Anda di halaman 1dari 15

Abstrak

Setiap gelombang pasti memiliki distribusinya secara


transversal maupun longitudinal. Termasuk gelombang mikro.
Gelombang mikro merupakan gelombang yang memiliki sifat
yang sama dengan gelombang cahaya. Sehingga gelombang
mikro juga mampu mengalami polarisasi dan oleh karena sifat ini
pula, dapat diketahui bahwa gelombang mikro merupakan
gelombang transversal.

Dasar Teori
Gelombang mikro (bahasa Inggris: microwave) adalah
gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super tinggi
(Super High Frequency, SHF), yaitu di atas 3 GHz (3x109 Hz).
Gelombang ini tidak dapat dilihat dengan mata kita, karena
panjang gelombang yang sangat pendek (walaupun sangat kecil
dibanding gelombang radio), dan jauh lebih besar daripada
panjang gelombang cahaya (di luar spektrum sinar tampak).
Keduanya sama-sama terdapat dalam spektrum gelombang
elektromagnetik. Panjang gelombang cahaya berkisar antara
400-700 nm (1 nm = 10-9 m); sedangkan kisaran panjang
gelombang mikro sekitar 1-30 cm (1 cm = 10-2m).

Gelombang mikro merupakan sistem pelaksanaan


hubungan komunikasi dengan pemancar radio dengan
menggunakan gelombang-gelombang yang pendek (mikro).
Gelombang mikro ini bergerak dalam satu arah garis lurus (one
point line-of-sight) dan mempunyai panjang gelombang yang
lebih pendek dibandingkan dengan sistem radio komunikasi
biasa.
Stasiun gelombang mikro bekerja dengan bantuan dari
antenna, perangkat penerima, dan peralatan lainnya yang
dibutuhkan untuk transmisi data komunikasi dengan gelombang
mikro. Sinyal gelombang mikro dapat melakukan transmisi data
dengan kecepatan mencapai 45 Mbps, namun karena sinyal
gelombang mikro ini bergerak dalam satu arah garis lurus, maka
baik pemancarnya (transmitter) maupun penerimanya (receiver)
harus berada dalam satu garis pandang (one point line of sight).
Sehingga pemasangan pusat dari gelombang mikro ini harus
diperhatikan sekali letak dan posisinya untuk menghindari
kemungkinan gangguan. Maka dari itu stasiun gelombang mikro
seringkali ditempatkan di puncak-puncak gedung, menara,
ataupun gunung.
Di dalam spektrum gelombang elektromagnetik,
gelombang mikro mempunyai sifat yang sama dengan
gelombang infra red atau gelombang cahaya. Sifat-sifat
gelombang mikro adalah :
1. Refleksi (Pemantulan)
Gelombang mikro lebih banyak dipantulkan bila mengenai
permukaan logam atau yang berwarna cerah. Bila
digunakan wadah memasak yang terbuat dari logam /
metal, makanan tidak akan / lama matang karena

gelombang mikro dipantulkan dan juga dapat menimbulkan


bunga api (spark).
2. Transmisi
Gelombang mikro dapat melalui atau melewati benda /
material yang mempunyai sifat dielektrik (perlawanan arus
listrik) yang kecil seperti gelas, plastik, kertas, keramik
porselin; sehingga benda ini tidak dipengaruhi oleh
gelombng mikro
3. Absorbsi (Penyerapan)
Gelombang mikro diserap oleh benda / material yang
mempunyai sifat dielektrik yang besar seperti makanan
dan benda yang mempunyai permukaan berwarna gelap.
Gelombang mikro yang diserap oleh makanan akan
menghasilkan panas didalam makanan sehingga makanan
dimasak / matang.

Selain itu, salah satu sifat gelombang mikro adalah


berpolarisasi linier. Polarisasi linier hanya dapat terjadi untuk
gelombang transversal dan tidak untuk gelombang longitudinal.
Fakta bahwa cahaya dapat mengalami polarisasi linier
menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang transversal.
Polarisasi linier adalah peristiwa tercapainya sebagian arah getar
gelombang sehingga hanya tinggal memiliki satu arah getar saja.
Gelombang mikro diramalkan oleh teori elektromagnet sebagai
gelombang transversal, yaitu vektor listrik dan magnet bergetar
adalah tegak lurus kepada arah penjalaran. Arah polarisasi pada
gelombang elektromagnetik yang terpolarisasi bidang diambil
sebagai arah vektor medan listrik.

