Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum

Fisika Lanjutan
“Muatan Spesifik Elektron”

Oleh:
Kelompok 8 Kelas 4B

1. Hurriyah Salasih Fadilah (11190163000045)


2. Adibar Ahmad. R (11190163000050)
3. Hairiyah (11190163000068)

18 MARET 2021

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
GELOMBANG MIKRO

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengukur distribusi medan gelombang mikro memanjang dan melintang.
2. Menentukan polarisasi gelombang mikro yang dipancarkan.
3. Mengukur tegangan pada polarisasi disetiap sudut yang berbeda.

B. DASAR TEORI
Gelombang mikro (microwave) merupakan gelombang radio dengan frekuensi
paling tinggi (Super High Frekuency/ SHF) yaitu diatas 3GHz (3 × 109 𝐻𝑧). Jika
gelombang mikro diserap oleh anda, maka akan muncul efek pemanasan pada benda
tersebut. Microwave gelombang radio yang memiliki panjang gelombang kurang lebih
1 meter ekuivalen dengan frekuensi antara 300 MHz (0,3 GHz) hingga 300 GHz.
Definisi yang luas ini mencakup UHF dan EHF (gelombang milimeter) dan berbagai
sumber menggunakan batas-batas yang berbeda. Dalam semua kasus (termasuk
microwave) band SHF seluruh (3 sampai 30GHz atau 10 sampai 1 cm) minimal, dengan
RF engineering sering menempatkan batas yang lebih rendah pada 1 GHz (30 cm) dan
bagian atas sekitar 100 GHz (3 mm) dengan cepat rambat gelombang elektromagnetik
sebesar 𝑐 = 3 × 108 𝑚⁄𝑠 (Ramalis, 2001: 133).
Dalam percobaan, gelombang mikro dapat direfleksikan oleh suatu lempeng
logam. Refleksi pada logam bisa terjadi jika rata-rata dari ketidakteraturan permukaan
pemantul (reflektor) jauh lebih kecil daripada panjang gelombang yang datang. Syarat
kekasaran permukaan seperti ini memiliki pengertian yang berlainan untuk spektrum
elektromagnetik yang berbeda. Syarat kedua bagi adanya berkas refleksi adalah ukuran
rentang reflektro harus lebih besar dari panjang gelombang berkas datang. Dengan kata
lain, refleksi adalah ketika gelombang, baik fisika maupun elektromagnetik, memantul
dari permukaan dan kembali ke sumbernya. Refleksi gelombang terjadi pada saat
sebuah gelombang yang merambat dalam suatu media sampai di bidang-batas medium
tersebut dengan media lainnya (Purbawanto,2011: 247).
Penggambaran Refleksi dan Refraksi
dengan menggunakan gelombang
yang jatuh pada permukaan air.

