Anda di halaman 1dari 11

HARTONI GUMAY

 Home HOME SITE MAP DISCLAIMER ABOUT PDS AGENDA COPYRIGHT ▼
THURSDAY, OCTOBER 6, 2016

PENGINDERAAN JAUH GELOMBANG MIKRO DAN


RADAR

Oleh : Hartoni Gumay 

1.1. Latar Belakang

Pada mulanya, penginderaan jauh yang dikembangkan oleh para ahli adalah penginderaan
jauh fotografik yang menggunakan spektrum tampak. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi, tenaga elektromagnetik yang dapat digunakan untuk penginderaan jauh meluas ke
spektrum yang tidak tampak oleh mata, yaitu spektrum inframerah. Sistem penginderaan jauh
menggunakan tenaga gelombang mikro ini baru dikembangkan sejak tahun 1950-an.

Penginderaan jauh dengan tenaga gelombang mikro merupakan sistem penginderaan jauh
yang bisa beroperasi pada siang maupun malam hari pada segala cuaca. Ini berbeda dengan foto
udara maupun citra inframerah termal yang keduanya tidak bisa dibuat pada daerah yang banyak
tertutup oleh awan. Walaupun begitu, sistem penginderaan jauh ini memiliki kelemahan yaitu
resolusi spasial yang rendah.

            Karena kepekaan mata manusia sebesar spektrum tampak, maka penginderaan jauh yang
mula-mula dikembangkan orang adalah penginderaan jauh fotografik yang menggunakan spektrum
tampak. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, tenaga elektromagnetik yang dapat
digunakan untuk penginderaan jauh meluas ke spektrum yang tidak tampak oleh mata, yaitu
spektrum inframerah dekat hingga panjang 1,2 µm, spektrum infrah termal hingga panjang
gelombang 14 µm, dan spketrum gelombang mikro yaitu panjang gelombang 1.000 µm atau 1 mm
hingga 100 cm. Dari spektrum gelombang mikro, yang lazim digunakan di dalam penginderaan jauh
ialah dari panjang gelombang 1 mm hingga 30 cm (Lillesand and Kiefer  1979). Bila diambil panjang
gelombang rata-rata jendela atmosfer pada tiap spektrum maka panjang gelombang yang digunakan
di dalam penginderaan jauh sistem gelombang mikro berlipat 150.000 kali terhadap panjang
gelombang spektrum inframerah termal, dan berlifat 2.700.000 kali terhadap panjang gelombang
spketrum tampak. Meskipun disebut gelombang mikro tetapi ia merupakan panjang gelombang
terbesar yang dugunakan di dalam penginderaan jauh hingga saat ini.

            Berbeda dengan foto udara hitam putih yang telah dikembangkan sekitar satu setengah abad
dan foto udara berwarna yang telah dikembangkan sekitar setengah abad, citra gelombang mikro
baru dikembangkan untuk penginderaan jauh sejak dasawarsa 1950-an. Sistem penginderaan jauh
yang menggunakan tenaga gelombang mikro merupakan sistem baru disamping sistem
penginderaan jauh yang menggunakan tenaga termal. Meskipun demikian penelitian dan
pengembangan radar telah dimulai sekitar satu abad yang lalu. Eksperimen Heinrich Hertz yang
dilakukan pada tahun 1886 membuahkan suatu hasil bahwa berbagai obyek  metalik dan non
metalik memantulkan tenaga elektromagnetik pada frekuensi 200 MHz yang sangat dekat dengan
gelombang mikro. Eksperimen pertama penggunaan radar untuk mendeteksi kapal dilakukan oleh
Hulsmeyer pada tahun 1903. Taylor dan kawan-kawan dari Laboratorium Penelitian Angkatan Laut
Amerika Serikat (Naval Research Laboratory, NLR) merupakan pioner dalam pengembangan radar
untuk mendeteksi kapal dan pesawat terbang. Eksperimen pertamanya dilakukan pada tahun 1922.
Pengembangan pertama radar yang berhasil (oleh NRC) terjadi pada tahun 1936. Pada saat yang
bersamaan juga dilakukan pengembangan sistem radar oleh Sir Robert Watson-Watt di Inggris. Pada
perang dunia kedua, semua negera berperang telah mengembangkan sistem radar untuk
mendeteksi kapal dan pesawat terbang. Sensor radar diarahkan keatas yaitu kearah pesawat
terbang atau mendatar kearah kapal. Panjang gelombang yang digunakan tidak diukur dengan
sentimeter, melainkan dengan meter atau desimeter. Baru pada tahun 1948 dicobakan sensor radar
dari pesawat terbang untuk mendeteksi pesawat terbang lain maupun kapal dilaut (Ulaby, Moore
dan Fung 1981).

