Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gelombang elektromagnetik sebenarnya selalu ada disekitar kita, salah satu
contohnya adalah gelombang mikro. Gelombang Mikro merupakan gelombang
elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 1 milimeter hingga 1 meter yang
biasanya digunakan untuk komunikasi nirkabel seperti pada telepon genggam, radio,
televisi, dan Wi-Fi. Gelombang mikro dapat direfleksikan oleh benda-benda tertentu
seperti gedung, dinding, dan pohon. Refleksi ini dapat mempengaruhi kualitas sinyal dalam
komunikasi nirkabel.
Ketika gelombang mikro memantul dari suatu benda, gelombang tersebut dapat
memperkuat atau melemahkan sinyal yang diterima oleh penerima. Jika gelombang mikro
memantul dengan sudut yang tepat dan fase yang cocok, maka akan terjadi interferensi
konstruktif, yang dapat memperkuat sinyal. Namun, jika gelombang mikro memantul
dengan sudut yang berbeda atau fase yang tidak cocok, maka akan terjadi interferensi
destruktif, yang dapat melemahkan sinyal (Suhasno, 2009)
Untuk mengoptimalkan kualitas sinyal dalam komunikasi nirkabel, perlu dilakukan
perencanaan dan pengaturan sistem yang memperhitungkan refleksi gelombang mikro. Hal
ini dapat dilakukan dengan memilih lokasi antena yang tepat, memperhitungkan sudut dan
jarak antena, serta menggunakan teknologi pengurangan interferensi dan redaman sinyal.
Berdasarkan hal tersebut, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui apa saja pengaruh
yang terdapat pada hubungan antara gelombang mikro dan juga refleksi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh sudut datang terhadap sudut pantul?
2. Bagaimana pengaruh bahan medium pemantul terhadap intensitas gelombang?

C. Tujuan
1. Menganalisis pengaruh sudut datang terhadap sudut pantul.
2. Menganalisis pengaruh bahan medium pemantul terhadap intensitas gelombang.

D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa, dapat menjadi sumber referensi untuk memperbaiki kelemahan dari
percobaan ini atau dapat dijadikan referensi untuk percobaan-percobaan yang baru.
Mahasiswa juga dapat mengenal dan mengetahui prinsip kerja dari alat praktikum
Gelombang Mikro (microwave) ini secara langsung.
2. Bagi laboratorium, percobaan ini sebagai bahan evaluasi dalam pelaksanaan praktikum
dan diharapkan dapat memperlancar kegiatan praktikum di laboratorium.
BAB II
DASAR TEORI

A. Gelombang Mikro
Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik yang mempunyai daerah
frekuensi antara 300 MHz sampai 300 GHz atau daerah panjang gelombang dari 1 m
sampai dengan 0,1 cm. Gelombang elektromagnetik (GEM) adalah sinyal frekuensi radio
(RF = radio frequency) yang merambat melalui ruang bebas dengan kecepatan rambat
cahaya (c), yang besarnya = 299.792.500 ±300 m/s (sebagai pendekatan digunakan nilai 3
x 108 m/s ). Ruang bebas yang dimaksud disini adalah ruang tanpa pengaruh medan lain
dan tanpa adanya halangan (termasuk disini, ruang hampa udara). Teori gelombang
elektromagnetik pertama kali dikemukakan oleh James Clerk Maxwell (1831–1879)
(Priambodo, 2006)

Gambar 2.1 Transmitting dan Receiving Gelombang Radio


(https://revisionworld.com/gcse-revision/physics/waves/light-radio-waves-and-
microwaves )
Salah satu jenis gelombang elektromagnetik adalah gelombang mikro. Gelombang
mikro memiliki panjang gelombang antara 1 milimeter hingga 1 meter dan frekuensi antara
300 MHz hingga 300 GHz. Gelombang mikro biasanya digunakan dalam komunikasi
nirkabel seperti telepon genggam, televisi, dan Wi-Fi. Gelombang mikro memiliki
keunggulan dalam komunikasi nirkabel karena dapat melintasi hambatan seperti dinding
dan bangunan dengan mudah. Namun, karena gelombang mikro dapat direfleksikan oleh
benda-benda tertentu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat terjadi
interferensi yang dapat mempengaruhi kualitas sinyal. Oleh karena itu, dalam penggunaan
gelombang mikro dalam komunikasi nirkabel, perlu dilakukan perencanaan dan
pengaturan sistem yang tepat untuk mengoptimalkan kualitas sinyal (Suhasno, 2009)