Pembiasan gelombang atau refraksi adalah peristiwa pembelokkan arah


perambatan suatu gelombang. Hasil ini dapat terjadi jika gelombang tersebut melewati
bidang batas dua medium yang memiliki indeksi bias yang berbeda. Indeks bias
menyatakan kerapatan suatu medium. Misalnya, cahaya merambat dari udara ke air
sehingga arah perambatannya akan mengalami pembelokkan. Berdasarkan Hukum
Snellius tentang pembiasan, yaitu:
1) Sinar yang dipantulkan dan dibiaskan terletak pada suatu bidang yang
dibentuk oleh sinar datang garis normal dinding batas dititik datang
2) Untuk pemantulan berlaku yaitu, sudut datang sama dengan sudut pantul
3) Sinar yang datang dan medium dengan indeks bias kecil ke indeks bias
yang lebih besar dibiaskan mendekati garis normal dan sebaliknya
4) Untuk pembiasan berlaku yaitu, perbandingan sinus sudut datang
dengan sinus sudut bias berharga konstan
Pernyataan 1 dan 2 dinamakan hukum pemantulan snellius, sedangkan 1,3, dan
4 dinamakan Hukum pembiasan Snellius (Giancolli,2001: 142).
Suatu kristal memiliki susunan atom yang tersusun secara teratur dan berulang,
memiliki jarak antara atom yang ordenya sama dengan panjang gelombang sebuah
sinar. Akibatnya, bila seberkas sinar ditempatkan pada suatu material kristalin maka
sinar tersebut akan menghasilkan pola difraksi yang khas. Pola difraksi yang dihasilkan
sesuai dengan susunan atom pada kristal tersebut. Menurut pendekatan Bragg, kristal
terdiri atas bidang-bidang datar (kisi kristal) yang masing-masing berfungsi sebagai
cermin semi transparan. Jika sinar ditembakkan pada tumpukkan bidang datar tersebut,
maka beberapa akan diapntulkan oleh bidang tersebut dengan sudut pantul yang sama
dengan sudut datangnya sedangkan sisanya akan diteruskan menembus bidang
(Ayars,1991: 236).
Difraksi adalah ketika gelombang yang berjalan melalui lubang kecil dan
menyebar keluar. Gelombang ini merambat keluar dengan karakteristik kecepatan
gelombang. Gelombang yang dipancarkan oleh semua titik pada muka gelombang
saling beradu satu sama lain untuk menghasilkan gelombang berjalan. Prinsip Huygens
juga berlaku untuk gelombang elektromagnetik. Seperti, jika seseorang berteriak
disebelah dinding, maka suara akan paralel ke dinding. Dinding mungkin diam, tetapi
tidak dengan suara. Suara akan mengarah ke setiap sudut dinding (Suminta,2003: 219).
Para ilmuwan yang pertama kali menemukan gejala polarisasi adalah Thomas
Young, Diminique Francois Arago, dan A. Juan Fresnel. Thomas Young berhasil
meletakkan dasar eksperimen untuk menunjukkan bahwa cahaya adalah gelombang
transversal. Sedangkan Dominique Francois Argo dan Juan Fresnel berhasil
menunjukkan adanya seberkas cahaya atau sinar yang jatuh pada kristal kalsit,
menghasilkan dua buah sinar yang terpisah. Salah satu sifat gelombang mikro yaitu
polarisasi. Polarisasi merupakan peristiwa tercapainya sebagian arah getar gelombang
sehingga hanya tertinggal satu arah getar saja. Arah polarisasi pada gelombang
elektromagnetik yang terpolarisasi bidang diambil sebagai arah vektor medan listrik
(Sutrisno,1979: 316).
Kita telah ketahui sebelumnya pada polarisasi terdapat Hukum Malus yang
berlaku pada gelombang yang melewati polarisator dengan nilai:
𝐼 = 𝐼0 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃
𝐼0 = Intesitas gelombang datang (Cd atau Candela)
𝐼 = Intensitas gelombang yang terpolarisasi oleh bidang yang
melewati polarisator (Cd atau Candela)
𝜃 = Sudut yang dibentuk oleh polarisator (°)

Disini jika kita mengikuti perhitungan maka ketika kita meletakkan 2


polarisator dengan polarisator kedua memiliki sudut 90° terhadap polarisator pertama
maka Intensitas gelombang yang terpolarisasi (I) akan menjadi nol (Giancoli, 2001:
301).
C. ALAT DAN BAHAN

No. GAMBAR JUMLAH ALAT DAN BAHAN

1. 1 Buah

Polarisator

2. 1 Buah

Osilator Gun

3. 1 Buah
Gun Power supply dengan
amplifier

4. 1 Buah

Corong antena besar

5. 1 Buah

Multimeter digital

6. 1 Buah

E-file probe
7. ±5 Buah

Kabel penghubung

8. 1 Buah

Adaptor

9. 1 Buah

Kabel BNC

10. 1 Buah

Mistar

D. LANGKAH KERJA

Percobaan 1 : Pengukuran Distribusi Medan Magnet


No. GAMBAR LANGKAH KERJA
1. Siapkan alat dan bahan
2. Pastikan corong secara horizontal. Rangkai
dengan cara menghubungkan osilator gun,
power supply, e-file probe dengan kabel
penghubung dan BNC

3. Letakan e-file probe tepat di depan corong


antena

4. Ukur nilai tegangan U pada multimeter


ketika E-file probe diletakkan pada jarak
x=10 cm sampai x = 25 cm, setiap
pergeseran sejauh 0,2 cm

5. Catat nilai tegagngan yang ditampilkan pada


tabel data percobaan

Percobaan 2: Distribusi Medan Melintang


No. Gambar Langkah Kerja
6. Letakkan corng dan ukur jarak di sumbu x =
10 cm

7. Letakkan e-file probe secara melintang pada


sumbu y = 20 cm
8. Letakkan percobaan ketika posisi e-file
probe pada posisi y = −20 𝑐𝑚 sampai 𝑦 =
20 𝑐𝑚 setiap pergeseran sejauh 1 cm
kemudian ulangi dengan jarak 𝑥 = 20 𝑐𝑚