3.1. Panjang Gelombang dan Frekuensi

      Besar kecilnya panjang gelombang elektromagnetik mempengaruhi terhadap penetrasi


gelombang tersebut pada objek di permukaan bumi. Semakin besar panjang gelombang yang
digunakan maka semakin kuat daya penetrasi gelombang tersebut. Panjang gelombang
dikelompokkan menurut band-band. Panjang gelombang yang akan digunakan pada sistem
gelombang mikro bergantung pada aplikasi yang akan dikerjakan. Penginderaan jauh gelombang
mikro menggunakan satu atau lebih jenis band dalam melakukan penginderaan jauh. Klasifikasi
band, panjang gelombang dan frekuensinya yang digunakan dalam penginderaan jauh gelombang
mikro disajikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Klasifikasi band, panjang gelombang dan frekuensinya

Band Panjang gelombang (cm) Frekuensi (MHz)

Ka 0,8 - 1,1 40.000 - 26.500

K 1,1 - 1,7 26.500 - 18.000

Ku 1,7 - 2,4 18.000 - 12.500

X 2,4 - 3,8 12.500 - 8.000

C 3,8 - 7,5 8.000 - 4.000

S 7,5 - 15,0 4.000 - 2.000

L 15,0 - 30,0 2.000 - 1.000

P 30,0 - 100,0 1.000 - 300

3.2.    Penginderaan Gelombang Mikro Sistem Pasif dan Sistem Aktif

Penginderaan jauh yang menggunakan tenaga elektromagnetik pada gelombang mikro


dibedakan atas dua sistem yaitu sistem pasif  dimana menggunakan gelombang mikro alamiah dan
sistem aktif menggunakan gelombang mikro yang dibangkitkan pada sensor dan dikenal dengan
inderja sistem radar  atau radio detection and ranging  dapat berupa suatu teknik atau alat (Hanssen
2001). Penginderaan jauh system pasif yang menggunakan gelombang mikro disebut system
gelombang mikro, sedang yang aktif disebut system radar. Sejalan dengan itu maka keluarannya
yang berbentuk citra disebut citra gelombang mikro dan citra radar.

3.2.1. Sistem Pasif

            Penginderaan jauh sistem pasif menggunakan spektrum gelombang mikro karena itu proses
dan spektrum sistem tersebut, maka penginderaan jauh ini di sebut gelombang mikro. Sedangkan
yang aktip disebut sistem radar. Sejalan dengan itu maka keluarannya yang berbentuk citra disebut
citra gelombang mikro dan citra radar. Pada saat ini penginderaan jauh sistem gelombang mikro
telah dilaksanakan dari dirgantara maupun dari antariksa.

            Sistem kerja gelombang mikro berdasarkan pada pantulan tenaga dari objek. Hampis sama
dengan sistem penginderaan jauh lain, bahwa sistem gelombang mikro dalam perekamann objeknya
diperlukan beberapa komponen seperti : tenaga, objek, sensor (alat perekam), detektor dengan
wahana. Tenaga yang digunakan adalah gelombang mikro dengan panjang gelombang 1 mm - 100
cm. Sensor yang  digunakan oleh penginderaan jauh gelombang mikro adalah radiometer dan
penyiam. Radiometer adalah pengukuran radiasi elektromagnetik yang peka terhadap tenaga yang
lemah.

a. Asas Penginderaan

Baik asas penginderaan maupun sensornya, penginderaan jauh sistem gelombang mikro
serupa dengan penginderaan jauh sistem termal. Sensornya berupa radiometer dan penyiam. Beda
utamanya yaitu panjang gelombang yang digunakan didalam penginderaan jauh.

