Anda di halaman 1dari 14

ABSORPSI CAHAYA

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Gelombang adalah getaran yang merambat, yang membawa energi


selama perambatannya. Gelombang dibagi menjadi dua jenis, yaitu
brdasasarkan medium perambatannya terdiri dari gelombang mekanik dan
gelombang elektro magnetik, sedangkan berdasarkan arah rambatnya terdiri
dari gelombang longitudinal dan gelombang transversal. Bentuk ideal dari
suatu gelombang akan mengikuti gerak sinusoide. Salah satu jenis
gelombang yaitu gelombang cahaya (Surya, 2009).
Cahaya merupakan sejenis energi berbentuk gelombang
elektromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang yang dimiliki
sekitar 380-750 nm titik dalam kehidupan sehari-hari kita telah mengenal
beberapa jenis cahaya seperti cahaya matahari dan cahaya lampu. Cahaya
penting dalam kehidupan sebab tanpa adanya cahaya tidak mungkin ada
kehidupan. Jika bumi tidak mendapat cahaya dari matahari maka bumi akan
gelap gulita dan dingin sehingga tidak mungkin ada kehidupan. Cahaya
adalah suatu gelombang elektromagnetik yang tidak memerlukan medium
untuk merambat, sehingga cahaya dapat merambat tanpa memerlukan
medium. Oleh karena itu, cahaya matahari dapat sampai ke bumi dan
memberi kehidupan didalamnya. Cahaya merambat dengan kecepatan 3×10
m/s artinya dalam waktu satu sekon cahaya dapat menempuh jarak
300.000.000 m atau 300.000 km. Cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu,
diantaranya yaitu penyerapan atau absorbsi.
Absorbsi atau penyerapan adalah fenomena fisika atau kimia atau suatu
proses dimana atom, molekul atau ion memasuki fase ruah-bahan cair atau
padat. Dengan kata lain absorpsi adalah suatu kondisi diamana sesuatu
memasuki zat lain. Contoh peristiwa absorpsi cahaya adalah baju yang
dijemur di bawah sinar matahari. Menurut Syuhadah (2010) salah satu yang
mempengaruhi tingginaya koefisien penyerapan cahaya suatu bahan adalah
warna dari bahan tersebut, semakin gelap warna bahan yang digunakan,
maka semakin tinggi tingkat penyerapannya, akan tetapi pada percobaan
yang dilakukan Syuhadah (2010) di peroleh hasil penyerapan antara merah
yang lebih tinggi dibandingkan dengan hijau tua.
Afandi (2017) dalam penelitiannya meyatakan bahwa pada absorbsi
cahaya, warna yang cerah akan memantulkan daya serap cahaya, sedangkan
yang gelap akan menyerap cahaya. Hal ini terjadi karena warna yang gelap
memiliki daya serap yang tinggi, sedangkan warna yang cerah memiliki
daya serap yang tidak terlalu tinggi. Penelitian yang dilakukan Afandi
(2017) menggunakan 3 buah filter, yaitu hijau, merah dan biru, yang
memiliki nilai absorpsi yang tinggi adalah hijau. Namun pada penelitian ini
tidak dapat membedakan daya serap (absorpsi cahaya) pada filter merah dan
biru. Tidak dapat pula membedakan daya pantul yang lebih tinggi antara
filter merah dan biru. Menurut Rizqi (2017) dalam percobaan absorpsi
cahaya menggunakan lux meter untuk menentukan intensitas cahaya, namun
masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui cara penggunaan lux
meter.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka di lakukan percobaan
absorpsi cahaya untuk mengetahui daya serap dan daya pantul pada filter
merah, hijau, dan biru, serta mengetahui penggunan lux meter.

2. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan Absorpsi Cahaya adalah sebagai berikut.


a. Menetukan intensitas cahaya secara langsung.
b. Menetukan daya pantul (refleksivitas).
c. Menentukan daya tembus (transmisivitas) suatu bahan.
d. Mementukan daya serap (absorpsivitas) suatu bahan.
e. Menetukan koefisien penyerapan suatu bahan.
B. LANDASAN TEORI

Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang, karenanya Cahaya


merupakan energi Radian titik energi Radian ini berasal dari matahari sebagai
sumber cahaya di bumi titik energi ini tersusun atas gabungan energi listrik dan
energi magnet dan dikenal sebagai energi elektromagnetik spektrum
gelombang elektromagnetik tampak pada Gambar 9.1 berikut.