Jika sebuah gelombang linier dengan amplitudo medan E0


terpolarisasi pada polarizer maka gelombang tersebut akan mengalami
rotasi dengan sudut, komponen medan dengan:

Akan melalui polarizer dengan intensitas sebesar:

Metode Eksperimen
Alat-alat eksperimen yang utama digunakan antara lain
corong antena sebagai pemancar gelombang, detektor sebagai
pendeteksi gelombang, voltmeter sebagai pengukur intensitas
gelombang dan alat instrumen lainnya
Pengukuran distribusi medan longitudinal dan transversal
dilakukan dengan melakukan pengukuran tegangan yang terbaca
di multimeter yang terhubung dengan corong antena disetiap
variasi jarak antara E-field probe. Untuk distribusi medan
longitudinal, variasi jarak dilakukan secara sejajar dan menjauh
dari corong antena setiap 0,2 cm. Sedangkan, untuk distribusi
transversal variasi jarak dilakukan secara tegak lurus dengan
arah ke atas bernilai positif dan arah ke bawah bernilai negatif
setiap perubahan 1 cm.
Untuk pengukuran polarisasi gelombang, digunakan kisi
polarisasi sebagai alat tambahan. Kisi polarisasi diletakkan
diantara E-field probe dan corong antena dimana jarak antara
keduanya adalah 300 mm. Kisi polarisasi tersebut lalu diputar
setiap 10o dari 0o hingga 180o dan dicatat nilai tegangan yang
terbaca pada multimeter yang terhubung dengan corong antena.

Hasil dan Pembahasan Eksperimen

Diambil dua data dari dua orang praktikan berupa grafik. Yang pertama,
berdasarkan Pengukuran Distribusi Medan Longitudinal dimana dilakukan
perubahan terhadap posisi detektor dari titik pemancar gelombang mikro
sepanjang sumbu-x masing-masing sebanyak 76 data. Dimana sumbu-x
menyatakan perubahan posisi detektor terhadap corong antena da, sumbu-y
menyatakan intensitas gelombang.

Data Pertama

Data kedua

Berdasarkan data berupa grafik dari kedua orang praktikan tersebut, dapat
kita ketahui bahwa besar nilai tegangan yang dihasilkan terhadap perubahan posisi
pada detektor tidak menentu (naik-turun). Namun kita dapat meramalkan dan
menyimpulkan data percobaan tersebut menggunakan metode regresi linier.
Apabila menggunakan regresi linier, maka didapati:

y = - 22,17x + 10,61;

untuk data eksperimen pertama.

y = - 23,14x + 11,14;

untuk data eksperimen kedua.

Apabila diplot garis lurus persamaan regresi linier, maka:

Grafik data eksperimen pertama; perbandingan antara kurva data percobaan (titiktitik merah) dengaan kurva regresi linier (garis berwarna hijau)

Grafik data eksperimen kedua; perbandingan antara kurva data percobaan (titiktitik berwarna biru) dengan kurva regresi linier (garis berwarna hijau)

Walaupun kedua data tersebut cukup berbeda, namun semakin lama perlahan nilai
tegangan tiap perubahan posisi detektornya semakin menurun dimana dari kedua
data percobaan tersebut, dapat kita lihat bahwa b bernilai negatif sehingga dapat
diketahui bahwa nilai tegangan akan menurun apabila posisi detektor gelombang
mikro semakin menjauh dari corong antena pemancar gelombang mikro tersebut.

Kedua data sama-sama menunjukan nilai intensitas gelombang sebesar 4 5


volt pada 25 cm. Sehingga dengan perhitungan menggunakan persamaan metode
regresi linier, memungkinkan nilai intensitas gelombang bernilai nol pada 5 cm
(dimana Y berniali negatif).
Selain itu, dapat kita ketahui pula bahwa intensitas-intensitas panjang
gelombang yang tinggi terdapat pada posisi di dekat corong antena pemancar
gelombang tersebut. Sehingga dapat disimpulkan jangkauan gelombang mikro
terbaik terdapat pada posisi di dekat corong antena pemancar gelombangnya.

Selanjutnya, diperoleh dua data Pengukuran Distribusi Medan Transversal,


dimana dilakukan perubahan posisi detektor terhadap sumbu-y dari titik pusat 0
cm di depan corong antena pemancar gelombang mikro. Diberikan data
eksperimen dalam bentuk grafik dimana sumbu-x menyatakan posisi detektor
dalam arah negatif dan positif y, sumbu-y menyatakan intensitas gelombang. Pada
data pertama, jarak posisi detektor diletakkan lebih jauh dari corong antena,
sedangkan data kedua posisi detektor posisi detektor tidak dilakukan lebih jauh
dibanding saat pengambilan data pertama.

