Anda di halaman 1dari 20

SHALAT FARDU

Pengertian Shalat Wajib/Fardhu, Hukum, Rukun, Syarat Sah, Tujuan Dan Kondisi Batal Sholat

A. Definisi & Pengertian Sholat Fardhu / Wajib Lima Waktu Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan persyaratkan yang ada. B. Hukum, Tujuan dan Syarat Solat Wajib Fardhu Ain Hukum sholat fardhu lima kali sehari adalah wajib bagi semua orang yang telah dewasa atau akil baligh serta normal tidak gila. Tujuan shalat adalah untuk mencegah perbuatan keji dan munkar. Untuk melakukan shalat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu, yaitu : 1. Beragama Islam 2. Memiliki akal yang waras alias tidak gila atau autis 3. Berusia cukup dewasa 4. Telah sampai dakwah islam kepadanya 5. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas, dan lain sebagainya 6. Sadar atau tidak sedang tidur

Syarat sah pelaksanaan sholat adalah sebagai berikut ini : 1. Masuk waktu sholat 2. Menghadap ke kiblat 3. Suci dari najis baik hadas kecil maupun besar 4. Menutup aurat

C. Rukun Shalat Dalam sholat ada rukun-rukun yang harus kita jalankan, yakni : 1. Niat 2. Posisis berdiri bagi yang mampu

3. Takbiratul ihram 4. Membaca surat al-fatihah 5. Ruku / 6. Itidal 7. Sujud 8. Duduk di antara dua sujud 9. Sujud kedua 10. Tasyahud 11. Membaca salawat Nabi Muhammad SAW 12. Salam ke kanan lalu ke kiri 13.tumakninah

D. Yang Membatalkan Aktivitas Sholat Kita Dalam melaksanakan ibadah salat, sebaiknya kita memperhatikan hal-hal yang mampu membatalkan shalat kita, contohnya seperti : 1. Menjadi hadas / najis baik pada tubuh, pakaian maupun lokasi 2. Berkata-kata kotor 3. Melakukan banyak gerakan di luar sholat bukan darurat 4. Gerakan sholat tidak sesuai rukun shalat dan gerakan yang tidak tumaninah.

Waktu Shalat Fardhu Shalat Lima Waktu adalah shalat fardhu (shalat wajib) yang dilaksanakan lima kali sehari. Hukum shalat ini adalah Fardhu Ain, yakni wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang telah menginjak usia dewasa (pubertas), kecuali berhalangan karena sebab tertentu. Shalat Lima Waktu merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Allah menurunkan perintah sholat ketika peristiwa Isra Miraj. Sesungguhnya solat itu diwajibkan atas orang-orang yang beriman menurut waktuwaktu yang tertentu ( Q.S. An-Nisa :103 ) Dirikanlah solat ketika gelincir matahari hingga waktu gelap malam dan dirikanlah solat subuh sesungguhnya solat subuh itu adalah disaksikan (keistimewaannya). ( Q.S. Al-Isra : 78 ) Dengan berkembangnya peradaban manusia, berbagai kemudahan-kemudahan diciptakan untuk membuat manusia lebih praktis dalam segala hal termasuk dalam

beribadah khususnya shalt fardu. Saat ini kita mengetahui banyak sekali diterbitkan jadwal waktu shalat dari berbagai instansi maupun organisasi antara lain; Departemen Agama, PP Muhammadiyah, PP Persis, PP Nahdatul Ulama (NU) dsb. Namun kesemuanya tidak dapat dilepaskan dari kaidah yang sebenarnya digunakan untuk menentukan waktu shalat yaitu Pergerakan Matahari dilihat dari bumi. Sebelum manusia menemukan hisab/perhitungan falak/astronomi, pada zaman Rasulullah waktu shalat ditentukan berdasarkan observasi terhadap gejala alam dengan melihat langsung matahari. lalu berkembang dengan dibuatnya jam suria serta jam istiwa atau jam matahari dengan kaidah bayangan matahari. Dari sudut fiqih waktu shalat fardhu seperti dinyatakan di dalam kitab-kitab fiqih adalah sebagi berikut :

Shubuh, terdiri dari 2 rakaat Waktu Subuh Waktunya bermula dari terbit fajar sidiq sehingga terbit matahari (syuruk). Fajar sidiq ialah cahaya putih yang melintang mengikut garis lintang ufuk di sebelah Timur. Menjelang pagi hari, fajar ditandai dengan adanya cahaya yang menjulang tinggi (vertikal) di horizon Timur yang disebut fajar kidzib. Lalu kemudian menyebar di cakrawala (secara horizontal), dan ini dinamakan fajar shiddiq. Secara astronomis Subuh dimulai saat kedudukan matahari sebesar s di bawah horizon Timur sampai sebelum piringan atas matahari menyentuh horizon yang terlihat (ufuk Mari). Di Indonesia khususnya Depag menganut kriteria sudut S sebesar 20 di bawah horison Timur.