Tenaga yang direkam oleh sensor gelombang mikro bukan hanya tenaga pancaran
gemombang mikro yang berasal dari objek (1) melainkan juga pancaran oleh gas di atmosfer (2)
Pancaran oleh awan (3) Pancaran dari bawah permukaan tanah (4) Pancaran dari permukaan objek
yang diindera juga dipengaruhi oleh Sinar dari luar (5), sinar dari angkasa luar (6) dan Pancaran oleh
atmosfer (7).

b. Sensor

            Sensor penginderaan jauh yang menggunakan tenaga pada gelombang mikro terdiri dari dua
jenis, yaitu : Radiometer dan Penyiam.

1.    Radiometer gelombang mikro

            Radiometer adalah pengukuran radiasi elektromagnetik. Radiometer gelombang mikro dibuat


sangat peka dan mampu mengukur radiasi gelombang mikro yang tenaganya sangat lemah. Dengan
memilih parameter radiometer yang tepat yaitu: Panjang gelombang, polarisasi,sudut pengamatan.

            Radiometer gelombang mikro pada dasarnya terdiri dari 3 bagian yaitu (1) sebuah antena
penerima yang peka terhadap gelombang mikro (2) amplifier untuk memperkuat sinyal gelombang
mikro dan (3) perekam atau penyaji data yang diterima. Tenaga gelombang mikro yang digunakan
pada umumnya berkisar antara panjang gelombang 1 mm hingga 30 cm. Kisaran panjang gelombang
ini merupakan kompromi anatara kemampuan menembus awan dan hujan disatu pihak san resolusi
spasial di lain pihak. Pada panjang gelombang yang lebih besar maka kemampuan menembus awan
dan hujan lebih besar, akan tetapi resolusi spasialnya lebih kasar. Pada panjang gelombang hingga
30 cm ini maka tenaga gelombang mikro tidak seberapa terpengaruh oleh tutupan awan, dapat
menembus hujan yang tidak lebat dan resolusi spasialnya cukup memadai (Henderson dan Merchant
Jr 1978 dalam Sutanto 1987). Tenaga mikro yang kemampuannnya besar untuk menembus hujan
adalah yang panjang gelombangnya 23 cm atau lebih besar (Estes 1974 dalam Sutanto 1987).

2. Penyiam gelombang mikro

            Komponen penyiam gelombang mikro sama dengan radiometer gelombang mikro. Oleh
karena itu penyiam gelombang mikro sering disebut radiomter penyiam gelombang mikro.
Perbedaannya pokoknya satu, yaitu antennanya tidak dipasang tetap melainkan bergerak untuk
menyiam. Arah penyiamannya tegak lurus terhadap jalur terbang. Penyiamnya dilakukan secara
mekanik, arah sorot antena diubah oleh rotasi mekanik.

            Sistem radiometer penyiam gelombang mikro antara lain telah digunakan pada satelit Nimbus
-5 (19,35 GHz) dan Nimbus-6 (37 GHz) yang menggunakan radiometer gelombang mikro dengan
penyiam secara elektrik (Electrical Scanning Microwave Radiometer/ESMR) sedang spektrometer
gelombang mikro (Scanning Microwave Spectrometer/SCAMS) pada Nimbus-6 dan radiometer
penyiam gelombang mikro multisaluran (Scanning  Multichannel Radiometer/SMMR) pada Nimbus-7
menggunakan antena yang menyiam secara mekanik.

c. Keunggulan

            Ada dua keunggulan citra gelombang mikro, yaitu : 1) Dapat beroperasi pada siang maupun
malam hari. 2) Dapat menembus awan, bahkan hujan bagi saluran bergelombang panjang. Hal ini
penting bagi daerah yang selalu tertutup awan seperti berberapa daerah Sumatera, Kalimantan dan
Papua. Disampaing itu juga penting bagi daerah lintang tinggi pada musim dingin dimana malam
jauh lebih panjang dari siang hari.

d. Karakteristik Citra dan Interpretasinya.

            Resolusi spasial gelombang mikro merupakan fungsi panjang antena, jarak dari sensor ke
obyek, dan panjang gelombang yang digunakan untuk penginderaan. Oleh karena itu ada tiga
kemungkinan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kwalitas citranya, yaitu memperpanjang
antenna, meningkatkan kepekaan sensor, memperbesar IFOV ( instantaneous field of view).

e. Penggunaan Citra Gelombang Mikro

            Sehubungan dengan resolusi spasialnya yang rendah maka citra gelombang mikro lebih cocok
untuk penginderaan secara global yaitu penginderaan untuk lingkup daerah yang luas yang lazim
dilakukan dengan citra skala kecil. Penggunaan citra gelombang mikro antara lain untuk :
Oseanografi, Meteorologi, Hidrologi, Geologi, Pemetaan pentup dan penggunaan lahan, Kelembaban
tanah, Pertanian. (Lillesand and Kiefer 1979).

f. Satelit penginderaan jauh gelombang mikro sistem pasif

            Contoh satelit penginderaan jauh gelombang mikro sistem pasif disajikan pada Tabel 2
berikut.

