Oleh :
i
TINJAUAN FIKIH DAN ASTRONOMI TERHADAP PENENTUAN
perintah ajaran islam dan salah satu keharusan bagi seorang muslim untuk
dalam islam. Pada umumnya umat islam hanya mengetahui bahwa kewajiban
melaksanakan shalat ada lima waktu yang telah ditetepkan oleh Allah SWT.1
maka shalat yang dikerjakan pada saat itu tidak sah dan merupakan pekerjaan
yang sia-sia.2
dengan melakukan ibadah shalat sunnah. Banyak manfaat dan keutamaan dari
shalat sunnah yang dapat dipetik. Seperti sebagai penyempurna shalat fardhu,
yang sangat tinggi didalam islam. Shalat sunnah merupakan shalat yang
mendapat dosa. Shalat sunnah yang selama ini kita ketahui adalah : shalat
1
Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak, (Jakarta Timur, Pustaka Al-
Kausar,2015), hlm 153.
2
Ahmad Fadholi, ilmu falak Dasar, (Semarang, El-Wafa, 2017), hlm. 138.
1
qobliyah, shalat ba’diyah, shalat tahajjud, shalat witir, dan shalat dhuha.
shalat sunnah lain yang jarang dilakukan oleh umat islam adalah shalat
sunnah isyraq.
bahwa shalat sunnah isyraq dikerjakan sebelum waktu dhuha 10-15 menit
setelah terbitnya matahari dengan niat Shalat sunnah isyraq sedangkan untuk
menit dan waktunya sampai sebelum shalat dzuhur dengan niat shalat sunnah
pada awal waktu dhuha Dari Ali bin Abi Thalib ra, berkata: ”Ketika Matahari
bergeser dari tempat terbitnya kadar kira satu tumbak atau dua tumbak seperti
Hakim dalam kitab Al- Mustadrak, shalat isyraq adalah shalat dhuha yang
sama berdasarkan hadis yang menyebutkan bahwa shalat pada waktu isyraq
disebut juga dengan shalat awwabin, sedangkan shalat awwabin nama lain
sebagai penanda awal dari masuknya shalat sunnah isyraq dan sunnah dhuha
sama, yang membedakan hanya waktu shalat dan rakaat shalatnya. Sehingga
tidak ada bedanya jika dilihat dari ketinggian matahari. Menurut David
3
Ibnu Hajar Al-Haitami, Fatwa al-Fiqiyaah al-Kubra, juz 1 hal.188.
2
Muhammad dikutip dalam buku ‘Shalat-shalat Tathawwu’, bahwa sholat
syuruq berarti sholat yang dikerjakan pada waktu matahari terbit, penyebutan
bahwa shalat dhuha dan isyraq itu berbeda dalam segi waktu. Shalat sunah
jumlah dua rakaat saja dengan ketentuan tertentu dan hanya bisa dilaksanakn
pada saat terbit matahari. Namun untuk shalat dhuha sendiri dilaksanakan
pada saat tinggi matahari sudah mencapai setinggi tompak dengan batasan
masuknya waktu zuhur, dan rakaat yang dikerjakan dari dua rakaat sampai
sunnah ini berbeda, sehingga dalam astronomi pula harus ada perbedaan
sholat syuruq terdapat perbedaan dari segi kajian fikih yang menyebabkan
oleh peneliti karena dianggap layak dan sesuai berdasarkan syarat layaknya
B. Rumusan Masalah
3
Dari latar belakang masalah ini yang telah peneliti paparkan di atas,
Isyraq?
1. Tujuan yang diharapkan dapat diambil dari hasil akhir, diantaranya adalah
sebagai berikut:
astronomi.