B. Pemantulan Gelombang (Refleksi)


Pemantulan adalah pembelokan arah rambat gelombang karena mengenai bidang
batas medium yang berbeda. Gelombang pantul adalah gelombang yang berada pada
medium yang sama dengan gelombang datang. Gelombang cahaya yang datang dari udara
dan mengenai permukaan kaca, sebagian akan masuk ke dalam kaca dan sebagian
mengalami pemantulan. Gelombang cahaya yang jatuh pada cermin hampir semuanya
mengalami pemantulan.

Gambar 2.2 Pemantulan gelombang


(sumber: Abdullah, 2006)

Dari gambar tersebut, garis normal merupakan garis yang tegak lurus bidang pantul,
sudut datang (𝜃𝑑) adalah sudut yang dibentuk oleh arah sinar datang dan garis normal,
sedangkan Sudut pantul (𝜃𝑝) adalah sudut yang dibentuk oleh arah sinar pantul dan garis
normal (Abdullah, 2017)

C. Gun Oscilator
Gun oscillator adalah sebuah jenis sumber gelombang mikro yang dapat
menghasilkan gelombang mikro dalam rentang frekuensi yang sangat lebar. Gun oscillator
umumnya terdiri dari sebuah tabung vakum berbentuk silinder yang terdiri dari dua
elektrode yang terpisah oleh suatu celah. Tabung vakum ini diisi dengan gas yang
terionisasi, seperti helium atau neon (Soedojo, 2008)

Gambar 2.3 Gun Oscillator


(http://microwave-museum.org/exhibits/mwm0005.htm )

Proses pembangkitan gelombang mikro pada gun oscillator dimulai dengan


memasukkan tegangan DC pada elektrode-elektrode di dalam tabung vakum. Tegangan
DC ini akan menyebabkan terbentuknya medan listrik di dalam celah yang mempercepat
elektron-elektron yang terionisasi. Elektron-elektron ini kemudian akan bertumbukan
dengan atom-atom gas dalam tabung dan melepaskan energi dalam bentuk gelombang
mikro.
Gelombang mikro yang dihasilkan oleh gun oscillator umumnya memiliki
frekuensi yang sangat tinggi dan dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti dalam
komunikasi nirkabel dan radar. Namun, kelemahan dari gun oscillator adalah mereka
memiliki jitter yang tinggi, yaitu fluktuasi dalam frekuensi gelombang mikro yang
dihasilkan, yang dapat mempengaruhi kualitas sinyal. Oleh karena itu, dalam aplikasi yang
memerlukan ketepatan frekuensi yang tinggi, seperti dalam radio astronomi dan
spektroskopi mikro, biasanya digunakan jenis sumber gelombang mikro lainnya yang lebih
stabil dan akurat (Soedojo, 2008)

D. Sudut Datang dan Sudut Pantul


Sudut datang adalah sudut antara arah datangnya gelombang dengan garis normal
pada permukaan yang dipantulkan. Garis normal adalah garis yang tegak lurus pada
permukaan yang dipantulkan. Sudut datang diukur dalam satuan derajat atau radian dan
biasanya dinyatakan dengan simbol θi (Supriyanto, 2004)
Sudut pantul adalah sudut antara arah pantul gelombang dengan garis normal pada
permukaan yang dipantulkan. Sudut pantul diukur dalam satuan derajat atau radian dan
biasanya dinyatakan dengan simbol θr. Sudut pantul selalu sama dengan sudut datang,
namun berlawanan arah.
Hubungan antara sudut datang dan sudut pantul pada pantulan gelombang pada
permukaan datar dapat dinyatakan dalam hukum refleksi, yaitu:
"Sudut pantul sama dengan sudut datang."
Artinya, sudut pantul dan sudut datang memiliki besar yang sama, namun arahnya
berlawanan. Hal ini berlaku untuk gelombang elektromagnetik yang dipantulkan pada
permukaan datar dan halus. Rumus untuk mencari sudut pantul dari sebuah gelombang
yang dipantulkan pada permukaan datar adalah sebagai berikut:
θr = θi … (2.1)
di mana:
θr = adalah sudut pantul dari gelombang yang dipantulkan
θi = adalah sudut datang dari gelombang sebelum dipantulkan