Bagi pemula : Waktu Shubuh diawali dari munculnya fajar shaddiq, yakni cahaya putih yang melintang di ufuk timur. Waktu shubuh berakhir ketika terbitnya matahari.

Zhuhur, terdiri dari 4 rakaat .Waktu Zuhur Disebut juga waktu istiwa (zawaal) terjadi ketika matahari berada di titik tertinggi. Istiwa juga dikenal dengan sebutan tengah hari (midday/noon). Pada saat istiwa, mengerjakan ibadah shalat (baik wajib maupun sunnah) adalah haram. Waktu zhuhur tiba sesaat setelah istiwa, yakni ketika matahari telah condong ke arah barat. Waktu tengah hari dapat dilihat pada almanak astronomi atau dihitung dengan menggunakan algoritma tertentu. Secara astronomis, waktu Zhuhur dimulai ketika tepi piringan matahari telah keluar dari garis zenith, yakni garis yang menghubungkan antara pengamat dengan pusat letak matahari ketika berada di

titik tertinggi (istiwa). Secara teoretis, antara istiwa dengan masuknya zhuhur membutuhkan waktu 2,5 menit, dan untuk faktor keamanan, biasanya pada jadwal shalat, waktu zhuhur adalah 5 menit setelah istiwa (sudut z).

Bagi pemula : Waktu Zhuhur diawali jika matahari telah tergelincir (condong) ke arah barat, dan berakhir ketika masuk waktu Ashar. Khusus pada hari Jumat, Muslim laki-laki wajib melaksanakan Shalat Jumat di masjid secara berjamaah (bersama-sama) sebagai pengganti Shalat Zhuhur. Shalat Jumat tidak wajib dilakukan oleh perempuan, atau bagi mereka yang sedang dalam perjalanan (musafir).

Ashar, terdiri dari 4 rakaat. Waktu Ashar Menurut mazhab Syafii, Maliki, dan Hambali, waktu Ashar diawali jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri. Sementara madzab Imam Hanafi mendefinisikan waktu Ashar jika panjang bayang-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu Ashar dapat dihitung dengan algoritma tertentu yang menggunakan trigonometri tiga dimensi. Secara astronomis ketinggian matahari saat awal waktu ashar dapat bervariasi tergantung posisi gerak tahunan matahari/gerak musim. Di Indonesia khususnya Depag menganut kriteria waktu Ashar adalah saat panjang bayangan = panjang benda + panjang bayangan saat istiwa.

Bagi pemula : Waktu Ashar diawali jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri. Khusus untuk madzab Imam Hanafi, waktu Ahsar dimulai jika panjang bayang-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu Ashar berakhir dengan terbenamnya matahari.

Maghrib, terdiri dari 3 rakaat.Waktu Maghrib Waktunya bermula apabila matahari terbenam sampai hilangnya cahaya merah di langit Barat. Secara astronomis waktu maghrib dimulai saat seluruh piringan matahari masuk ke horizon yang terlihat (ufuk Mari) sampai kedudukan matahari sebesar m di bawah horizon Barat. Di Indonesia khususnya Depag menganut kriteria sudut m sebesar 18 di bawah horison Timur.

Bagi pemula : Waktu Maghrib diawali dengan terbenamnya matahari, dan berakhir dengan masuknya waktu Isya. Isya, terdiri dari 4 rakaat.Waktu Isya Waktu Isya didefinisikan dengan ketika hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit Barat, hingga terbitnya fajar shaddiq

di Langit Timur. Secara astronomis, waktu Isya merupakan kebalikan dari waktu Subuh. Secara astronomis Isya dimulai saat kedudukan matahari sebesar i di bawah horizon Barat sampai sebelum posisi matahari sebesar 20 di bawah horizon Timur.

Bagi pemula : Waktu Isya diawali dengan hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit barat, dan berakhir hingga terbitnya fajar shaddiq keesokan harinya.

Akibat pergerakan semu matahari 23,5 ke Utara dan 23,5 ke Selatan selama periode 1 tahun, waktu-waktu tersebut bergesar dari hari-kehari. Akibatnya saat waktu shalat juga mengalami perubahan. oleh sebab itulah jadwal waktu shalat disusun untuk kurun waktu selama 1 tahun dan dapat dipergunakan lagi pada tahun berikutnya. Selain itu posisi atau letak geografis serta ketinggian tempat juga mempengaruhi kondisikondisi tersebut di atas.