Gambar 9.1 Spektrum Elektromagnetik


(Faridah, 2018).
Cahaya yang jatuh pada bidang pembatas 2 material mengalami
pemantulan dengan sudut pantul (diukur dari arah tegak lurus bidang pembatas
medium) persis sama dengan sudut Datang titik Gambar 9.2 adalah ilustrasi
peristiwa pemantulan cahaya. Hukum pemantulan cahaya adalah

Gabar 9.2 Pada Peristiwa Pemantulan , Sudut datang


Sama dengan Sudut Pantu..
(Abdullah, 2017).
Metode pengukuran prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan
absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang
mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini
disebut "absorbsi spektrofotometri" dan jika panjang gelombang yang
digunakan adalah gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai
"kolorimetri" , karena memberikan warna. Selain gelombang cahaya tampak,
spektrofotometri juga menggunakan panjang gelombang pada gelombang
ultraviolet dan inframerah. Prinsip kerja dari metode ini adalah jumlah cahaya
yang diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam
larutan titik prinsip ini dijabarkan dalam hukum Beer-lamber yang
menghubungkan antara absorpsi cahaya dengan konsentrasi pada suatu bahan
yang mengabsorpsi, berdasarkan persamaan berikut.
I in 1
A  log   a  b  c...............................................................(9.1)
I out T
(Lestari, 2009)
Absorpsi merupakan angka serapan yang diukur secara kuantitatif
sebelum melewati medium dengan membandingkan nilai intensitas dengan
nilai intensitas sebelum melewati medium dengan nilai intensitas yang
diteruskan atau ditransmisikan titik di dalam spektrometri kuantitatif,
pengukuran penyerapan cahaya dibuat berdasarkan larutan pada panjang
gelombang yang telah ditetapkan titik absorbsi cahaya penting diketahui karena
memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah untuk mengetahui konsentrasi
suatu larutan (Sumami, 2016).
C. METODE PERCOBAAN

1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan Absorpsi


Cahaya dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Alat dan Bahan Percobaan Absorpsi Cahaya
No Alat dan Bahan Fungsi
1 Catu Daya Sebagai sumber teganga
2 Rel Presisi Untuk menempatkan tumpukan
berpenjepit
3 Lampu Bertangkai Sebagai sumber cahaya
4 Layar Sebagai tempat untuk melihat
bayangan
5 Lensa Cembung Sebagai objek pengamatan
6 Tumpakan Berpenjepit Untuk meletakkan lensa
7 Kabel Penghubung Untuk menghubungkan catu daya
dengan lampu bertangkai
8 Material Plastik 3 Warna Sebagai objek pengamatan
(Merah, biru dan hijau)
9 Lux Meter Untuk mengukur intensitas cahaya
10 Miskrometer Sekrup Untuk mengukur ketebalan material
11 Pemegang Slide Diafragma Untuk menggambar sudut yang
dibentuk dua cermin datar
2. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan Absorpsi Cahaya adalah sebagai


berikut.
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Mengukuran ketebalan material plastik 3 warna (merah, biru dan
hijau) dengan menggunakan mikrometer sekrup.
c. Merangkai alat dan bahan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.2
berikut.

Gambar 9.2 Rangkaian Alat dan Bahan Percobaan


Absorpsi Cahaya
d. Memasang material merah pada tempat material.
e. Mengaktifkan catu daya, kemudian mengatur posisi catu daya pada
tegangan 9 volt DC.
f. Mengatur posisi lensa cembung sehingga cahaya lampu terfokus pada
meterial.
g. Mengukur intensitas awal (I0) dengan menggunakan lux meter tepat di
depan lensa cembung.
h. Mengukur intensitas pantul (Ir) dengan menggunakan lux meter di
samping material.
i. Mengukur intensitas tembus (It) dengan menggunakan lux meter tepat
di belakang material.
j. Mencatat hasil pengamatan pada tabel data pengamatan.
k. Mengulangi langkah (f) sampai (j) untuk tegangan 12 volt.
l. Mengulangi langkah (d) sampai (k) untuk material biru dan material
hijau
D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