Ketika gelombang elektromagnetik dipantulkan pada permukaan datar, sudut


datang dan sudut pantul akan memiliki besar yang sama, namun arahnya akan berlawanan.
Sudut datang dan sudut pantul diukur terhadap garis normal pada permukaan datar, yaitu
garis yang tegak lurus pada permukaan datar. Penting untuk dicatat bahwa rumus ini hanya
berlaku untuk permukaan datar yang halus dan rata. Pada permukaan yang tidak rata atau
kasar, gelombang yang dipantulkan dapat tersebar ke berbagai arah dan tidak hanya pada
satu sudut pantul (Supriyanto, 2004).
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

1. Detector tipe WA-9314B 1 buah

2. Receiver tipe WA-9314B 1 buah

3. Tiang Sudut tipe WA-9314B 1 buah

4. Bahan Pemantul tipe WA-9314B 3 buah

B. Gambar Percobaan

Gambar 3.1 Posisi Detector dan Receiver


(sumber: Buku Panduan Gelombang dan Optik)

Gambar 3.2 Angle of Incidence dan Angle of Reflection


(sumber: Buku Panduan Gelombang dan Optik)

C. Variabel Percobaan
Percobaan 1
● Variabel Kontrol : Skala, Intensitas Penerima, Jarak, Bahan Medium Pemantul
● Variabel Manipulasi: Sudut datang
● Variabel Respon : Sudut pantul dan Arus.
Percobaan 2
● Variabel Kontrol : Skala, Intensitas Penerima, Jarak, dan Sudut datang
● Variabel Manipulasi: Bahan Medium Pemantul
● Variabel Respon : Sudut pantul, Arus, dan Intensitas Gelombang.
D. Langkah Percobaan
Merangkai alat seperti pada Gambar 3.1 dengan pemancar terpasang pada lengan
Goniometer, kemudian mengatur polaritas sehingga horn berada pada orientasi yang sama
serta berada pada skala 1.0. Langkah selanjutnya yaitu memasang pemancar dan
menyalakan intensitas penerima pada 30X. Mengatur Goniometer sehingga sudut datang
dapat dimanipulasi sebanyak 5-8 kali besar sudut melalui satu bahan medium pemantul,
lalu mencari besar sudut pantul dan mencatatnya pada lembar praktikum. Percobaan kedua
mengatur besar sudut datang pada Goniometer sebesar 45°, memanipulasi bahan medium
pemantul sebanyak 3 bahan. Kemudian setelah mengatur alat sedemikian rupa seperti pada
Gambar 3.2, lengan pemutar diputar pada Goniometer hingga menunjukkan skala baca
maksimum.
BAB IV
DATA DAN ANALISIS

A. Data
Skala : 1,0
Jarak : 22 ± 0,05 cm
Intensitas penerima: 30×

Tabel 4.1 Data hasil percobaan

Bahan Sudut datang Sudut pantul Intensitas


No Arus (mA)
pemantul (º) (º) gelombang (

30 30 0,6 0,51

45 45 0,8 0,56
1. Papan Kayu
60 60 1,0 0,50

75 75 1,8 0,46

30 30 1,4 1,20

45 45 1,2 0,84
2. Kaca
60 60 0,4 0,20

75 75 0,4 0,10

30 30 4,2 3,60

45 45 3,6 2,50
3. Logam
60 60 2,8 1,40

75 75 1,6 0,40

B. Analisis Data
Eksperimen ini dilakukan dengan dua jenis manipulasi yaitu tiga jenis bahan
pemantul yang terdiri dari papan kayu, kaca dan logam serta empat sudut datang yang
besarnya 30º, 45º, 60º dan 70º. Dengan mengontrol skalanya sebesar 1,0, jarak nya sebesar
22cm dan intensitas gelombangnya sebesar 30×, sehingga didapatkan besar sudut pantul
pada semua bahan adalah sama dengan besar sudut datangnya yaitu 30º, 45º, 60º dan 70º
di setiap bahan. Besar arus yang dihasilkan pada bahan papan kayu di setiap sudut datang
berturut-turut adalah 0,6 mA; 0,8 mA; 1,0 mA; dan 1,8 mA. Sedangkan besar arus pada
bahan pemantul kaca di setiap sudut datang berturut-turut adalah 1,4 mA; 1,2 mA; 0,4 mA;
dan 0,4 mA serta besar arus yang dihasilkan pada bahan pemantul logam di setiap sudut
datang berturut-turut adalah 4,2 mA; 3,6 mA; 2,8 mA; dan 1,6 mA. Untuk intensitas
gelombang yang dihasilkan pada bahan papan kayu di setiap sudut datang berturut-turut
adalah 0,51; 0,56; 0,50; dan 0,46. Sedangkan intensitas gelombang yang dihasilkan pada
bahan pemantul kaca di setiap sudut datang berturut-turut adalah 1,20; 0,84; 0,20; dan 0,10
serta intensitas gelombang yang dihasilkan pada bahan pemantul logam di setiap sudut
datang berturut-turut adalah 3,60; 2,50; 1,40; dan 0,40.

C. Pembahasan
Tujuan dari dilakukannya eksperimen ini yang pertama adalah untuk menganalisis
pengaruh sudut datang terhadap sudut pantul. Sudut datang dan sudut pantul saling terkait
dalam fenomena pantulan cahaya atau gelombang pada permukaan yang berbeda. Ketika
cahaya atau gelombang bertemu dengan permukaan, mereka dapat dipantulkan, diabsorpsi,
atau dibiaskan tergantung pada sifat permukaan dan sudut datang. Sudut datang adalah
sudut antara arah datangnya cahaya atau gelombang dan garis normal (garis yang tegak
lurus dengan permukaan) di titik tempat mereka bertemu. Sedangkan sudut pantul adalah
sudut antara arah pantulan cahaya atau gelombang dan garis normal di titik pantulan.
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa besar nilai sudut pantul pada masing-masing
bahan sama dengan besar nilai sudut datangnya. Pengaruh sudut datang terhadap sudut
pantul ini dijelaskan pada Hukum Refleksi. Dimana Hukum Refleksi menyatakan bahwa
sudut datang sama dengan sudut pantul, yang berarti bahwa jika gelombang memantul dari
permukaan yang halus dan rata, sudut pantul akan sama dengan sudut datang. Ketika
gelombang elektromagnetik dipantulkan pada permukaan datar, sudut datang dan sudut
pantul akan memiliki besar yang sama, namun arahnya akan berlawanan. Jika permukaan
tidak halus atau rata, seperti permukaan kasar atau bergelombang, gelombang dapat
dipantulkan dengan sudut yang berbeda-beda tergantung pada sifat permukaan tersebut.
Secara umum, semakin kasar atau bergelombang permukaan, maka semakin tidak teratur
sudut pantul dan semakin beragam arah pantulnya. Dalam hal ini, semakin besar sudut
datang, maka semakin besar pula sudut pantulnya, asalkan tidak melebihi sudut kritis. Jika
sudut datang lebih besar atau sama dengan sudut kritis, maka tidak ada sinar yang keluar
dari permukaan dan terjadi fenomena penyerapan atau pemantulan internal total, dalam
kasus ini sudut pantul menjadi 0 derajat. Sudut kritis adalah sudut datang terbesar di mana
cahaya masih dapat dipantulkan secara total oleh permukaan, dan setelah melebihi sudut
kritis, cahaya akan mengalami pembiasan atau penyerapan.
Dengan demikian, sudut datang mempengaruhi sudut pantul, terutama pada
permukaan yang halus dan rata, sedangkan pada permukaan yang kasar atau bergelombang,
sifat permukaan lebih berpengaruh terhadap sudut pantul. Pada eksperimen yang dilakukan
menggunakan medium dengan permukaan haus dan rata, sehingga besar nilai sudut datang
akan sama dengan sudut pantul sesuai dengan pernyataan Hukum refleksi.
Sudut datang juga dapat mempengaruhi arus listrik pada refleksi, yaitu saat
gelombang listrik dipantulkan oleh suatu permukaan. Ketika gelombang listrik
dipantulkan, sebagian energinya akan dipantulkan kembali ke arah sumber gelombang,
sementara sebagian lagi akan menyebar ke medium sekitarnya. Sebagian dari gelombang
yang dipantulkan ini dapat membentuk arus listrik pada penghantar atau komponen listrik
yang terhubung dengan permukaan pantul. Sudut datang yang optimal untuk mencapai
refleksi yang baik adalah sudut datang sejajar dengan permukaan pantul. Pada sudut datang
ini, sebagian besar energi gelombang akan dipantulkan kembali ke arah sumber gelombang
dengan sudut pantul yang sama dengan sudut datang, sehingga tercipta refleksi yang baik.
Pada refleksi arus listrik, jika arus listrik datang dengan sudut datang yang lebih kecil dari
sudut kritis, maka arus tersebut akan memantul kembali dengan sudut pantulan yang sama
dengan sudut datangnya. Namun, jika sudut datang melebihi sudut kritis, maka sebagian
energi arus listrik akan dipantulkan dan sebagian lagi akan diteruskan ke medium yang
lebih rendah impedansinya. Pada sudut datang yang semakin merendah atau semakin
curam, sebagian energi gelombang akan dipantulkan kembali dengan sudut pantul yang
semakin jauh dari sudut datang, sehingga mengurangi refleksi yang dihasilkan. Hal ini
dapat terjadi karena sudut datang yang semakin merendah atau semakin curam
menyebabkan gelombang listrik semakin menyebar di sekitar permukaan pantul, sehingga
energinya semakin tersebar. Perubahan sudut pantulan dapat mempengaruhi karakteristik
arus listrik, seperti amplitudo dan polarisasi arus. Sudut datang yang optimal dapat
meningkatkan efisiensi transmisi sinyal dan meminimalkan hilangnya energi arus listrik
selama refleksi.
Bahan medium pemantul, seperti logam, dapat mempengaruhi arus listrik yang
mengalir melaluinya. Ini terjadi karena logam memiliki konduktivitas listrik yang tinggi,
sehingga dapat memungkinkan aliran arus listrik melalui medium tersebut. Namun,
konduktivitas logam juga dapat mempengaruhi arus listrik yang mengalir melalui medium
pemantul, tergantung pada faktor-faktor tertentu. Jika bahan medium pemantul
memantulkan cahaya, maka biasanya bahan tersebut juga memantulkan energi listrik. Ini
berarti bahwa sebagian besar arus listrik yang mengalir ke dalam bahan medium pemantul
akan dipantulkan kembali oleh permukaan bahan tersebut, dan hanya sedikit atau bahkan
tidak ada arus listrik yang akan diteruskan melalui medium tersebut. Namun, konduktivitas
listrik dari bahan medium pemantul dapat mempengaruhi pengaliran arus listrik dalam
beberapa kondisi. Misalnya, jika bahan medium pemantul memiliki konduktivitas listrik
yang sangat tinggi, seperti tembaga atau perak, maka arus listrik dapat mengalir melalui
bahan tersebut dengan mudah. Namun, jika konduktivitas listrik dari bahan medium
pemantul rendah, seperti kaca atau plastik, maka arus listrik akan sulit untuk mengalir
melalui medium tersebut. Secara keseluruhan, pengaruh bahan medium pemantul terhadap
arus listrik tergantung pada konduktivitas listrik bahan tersebut, tegangan listrik yang
diterapkan pada rangkaian, dan faktor-faktor lain seperti suhu dan kelembaban.
Bahan medium pemantul dapat mempengaruhi intensitas gelombang karena
kemampuannya dalam memantulkan atau menyerap gelombang tersebut. Beberapa jenis
bahan medium pemantul yang digunakan dalam eksperimen ini adalah papan kayu, kaca,
dan logam. Bahan medium pemantul, seperti cermin atau kaca, dapat memantulkan
intensitas gelombang yang datang padanya. Ini berarti bahwa sebagian besar energi dari
gelombang tersebut akan dipantulkan kembali dan tidak akan menembus medium tersebut.
Pada umumnya, semakin halus dan rata permukaan bahan medium pemantul, semakin
besar kemampuan untuk memantulkan gelombang tersebut. Misalnya, cermin dengan
permukaan yang sangat halus dan rata dapat memantulkan hampir seluruh intensitas
gelombang yang datang padanya.
Ketika gelombang bertemu dengan permukaan bahan medium pemantul,
gelombang dapat dipantulkan atau diserap. Ketika gelombang dipantulkan, intensitas
gelombang akan tetap sama atau bahkan meningkat jika sudut datang gelombang
mendekati sudut pantul yang serupa. Namun, ketika gelombang diserap, intensitas
gelombang akan menurun karena sebagian energi gelombang diserap oleh medium.
Sebagai contoh, ketika cahaya jatuh pada permukaan logam, logam akan memantulkan
sebagian besar cahaya tersebut sehingga intensitas cahaya yang dipantulkan akan hampir
sama dengan intensitas cahaya yang jatuh pada permukaan. Namun, ketika cahaya jatuh
pada permukaan kain hitam, kain akan menyerap sebagian besar cahaya tersebut sehingga
intensitas cahaya yang diterima oleh kain akan jauh lebih rendah daripada intensitas cahaya
yang jatuh pada permukaan.
Namun, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan bahan
medium pemantul dalam memantulkan gelombang, seperti sudut datangnya, polarisasi
gelombang, dan indeks bias medium. Dalam kondisi yang tepat, bahan medium pemantul
dapat menghasilkan pantulan total, di mana seluruh intensitas gelombang yang datang
padanya dipantulkan kembali tanpa ada yang tertelan oleh medium. Secara umum, semakin
besar kemampuan bahan medium pemantul dalam memantulkan gelombang, semakin kecil
intensitas gelombang yang akan diteruskan melalui medium tersebut. Namun, pengaruh
bahan medium pemantul terhadap intensitas gelombang dapat bervariasi tergantung pada
berbagai faktor seperti yang telah disebutkan di atas.
BAB V
SARAN DAN KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa pengaruh besar sudut datang pada beberapa bahan medium pemantul
sama dengan besar sudut pantul yang dihasilkan, semakin besar sudut datang maka akan
semakin besar pula sudut pantulnya. Hal tersebut sesuai dengan Hukum Refleksi yang
menyatakan bahwa sudut datang sama dengan sudut pantul terutama pada permukaan yang
halus dan rata. Sedangkan Bahan medium pemantul dapat mempengaruhi intensitas
gelombang karena kemampuannya dalam memantulkan atau menyerap gelombang
tersebut. Ketika gelombang memantul dari bahan medium ke medium lain, sebagian energi
gelombang dapat diserap oleh bahan medium, sebagian dapat dipantulkan, dan sebagian
lagi dapat diteruskan ke medium yang lain.

B. Saran
Setelah melakukan eksperimen mengenai Microwave Reflection, praktikan
memiliki beberapa saran, yaitu sebelum mengambil data pastikan mengkalibrasi alat
terlebih dahulu, dan memastikan alat dan bahan yang benar-benar bisa digunakan untuk
pengambilan data. Sebaiknya praktikan memahami materi yang berkaitan dengan
eksperimen yang akan dilakukan dan memahami rangkaian alat yang akan digunakan
supaya dapat lebih mudah untuk pengambilan data.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. (2017). Fisika Dasar II. Bandung: ITB Press.

Priambodo. (2006). Eksperimen Fisika 2. Pusat Laboratorium UIN Jakarta.

Soedojo. (2008). Fisika Gelombang. Kedari: Gematama.

Suhasno. (2009). Fenomena Gelombang. Jakarta: Salemba Teknik.

Supriyanto. (2004). Transmisi dan Refleksi Gembang. Jakarta: Erlangga.

Tim Laboratorium Eksperimen Gelombang. (2019). Panduan Praktikum Gelombang.


Surabaya: UNESA Press

Anda mungkin juga menyukai