Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika adalah salah satu ilmu pengetahuan yang mempunyai kaitan sangat erat
dengan berbagai gejala-gejala alam, salah satunya adalah gelombang. Gelombang sering
ditemui dalam kehidupan sehari- hari. Contohnya ketika ujung tali diikat pada tiang dan
ujung lainnya digerakkan dengan arah vertikal, maka tali tersebut akan bergetar
membentuk bukit dan lembah. Berbincang mengenai gelombang, ada beberapa jenis
gelombang yang dapat ditemui, salah satunya adalah gelombang mikro. Contoh kegunaan
gelombang mikro dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika memanaskan makanan
menggunakan microwave. Penggunaan microwave akan memberikan efek pemanasan
pada makanan karena gelombang mikro memiliki frekuensi yang tinggi.
Salah satu sifat gelombang yaitu interferensi. Interferensi adalah sifat gelombang
yang dapat dilihat pada perpaduan gelombang. Contoh peristiwa yang terjadi pada
gelembung sabun menyebabkan terjadinya interferensi konstruktif yang biasa dikenal
sebagai superposisi gelombang ketika pola interferensi yang diperoleh merupakan pola
interferensi garis-garis terang. Salah satu alat yang digunakan untuk mengidentifikasi pola
interferensi adalah interferometer. Selain itu, interferometer juga dimanfaatkan untuk
mengukur frekuensi dan panjang gelombang dengan ketelitian yang sangat tinggi, dimana
yang paling umum digunakan adalah interferometer Michelson.
Untuk membuktikan panjang gelombang serta frekuensi gelombang dalam
interferometer Michelson diperlukan pengunaan gelombang yang dalam berambatannya
relatif cepat, transfer data lebih cepat sehingga gelombang yang cocok digunakan dalam
interferometer Michelson yaitu gelombang mikro. Berdasarkan hal tersebut maka perlu
diadakan eksperimen tentang interferometer Michelson.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip dasar interferometer Michelson pada gelombang mikro?
2. Berapa nilai panjang gelombang dan frekuensi gelombang pada gelombang mikro?

C. Tujuan Percobaan
1. Memahami prinsip dasar interferometer Michelson pada gelombang mikro.
2. Menentukan nilai panjang gelombang dan frekuensi gelombang pada gelombang
mikro.
D. Manfaat Percobaan
1. Mengetahui prinsip dasar interferometer Michelson pada gelombang mikro.
2. Mengetahui berapa nilai panjang gelombang dan frekuensi gelombang mikro.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Gelombang Mikro
Gelombang merupakan getaran yang merambat. Bentuk ideal dari suatu
gelombang akan mengikuti gerak sinusoide. Selain radiasi elektromagnetik dan radiasi
gravitasi, yang bisa berjalan lewat ruang hampa udara, gelombang juga terdapat pada
medium (yang karena perubahan bentuk dapat menghasilkan gaya pegas) di mana mereka
dapat berjalan dan dapat memindahkan energi dari satu tempat ke tempat lain tanpa
mengakibatkan partikel medium berpindah secara permanen, yaitu tidak ada perpindahan
secara massal. Secara umum, gelombang dibagi menjadi kelompok gelombang
berdasarkan arah rambat dan kelompok gelombang berdasarkan medium rambat.
Berdasarkan arah rambatnya, gelombang dapat dikelompokkan menjadi gelombang
longitudinal dan gelombang transversal. Sedangkan berdasarkan medium perambatannya,
gelombang dikelompokkan menjadi gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik.
[3]