Secara garis besar manfaat dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
dapat memberikan motivasi bagi peneliti lain yang meneliti lebih lanjut
4
Dari hasil peneletian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi
sunnah isyraq berdasarkan tinjauan hukum fikih dan ilmu astronomi dengan
perbedaan ulama lainnya ada yang menstatuskan shalat sunnah isyraq adalah
shalat sunnah dhuha dan ada yang mengatakan shalat isyraq adalah shalat
E. Telaah Pustaka
Namun demikian ada judul skripsi dan jurnal yang membahas tentang
1. Alimudin dengan judul “Perspektif Syar’i Dan Sains Awal Waktu Shalat”.4
isyraq yaitu dipahami ketika sejak terbitnya fajar shadik pendapat lainnya
4
Alimudidin, “Perspektif Syar’I Dan Sains Awal Waktu Shalat”, Al-daulah, Vol.
1/No.1/desember 2012, hlm.120
5
Perbedaan skripsi ini dengan jurnal ini mengkaji penbandingan awal
waktu shalat dalam perspektif syar’i dan sains sedangkan skripsi ini
membahas tentang awal waktu shalat Sunnah isyraq perspektif fikh dan
waktu shalat.
2. Firdos dengan judul “formulasi awal waktu dhuha dalam perspektif fikih
penentuan awal waktu sholat dhuha yang dimana secara fikih tidak ada
waktu itu hanya berupa perkiraan saja bukan berupa hasil yang final.
tinggi satu tumbak dalam penentuan waktu sholat dhuha adalah 3,36
ada pada masyarakat yakni sekitar 2,5 meter. Pendapat lain disampaikan
waktu dhuha adalah sama ketika waktu ashar atau kita katakana bahwa
tinggi matahari ketika itu telah terbit sempurna dan melewati waktu
tahrim.
F. Kerangka Teori
1. Shalat Isyraq
5
Firdos “(Formulasi Awal Waktu Dhuha Dalam perspektif Fikih Dan Ilmu Falak)” (Skripsi yang
ditulis oleh Firdos mahasiswa UIn Walisongo Semarang (2015)
6
Pembagian waktu-waktu shalat tidak dijelaskan secara rinci dalam
waktu shalat dan batasan waktu shalat yang kita kenal sekarang ini. Ada
Kata “Isyraq” memiliki arti terbit. Dari kata ini dapat diambil
atau di rumah bagi yang tidak wajib jamaah di masjid karena udzur.
boleh pindah dari tempat shalatnya, jika dia pindah untuk mengambil
6
Kementrian Agama, Ilmu Falak Praktis, cetakan ke-1, (Jakarta: Sub Direktu Pembinaan
Syariah Dan Hisab Rukyat Direktorat Urusan Agama Islam & Pembinaan Syariah Durektorat
Jendral Bimbinga Masyarakat Islam Kementruan AgamaRepublikIndonesia, 2013), hlm. 80.
7
mushaf Alquran atau untuk kepentingan lainnya maka tidak mendapatkan
keutamaan ini. Karena keutamaan (untuk amalan ini) sangat besar, pahala
rangka Ar Ribath (menjaga ikatan satu amal dengan amal yang lain), dan
dia tidak boleh meninggalkan tempat shalatnya. Dan sekali lagi, untuk
Keempat, shalat dua rakaat. Shalat ini dikenal dengan shalat isyraq.
Isyraq adalah shalat yang sama atau berbeda. Menurut pendapat yang
mengatakan bahwa kedua shalat ini adalah sama maka niat shalat Isyraq
juga harus sama dengan niat shalat Dhuha dan jumlah rakaat shalat Isyraq
shalat Isyraq dan shalat Dhuha ketika dikumpulkan tidak boleh melebihi
7
Syarh Zaadul Mustaqni’ oleh Syaikh Syinqithi 3:68
8
bahwa kedua shalat ini berbeda, maka niat shalat Isyraq, batas waktu
dzuhur).
Tata caranya sama dengan sholat sunnah dua rakaat pada umumnya,
yaitu:
9
r. Tahiyat akhir dengan tuma’ninah
s. Salam
Demikian tata cara sholat dhuha. Setiap dua rakaat salam, diulang
sholat dianjurkan berdoa. Bisa pula berdoa dengan doa shalat dhuha.