Diagram Waktu Shalat berdasarkan posisi matahari Berdasarkan konsep waktu menggunakan posisi matahari secara astronomis para ahli kini berusaha membuat formulasi berdasarkan letak geografis dan ketinggian suatu tempat di permukaan bumi dalam bentuk sebuah program komputer yang dapat menggenerate sebuah tabulasi data secara akurat dalam sebuah Jadwal Waktu Shalat. Kini software waktu shalat terus dibuat dan dikembangkan diantaranya: Accurate Times, Athan Software, Prayer Times, Mawaqit, Shalat Time dsb. serta software produksi BHR Departemen Agama yang disebarluaskan secara nasional yaitu Winhisab. Program ini masih terlalu sederhana untuk kelas Nasional dan saya yakin BHR bisa membuat yang lebih baik lagi.

Manfaat Shalat Fardhu


Ali bin Abi Talib r.a. berkata, Sewaktu Rasullullah SAW duduk bersama para sahabat Muhajirin dan Ansar, maka dengan tiba-tiba datanglah satu rombongan orangorang Yahudi lalu berkata, Ya Muhammad, kami hendak bertanya kepada kamu kalimat-kalimat yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa A.S. yang tidak diberikan kecuali kepada para Nabi utusan Allah atau malaikat muqarrab. Lalu Rasullullah SAW bersabda, Silahkan bertanya. Berkata orang Yahudi, Coba terangkan kepada kami tentang 5 waktu yang diwajibkan oleh Allah ke atas umatmu. Sabda Rasullullah saw, Shalat Zuhur jika tergelincir matahari, maka bertasbihlah segala sesuatu kepada Tuhannya. Shalat Asar itu ialah saat ketika Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Shalat Maghrib itu adalah saat Allah menerima taubat Nabi Adam a.s. Maka setiap mukmin yang bershalat Maghrib dengan ikhlas dan kemudian dia berdoa meminta sesuatu pada Allah maka pasti Allah akan mengkabulkan permintaannya. Shalat Isyak itu ialah shalat yang dikerjakan oleh para Rasul sebelumku. Shalat Subuh adalah sebelum terbit matahari. Ini kerana apabila matahari terbit, terbitnya di antara dua tanduk syaitan dan di situ sujudnya setiap orang kafir. Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan dari Rasullullah saw, lalu mereka berkata, Memang benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakanlah kepada kami apakah pahala yang akan diperoleh oleh orang yang shalat. Rasullullah SAW bersabda, Jagalah waktu-waktu shalat terutama shalat yang pertengahan. Shalat Zuhur, pada saat itu nyalanya neraka Jahanam. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat pada ketika itu akan diharamkan ke atasnya uap api neraka Jahanam pada hari Kiamat. Sabda Rasullullah saw lagi, Manakala shalat Asar, adalah saat di mana Nabi Adam a.s. memakan buah khuldi. Orang-orang mukmin yang mengerjakan shalat Asar akan diampunkan dosanya seperti bayi yang baru lahir. Selepas itu Rasullullah saw membaca ayat yang bermaksud, Jagalah waktuwaktu shalat terutama sekali shalat yang pertengahan. Shalat Maghrib itu adalah saat di mana taubat Nabi Adam a.s. diterima. Seorang mukmin yang ikhlas mengerjakan shalat Maghrib kemudian meminta sesuatu daripada Allah, maka Allah akan perkenankan.