Tabel 2. Contoh satelit penginderaan jauh gelombang mikro sistem pasif

Satelit Tahun Frekuensi Lebar Resolusi Parameter utaman yang


Penyiaman (km) diukur
(km)

Nimbus-5 1972 19,3 3000 25 Atmosfer : curah hujan


ESMR permukaan, konsentrasi es
laut, klasifikasi es, tutupan
salju.

Profil suhu, kandungan uap


air, kandungan air cair,
NEMS -
klasifikasi es, tutupan salju.
22,2; 31,4; 53,6; 200
54,9; 58,8

Skylab S193 1973 13,9 180 16 Kelembaban tanah, angin


laut, curah hujan

TIROS N / 1978 50,3; 2.300 110 Profil atmosfir


MSU 50,7;55,0;57,9

DMSP 1982 19,2; 22,3; 37,0; 1300 16 x4 Curah hujan, kecepatan


SSM/1 85,5 angin laut, konsentrasi es,
kelembaban tanah

TIROS-O 1986 18,5; 22,2; 31,6; 2000 15 Suhu atmosfir dan profil uap
AMSU 50,3; 57,967 air.

3.2.2. Sistem Aktiv (Radar)

            Penginderaan jauh sistem aktif yang menggunakan tenaga pada gelombang mikro disebut
penginderaan jauh system radar. Spektrum gelombang mikro yang digunakan sistem gelombang
mikro juga digunakan oleh sistem radar. Perbedaannya gelombang mikro dan radar terletak pada
tenaga yang digunakan untuk perekaman.  Radar singkatan dari Radio Detection and Ranging
menggunakan gelombang mikro/radio untuk mendeteksi obyek dan menentukan posisi atau jarak
("range"). Prinsip kerjanya : energi gelombang mikro dipancarkan ke obyek, kemudian dicatat
kekuatan, awal dan kadang kadang polrisasi dari energi atau "echo" pantulnya. Transmisi energi
gelombang mikro memerlukan perioda waktu sangat pendek (mikrodetik) bergantian dengan
perekaman "echo'. Jarak antara transmiter dan obyek dapat ditentukan dari waktu kembali ("return
time") signal "echo". Signal radar dapat ditransmisikan pada selang panjang gelombang dengan
penggunaan lebar kanal standar atau saluran-saluran dan spesifikasi

            Radar (Radio Detection And Ranging) bekerja pada gelombang elektromagnetik berupa
gelombang radio dan gelombang mikro, dengan panjang gelombang beberapa milimeter hingga
sekitar satu meter. Gelombang radio dan gelombang mikro tersebut dipancarkan ke seluruh
permukaan bumi dan pantulannya terdeteksi oleh sistem radar yang selanjutnya digunakan untuk
mendeteksi objek. Sehingga dengan demikian sistem ini sering disebut dengan penginderaan jauh
aktif.

a. Sejarah Perkembangan Radar

            Tahun 1865 seorang ahli fisika Inggris “James Clerk Maxwell“ mengembangkan dasar-dasar
teori terntang elektromagnetik. Dan satu tahun kemudian, “Heinrich Rudolf Hertz” seorang ahli fisika
Jerman berhasil membuktikan teori Maxwell dengan menemukan gelombang elektromagnetik.

            Penggunaan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi keberadaan suatu benda,


pertama diterapkan oleh Christian Hülsmeyer pada tahun 1904 dengan mempertunjukkankebolehan
mendeteksi kehadiran dari suatu kapal pada cuaca berkabut tebal, tetapi belumsampai mengetahui
jarak kapal tersebut.

            Pada tahun 1921 “Albert Wallace Hull” menemukan Magnetron sebagai tabung pemancar
sinyal/transmitter efisien. Tahun 1922 “A. H. Taylor and L.C.Young” dan tahun 1930 L. A. Hyland dari
Laboratorium Riset kelautan Amerika Serikat, berturut-turut berhasil menempatkan transmitter
pada kapal kayu dan pesawat terbang untuk pertama kalinya.