Untuk membuktikan hipotesis Maxwell, pada tahun 1887 Heinrich Hertz


melakukan percobaan dan berhasil membangkitkan serta mendeteksi adanya gelombang
elektromagnetik. Dalam percobaannya tersebut Hertz juga dapat menunjukkan bahwa
radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat dibangkitkan mempunyai sifat-sifat
gelombang cahaya yaitu interferensi, difraksi, pemantulan, pembiasan dan polarisasi
gelombang, dan Hertz juga dapat menghitung bahwa cepat rambat gelombang
elektromagnetik yang dibangkitkan ternyata tepat sama dengan kecepatan cahaya yaitu
sebesar c = 3 x 108 m/s. Dari kenyataan ini terbukti bahwa cahaya adalah gelombang
elektromagnetik dan panjang gelombang dari gelombang elektromagnetik dirumuskan
sebagai:
c
λ= … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.1)
f
Keterangan:
λ = panjang gelombang (m)
f = frekuensi gelombang (Hz)
c = cepat rambat gelombang (c = 3 x 108 m/s)
Dari percobaannya ini pula Hertz menperoleh hasil bahwa radiasi gelombang
frekuensi radio yang berhasil dibangkitkan juga memiliki sifat-sifat seperti gelombang
cahaya, yang membedakan hanya gelombang cahaya, yang membedakan hanya
frekuensinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gelombang frekuensi radio adalah
gelombang elektromagnetik juga. Lebih jauh Maxwell dapat membuktikan bahwa ada
berbagai jenis gelombang elektromagnetik lainnya yang berbeda-beda frekuensinya tetapi
kesemuanya menunjukkan sifat- sifat gelombang cahaya. [1]
Gelombang elektromagnetik ternyata tidak hanya berupa cahaya atau radiasi
gelombang radio saja. Ada beberapa jenis gelombang lain yang kesemuanya adalah
gelombang elektromagnetik tetapi dengan frekuensi yang berbeda-beda. Untuk setiap
rentang frekuensi yang berbeda atau panjang gelombang yang berbeda akan mempunyai
energi yang berbeda pula sehingga dapat dikategorikan pada spektrum gelombang
elektromagnetik ini sangat besar, mulai dari 101 Hz sampai 1022 Hz. [2]
Percobaan besar tentang microwave terjadi pada ahun 1931 di mana gelombang ini
dicoba untuk melewati selat Inggris sejauh 40 mil dan digunakan ntuk menyampaikan
data telephone, telegraf dan taksimil. Gelombang mikro mempunyai daerah frekuensi di
atas 3 GHz atau disebut Super High Frequence dengan panjang gelombang sekitar 3 cm
sehingga disebut gelombang pendek atau microwave. Sifat dari gelombang mikro ini jika
diserap oleh benda maka akan menimbulkan efek pemanasan pada benda tersebut. Karena
itu gelombang mikro ini sekarang dimanfaatkan dalam rumah tangga sebagai oven
microwave yang mampu memasak makanan dalam waktu yang singkat sehingga praktis
dan ekonomis. Selain itu, karena panjang gelombangnya yang hanya beberapa sentimeter
maka gelombang mikro akan dengan mudah dipantulkan oleh benda-benda dengan ukuran
yang jauh lebih besar atau yang seukuran dengan panjang gelombang ini. [4]
Dengan memanfaatkan sifat pemantulan ini maka gelombang mikro dipergunakan
sebagai alat pendeteksi dan pencari jejak/ lokasi sebuah benda atau biasa dikenal sebagai
RADAR (Radio Detection and Ranging ) yang selalu dibutuhkan pada sistem navigasi.
Gelombang mikro juga dipergunakan dalam rangkaian televisi tertutup untuk mengirim
sistem audio-video dari kendaraan-kendaraan penyiar yang berada di lapangan ke studio
atau untuk siaran langsung. Selain itu juga digunakan untuk komunikasi satelit, telepon
dan sebagainya. [2]

B. Ciri-ciri Gelombang Mikro


Gelombang micro memiliki karakteristik/ ciri khas sebagai berikut:
a. Memiliki frekuensi 300 MHz sampai 300 GHz
b. Memiliki panjang gelombang 1 mm-1 m
c. Merambat pada bidang yang lurus
C. Interferometer Michelson
Interferensi dan difraksi merupakan fenomena penting yang membedakan
gelombang dari partikel. Interferensi adalah penggabungan secara superposisi dua
gelombang atau lebih yang bertemu dalam satu titik di ruang. Sedangkan difraksi adalah
pembelokan gelombang disekitar sudut yang terjadi apabila sebagian muka gelombang
dipotong oleh halangan atau rintangan.
Apabila dua gelombang yang berfrekuensi dan berpanjang gelombang sama tapi
berbeda fase, maka gelombang yang dihasilkan merupakan gelombang yang amplitudonya
tergantung pada perbedaan fasenya. Jika perbedaaan fasenya 0 atau bilangan buat
kelipatan 360˚, maka gelombang akan sefase dan berinteraksi secara saling menguatkan
(interferensi konstruktif). Sedangkan amplitudonya sama dengan penjumlahan amplitudo
masing-masing gelombang. Jika perbedaan fasenya 180˚ atau bilangan ganjil kali 180˚,
maka gelombang yang dihasilkan akan berbeda fase dan dihasilkan akan berinteraksi
secara saling melemahkan (interferensi destruktif). Amplitudo yang dihasilkan merupakan
perbedaan amplitudo masing-masing gelombang. [3]
Interferometer Michelson merupakan piranti optik yang dirancang dengan
menggunakan prinsip pembagian amplitudo gelombang cahaya yang berasal dari satu
sumber. Cahaya tersebut dibagi menjadi dua dengan menggunakan cermin separuh pantul
dan kemudian digabungkan kembali pada layar dengan selisih lintasan yang ditempuh
oleh kedua sinar tadi merupakan kelipatan tertentu dan panjang gelombang cahaya yang
digunakan. Lensa objektif merupakan sebutan bagi lensa positif dengan jarak fokus yang
cukup kecil, berkisar antara 4-32 mm. Lensa ini sering digunakan untuk menyebarkan
sinar laser pada interferometri mengingat perbesaran yang dihasilkan cukup tinggi
sehingga penampang sinar laser dapat diamati.