9. Catat data yang didapatkan pada multimeter

Percobaan 3 : Polarisasi
No. Gambar Langkah Kerja
10. Letakkan e-field kira kira 30 cm dibagian
tengah depan corong antena yang dipasang
secara horizontal

11. Letakkan polarisator diantara corong antena


dan e-file pada posisi segaris atau horizontal

12. Rotasikan sudut 𝜑 = 0° sampai 𝜑 = 180°


pada polarisator setiap kenaikan sebesar 10°

13. Catat nilai tegngan pada multimeter


14. Putar osilator gunn dan e-file probe pada
posisi vertikal antara sudutnya

15. Catat data yang didapatkan

E. DATA PERCOBAAN

Percobaan 1 : Pengukuran Distribusi Medan Memanjang

No X (cm) U (volt) No X(cm) U (volt) No X (cm) U (volt)


1 10,0 11,25 27 15,2 11,27 52 20,2 7,56
2 10,2 11,25 28 15,4 9,97 53 20,4 6,62
3 10,4 11,25 29 15,6 9,60 54 20,6 6,27
4 10,6 11,25 30 15,8 9,03 55 20,8 6,59
5 10,8 11,25 31 16,0 8,75 56 21,0 7,30
6 11,0 11,25 32 16,2 9,68 57 21,2 8,25
7 11,2 11,25 33 16,4 10,27 58 21,4 8,01
8 11,4 11,25 34 16,6 11,27 59 21,6 9,02
9 11,6 11,25 35 16,8 9,27 60 21,8 8,73
10 11,8 11,25 36 17,0 10,75 61 22,0 6,06
11 12,0 11,25 37 17,2 9,34 62 22,2 6,11
12 12,2 11,25 38 17,4 8,71 63 22,4 6,21
13 12,4 11,25 39 17,6 9,00 64 22,6 7,9
14 12,6 11,25 40 17,8 10,80 65 22,8 8,05
15 12,8 11,25 41 18,0 10,27 66 23,0 8,42
16 13,0 11,25 42 18,2 9,74 67 23,2 7,03
17 13,2 11,05 43 18,4 8,73 68 23,4 6,39
18 13,4 10,08 44 18,6 7,74 69 23,6 6,86
19 13,6 11,27 45 18,8 7,31 70 23,8 7,83
20 13,8 11,27 46 19,0 7,19 71 24,0 5,95
21 14,0 11,27 47 19,2 8,30 72 24,2 6,85
22 14,2 10,40 48 19,4 9,21 73 24,4 6,72
23 14,4 9,96 49 19,6 9,55 74 24,6 6,27
24 14,6 9,56 50 19,8 9,95 75 24,8 7,05
25 14,8 11,06 51 20,0 6,67 76 25,0 6,32
26 15,0 11,27

Percobaan 2: Pengukuran Distribusi Medan Melintang


1. X0 =10 cm
No Y (cm) No. Y (cm) U (volt)
1 -20 0,07 22 1 11,27
2 -19 0,11 23 2 11,27
3 -18 0,06 24 3 11,27
4 -17 0,05 25 4 11,27
5 -16 0,12 26 5 10,72
6 -15 0,23 27 6 9,87
7 -14 0,20 28 7 6,97
8 -13 0,07 29 8 5,03
9 -12 0,20 30 9 4,35
10 -11 0,24 31 10 3,03
11 -10 0,74 32 11 2,03
12 -9 1,23 33 12 1,36
13 -8 2,03 34 13 0,54
14 -7 3,10 35 14 0,29
15 -6 4,14 36 15 0,36
16 -5 5,35 37 16 0,25
17 -4 8,15 38 17 0,10
18 -3 8,25 39 18 0,10
19 -2 11,27 40 19 0,09
20 -1 11,27 41 20 0,09
21 0 11,27