            Sebelum Perang Dunia II yakni antara tahun 1934 hingga 1936, ilmuan dari Amerika,
Jerman, Prancis dan Inggris mengembangkan sistem radar. Namun setelah Perang Dunia II sistem
radar berkembang sangat pesat, baik tingkat resolusi dan portabilitas yang lebih tinggi, maupun
peningkatan kemampuan sistem radar sebagai pertahanan militer. Hingga saat ini sistem radar
sudah lebih luas lagi penggunaannya yakni meliputi kendali lalu lintas udara ( Air Traffic Control),
pemantau cuaca dan jalan. Sejarah perkembangan radar disajikan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Sejarah perkembangan radar

Tahun Perkembangan Radar

1886 Hertz (Jerman) mendemonstrasikan pemantulan gelombang radio dari


berbagai obyek

1904 Hulsmeyer (Jerman) membangun pertama kali rudimentary radar

1930 Taylor (Rusia) dan kemudian Watson-Watt (U.K) melakukan eksperimen


dengan pulsa radio beam (pulsed radio beam) untuk mendeteksi obyek pada
suatu jarak

1940-an Pengembangan dengan teratur (classified) Radar untuk pesawat dan kapal
laut selama PD II

1960-an De-classification dari SLAR dan SAR di USA; civilian (orang sipil)
menggunakannya untuk analisa terrain dan survei sumberdaya alam selama
tahun1960-an dan 1970-an

1970-an Pengembangan sistem multi-channel airborne SAR (ERIM, JPL) untuk riset

1978 Peluncuran SEASAT (USA) untuk pertama kali non-military spaceborne SAR

1979 SURSAT Study Canadian Program yang memasukkan sebagian besar jumlah
pengguna baik data airborne (SAR-580) dan satellite borne (SEASAT)

1983 COSMOS (USRR) satellite diluncurkan untuk aplikasi percobaan dalam


oseanografi

1980-an Pengembangan Spaceborne SAR’S di USA, Kanada, Eropa dan Jepang untuk
penggunaan operasional (aplikasi sumberdaya bumi = earth resource
application)

1980-an Kampanye eksperimental SAR (US Shuttle Imaging Radar Eksperiment) pada
tahun 1981 dan 1984
1980-an Kesuksesan komersial SAR untuk/dan terrain mapping oleh intera-worldwide

1991 Peluncuran ERS-1

1995 Peluncuran Radarsat milik Kanada

1996 Peluncuran ERS-2 dan IFSAR

2002 Peluncuran Cryosat

b. Asas penginderaan

            Karena penginderaan jauh sistem radar merupakan penginderaan jauh sistem aktif, tenaga
elektromagnetik yang digunakan didalam penginderaan dibangkitkan pada sensor. Tenaga ini berupa
pulsa bertenaga tinggi yang dipancarkan  dalam waktu sangat pendek yaitu sekitar 10 -6 detik.
Pancarannya ditujukan kerah tertentu. Bila pulsa radar mengenai objek, pulsa itu dapat dipantulkan
kembali ke sensor radar. Sensor ini mengukur dan mencatat waktu dari saat pemncaran hingga
kembali ke sensor, disamping mengukur dan mencatat intensitas tengaga balik pulsa itu.
Berdasarkan waktu perjalanan pulsa radar dapat diperhitungkan jarak obyek, sedang berdasarkan
intensitas tenaga baliknya dapat ditaksir jenis obyeknya. Intensitas atau kekuatan pulsa radar yang
diterima kembali oleh sensor menentukan karakteristik spektral obyek pada citra radar. Di dalam
mengenali obyek, tentu saja diperlukan karakteristik spasial dan atau karakteristik temporal seperti
pada interpretasi citra lainnya.