Sabda Rasullullah saw, Shalat Isya (atamah). Katakan kubur itu adalah sangat gelap dan begitu juga pada hari Kiamat, maka seorang mukmin yang berjalan dalam malam yang gelap untuk pergi menunaikan shalat Isyak berjamaah, Allah S.W.T haramkan dirinya daripada terkena nyala api neraka dan diberikan kepadanya cahaya untuk menyeberangi Titian Sirath. Sabda Rasullullah saw seterusnya, Shalat Subuh pula, seseorang mukmin yang mengerjakan shalat Subuh selama 40 hari secara berjamaah, diberikan kepadanya oleh Allah S.W.T dua kebebasan yaitu: 1. Dibebaskan daripada api neraka. 2. Dibebaskan dari nifaq. Setelah orang Yahudi mendengar penjelasan daripada Rasullullah saw, maka mereka berkata, Memang benarlah apa yang kamu katakan itu wahai Muhammad (saw). Kini katakan pula kepada kami semua, kenapakah Allah S.W.T mewajibkan puasa 30 hari ke atas umatmu? Sabda Rasullullah saw, Ketika Nabi Adam memakan buah pohon khuldi yang dilarang, lalu makanan itu tersangkut dalam perut Nabi Adam a.s. selama 30 hari. Kemudian Allah S.W.T mewajibkan ke atas keturunan Adam a.s. berlapar selama 30 hari. Sementara diizin makan di waktu malam itu adalah sebagai kurnia Allah S.W.T kepada makhluk-Nya. Kata orang Yahudi lagi, Wahai Muhammad, memang benarlah apa yang kamu katakan itu. Kini terangkan kepada kami mengenai ganjaran pahala yang diperolehi daripada berpuasa itu. Sabda Rasullullah saw, Seorang hamba yang berpuasa dalam bulan Ramadhan dengan ikhlas kepada Allah S.W.T, dia akan diberikan oleh Allah S.W.T 7 perkara: 1. Akan dicairkan daging haram yang tumbuh dari badannya (daging yang tumbuh daripada makanan yang haram). 2. Rahmat Allah sentiasa dekat dengannya. 3. Diberi oleh Allah sebaik-baik amal. 4. Dijauhkan daripada merasa lapar dan dahaga. 5. Diringankan baginya siksa kubur (siksa yang amat mengerikan). 6. Diberikan cahaya oleh Allah S.W.T pada hari Kiamat untuk menyeberang Titian Sirath.

7. Allah S.W.T akan memberinya kemudian di syurga. Kata orang Yahudi, Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Katakan kepada kami kelebihanmu di antara semua para nabi. Sabda Rasullullah saw, Seorang nabi menggunakan doa mustajabnya untuk membinasakan umatnya, tetapi saya tetap menyimpankan doa saya (untuk saya gunakan memberi syafaat kepada umat saya di hari kiamat). Kata orang Yahudi, Benar apa yang kamu katakan itu Muhammad. Kini kami mengakui dengan ucapan Asyhadu Alla illaha illallah, wa annaka Rasulullah (kami percaya bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan engkau utusan Allah). Sedikit peringatan untuk kita semua: Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Surah AlBaqarah: ayat 155) Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Surah Al-Baqarah: ayat 286)

Dosa Meninggalkan Shalat Fardhu


1. Shalat Subuh : satu kali meninggalkan akan dimasukkan ke dalam neraka selama 30 tahun yang sama dengan 60.000 tahun di dunia. 2. Shalat Dzuhur : satu kali meninggalkan dosanya sama dengan membunuh 1.000 orang umat islam. 3. Shalat Ashar : satu kali meninggalkan dosanya sama dengan menutup/ meruntuhkan kabah. 4. Shalat Maghrib : satu kali meninggalkan dosanya sama dengan berzina dengan orangtua. 5. Shalat Isya : satu kali meninggalkan tidak akan di ridhoi Allah SWT tinggal di bumi atau di bawah langit serta makan dan minum dari nikmatnya. 6 Siksa di Dunia Orang yang Meninggalkan Shalat Fardhu : Allah SWT mengurangi keberkatan umurnya. Allah SWT akan mempersulit rezekinya. Allah SWT akan menghilangkan tanda/cahaya sholeh dari raut wajahnya. Orang yang meninggalkan sholat tidak mempunyai tempat di dalam islam.

Amal kebaikan yang pernah dilakukannya tidak mendapatkan pahala dari Allah SWT. Allah tidak akan mengabulkan do'anya.

3 Siksa Orang yang Meninggalkan Sholat Fardhu Ketika Menghadapi Sakratul Maut : 1. Orang yang meninggalkan sholat akan menghadapi sakratul maut dalam keadaan hina. 2. Meninggal dalam keadaan yang sangat lapar. 3. Meninggal dalam keadaan yang sangat haus.

3 Siksa Orang yang Meninggalkan Sholat Fardhu di Dalam Kubur : 1. Allah SWT akan menyempitkan kuburannya sesempit sempitnya. 2. Orang yang meninggalkan sholat kuburannya akan sangat gelap. 3. Disiksa sampai hari kiamat tiba.

3 Siksa Orang yang Meninggalkan Sholat Fardhu Ketika Bertemu Allah : 1. Orang yang meninggalkan sholat di hari kiamat akan dibelenggu oleh malaikat. 2. Allah SWT tidak akan memandangnya dengan kasih sayang. 3. Allah SWT tidak akan mengampunkan dosa-dosanya dan akan di azab sangat pedih di neraka. Mengenai balasan bagi orang yang meninggalkan Sholat Fardu: "Rasulullah SAW, diperlihatkan pada suatu kaum yang membenturkan kepala mereka pada batu, Setiap kali benturan itu menyebabkan kepala pecah, kemudian ia kembali kepada keadaan semula dan mereka tidak terus berhenti melakukannya. Lalu Rasulullah bertanya: "Siapakah ini wahai Jibril"? Jibril menjawab: "Mereka ini orang yang berat kepalanya untuk menunaikan Sholat fardhu". (Hadits Riwayat Tabrani, sanad shahih) Sumber : Dari Buku Himpunan Fadhilah Amal.. Karya : Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandhalawi hal 107.