a. Data Pengamatan
Data pengamatan pada percobaan Absorpsi Cahaya dapat dilihat
pada Tabel 9.3 berikut.
Tabel 9.3 Data Pengamatan Percobaan Absorpsi Cahaya
No Warna V(volt) I0 (lux) It (lux) Ip (lux) X (m)
9 214 16 8 0,00153
1. Merah
12 449 39 11 0,00153
9 214 16 5 0,00157
2. Hijau
12 449 34 9 0,00157
9 214 26 6 0,00157
3. Biru
12 449 56 18 0,00157

b. Analisis Data
Analisis data pada percobaan Absorbsi Cahaya adalah

sebagai berikut.

i. Menentukan Intensitas Cahaya yang Diserap warna Bahan


Material berwarna merah tegangan 9 volt.
Ia = I0 − (IP + It )
𝐼𝑎 = 214 − (16 + 8)
𝐼𝑎 = 214 − 24
𝐼𝑎 = 90 𝑙𝑢𝑥
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat
dilihat pada Tabel 9.4 berikut.
Tabel 9.4 Data Analisis Penentuan Intensitas Cahaya Serap (Ia)
No Warna V(volt) I0 (lux) It (lux) Ip (lux) Ia
(lux)
9 214 16 8 190
1. Merah
12 449 39 11 339
9 214 16 5 193
2. Hijau
12 449 34 9 406
9 214 26 6 182
3. Biru
12 449 56 18 375
ii. Menentukan Daya Pantul pada Warna Bahan
Material berwarna merah dengan tegangan 9 volt
I
𝑟 = Ir × 100%
0

8
𝑟 = × 100%
214
𝑟 = 0,037383 × 100%
𝑟 = 3,7383
Dengan cara yang sama, untuk data selanjutnya,
dapat dilihat pada Tabel 9.5 berikut.
Tabel 9.5 Analisis Menentukan Daya Pantul pada Warna bahan
No Warna V(volt) I0 It Ip Ia r
(lux) (lux) (lux) (lux) (%)
9 214 16 8 190 3,7383
1. Merah
12 449 39 11 339 2,4498
9 214 16 5 193 2,3364
2. Hijau
12 449 34 9 406 2,0044
9 214 26 6 182 2,8037
3. Biru
12 449 56 18 375 4,0089

iii. Menentukan Daya Tembus pada Warna Bahan


Untuk material merah, tegangan 9 volt

𝐼𝑡
𝑡 = × 100%
𝐼0
16
𝑡 = × 100%
214
𝑡 = 0,074766 × 100%
𝑡 = 7,4766
Dengan cara yang sama, untuk data selanjutnya,
dapat dilihat pada Tabel 9.6 berikut.
Tabel 9.6 Analisis Menentukan Daya Tembus pada warna
Bahan
No Warna V(volt) I0 (lux) It Ip t
(lux) (lux) (%)
9 214 16 8 7,4766
1. Merah
12 449 39 11 8,8659
9 214 16 5 7,4766
2. Hijau
12 449 34 9 7,5723
9 214 26 6 12,1495
3. Biru
12 449 56 18 12,4721

i. Menentukan Daya Serap (Absorpsivitas) pada Warna Bahan


Untuk material warna merah pada tegangan 9 volt
𝐼𝑎
𝑎 = × 100%
𝐼0
190
𝑎 = × 100%
214
𝑎 = 0,88785 × 100%
𝑎 = 88,785%
Dengan cara yang sama, untuk data selanjutnya,
dapat dilihat pada Tabel 9.6 berikut.
Tabel 9.6 Analisis Penentuan Daya Serap pada Warna Bahan
No Warna V(volt) I0 (lux) Ia (lux) a (%)
9 214 190 88,785
1. Merah
12 449 399 88,864
9 214 193 90,186
2. Hijau
12 449 406 90,423
9 214 182 85,046
3. Biru
12 449 375 83,518
ii. Menentukan Koefisien Penyerapan pada Warna Bahan
Untuk material warna merah pada tegangan 9 volt
1 𝐼𝑡
𝜇 =− 𝑙𝑛 ( )
𝑥 𝐼0
1 16
𝜇=− 𝑙𝑛 ( )
0,00153 214
𝜇 = −653,5948 ∙ 𝑙𝑛(0,074766)
𝜇 = −653,5948 ∙ (−2,5933)
𝜇 = 1695,024 𝑚−1
Dengan cara yang sama, untuk data selanjutnya, dapat
dilihat pada Tabel 9.7 berikut.
Tabel 9.7 Analisis Menentukan Koefisien Penyerapan pada Warna Bahan
No Warna V(volt) I0 (lux) It Ip µ
(lux) (lux) (m-1)
9 214 16 8 1695,024
1. Merah
12 449 39 11 1597,033
9 214 16 5 1651,893
2. Hijau
12 449 34 9 1643,733
9 214 26 6 1342,598
3. Biru
12 449 56 18 1325,905
2. Pembahasan