2. X0 = 20 cm
No Y (cm) U (volt) No. Y (cm) U (volt)
1 -20 0,08 22 1 8,55
2 -19 0,15 23 2 9,15
3 -18 0,24 24 3 9,19
4 -17 0,57 25 4 8,50
5 -16 0,69 26 5 7,00
6 -15 0,33 27 6 7,02
7 -14 0,25 28 7 5,65
8 -13 0,41 29 8 4,90
9 -12 1,02 30 9 4,02
10 -11 1,53 31 10 3,39
11 -10 2,19 32 11 2,70
12 -9 2,27 33 12 2,27
13 -8 3,17 34 13 1,57
14 -7 4,07 35 14 1,31
15 -6 4,21 36 15 1,06
16 -5 4,86 37 16 1,03
17 -4 5,15 38 17 1,02
18 -3 5,44 39 18 0,25
19 -2 6,75 40 19 0,15
20 -1 7,75 41 20 0,09
21 0 8,25
Percobaan 3 : Pengukuran polarisasi

1. Posisi Osilator Gunn Horizontal


No 𝜑(°) U (volt) No 𝜑(°) U (volt)

1 0 0,04 11 100 3,82


2 10 0,08 12 110 3,51
3 20 0,18 13 120 2,69
4 30 0,24 14 130 1,69
5 40 0,71 15 140 0,96
6 50 1,33 16 150 0,50
7 60 2,24 17 160 0,24
8 70 2,86 18 170 0,50
9 80 3,09 19 180 0,06
10 90 3,70
2. Posisi Osilator Gunn Vertikal
No 𝜑(°) U (volt) No 𝜑(°) U (volt)
1 0 0,16 11 100 0,40
2 10 0,43 12 110 0,36
3 20 0,46 13 120 0,31
4 30 0,48 14 130 0,24
5 40 0,51 15 140 0,18
6 50 0,53 16 150 0,15
7 60 0,67 17 160 0,11
8 70 0,87 18 170 0,09
9 80 0,84 19 180 0,04
10 90 6,32
F. ANALISIS DATA

Praktikum kali ini yaitu mengenai gelombang mikro. Praktikum ini bertujuan
agar praktikan dapet mengukur distribusi medan gelombang mikro memanjang dan
melintang. Selain itu juga, praktikan dapat menentukan polarisasi gelombang mikro
yang dipancarkan. Terdapat 3 percobaan yaitu pengukuran distribusi medang
memanjang, pengukuran distribusi medan melintang, dan pengukuran polarisasi. Dari
3 percobaan tersebut praktikan menginterpretasikannya dalam bentuk grafik. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel dimana dalam hal ini variabelnya
adalah medan listrik (V) dan jarak sumber (cm).
a. Percobaan 1

Hasil yang diperoleh pada grafik percobaan distribusi memanjang yaitu


semakin besar jarak sumber maka semakin kecil kuat medan listrik. Hal ini tergambar
pada grafiknya yang menurun. Percobaan ini sesuai dengan teori bahwa semakin jauh
E-Field dari sumber, maka akan menyebabkan E-Field tidak berada di jangkauan
medan listrik sehingga tegangan yang terukur pada multimeter semakin menurun
seiring pertambahan jarak E-Field terhadap sumber. Namun pada bagian awal nilai data
percobaan tetap sama hingga beberapa kali, asumsi praktikan adalah voltmeter yang
digunakan tidak diatur untuk nilai melebihi 11,25 V yang membuatnya memiliki nilai
yang sama diawal untuk beberapa kali.
b. Percobaan 2

Hasil yang diperoleh pada percobaan distribusi medan melintang yaitu semakin
jauh (dalam arah sumbu-y) jarak E-field probe akan semakin kecil tegangan yang
terukur. Dapat diketahui dari grafik bahwa dari sumbu-y negatif maupun sumbu-y
positif jika jaraknya semakin menjauhi sumber, maka kuat medan listrik akan mengecil,
karena E- field probe semakin jauh dari jangkauan medan listrik sumber. Dari grafik
terlihat kuat medan listrik paling besar (puncak) ketika E-field probe berjarak 0 cm
sampai 1 cm dalam arah sumbu-y dengan besar tegangan yaitu 11,27 V pada x0 = 10
cm dan 9,19 V pada x0 = 20 cm. Tegangan puncak pada x0 = 20 cm lebih kecil daripada
jarak x0 = 10 cm hal ini dikarenakan pada jarak x0 = 20 cm jarak E-field probe sudah
cukup jauh untuk keluar dari jangkauan medan listrik sumber sehingga kuat medan
listrik yang terukur lebih kecil.