            Sensor radar dapat dipasang dipermukaan tanah, dipesawat terbang, maupun satelit.
Keluarannya ada dua jenis yaitu data non citra dan citra radar. Data non citra terdiri sistem radar
Doppler untuk mengukur kecepatan kendaraan (kapal, pesawat terbang, satelit) dan radar "plan
position indicator (PPI)". Sitem radar dopler menggunakan efek Doppler yaitu perubahan frekuensi
radiasi gelombang elektromagnetik yang disebabkan oleh gerak ralatif antara sumber radiasi dan
penerimanya. Perubahan frekuensi ini dapat terjadi dalam bentuk perubahan nada bunyi klakson
atau sirine ambulans yang sedang melaju. Efek Doppler semacam ini disebut Efek Doppler Akustik.
Nada bunyinya berubah pada saat mobil mendekati atau menjauhi kita.  Disamping itu juga ada efek
Doppler optik yang perubahannya bergantung atas kecepatan relatif sumber cahaya dan
pengamatnya, dan efek Doppler termal yang menyebabkan pelebaran garis-garis spektralnya. Efek
Doppler pada gelombang radar terjadi dalam bentuk perubahan frekuensi sinyal yang dipancarkan
oleh sensor dan yang dipantulkan kembali ke obyek.

            Sistem radar yang membuahkan citra radar dikembangkan oleh kalangan militer pada
dasawarsa 1950an untuk merekam daerah lawan dari samping. Karena perekamnya ke arah samping
maka sistem radar ini disebut side looking radar (SLR). Untuk memperjelas wahana yang digunakan
maka sistem radar ini digunakan dengan makna airbone radar (SLAR). Dua istilah ini digunakan
dengan makna yang sama akan tetapi istilah SLAR lebih banyak digunakan.

            Asas pengenalan obyek pada citra SLAR ialah dengan menyidik karakteristik obyek yang
bersangkutan dengan menggunakan rona sebagai unsur interpretasi utamanya. Rona tersebut
tergantung pada intensitas tenaga gelombang mikro yang dipantulkan oleh obyek. Intensitas atau
tenaga pantulan ini pada dasarnya dipengaruhi oleh dua sifat utama yaitu sifat obyek yang diindera
dan sifat sistem radarnya. Masing-masing sifat ini dipengaruhi oleh delapan faktor yaitu 1) lereng
(skala makro), 2) kekasaran permukaan (skala mikro), 3 complex dielectric constan, 4) arah obyek, 5)
panjang gelombang yang digunakan untuk mengindera, 6) sudut depresi antena, 7) Polarisasi, 8)
Arah pengamatan antena.

c. Sensor

            Sistem radar atau sistem SLAR dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu 1) sistem real aperture
radar (RAR) dan 2) sistem synthetic aperture radar (SAR).

1)  Sistem real aperture radar (RAR)

            Cara kerja sensor RAR (Gambar 4) teridiri pemancar (1) membangkitkan pulsa radar
terpolarisasi dengan panjang gelombang tertentu. Pulsa radar ini dipancarkan ke arah tertentu oleh
antena (4). Pancarannya membentuk berkas serupa kipas (5) yang arahnya tegak lurus terhadap jalur
terbang (7). Pulsa ini mengenai obyek dan sebagian dari padanya dipantulkan kembali (6) ke sensor.
Pulsa ini diterima kembali oleh antena dan diteruskan ke penrima (2) yang peka terhadap gelombang
radar. Penerima mengubah pulsa radar yang diterima menjadi sinyal video (elektrik) yang diperkuat.
Karena antena berfungsi rangkap yaitu sebagai pemancar dan penerima maka antena itu diatur agar
secara berganti-ganti dapat memancarakan dan menerima pulsa radar. Alat pengaturnya berupa
sebuah TR (transmit receive) switch atau duplexer (3). Proses pergantian fungsi antena ini
berlangsung secara terus menerus dengan kecepatan tinggi yaitu 1000 hingga 2000 kali tiap detik.
Serupa dengan keluaran sensor penyiam, keluaran sesaat sensor radar berupa sebuah garis
menyilang tegak lurus jalur terbang. Gerak maju pesawat terbang membuahkan garis-garis
berikutnya dan citra radar terbentuk oleh himpunan garis-garis ini. Penerima membuahkan sinyal
video yang variasinya sesuai intensitas pulsa radar yang diterima. Sinyal video yang bervariasi ini
mengubah intensitas titik sinar yang selalu bergerak yaitu sebuah sinar elektron kecil pada sebuah
tabung sinar katoda (CRT) (8) atau cathoda ray tube. Sinar yang bervariasi itu dipusatkan pada
permukaan film (9) dan digariskan padanya sehingga pada tiap pantulan pulsa radar akan terbentuk
sebuah garis. Film ini digerakkan maju sesuai dengan kecepatan relatif wahana. Setelah diproses
maka film ini membuahkan gambaran dengan densiti yang sesuai dengan intensitas pantulan pulsa
radar.