SHALAT JENAZAH

1. Hukum shalat jenazah adalah fardhu kifayah berdasarkan keumuman perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menyalati jenazah seorang muslim. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang orang yang bunuh diri dengan anak panah: Shalatkanlah saudara kalian. [HR Muslim]. 2.Tata cara shalat jenazah. a. Imam berdiri sejajar dengan kepala mayit lelaki dan bila mayitnya wanita, imam berdiri di bagian tengahnya. Makmum berdiri di belakang imam. Disunnahkan untuk berdiri tiga shaf (barisan) atau lebih. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang menyalatkan jenazah dengan tiga shaf, maka sesungguhnya dia diampuni. [HR At Tirmidzi]

b. Kemudian bertakbir yang pertama, membaca Al Fatihah setelah ta'awwudz, tidak membaca do'a iftitah sebelum Al Fatihah. Kemudian takbir yang kedua, membaca shalawat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana dalam tasyahhud. Setelah takbir yang ketiga, membaca do'a untuk mayit. Sebaik-baik do'a adalah sebagai berikut: Wahai, Allah! Ampunilah orang yang hidup di antara kami dan orang yang mati, yang hadir dan yang tidak hadir, (juga) anak kecil dan orang dewasa, lelaki dan wanita kami. [HR At Tirmidzi]

Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu meriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau menambahkan: Wahai, Allah! Orang yang Engkau hidupkan di antara kami, maka hidupkanlah dia di atas keimanan. Dan orang yang Engkau wafatkan di antara kami, maka wafatkanlah ia di atas keimanan. Wahai, Allah! Janganlah Engkau halangi kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau sesatkan kami sesudahnya. [HR Abu Dawud]. Wahai, Allah! Berilah ampunan baginya dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah ia. Berilah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah ia dengan air, es dan salju. Bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya semula, isteri yang lebih baik dari isterinya semula. Masukkanlah ia ke dalam surga, lindungilah dari adzab kubur dan adzab neraka. [HR Muslim dari 'Auf bin Malik] Apabila mayitnya seorang wanita, maka diganti dengan dhamir muannats. ( ....) c. Kemudian takbir yang keempat dan berhenti sejenak. Kemudian salam ke arah kanan sekali salam. Syaikh Ibnu Utsaimin menegaskan: "Pendapat yang benar, ialah tidak masalah (jika) salam dua kali, karena hal ini telah tertera di sebagian hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam." [Lihat Asy Syarhul Mumti' (5/424)] Di antara dalil yang menunjukkan salam dua kali dalam shalat jenazah, yaitu hadits Ibnu Mas'ud.

, (Ada) tiga kebiasaan (yang pernah) dikerjakan Rasulullah n , namun kebanyakan orang meninggalkannya. Salah satunya, (yaitu) salam dalam shalat jenazah seperti salam di dalam shalat. (HR Al Baihaqi). Maksudnya, dua kali salam seperti yang telah kita ketahui.

Syaikh Al Albani menyatakan, diperbolehkan hanya dengan satu kali salam yang pertama saja, karena hadits Abu Hurairah: Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu shalat jenazah; Beliau bertakbir empat kali dan salam satu kali. (HR Ad Daraquthni dan Al Hakim). Al Baihaqi meriwayatkan dari jalan Abul 'Anbas dari bapaknya dari Abu Hurairah.(Ahkamul Janaiz, 128). Dan disunnahkan untuk sirri (pelan) saat mengucapkan salam pada shalat jenazah.

d.Disunnahkan mengangkat tangan pada setiap kali takbir. Terdapat hadits yang shahih dari Ibnu Umar secara mauquf, bahwasanya beliau mengerjakannya. Hadits ini memiliki hukum marfu', karena hal seperti ini tidak mungkin dikerjakan oleh seorang sahabat dengan hasil ijtihadnya. Ibnu Hajar berkata: "Terdapat riwayat shahih dari Ibnu Abbas, bahwasanya beliau mengangkat tangannya pada seluruh takbir jenazah." [Diriwayatkan oleh Sa'id, di dalam At Talkhishul Habir (2/147)].