12

10

U (volt)

-20

-15

-10

-5

0
0

10

15

20

Y (cm)

Kurva data pertama; sebelah kiri menyatakan arah y negatif dan sebelah kanan
menyatakan arah y positif

Kurva data kedua; sebelah kiri menyatakan arah y negatif dan sebelah kanan
menyatakan arah y positif

Perbedaan jarak posisi detektor dari kedua data hanya membedakan intensitas
maksimum kedua gelombang, selebihnya tidak berpengaruh besar. Konsep
eksperimen pengukuran distribusi medan transversal inipun serupa dengan
pengukuran distribusi medan longitudinal dimana semakin jauh jarak konektor,
semakin kecil nilai pula intensitas gelombang yang dihasilkan. Kedua kurva
percobaan sama-sama menyatakan tegangan paling tinggi berada pada sekitar
depan corong antena pemancar gelombang mikro (kisaran -2 cm 2 cm sumbuy). Dan memungkinkan bahwa intensitas gelombang tertinggi terdapat pada titik 0
cm sumbu-y. Namun pengukuran tersebut dapat juga keliru seperti pada
pengukuran medan transversal pertama dimana intensitas gelombang tertinggi
terdapat pada titik 1 cm sumbu-y. Hal tersebut dapat disebabkan karena kesalahan
pembacaan pada skala ukur dan kesalahan alat. Selain itu, perbedaan pembacaan
dapat juga disebabkan karena arah getar gelombang yang memiliki satu lembah
dan satu bukit pada tiap gelombangnya (dimana apabila digambarkan

memilikicelah kosong diantara dua bukit atau dua lembah.. Sehingga dapat
menyebabkan ketidak-tepatan alat ukur dalam membaca intensitas panjang
gelombang. Maka, dapat kita ketahui bentuk fisis pergetaran dan perambatan
gelombang mikro.

Selain itu, diperoleh data eksperimen pengukuran polarisasi dari dua orang
praktikan tersebut. Dimana sumbu-x menyatakan sudut rotasi kisi polarisasi dan
sumbu-y menyatakan intensitas gelombang. Serupa dengan pengukuran
sebelumnya dimana dibedakan jarak konektor terhadap corong antena. Kali ini,
jarak selisih konektor dari corong antena pada data pertama lebih jauh dibanding
dengan data keduanya. Data dalam bentuk grafik praktikan pertama dan kedua
masing-masing:

6
5
4

U (volt) 3
2
1
0
0

20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

(o)

Data Pertama

Data Kedua

Kedua grafik menunjukkan bahwa kurva yang diperoleh pada pengukuran


tersebut serupa, artinya jarak selisih konektor dengan corong hanya menghasilkan
intensitas gelombang tertinggi, sama halnya dengan eksperimen pengukuran
distribusi medan longitudinal. Pada pengukuran polarisasi ini, akan ditentukan
persamaan pengukuran intensitas awal gelombang tersebut.
Nilai intensitas maksimum pada data pertama sebesar 5 volt pada sudut fase 90.
Berdasarkan konsep yang terdapat pada dasar teori menggunakan fungsi cosinus
dimana pada fungsi tersebut nilai tertinggi sebesar 1 yaitu pada 0 sehingga:

Sehingga persamaannya menjadi:

Dengan intensitas awal sebesar 5 volt.


Nilai intensitas maksimum pada data kedua sebesar 2,55 volt pada sudut fase 90.
Berdasarkan konsep yang terdapat pada dasar teori menggunakan fungsi cosinus
dimana pada fungsi tersebut nilai tertinggi sebesar 1 yaitu pada 0 sehingga:

Sehingga persamaannya menjadi:

Dengan intensitas awal sebesar 2,55 volt.


Sehingga dari kedua kurva tersebut, dapat digambarkan fungsi gelombang seblum
dan sesudah terpolarisasi.

Adapun penyebab gelombang hanya memiliki satu arah getar saja setelah
melewati kisi polarisasi disebabkan karena terdapat bahan penyerap gelombang
pada kisi polarisasi tersebut. Dan pada sudut fase 0, gelombang memiliki nilai
intensitas terendah dikarenakan pada sudut tersebut arah getar E tegak lurus
terhadap konektornya.

Kesimpulan
Berdasarkan perolehan data dan grafik yang telah dihasilkan, dapat kita
simpulkan bahwa:
1. Dari pengukuran distribusi medan longitudinal, gelombang mikro dapat
menempuh jarak panjang gelombang hingga lebih dari 25cm bahkan lebih.
Dan intensitas gelombang tertinggi terdapat pada daerah dekat corong
antena pemancar gelombang mikro.

2. Dari pengukuran distribusi medan transversal, Intensitas gelombang


tertinggi terletak pada pusat pergeseran (0 cm pada sumbu-y) dan daerah
paling dekat dengan konektor.
3. Intensita gelombang terbesar dihasilkan ketika kisi polarisasi berada pada
sudut = 90 (ketika celah kisi berada pada posisi horizontal).
4. Dapat dibuktikan pula bahwa gelombang elektromagnet merupakan
gelombang transversal.

Sumber
Pedroti Frank L, Leno M pedroti, Leno S Pedroti. Introduction to Optics Thrid
Edition.
Sarojo, Ganijanti Aby. Gelombang dan Optika. Jakarta. Salemba Teknika. 2011

Anda mungkin juga menyukai