Anda di halaman 1dari 2

B.

Ruang lingkup ilmu falak


Pembahasan ilmu falak ialah mempelajari benda-benda langit, khususnya
matahari, bulan dan bumi dari segi peredaran, ukuran, posisi dan jarak antara
matahari, bumi dan bulan. Peredaran matahari, bulan dan bumi menyebabkan
terjadi perubahan waktu dari detik, menit, jam, hari bulan, tahun, abad dan
seterusnya. Manusia sangat berhajat kepada waktu dalam menjalani aktivitasnya
baik untuk kepentingan umum maupun untuk kepantingan ibadah.
Pembahasan ilmu falak berkaitan erat dengan kebutuhan ibadah umat
Islam, seperti menetapkan posisi atau arah kiblat dari berbagai penjuru daerah di
bumi, menetapkan waktu-waktu shalat, baik melalui hisab dengan rumus tertentu
maupun melalui observasi (rukyat), dan penetapan awal bulan Qamariah
(Ramadan dan Syawal) untuk kepentingan ibadah puasa Ramadan dan Idul Fitri.
Beberapa pembahasan/ruang lingkup dalam ilmu falak yaitu:
1. Penetapan arah kiblat
kiblat adalah arah yang dihadap orang Islam ketika melaksanakan
shalat, yaitu arah menuju Ka’bah di Mekah. Umat Islam sebelum berkiblat
ke Ka’bah di Mekah kiblat shalatnya ke arah Masjid al-Aqsha di Pelestina,
pada tahun kedua hijriah terjadi perubahan arah kiblat.
Dalam masalah menghadap kiblat ulama berbeda pendapat. Pertama,
harus menghadap ke kiblat secara tepat. Pendapat ini dipelopori Imam asy-
Syafi’I, oleh karena itu, jika setelah shalat diketahui bahwa arah kiblat
tidak tepat (salah), maka shalat harus diulang. Kedua, hanya menghadap
ke arah kiblat saja, pendapat ini dipelopori Imam Abu Hanifah dan Imam
Malik. Menurut mereka orang hanya dituntut untuk berusaha menghadap
ke arah kiblat, seperti perintah dalam surat al-Baqarah ayat 144. Oleh
karena itu orang yang salat dengan menghadap arah kiblat yang ditetepkan
berdasarkan hasil ijtihad, sholatnya sah.
2. Penetapan waktu shalat
Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa shalat fardhu yang terdiri dari
shalat zuhur, ashar maghrib, isya’ dan shubuh telah ditentukan waktu
permulaan dan akhirnya, masing-masing shalat fardhu mempunyai rentang
lama waktu yang berbeda contohnya shalat zuhur dimulai ketika matahari
telah tergelincir ke arah barat dan berakhir ketika waktu ashar masuk. Dari
mulai tergelincir matahari sampai masuk waktu ashar dapat dihitung lama
waktunya.
3. Penetapan awal bulan Qamariyah
Secara terminologis kata qamar adalah “bulan pada setiap keadaan”
atau “bulan sabit yang kelihatan setelah beberapa saat terjadi ijtimak”.
Peredaran bulan mengitari bumi menyebabkan terjadi perubahan waktu,
artinya terjadi perubahan waktu disebabkan perdaran bulan. Bulan
kelihatan bercahaya karena mendapat sinar dari matahari sehingga terlihat
di bumi bulan bersinar terang.
Ahli falak dalam penetapan awal bulan qamariah menggunakan dua
metode. Pertama, menggunakan metode rukyah al-hilal,yaitu melihat hilal
secara langsung dengan mata. Kedua, menggunakan metode hisab yaitu
menghitung posisi dan ketinggian hilal saat matahari terbenam setelah
terjadi ijtima’.
4. Penentuan gerhana matahari atau gerhana bulan
Gerhana matahari (Khusufusy-Syams) adalah hilangnya cahaya
matahari sebagian atau keseluruhannya pada waktu siang. Adapun gerhana
bulan (Khusuful Qamar) adalah hilangnya cahaya bulan sebagian atau
keseluruhannya pada waktu malam.
Pembahasan utama dalam penentuan gerhana adalah menentukan
menghitung waktu gerhana, yaitu ketika terjadi kontak antara matahari dan
bulan. Apabila matahari menutupi bulan, sehingga bulan tidak kelihatan
disebut gerhana bulan dan apabila bulan menutupi matahari sehingga
matahari tidak kelihatan disebut gerhana matahari.

Anda mungkin juga menyukai