3.Tidak diperbolehkan shalat jenazah pada tiga waktu yang dilarang untuk mengerjakan shalat.Yaitu ketika matahari terbit hingga naik setinggi tombak, ketika matahari sepenggalah hingga tergelincir dan ketika matahari condong ke barat hingga terbenam. Ini disebutkan sebagaimana di dalam hadits 'Uqbah bin 'Amir.

4. Bagi kaum wanita, diperbolehkan untuk menyalatkan jenazah dengan berjama'ah. Dan tidak mengapa apabila shalat sendirian, karena dahulu Aisyah radhiyallahu 'anha menyalatkan jenazah Sa'ad bin Abi Waqqash.

5. Apabila terkumpul lebih dari satu jenazah dan terdapat mayat lelaki dan wanita, maka boleh dishalatkan dengan bersama-sama. Jenazah lelaki meskipun anak kecil, diletakkan paling dekat dengan imam. Dan jenazah wanita diletakkan ke arah kiblatnya imam. Yang paling afdhal di antara mereka, diletakkan di dekat adalah yang paling dekat dengan imam.

6.Dalam menyalatkan mayit, disunnahkan dengan jumlah yang banyak dari kaum muslimin. Semakin banyak jumlahnya, maka semakin baik. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah seorang yang mati, kemudian dishalatkan oleh kaum muslimin, jumlahnya mencapai seratus orang, semuanya mendo'akan untuknya, niscaya mereka bisa memberikan syafa'at untuknya. [HR Muslim]. Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, kemudian dishalatkan oleh empatpuluh orang yang tidak menyekutukan Allah, niscaya Allah akan memberikan syafa'at kepada mereka untuknya. [HR Muslim].

7. Apabila seseorang masbuq setelah imam salam, maka dia meneruskan shalatnya sesuai dengan sifatnya. Ibnu Qudamah rahimahullah berkata: "Apabila dia salam dan tidak mengqadha', tidaklah mengapa. Karena Ibnu Umar berkata,'Tidak mengqadha'. Dan dikarenakan shalat jenazah merupakan takbir-takbir yang beruntun ketika berdiri'." [Lihat Al Mughni (2/511)].

8. Apabila tertinggal dari shalat jenazah secara berjama'ah, maka dia shalat sendirian selama belum dikubur. Apabila sudah dikubur, maka dia shalat jenazah di kuburnya. Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam

shalat jenazah di kuburan setelah mayat dikuburkan semalam. Suatu ketika setelah jarak tiga hari dan pernah jarak satu bulan. Beliau tidak memberikan batas waktu tertentu. [Lihat Zaadul Ma'ad (1/512)].

Jadi diperbolehkan shalat jenazah di kuburan mayat tersebut dan tidak ada batas waktu tertentu, dengan syarat bahwa ketika mayat tersebut mati, orang yang menyalatkan sudah menjadi orang yang sah shalatnya.

9. Diperbolehkan shalat ghaib bagi mayat yang belum di shalatkan di tempatnya semula. Karena Nabi menyalatkan Raja Najasyi yang meninggal dunia ketika Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam mengetahui berita kematiannya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: "Pendapat yang benar, mayat ghaib yang mati di tempat (di negara) yang belum dishalatkan disana, maka dishalatkan shalat ghaib. Sebagaimana Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyalatkan Najasyi, karena dia mati di lingkungan orang kafir dan belum dishalatkan di tempatnya tersebut. Apabila sudah dishalatkan, maka tidak dishalatkan shalat ghaib, karena kewajiban sudah gugur. Suatu saat, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyalatkan mayat yang ghaib, dan juga suatu ketika tidak menyalatkannya. Beliau mengerjakan dan Beliau meninggalkannya. Demikian ini merupakan sunnah. Yang satu dalam keadaan tertentu, dan yang lainnya dalam keadaan yang berbeda. Wallahu a'lam. Dan ini, juga merupakan pendapat yang dipilih Ibnul Qayyim rahimahullah." [Lihat Zaadul Ma'ad (1/520)].

10. Diperbolehkan untuk menyalatkan mayat yang dibunuh karena ditegakkan hukum Islam atas diri si mayit. Sebagaimana di dalam hadits Muslim tentang kisah wanita Juhainah yang berzina, kemudian bertaubat. Usai dirajam, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyalatkannya.

11. Seorang pemimpin kaum muslimin/ahli ilmu dan tokoh agama tidak menyalatkan orang yang mencuri harta rampasan perang,atau orang yang mati bunuh diri. Dahulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mau menyalatkan seorang yang mencuri harta rampasan perang, akan tetapi Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam

memerintahkan para sahabat untuk menyalatkannya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Shalatkanlah saudara kalian. [HR Abu Dawud]. Dan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mau menyalatkan orang yang mati karena bunuh diri. Dari Jabir bin Samurah Radhiyallahu 'anhu , berkata: Seseorang yang membunuh dirinya dengan anak panah didatangkan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian Beliau tidak mau menyalatkannya. [HR Muslim].