Absorpsi Cahaya merupakan penyerapan cahaya yang mana


menjadi suatu bentuk interaksi antara gelombang cahaya (foton) dan atom
atau molekul. Absorpsi atau penyerapan dikatakan pula berbanding
dengan konsentrasi dan panjang lintasan. Absorpsi itu sendiri merupakan
angka serapan yang diukur secara kuantitatif dengan membandingkan nilai
intensitas sebelum melewati medium dengan nilai intensitas yang
diteruskan atau ditransmisikan.
Percobaan absorpsi cahaya ini dilakukan dengan 3 kali pengamatan
pada material yakni material merah, material hijau dan material biru.
Pengamatan dilakukan untuk mengukur intensitas awal (I0), intensitas
tembus (It) dan intensitas pantul dalam kurung (Ip) dengan tegangan 9 volt
dan 12 volt. Berdasarkan data pengamatan untuk material warna merah
dengan ketebalan material sebesar 0,00153 m, pada tegangan 9 volt
diperoleh nilai intensitas awal sebesar 214 lux, intensitas tembus 16 lux
dan intensitas pantul 8 lux sedangkan pada tegangan 12 volt untuk material
warna merah diperoleh intensitas awal sebesar 449 lux intensitas tembus
sebesar 39 lux, dan intensitas pantul 11 lux. Untuk material warna hijau
dengan ketebalan sebesar 0,00157 m pada tegangan 9 volt diperoleh nilai
untuk intensitas awal sebesar 214 lux intensitas tembus 16 lux dan
intensitas pantul 5 lux sementara pada tegangan 12 volt diperoleh
intensitas awal 449 lux, intensitas tembus 34 lux, intensitas pantul 9 lux.
Pada material warna biru dengan ketebalan 0,00157 meter, untuk tegangan
9 volt diperoleh intensitas awal 214 lux, intensitas tembus 26 lux, dan
intensitas pantul 18 lux. Sedangkan untuk tegangan 12 volt diperoleh
intensitas awal 449 lux, intensitas tembus 56 lux, dan intensitas pantul 18
lux. Dari pengamatan tersebut dapat dilihat bawah intensitas cahaya
semakin berkurang setiap melewati sebuah material. Hal ini sudah sesuai
dengan teori yang mengatakan bahwa apabila cahaya melewati suatu
medium maka intensitas cahaya tersebut akan berkurang.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat ditentukan
intensitas cahaya yang diserap, daya pantul, daya tembus dan daya serap
dan koefisien penyerapan pada masing-masing material melalui analisis
data. Yang pertama yaitu penentuan intensitas cahaya yang diserap, untuk
material warna merah dengan tegangan 9 volt dan 12 volt diperoleh nilai
intensitas absorpsinya (Ia) secara berturut-turut 190 lux dan 399 lux. Pada
material warna hijau dengan tegangan 9 volt dan 12 volt diperoleh nilai
intensitas absorpsi secara berturut-turut 193 lux dan 406 lux. Untuk
penentuan intensitas absorpsi pada material warna biru dengan tegangan 9
vol dan 12 volt secara berturut-turut yaitu 182 lux dan 375 lux.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar tegangan
yang diberikan maka semakin besar pula intensitas absorpsinya. Hal ini
sesuai dengan teori dimana tegangan berbanding lurus dengan intensitas
awal.
Daya pantul yang dihasilkan pada material warna merah dengan
tegangan 9 volt dan 12 v secara berturut-turut sebesar 3,7383 % dan 2,4498
%. Untuk daya pantul pada material warna hijau dengan tegangan 9 volt
dan 12 volt secara berturut-turut adalah 2,3364 % dan 2,0044 %.
Sedangkan untuk daya pantul material warna biru dengan tegangan 9 volt
dan 12 volt secara berturut-turut adalah 2,8037 % Dan 4,0089 %. Dari hasil
