari Taiwan. Tak berhenti di
situ, para peneliti juga melakukan penelitian dengan pendekatan genetika untuk
mengetahui asal-usul bangsa Indonesia. Pendekatan genetika merupakan penelusuran
asal-usul manusia berdasarkan dengan penelitian kromosom maupun DNA-nya. Dari
hasil penelitian 2018 terhadap 3.700 orang Indonesia dari 35 etnis berbeda, terungkap
bahwa orang-orang Indonesia memang memiliki kecocokan genetika dengan bangsa
Austronesia. Pada akhirnya, Teori Out of Taiwan lebih kuat karena disertai bukti-bukti
berupa kecocokan genetika yang dilakukan pada ribuan kromosom manusia modern
tersebut. Berdasarkan teori Out of Taiwan, migrasi leluhur dari Taiwan tiba lebih dulu di
Filipina bagian utara sekitar 4500 hingga 3000 SM. Migrasi tersebut terjadi diduga
bertujuan untuk memisahkan diri, mencari wilayah baru di selatan. Selanjutnya, sekitar
3500 hingga 2000 SM, manusia purba yang mendiami Filipina melakukan migrasi lagi
dengan tujuan Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara. Kemudian terus menyebar ke
Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara, Papua bagian Barat, Oseania, hingga mencapai
Melanesia di Pasifik.

7. Teori Nusantara
Namun ada pendapat lain mengenai asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia,
salah satunya dikemukakan oleh Prof. Moh. Yamin. Dia beranggapan nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari wilayah Indonesia itu sendiri, bukan wilayah lain.
Pendapatnya itu didukung alasan bahwa fosil dan artefak lebih banyak dan lengkap
ditemukan di wilayah Indonesia dibandingkan dengan daerah lain di Asia. Misalnya
dengan penemuan manusia purba sejenis homo soloensis dan homo wajakensis.

Penyebaran Proto Melayu, Deutro Melayu, Melanesoid, Negrito dan Wedid ke


wilayah Nusantara
Menurut Sarasin bersaudara, penduduk asli Kepulauan Indonesia adalah ras
berkulit gelap dan bertubuh kecil. Mereka mulanya tinggal di Asia bagian tenggara.
Ketika zaman es mencair dan air laut naik hingga terbentuk Laut Cina Selatan dan Laut
Jawa, sehingga memisahkan pegunungan vulkanik Kepulauan Indonesia dari daratan
utama. Beberapa penduduk asli Kepulauan Indonesia

tersisa dan menetap di daerah-daerah pedalaman, sedangkan daerah pantai dihuni oleh
penduduk pendatang. Penduduk asli itu disebut sebagai suku bangsa Vedda oleh
Sarasin. Ras yang masuk dalam kelompok ini adalah suku bangsa Hieng di Kamboja,
Miaotse, Yao-Jen di Cina, dan Senoi di Semenanjung Malaya.

Beberapa suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di
Sumatra dan Toala di Sulawesi merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia.
Mereka mempunyai hubungan erat dengan nenek moyang Melanesia masa kini dan
orang Vedda yang saat ini masih terdapat di Afrika, Asia Selatan, dan Oceania. Vedda
itulah manusia pertama yang datang ke pulau-pulau yang sudah berpenghuni. Mereka
membawa budaya perkakas batu. Kedua ras Melanesia dan Vedda hidup dalam budaya
mesolitik. Pendatang berikutnya membawa budaya baru yaitu budaya neolitik. Para
pendatang baru itu jumlahnya jauh lebih banyak daripada penduduk asli. Mereka datang
dalam dua tahap. Mereka itu oleh Sarasin disebut sebagai Proto Melayu dan Deutro
Melayu. Kedatangan mereka terpisah diperkirakan lebih dari 2.000 tahun yang lalu.

1. Proto Melayu

Proto Melayu diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang
tersebar dari Madagaskar sampai pulau-pulau palingtimur di Pasifik. Mereka diperkirakan
datang dari Cina bagian selatan. Ras Melayu ini mempunyai ciri-ciri rambut lurus, kulit
kuning kecoklatan-coklatan, dan bermata sipit. Dari Cina bagian selatan (Yunan) mereka
bermigrasi ke Indocina dan Siam, kemudian ke Kepulauan Indonesia. Mereka itu mula-
mula menempati