Hal ini karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai imam (pemimpin), maka Beliau tidak mau menyalatkan supaya menjadi pelajaran bagi orang yang semisalnya. Akan tetapi, bagi kaum muslimin wajib untuk menyalatkannya.

12. Demikian pula bagi orang yang mati sedangkan dia meninggalkan hutang, maka dia juga dishalatkan.

13. Shalat jenazah boleh dikerjakan di dalam masjid. Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha , beliau berkata: Demi, Allah! Tidaklah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyalatkan jenazah Suhail bin Baidha' dan saudaranya (Sahl), kecuali di masjid. [HR Muslim].

Akan tetapi, yang afdhal, dikerjakan di luar masjid, di tempat khusus yang disediakan untuk shalat jenazah, sebagaimana pada zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam . [Lihat Ahkamul Janaiz (106), Asy Syarhul Mumti' (5/444)].

NAJIS DAN CARA MENGHILANGKANNYA

Najis adalah setiap benda kotor yang bisa mencegah keabsahan shalat, selagi tidak ada keringanan (misal keringanan adalah najis-najis yang dimaafkan/di-mafu, seperti darah yang sangat sedikit, najis yang tidak bisa terlihat, dsb).

Najis Mukhoffafah (najis ringan),


yaitu najis yang cara menghilangkannya cukup dengan memercikkan air ke tempat yang terkena najis (tidak harus dicuci). Najis yang masuk kategori ini adalah : a) Kencing anak laki-laki yang belum memakan makanan lain sebagai makanan pokok selain ASI (Air Susu Ibu).


Kencing anak kecil laki-laki (yang belum makan selain ASI) cukup dipercikkan, sedangkan kencing anak perempuan harus dicuci (H.R Ibnu Majah) b) Madzi : cairan tipis dan lengket yang keluar dari kemaluan karena bangkitnya syahwat. Sahl bin Hunaif pernah bertanya kepada Rasulullah shollallalahu alaihi wasallam: Bagaimana dengan pakaian yang terkena madzi? Nabi menjawab :


Cukup engkau mengambil seciduk air dengan tangan lalu percikkan di bagian pakaian yang terkena madzi (H.R Abu Dawud, atTirmidzi)

Najis Mutawassithoh (najis pertengahan),


yaitu najis yang cara menghilangkannya dengan cara mencuci dengan air (atau media lain) sampai hilang najis tersebut. Najis yang masuk kategori ini adalah: a) Kencing dan kotoran manusia (selain anak kecil laki yang hanya makan ASI). b) Kencing dan kotoran hewan-hewan tertentu yang terdapat dalil kenajisannya. c) Wadi, cairan putih yang keluar mengiringi kencing atau keluar karena keletihan.

d) Darah haidh dan nifas. e) Bangkai, yaitu binatang yang mati tidak melalui penyembelihan syari. f) Babi, (Q.S al-Anaam:145) g) Daging keledai piaraan. Pada perang Khaibar Nabi mengharamkan daging keledai jinak (piaraan) dan menyatakan bahwa itu najis (H.R alBukhari dan Muslim dari Anas)

Najis Mugholladzhoh (najis berat),


yaitu najis yang cara menghilangkannya adalah dengan mencuci bagian yang terkena najis 7 kali dan salah satunya dengan tanah. Najis ini adalah najisnya jilatan anjing.

Apakah Media/ Alat untuk Menghilangkan Najis Haruslah Air, Atau Boleh menggunakan media apa saja asalkan najis Hilang? Jawaban : Syaikh al-Utsaimin menjelaskan bahwa media apa saja bisa digunakan untuk menghilangkan najis. Intinya, tujuannya adalah agar zat najis itu hilang. Ini adalah pendapat dari al-Imam Abu Hanifah. Walaupun tetap saja kita berpendapat bahwa media terbaik dan paling utama untuk menghilangkan najis adalah air. Terdapat dalil-dalil yang menunjukkan bahwa suatu najis bisa dihilangkan tidak hanya dengan air, contohnya: perintah istijmar (menghilangkan najis kotoran atau kencing pada saat buang air dengan batu), menjadi sucinya bagian bawah pakaian wanita dengan tanah yang dilalui berikutnya, dan semisalnya.