2. Sistem synthetic aperture radar (SAR).

            Sistem SAR baru dikembangkan beberapa tahun ini untuk mengatasi keterbatasan resolusi
spasial citra RAR. Cara mengatasinya yaitu dengan membuat antena pendek yang berfungsi sebagai
antena panjang. Sebagai contoh, antena sintetik sepanjang (1-2) m dapat berfungsi sebagai antena
yang panjangnya 600 m. Antena sintetik sepanjang 11 m dapat berfungsi sebagai antena sepanjang
15 km.  Antena sepanjang 600 m apalagi 15 km tidak mungkin dipasang dibawah pesawat terbang
maupun satelit.

            Jadi ciri utama yang membedakan sensor RAR dan sensor SAR adalah antenanya. Dengan
gerak maju pesawat terbang maka sensor yang sebenarnya berukuran pendek itu secara elektronik
dibuat demikian sehingga ia hanya merupakan bagian-bagian dari antena panjang. Hal ini
dimungkinkan oleh adanya efek Doppler yang mengakibatkan gerak semu bagi obyek pada tiap
pancaran pulsa radar. Sebagai contoh sebuah obyek A seolah-olah bergerak hingga titik 0 pada saat
perekaman. Sebagai akibatnya maka lebar sorot antena menjadi besar, obyek berukuran sama yang
pada sistem RAR tidak tergambarkan karena sorot antenanya sempit, pada sistem SAR dapat
tergambar. Beda lainnya adalah pada alat perekamnya yang bukan hanya berupa film, melainkan
juga pita digital berdensiti tinggi (High Density Digital Tape/ HDDT).

d. Keunggulan dan Keterbatasan

            Ada enam keunggulan penginderaan jauh sistem radar yaitu kemampuan segala cuaca,
kemampuan untuk beroperasi pada malam hari, liputan ke samping yang panjang, penajaman
perujudan geologi, distorsi geometric yang kecil dan penyembunyian detail. Keterbatasan sistem
SLAR antara lain berupa ketersediaan citra SLAR yang belum sebanyak ketersediaan citra lainnya.
Dari citra yang ada juga belum banyak diketahui serta dimanfaatkan (Lillesand and Kiefer 1979). Di
samping itu juga harganya yang relative mahal dari pengadaan citra lainnya (Curran 1985).

e. Penggunaan Citra Radar

            Penggunaan berbagai sistem radar dirgantara dan antariksa untuk penginderaan jauh
disajikan pada Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Penggunaan radar dirgantara dan antariksa untuk penginderaan jauh

            Penggunaan

Bidang Jenis

Geologi Struktur

Litologi

Hidrologi Kelembaban tanah

Pemetaan DAS

Pemetaan Banjir

Pemetaan air permukaan

Pemetaan salju

Pertanian Pemetaan jenis tanah

Memantau penggunaan lahan pertanian

Identifikasi batas lahan garapan

Memantau perkembangan pertumbuhan dan penenan

Identifikasi kerusakan tanaman

Memantau lahan ternak

Masalah air, sama dengan hidrologi

Hutan Memantau penebangan

Memetahkan kerusakan oleh kebakaran


Identifikasi kerusakan lahan

Estimasi volume kayu

Kartografi Pemetaan topografik daerah jauh yang berawan

Pemetaan penggunaan lahan

Memantau perbuhan penggunaan lahan, pemekaran kota

Daerah kitub Memantau dan memetahkan es laut

Memetakan daerah es kontinental

Memantau formasi gunung es dan gerakannya

Memantau perubahan glasial

f. Satelit Gelombang Mikro Sistem Aktif (Radar)

Satelit dengan sensor gelombang mikro aktif, yang menggunakan teknik perekaman
menyamping (synthetic aperture radar) paling menonjol dewasa ini adalah Radarsat milik Kanada,
ERS-1 milik Eropa, dan JERS-1 milik jepang. Sebelum sensor radar ini dioperasikan pada wahana
satelit, percobaan telah dilakukan secara ekstensif menggunakan pesawat udara (SLAR) dan pesawat
ulang alik (SIR-A, SIR-B dan SIR-C). Berikut beberapa satelit satelit gelombang Mikro sistem aktif atau
satelit radar seperti Radarsat, Almaz, ERS, JERS, dan Alos