Pantai-pantai Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat. Ras Proto Melayu
membawa peradaban batu di Kepulauan Indonesia. Ketika datang para imigran baru,
yaitu Deutero Melayu (Ras Melayu Muda). Mereka berpindah masuk ke pedalaman dan
mencari tempat baru ke hutan-hutan sebagai tempat huniannya. Ras Proto Melayu itu
pun kemudian mendesak keberadaan penduduk asli. Kehidupan di dalam hutan-hutan
menjadikan mereka terisolasi dari dunia luar, sehingga memudarkan peradaban mereka.
Penduduk asli dan ras proto melayu itu pun kemudian melebur. Mereka itu kemudian
menjadi suku bangsa Batak, Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo. Kehidupan mereka yang
terisolasi itu menyebabkan ras Proto Melayu sedikit mendapat pengaruh dari
kebudayaan Hindu maupun Islam dikemudian hari. Para ras Proto Melayu itu kelak
mendapat pengaruh Kristen sejak mereka mengenal para penginjil yang masuk ke
wilayah mereka untuk memperkenalkan agama Kristen dan peradaban baru dalam
kehidupan mereka. Persebaran suku bangsa Dayak hingga ke Filipina Selatan, Serawak,
dan Malaka menunjukkan rute perpindahan mereka dari Kepulauan Indonesia.
Sementara suku bangsa Batak yang mengambil rute ke barat menyusuri pantai-pantai
Burma dan Malaka Barat. Beberapa kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku bangsa
Karen di Burma banyak mengandung kemiripan dengan bahasa Batak.

2. Deutero Melayu

Deutero Melayu merupakan ras yang datang dari Indocina bagian utara. Mereka
membawa budaya baru berupa perkakas dan senjata besi di Kepulauan Indonesia, atau
Kebudayaan Dongson. Mereka seringkali disebut juga dengan orang-orang Dongson.
Peradaban mereka lebih tinggi daripada rasa Proto Melayu. Mereka dapat membuat
perkakas dari perunggu. Peradaban mereka ditandai dengan keahlian mengerjakan
logam dengan sempurna. Perpindahan mereka ke Kepulauan Indonesia dapat dilihat dari
rute persebaran alat-alat yang mereka tinggalkan di beberapa kepulauan di Indonesia,
yaitu berupa kapak persegi panjang. Peradaban ini dapat dijumpai di Malaka, Sumatera,
Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur. Dalam bidang
pengolahan tanah mereka mempunyai

kemampuan untuk membuat irigasi pada tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka
ciptakan, dengan membabat hutan terlebih dahulu. Ras Deutero Melayu juga
mempunyai peradaban pelayaran lebih maju dari pendahulunya karena petualangan
mereka sebagai pelaut dibantu dengan penguasaan mereka terhadap ilmu perbintangan.
Perpindahan ras Deutero Melayu juga menggunakan jalur pelayaran laut. Sebagian dari
ras Deutero Melayu ada yang mencapai Kepulauan Jepang, bahkan kelak ada yang
hingga sampai Madagaskar.

Kedatangan ras Deutero Melayu di Kepulauan Indonesia makin lama semakin


banyak. Mereka pun kemudian berpindah mencari tempat baru ke hutan-hutan sebagai
tempat hunian baru. Pada akhirnya Proto dan Deutero Melayu membaur dan selanjutnya
menjadi penduduk di Kepulauan Indonesia. Pada masa selanjutnya mereka sulit untuk
dibedakan. Proto Melayu meliputi penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra bagian utara,
serta Toraja di Sulawesi. Sementara itu, semua penduduk di Kepulauan Indonesia,
kecuali penduduk Papua dan yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua, adalah ras
Deutero Melayu

3. Melanesoid
Ras lain yang juga terdapat di Kepulauan Indonesia adalah ras Melanesoid.
Mereka tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian dan
benua Australia. Di Kepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua. Bersama dengan
Papua-Nugini dan Bismarck, Solomon, New Caledonia dan Fiji, mereka tergolong
rumpun Melanesoid. Menurut Daldjoeni suku bangsa Melanesoid sekitar 70% menetap di
Papua, sedangkan 30% lagi tinggal di beberapa kepulauan di sekitar Papua dan Papua-
Nugini. Pada mulanya kedatangan Bangsa Melanesoid di Papua berawal saat zaman es
terakhir, yaitu tahun 70.000 SM. Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni.
Ketika suhu turun hingga mencapai kedinginan maksimal, air laut menjadi beku.
Permukaan laut menjadi lebih rendah 100 m dibandingkan permukaan saat ini. Pada
saat itulah muncul pulau-pulau baru. Adanya pulau-pulau itu memudahkan mahkluk
hidup berpindah dari Asia menuju kawasan Oseania.