Apakah Kencing dan Kotoran Binatang secara mutlak Najis? Jawaban: Tidak semua kencing dan kotoran binatang najis. Terdapat binatang-binatang yang kencing dan kotorannya tidak najis. Contohnya: Nabi memerintahkan kepada orang-orang yang berasal dari Uroynah yang mengalami sakit saat berkunjung ke Madinah untuk minum dari susu dan kencing unta


Dari Anas radhiyallaahu anhu bahwa orang-orang dari Uraiynah mengalami sakit akibat cuaca di Madinah. Maka Rasulullah shollallaahu alaihi wasallam memberikan

keringanan kepada mereka untuk mendatangi unta shodaqoh kemudian minum dari susu dan kencing unta tersebut (H.R alBukhari Muslim) Nabi shollallaahu alaihi wasallam juga pernah sholat di tempat kandang kambing, padahal kandang kambing pasti tidak lepas dari kotoran dan kencing.


Dari Anas radhiyallaahu anhu beliau berkata : Dulu Nabi shollallaahu alaihi wasallam sholat di kandang kambing sebelum dibangun masjid (H.R alBukhari dan Muslim) Nabi shollallaahu alaihi wasallam juga pernah berthawaf di Baitullah dengan menaiki unta. Padahal unta sangat mungkin untuk kencing dan buang kotoran di jalanan yang dilaluinya.

Dari Ibnu Abbas radhiyallaahu anhuma beliau berkata : Nabi shollallaahu alaihi wasallam thawaf pada waktu Haji Wada di atas unta mengusap Hajar Aswad dengan tongkat (H.R alBukhari dan Muslim) Atas dasar itulah al-Imam Ahmad dan Malik berpendapat bahwa kotoran dan kencing dari hewan yang halal dimakan adalah tidak najis. Sedangkan al-Imam asy-Syaukaany berpendapat bahwa semua kotoran dan kencing hewan adalah suci kecuali kotoran atau kencing hewan yang ditunjukkan oleh dalil bahwa itu najis. Berbeda dengan pendapat al-Imam asy-Syafii yang menyatakan bahwa semua kotoran dan kencing hewan adalah najis. Dalil-dalil yang telah dikemukakan di atas menunjukkan bahwa tidak semua kotoran dan kencing hewan adalah najis.

Apakah Semua Bangkai Najis? jawaban : Tidak semua bangkai najis. Ada 3 jenis bangkai yang tidak najis: 1. Bangkai manusia 2. Ikan dan belalang

3. Bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir ketika terbunuh atau terluka, seperti : lalat, nyamuk, serangga, dan semisalnya. Jelaskan Bagian Bangkai yang Najis dan Yang Tidak Jawab : Kulit bangkai menjadi suci dengan disamak. Jika tidak disamak, maka najis Anggota tubuh suatu hewan yang terpotong dalam keadaan hewan itu masih hidup, hukumnya sama dengan bangkai, yaitu najis.


Sesuatu yang terpotong dari hewan ternak dalam keadaan ia masih hidup, adalah bangkai (H.R Abu Dawud, atTirmidizi, Ibnu Majah) Contoh: jika kaki atau telinga seekor kambing terpotong, sedangkan kambingnya masih hidup pada saat itu, maka potongan itu adalah bangkai dan najis. - Tanduk, tulang, kuku, rambut, dan bulu dari bangkai adalah suci. Sebagian Ulama Salaf menggunakan tulang gajah untuk sisir.

Bagaimana Cara Menghilangkan Najis? Jawab : Cara menghilangkan najis adalah dengan berupaya menghilangkan warna, rasa, dan bau najis tersebut dengan berbagai media yang memungkinkan. Paling utama dengan air. Namun, jika masih tersisa warna atau sedikit baunya (setelah melalui upaya maksimal), maka yang demikian dimaafkan. Sebagaimana Khaulah bintu Yasar pernah bertanya kepada Nabi tentang cara membersihkan pakaian yang terkena darah haidh, Nabi bersabda:


Cukup bagimu (membersihkan) dengan air dan tidak mengapa (jika masih tersisa) bekasnya (H.R Abu Dawud, dihasankan Syaikh al-Albany -sanad hadits lemah namun ada penguat dari jalur lain secara mursal riwayat alBaihaqy) Apakah Ada Batasan Jumlah untuk Proses Pencucian Benda yang Terkena Najis? Jawab: Tidak ada batasan tertentu kecuali pada najis yang disebabkan jilatan anjing. Harus 7 atau 8 kali salah satunya dengan tanah.

Sucinya bejana kalian ketika dijilat anjing adalah dicuci 7 kali salah satunya dengan tanah (H.R Muslim)


Jika anjing menjilat di dalam bejana maka cucilah 7 kali dan lumurilah pada cucian ke-8 dengan tanah (H.R Ahmad)

Anda mungkin juga menyukai