Perjalanan matahari dari ufuk timur kearah ufuk barat selalu mencapai
titik kulminasi yang di sebut dengan tengah hari, karena memang terjadi
batas seperdua dari siang hari. Titik tempuh yang dilalui oleh matahari dari
busur siang yang berada diatas ufuk dan busur malam yang ada di bawah
ufuk.9
selalu berubah meskipun kecil. Demikian pula posisi matahari saat ter\bit
jelas. Suatu saat terbit tepat di arah timur (azimuth 90 derajat), di lain hari
Kemudian kembali lagi tepat di arah timur, lalu bergeser sedikit ke arah
9
Tolha Hasyim Fanani dengan judul skripsi “Metode Penentual Awal Waktu Shalat Di
Masjid-Masjid Kabupaten Malang” (Skripsi, Jurusan Al-Ahwal Al-Shakhshiyyah, Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2011). Hlm. 34.
10
selatan (azimuth lebih dari 90 derajat) dan kemudian kembali lagi tepat di
awal waktu shalat termasuk awal waktu shalat sunnah. Matahari terbit
menjadi penanda awal waktu sunnah isyraq, menurut hadis Abdullah Bin
Harits waktu shalat sunnah isyraq adalah terbit matahari di tambah lima
belas meniti.
berada di atas ufuk. Pada saat itu titik matahari berjarak sepanjang semi
diameter (SD) Matahari sebesar 32 menit busur, maka jarak dari ufuk ke
10
titik pusat pada saat itu adalah ½ *32’ = 16’. Sehingga dalam
Astronomi posisi matahari pada saat itu adalah 1 drajat di atas ufuk. Jika di
gabungkan dengan penjelasan hadis yang di sebut diatas jadi awal waktu
nautika dan fajar sipil. Berbicara tentang fenomena fajar shadiq dalam
waktu dhuha adalah sangat berkaitan pula dengan ketinggian matahari dari
10
Muhammad Hadi Bashori, Pengantar Ilmu Falak, hlm. 157.
11
ufuk juga ketinggian tempatnya. Oleh karna itu untuk terbitnya matahari
tampak sangat redup) karna sekitar hamburan atsmosfer tinggi. Ini disebut
(Qs.52:49)
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
11
Sa’adoeddin Djambek. Pedoman Penentuan Jadwal Waktu Shalat Sepanjang Masa,
Jakarta: Bulan bintang th.1974M/ 1394 H, hlm. 32.
12
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research)
2. Kehadiran Peneliti
sebagai penggali data dan pencari informasi yang dibutuhkan yang terjun
3. Lokasi Penelitian
13
Penelitian ini berlokasi Lingkungan Karang Kemong, Cakranegara
Barat.
a. Data Primer
Waktu Shalat Isyraq. Dalam penelitian ini data primer yang digunakan
b. Data Skunder
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
telah ditetapkan.12
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D (Bandung Alfabeta,
2017) hlm. 224.
14
Adapun untuk memperoleh data, prosedur pengumpulan data yang
a. Metode Observasi
kemong.
b. Metode Wawancara
untuk bertukar informasi dan ide melalui taya jawab, sehingga dapat
c. Dokumentasi
13
Ibid hlm, 187.
14
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian,(CV. Pustaka Setia, Bandung, 2008) , hlm.
190.
15
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa data, catatan-catatan, surat
6. Analisis Data
7. Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, untuk lebih validnya data atau informasi yang
H. Sistematika Pembahasan
15
Ibid, hlm. 206
16
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Hasil penelitian ini akan
BAB I : Pendahuluan, pada bab ini peneliti memuat latar belakang, rumusan
Shalat Isyraq di desa Karang Kemong. Bab ini meliputi, Profil Desa Karang
Kemong, Awal Waktu shalat Isyraq dalam pandangan Astronomi dan Fikih. .
BAB III : Tinjauan Fikih Dan Astronomi Terhadap Penentuan Awal Waktu
Shalat Isyraq. Bab ini meneliti kapan terjadinya shalat sunnah Isyraq dan
penelitian, hal ini penting sekali sebagai penegasan terhadap hasil penelitian
yang tercantum dalam bab II dan bab III. Sedangkan saran merupakan
harapan penulis kepada semua pihak yang terkait dalam masalah ini, agar
maksimal.
17