Bangsa Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga ke Papua,


selanjutnya ke Benua Australia, yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang
terhubungan dengan Papua. Bangsa Melanesoid saat itu hingga mencapai 100 ribu jiwa
meliputi wilayah Papua dan Australia. Peradaban bangsa Melanesoid dikenal dengan
paleotikum. Pada saat masa es berakhir dan air laut mulai naik lagi pada tahun 5000
S.M, kepulauan Papua dan Benua Australia terpisah seperti yang dapat kita lihat saat ini.
Pada saat itu jumlah penduduk mencapai 0,25 juta dan pada tahun 500 S.M. mencapai
0,5 jiwa.

Asal mula bangsa Melanesia, yaitu Proto Melanesia merupakan penduduk


pribumi di Jawa. Mereka adalah manusia Wajak yang tersebar ke timur dan menduduki
Papua, sebelum zaman es berakhir dan sebelum kenaikan permukaan laut yang terjadi
pada saat itu. Di Papua manusia Wajak hidup berkelompok-kelompok kecil di sepanjang
muara-muara sungai. Mereka hidup dengan menangkap ikan di sungai dan meramu
tumbuh-tumbuhan serta akar-akaran, serta berburu di hutan belukar. Tempat tinggal
mereka berupa perkampungan-perkampungan yang terbuat dari bahanbahan yang
ringan. Rumah-rumah itu sebenarnya hanya berupa kemah atau tadah angin, yang
sering didirikan menempel pada dinding gua yang besar. Kemah-kemah dan tadah angin
itu hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur dan berlindung, sedangkan aktifitas
lainnya dilakukan di luar rumah. Bangsa Proto Melanesoid terus terdesak oleh bangsa
Melayu. Mereka yang belum sempat mencapai kepulauan Papua melakukan
percampuran dengan ras baru itu. Percampuran bangsa Melayu dengan Melanesoid
menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu, saat ini mereka merupakan penduduk Nusa
Tenggara Timur dan Maluku.

4. Negrito dan Weddid

Sebelum kedatangan kelompok-kelompok Melayu tua dan muda, negeri kita


sudah terlebih dulu kemasukkan orang-orang Negrito dan Weddid. Sebutan Negrito
diberikan oleh orang-orang Spanyol karena yang mereka jumpai itu berkulit hitam mirip
dengan jenis-jenis Negro. Sejauh mana kelompok Negrito itu bertalian darah dengan
jenis-jenis Negro yang terdapat di Afrika serta kepulauan Melanesia (Pasifik), demikian
pula bagaimana sejarah perpindahan mereka, belum banyak diketahui dengan pasti.

Kelompok Weddid terdiri atas orang-orang dengan kepala mesocephal dan letak
mata yang dalam sehingga nampak seperti berang; kulit mereka coklat tua dan tinggi
rata-rata lelakinya 155 cm. Weddid artinya jenis Wedda yaitu bangsa yang terdapat di
pulau Ceylon (Srilanka). Persebaran orang-orang Weddid di Nusantara cukup luas,
misalnya di Palembang dan Jambi (Kubu), di Siak (Sakai) dan di Sulawesi pojok
tenggara (Toala, Tokea dan Tomuna) Periode migrasi itu berlangsung berabad-abad,
kemungkinan mereka berasal dalam satu kelompok ras yang sama dan dengan budaya
yang sama pula. Mereka itulah nenek moyang orang Indonesia saat ini.

Sekitar 170 bahasa yang digunakan di Kepulauan Indonesia adalah bahasa Austronesia
(Melayu-Polinesia). Bahasa itu kemudian dikelompokkan menjadi dua oleh Sarasin, yaitu
Bahasa Aceh dan bahasa-bahasa di pedalaman Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
Kelompok kedua adalah bahasa Batak, Melayu standar, Jawa, dan Bali. Kelompok
bahasa kedua itu mempunyai hubungan dengan bahasa Malagi di Madagaskar dan
Tagalog di Luzon. Persebaran geografis kedua bahasa itu menunjukkan bahwa
penggunanya adalah pelaut-pelaut pada masa dahulu yang sudah mempunyai
peradaban lebih maju. Di samping bahasa-bahasa itu, juga terdapat bahasa Halmahera
Utara dan Papua yang digunakan di pedalaman Papua dan bagian utara Pulau
Halmahera

Anda mungkin juga menyukai