yang diperoleh pada analisis data semakin besar tegangan dan intensitas
cahaya yang diberikan maka semakin kecil daya pantul yang dihasilkan
titik namun pada material warna biru daya pantun yang diperoleh pada
tegangan 12 volt lebih besar daripada tegangan 9 volt. Hal ini dikarenakan
adanya kesalahan pengukuran dengan menggunakan lux meter.
Untuk daya tembus atau transmisivitas pada material warna merah
dengan tegangan 9 volt dan 12 volt secara berturut-turut sebesar 7,4766 %
dan 8,8659 %. Untuk penentuan daya tembus pada material warna hijau
dengan tegangan 9 volt dan 12 volt diperoleh hasil berturut-turut 7,4766
% dan 7,5723 %. Sedangkan untuk material warna biru dengan tegangan
9 volt dan 12 volt diperoleh hasil berturut-turut 12,1495 % dan 12,4721 %.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar
intensitas awal dan intensitas tembusny maka semakin besar daya tembus
yang dihasilkan. Hal ini ini tidak sesuai dengan Teori yang menyatakan
bahwa daya tembus berbanding lurus dengan intensitas tembus dan
berbanding terbalik dengan intensitas awal.
Daya serap pada material warna merah dengan tegangan 9 volt dan
12 volt secara berturut-turut yaitu 88,785 % dan 88,864 %. Untuk material
warna hijau dengan tegangan 9 volt dan 12 volt diperoleh daya serap secara
berturut-turut 90,186 % dan 90,4203 %. Sedangkan untuk daya serap
material warna biru dengan tegangan 9 volt dan 12 volt secara berturut-
turut sebesar 85,046 % dan 83,518 %. Berdasarkan data analisis tersebut
bahwa semakin besar tegangan dan intensitas yang diberikan maka
semakin besar intensitas cahaya yang diserap. Hal ini sesuai dengan Teori
yang menyatakan bahwa intensitas yang diberikan berbanding lurus
dengan intensitas cahaya yang diserap untuk daya serap semakin besar
tegangan dan intensitas cahaya yang diberikan maka semakin besar pula.
Hal ini sejalan dengan Teori yang menyatakan bahwa intensitas cahaya
berbanding luru dengan daya serapnya.
Koefisien penyerapan pada material warna merah dengan tegangan
9 volt dan 12 volt secara berturut-turut yaitu sebesar 1695,024 m-1 dan dan
1597,033 m-1. Untuk material warna hijau koefisien penyerapan pada
tegangan 9 volt dan 12 volt secara berturut-turut yaitu 1651,838 m-1 dan
1643,733 m-1. Untuk material warna biru dengan tegangan 9 volt dan 12
volt diperoleh koefisien penyerapan secara berturut-turut sebesar 1342,598
m-1 dan 1325,905 m-1. Berdasarkan data analisis tersebut dapat dilihat
bahwa semakin besar tegangan dan intensitas yang diberikan maka
semakin kecil koefisien penyerapannya. Hal ini tidak sesuai dengan Teori
yang menyatakan bahwa intensitas cahaya yang diberikan berbanding
lurus dengan intensitas cahaya yang diserap. Hal tersebut dikarenakan
adanya kesalahan dalam pengukuran ketebalan material ataupun kesalahan
pengukuran intensitas tembus dan intensitas awal.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah M. 2017. Fisika Dasar II. ITB: Bandung

Faridah N. 2018. Cahaya dan Warna. LeutikaPrio: Yogyakarta.

Lestari F. 2009. Bahaya Kimia Sampling & Kontaminan Kimia di Udara.


Kedokteran EGC: Jakarta.

Sumammi RA. 2016. Pengembangan Eksperimen Interaksi Cahaya Terhadap


Mrdium Tentang Penentuan Kadar Besi (Fe) dalam air Minum Isi Ulang.
Jurnal Ilmiah Teknosains. 2(2):2476-9436.

Anda mungkin juga menyukai