·           RADARSAT

Radarsat merupakan satelit milik Kanada. Radarsat pertama kali diluncurkan pada 4
november 1995. Satelit ini melakukan liputan lengkap dalam 14 orbit sehari secara sinkron matahari.
Resolusi temporalnya adalah 6 hari. Salah satu misi utama dari peluncuran satelit ini adalah
memantau kondisi es di Laut Artktik (dekat kutub utara) selama periode gelap (musim dingin) dan
selama kondisi medan tertutup oleh awan. Sensor terpasang mampu menyapu selebar 500 km.
Sensor ini disebut ScanSAR, dengan kemampuan menghasilkan citra pada dua ekstrem kerincian:
dari format lebar (wide format/full swath wide) berukuran 500 x 500 km2 hingga format kecil (fine
format) berukuran 50 x 50 km2.

·           ALMAZ

Almaz merupakan satelit bersensor radar milik rusia yang diluncurkan pada 31 maret 1991.
Sensor Almaz bekerja seperti sistem SLAR pada pesawat udara yang merekam pada film holografi
yang kemudian dikonversi ke film citra.

·           ERS-1

ERS-1 merupakan satelit milik eropa  yang mengoperasikan beberapa sensor, antara lain SAR
(synthetic aperture radar) dan ATSR (along track scanning radiometer). SAR pada ERS-1 beroperasi
dengan polarisasi VV (vertikal pada energi datang, vertikal pada energi pantul), melalui antena SAR
berukuran 10 x 1 m dan dengan sudut depresi yang curam (67 o), untuk mendukung aplikasi
oseanografi (Sabin, 1997). Dari ketinggian orbit 785 km, citra radar yang dihasilkan oleh JERS-1 ini
mempunyai resolusi spasial 30 meter dengan lebar sapuan 100 km.

·           JERS-1
JERS-1 merupakan satelit milik jepang. JERS-1 merupakan satelit sumberdaya yang
mengoperasikan sensor radar bersama-sama dengan sensor optik. Sensor radar aktif (SAR) ini
beroprasi dengan sudut depresi sebesar 55 o, yang besarnya diantara SIR-A (40o) dan ERS-1 (67o).
Resolusi spasial yang dihasilkan ialah 25 meter, dengan luas liputan 75 km x 75 km. Sensor optik
(OPS-1/VNIR) pada JERS-1 memuat saluran tampak dan inframerah pantulan, dengan liputan medan
75 km x 75 km.

·           ALOS (Advanced Land Observing Satellite)

ALOS merupakan satelit sumberdaya milik Jepang yang diluncurkan oleh Badan    Eksplorasi
Udara dan Ruang Angkasa Jepang (Japan Aerospace Exploration Agency / JAXA). ALOS diluncurkan
pada 26 Januari 2006 dan dirancang beroperasi selama 3-5 tahun. Alos memuat tiga sensor yaitu
PRISM (panchromatic Remote Sensing Intrument for Stereo Mapping) dengan resolusi spasial 2,5
m,  AVNIR-2 (Advanced Visible and Near InfraRed Type-2) dengan resolusi spasial 10 meter dan
Palzar (Phased Array Type-L Synthetic Aperture Radar) dengan resolusi spasil 10-100 meter.

IV. PENUTUP

            Penginderaan jauh dengan tenaga gelombang mikro merupakan sistem penginderaan jauh
yang bisa beroperasi pada siang maupun malam hari pada segala cuaca. Penginderaan jauh sistem
pasif menggunakan spektrum gelombang mikro karena itu proses dan spektrum sistem tersebut,
maka penginderaan jauh ini di sebut gelombang mikro. Sedangkan yang aktip disebut sistem radar.
Sejalan dengan itu maka keluarannya yang berbentuk citra disebut citra gelombang mikro dan citra
radar. Pada saat ini penginderaan jauh sistem gelombang mikro telah dilaksanakan dari dirgantara
maupun dari antariksa.

DAFTAR PUSTAKA

Danoedoro P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi Offset.

Haniah, Yudo P. 2011. Pengenalan Teknologi Radar Untuk Pemetaan Spasial di Kawasan


Tropis. Teknik.  32(2):155-161.

Anda mungkin juga menyukai