Kemudian kita beralih pada penyatuan data percobaan untuk distribusi medan
melintang pada saat X = 10 cm dan X = 20 cm, terlihat perbadaannya terutama
perbedaan puncak tertinggi bagi kedua pihak. Pada data distribusi medan melintang
dengan X = 10 cm (garis orange) terlihat bahwa ia memiliki titik puncak 11,27 V yang
menempatkannya diatas pihak sebelah yang menggunakan X = 20 cm (garis abu-abu)
dengan titik puncak 9,19 V. Hal ini menimbulkan kejanggalan karena tidak hanya
perbedaan akurasi data, namun juga dikarenakan tingkat presisi data pada pihak garis
orange dimana ia mampu mempertahankan data sebesar 11,27 V pada grafik sebanyak
7 kali. Berbeda dengan pihak abu-abu yang hanya mampu mencapai titik puncak
sebanyak satu kali saja. Asumsi kami adalah pada data percobaan ini terdapat kesalahan
pada percobaan sehingga mengakibatkan hal tersebut terjadi.

c. Percobaan 3

Hasil yang diperoleh pada percobaan polarisasi dapat terlihat pada grafik, yaitu
jika corong berposisi horizontal puncak kuat medan listrik terjadi pada sudut polarisator
sebesar 90°. Hal ini sesuai dengan teorinya bahwa polarisasi merupakan peristiwa
tercapainya sebagian arah getar gelombang sehingga hanya tersisa satu arah getar saja.
Namun ketika corong diposisikan dalam arah vertikal kuat medan listrik menjadi
fluktuaktif sehingga untuk hal ini berlaku hukum Malus, dimana sesuai perhitungan
ketika polarisator kedua diberi sudut 90° terhadap polarisator pertama maka tidak ada
cahaya yang masuk (terserap sepenuhnya). Hal ini membuat tegangan meningkat sesuai
dengan data percobaan. Hal ini juga sesuai dengan dasar teori yang telah tertulis.

G. KESIMPULAN
1. Hasil yang diperoleh pada percobaan distribusi medan memanjang yaitu semakin
besar jarak sumber maka akan semakin kecil kuat medan listrik. 1. Didapatkan hasil
grafiknya yang menurun. Percobaan ini sesuai dengan teorinya bahwa semakin jauh
E- field dari sumber, maka akan menyebabkan E-field tidak berada di jangkauan
medan listrik sehingga tegangan yang terukur pada multimeter semakin menurun
seiring pertambahan jarak E-field terhadap sumber. Sedangkan Hasil yang
diperoleh pada percobaan distribusi medan melintang yaitu semakin jauh (dalam
arah sumbu-y) jarak E-field probe akan semakin kecil tegangan yang terukur.
Berdasarkan grafik terlihat kuat medan listrik paling besar (puncak) ketika E-field
probe berjarak 0 cm sampai 1 cm dalam arah sumbu-y dengan besar tegangan yaitu
11,27 V pada x0 = 10 cm dan 9,19 V pada x0 = 20 cm. Tegangan puncak pada x0
= 20 cm lebih kecil daripada jarak x0 = 10 cm hal ini dikarenakan pada jarak x0 =
20 cm jarak E-field probe sudah cukup jauh untuk keluar dari jangkauan medan
listrik sumber sehingga kuat medan listrik yang terukur lebih kecil.
2. Kuat medan listrik terbesar pada percobaan polarisasi terjadi pada sudut polarisator
sebesar 90°.
3. Berdasarkan video pengukuran polarisasi gelombang terhadap perubahan sudut
memperoleh nilai maksimal disekitar sudut 110º - 180º.

H. KOMENTAR
1. Dibutuhkan pengamatan dan pemahaman pada data yang tersedia.
2. Dimohon untuk selalu memperhatikan data percobaan, karena kemungkinan
terdapat kesalahan pada data tersebut.

I. DAFTAR PUSTAKA
Ayars, D.1991. Gelombang Elektromagnetik. Badnung : Cipta Bakti.
Giancolli.2001. Fisika Dasar 2 Edisi ke 5. Jakarta : Erlangga.
Purbawanto, Sugeng.2011. Pengaruh Fading Pada Sistem Komunikasi Gelombang
Mikro Tetap dan Bergerak. Jurnal Teknik Elektro. Vol 1(3) : 35.
Ramalis, Taufik.2001. Gelombang dan Optik. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia.
Suminta, Supandi.2003. Simulasi Pola Difraksi Sinar X Berbagai Jenis Mineral Zeolit
Alam Dengan Program Rietan. Journal Of Indonesia Zeolites. Vol 1(2) : 47.
Sutrisno.1979. Seri Fisika Dasar Gelombang dan Optik. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai