Dasar Teori
Gelombang mikro (bahasa Inggris: microwave) adalah
gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super tinggi
(Super High Frequency, SHF), yaitu di atas 3 GHz (3x109 Hz).
Gelombang ini tidak dapat dilihat dengan mata kita, karena
panjang gelombang yang sangat pendek (walaupun sangat kecil
dibanding gelombang radio), dan jauh lebih besar daripada
panjang gelombang cahaya (di luar spektrum sinar tampak).
Keduanya sama-sama terdapat dalam spektrum gelombang
elektromagnetik. Panjang gelombang cahaya berkisar antara
400-700 nm (1 nm = 10-9 m); sedangkan kisaran panjang
gelombang mikro sekitar 1-30 cm (1 cm = 10-2m).
Metode Eksperimen
Alat-alat eksperimen yang utama digunakan antara lain
corong antena sebagai pemancar gelombang, detektor sebagai
pendeteksi gelombang, voltmeter sebagai pengukur intensitas
gelombang dan alat instrumen lainnya
Pengukuran distribusi medan longitudinal dan transversal
dilakukan dengan melakukan pengukuran tegangan yang terbaca
di multimeter yang terhubung dengan corong antena disetiap
variasi jarak antara E-field probe. Untuk distribusi medan
longitudinal, variasi jarak dilakukan secara sejajar dan menjauh
dari corong antena setiap 0,2 cm. Sedangkan, untuk distribusi
transversal variasi jarak dilakukan secara tegak lurus dengan
arah ke atas bernilai positif dan arah ke bawah bernilai negatif
setiap perubahan 1 cm.
Untuk pengukuran polarisasi gelombang, digunakan kisi
polarisasi sebagai alat tambahan. Kisi polarisasi diletakkan
diantara E-field probe dan corong antena dimana jarak antara
keduanya adalah 300 mm. Kisi polarisasi tersebut lalu diputar
setiap 10o dari 0o hingga 180o dan dicatat nilai tegangan yang
terbaca pada multimeter yang terhubung dengan corong antena.
Diambil dua data dari dua orang praktikan berupa grafik. Yang pertama,
berdasarkan Pengukuran Distribusi Medan Longitudinal dimana dilakukan
perubahan terhadap posisi detektor dari titik pemancar gelombang mikro
sepanjang sumbu-x masing-masing sebanyak 76 data. Dimana sumbu-x
menyatakan perubahan posisi detektor terhadap corong antena da, sumbu-y
menyatakan intensitas gelombang.
Data Pertama
Data kedua
Berdasarkan data berupa grafik dari kedua orang praktikan tersebut, dapat
kita ketahui bahwa besar nilai tegangan yang dihasilkan terhadap perubahan posisi
pada detektor tidak menentu (naik-turun). Namun kita dapat meramalkan dan
menyimpulkan data percobaan tersebut menggunakan metode regresi linier.
Apabila menggunakan regresi linier, maka didapati:
y = - 22,17x + 10,61;
y = - 23,14x + 11,14;
Grafik data eksperimen pertama; perbandingan antara kurva data percobaan (titiktitik merah) dengaan kurva regresi linier (garis berwarna hijau)
Grafik data eksperimen kedua; perbandingan antara kurva data percobaan (titiktitik berwarna biru) dengan kurva regresi linier (garis berwarna hijau)
Walaupun kedua data tersebut cukup berbeda, namun semakin lama perlahan nilai
tegangan tiap perubahan posisi detektornya semakin menurun dimana dari kedua
data percobaan tersebut, dapat kita lihat bahwa b bernilai negatif sehingga dapat
diketahui bahwa nilai tegangan akan menurun apabila posisi detektor gelombang
mikro semakin menjauh dari corong antena pemancar gelombang mikro tersebut.
12
10
U (volt)
-20
-15
-10
-5
0
0
10
15
20
Y (cm)
Kurva data pertama; sebelah kiri menyatakan arah y negatif dan sebelah kanan
menyatakan arah y positif
Kurva data kedua; sebelah kiri menyatakan arah y negatif dan sebelah kanan
menyatakan arah y positif
Perbedaan jarak posisi detektor dari kedua data hanya membedakan intensitas
maksimum kedua gelombang, selebihnya tidak berpengaruh besar. Konsep
eksperimen pengukuran distribusi medan transversal inipun serupa dengan
pengukuran distribusi medan longitudinal dimana semakin jauh jarak konektor,
semakin kecil nilai pula intensitas gelombang yang dihasilkan. Kedua kurva
percobaan sama-sama menyatakan tegangan paling tinggi berada pada sekitar
depan corong antena pemancar gelombang mikro (kisaran -2 cm 2 cm sumbuy). Dan memungkinkan bahwa intensitas gelombang tertinggi terdapat pada titik 0
cm sumbu-y. Namun pengukuran tersebut dapat juga keliru seperti pada
pengukuran medan transversal pertama dimana intensitas gelombang tertinggi
terdapat pada titik 1 cm sumbu-y. Hal tersebut dapat disebabkan karena kesalahan
pembacaan pada skala ukur dan kesalahan alat. Selain itu, perbedaan pembacaan
dapat juga disebabkan karena arah getar gelombang yang memiliki satu lembah
dan satu bukit pada tiap gelombangnya (dimana apabila digambarkan
memilikicelah kosong diantara dua bukit atau dua lembah.. Sehingga dapat
menyebabkan ketidak-tepatan alat ukur dalam membaca intensitas panjang
gelombang. Maka, dapat kita ketahui bentuk fisis pergetaran dan perambatan
gelombang mikro.
Selain itu, diperoleh data eksperimen pengukuran polarisasi dari dua orang
praktikan tersebut. Dimana sumbu-x menyatakan sudut rotasi kisi polarisasi dan
sumbu-y menyatakan intensitas gelombang. Serupa dengan pengukuran
sebelumnya dimana dibedakan jarak konektor terhadap corong antena. Kali ini,
jarak selisih konektor dari corong antena pada data pertama lebih jauh dibanding
dengan data keduanya. Data dalam bentuk grafik praktikan pertama dan kedua
masing-masing:
6
5
4
U (volt) 3
2
1
0
0
(o)
Data Pertama
Data Kedua
Adapun penyebab gelombang hanya memiliki satu arah getar saja setelah
melewati kisi polarisasi disebabkan karena terdapat bahan penyerap gelombang
pada kisi polarisasi tersebut. Dan pada sudut fase 0, gelombang memiliki nilai
intensitas terendah dikarenakan pada sudut tersebut arah getar E tegak lurus
terhadap konektornya.
Kesimpulan
Berdasarkan perolehan data dan grafik yang telah dihasilkan, dapat kita
simpulkan bahwa:
1. Dari pengukuran distribusi medan longitudinal, gelombang mikro dapat
menempuh jarak panjang gelombang hingga lebih dari 25cm bahkan lebih.
Dan intensitas gelombang tertinggi terdapat pada daerah dekat corong
antena pemancar gelombang mikro.
Sumber
Pedroti Frank L, Leno M pedroti, Leno S Pedroti. Introduction to Optics Thrid
Edition.
Sarojo, Ganijanti Aby. Gelombang dan Optika. Jakarta. Salemba Teknika. 2011