Gambar 2.1 Komponen-Komponen Utama Interferometer Michelson


Interferometer Michelson menggunakan cahaya monochromatis dari sumber
tunggal laser. Sinar tersebut mengenai cermin pemecah berkas (beam splitter). Sebagian
berkas cahaya dipantulkan dan mengenai cermin yang bergerak (movable mirror), serta
sebagian yang lain dibiaskan dan mengenai cermin yang tetap. Kedua sinar tersebut
dipantulkan oleh cermin dan kembali ke cermin pemecah berkas. Sinar dari cermin yang
bergerak kemudian dibiaskan dan sinar dari cermin yang tetap dipantulkan oleh cermin
pemecah berkas. Kedua sinar tersebut menuju ke pengamat. Pada posisi pengamat,
ditempatkan detektor cahaya agar dapat diamati intensitas cahaya yang terjadi pada posisi
tersebut. [5]
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Alat dan Bahan
1. Perangkat Gelombang Mikro:
a. Transmitter, 1 buah
b. Receiver, 1 buah
c. Partial Reflektor, 1 buah
d. Reflektor, 2 buah
2. Galvanometer, 1 buah
3. Meteran, 2 buah

B. Rangkaian Eksperimen

Gambar 3.1 Rangkaian Ekperimen Interferemeter Michelson

C. Prosedur Kerja
1. Menyusun perangkat gelombang mikro seperti pada gambar.
2. Menyalakan transmitter dan pasang konektor galvanometer pada receiver. Geser
receiver maju dan mundur sepanjang garis ukur hingga mendapatkan pembacaan skala
yang memadai pada galvanometer.
3. Menggeser reflektor A hingga teramati penyimpangan maksimum relatif pada jarum
galvanometer. Catat posisi tersebut sebagai x0 dan lakukan kegiatan yang sama untuk
reflektor B.
4. Sambil mengamati jarum galvanometer, geser dengan perlahan reflektor A menjauhi
partial reflektor hingga jarum galvanometer membaca 1 minimum relatif dan kembali
ke 1 maksimum (n=1). Catat posisi akhir reflektor A sebagai x1.
5. Melanjutkan langkah (4) hingga Anda mendapatkan sedikitnya 20 minimum relatif
dan 20 maksimum relatif (n=20).
6. Melakukan langkah 4 & 5 pada reflektor B, dengan mengembalikan reflektor A pada
posisi x0.
BAB IV
HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
batasukur 1 cm
NST meteran= = =0,1 cm=0,001 m
jumlah skala 10
batas ukur 10 μA −6
NST galvanometer= = =2 μA=2 x 10 A
jumlah skala 5
1. Reflektor A
Posisi awal reflekror A (x0) = 30 cm
Tabel 4.1 Hubungan Antar Jumlah Pergeseran (n) dengan Posisi Reflektor A

n Posisi Reflektor A n Posisi Reflektor A


(cm) (cm)
1 31,4 11 46,0
2 33,0 12 47,4
3 34,5 13 49,0
4 35,9 14 50,5
5 37,6 15 52,1
6 38,7 16 53,5
7 40,0 17 55,0
8 41,7 18 56,5
9 43,1 19 58,1
10 44,5 20 59,5

2. Reflektor B
Posisi awal reflekror B (x0) = 30 cm
Tabel 4.2 Hubungan Antar Jumlah Pergeseran (n) dengan Posisi Reflektor B
n Posisi Reflektor B n Posisi Reflektor B
(cm) (cm)
1 31,2 11 46,2
2 32,9 12 47,7
3 34,1 13 49,2
4 35,9 14 50,8
5 37,4 15 52,0
6 38,7 16 53,4
7 40,2 17 55,1
8 41,5 18 56,4
9 43,2 19 58,0
10 44,5 20 59,3
B. Analisis Data
1. Analisis Perhitungan
a. Reflektor A
Ketika n=1, maka:
∆ x n=x n −x(n−1) Ketika n=2, maka:
∆ x 1=x 1−x (1−1) ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 1=x 1−x 0 ∆ x 2=x 2−x (2−1)
∆ x 1=31,4−30,0 ∆ x 2=x 2−x 1
∆ x 1=1,4 cm=0,014 m ∆ x 2=33,0−31,4
∆ x 2=1,6 cm=0,016 m
Ketika n=3, maka:
∆ x n=x n −x(n−1) Ketika n=4, maka:
∆ x 3=x 3−x (3 −1 ) ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 3=x 3−x 2 ∆ x 4 =x 4−x (4−1)
∆ x 3=34,5−33,0 ∆ x 4 =x 4−x 3
∆ x 3=1,5 cm=0,015 m ∆ x 4 =35,9−34,5
∆ x 4 =1,4 cm=0,014 m
Ketika n=5, maka:
∆ x n=x n −x(n−1) Ketika n=6, maka:
∆ x 5=x 5−x (5 −1 ) ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 5=x 5−x 4 ∆ x 6=x 6 −x(6−1)
∆ x 5=37,6−35,9 ∆ x 6=x 6 −x5
∆ x 5=1,7 cm=0,017 m ∆ x 6=38,7−37,6
∆ x 5=1,1 cm=0,011m
Ketika n=7, maka:
∆ x n=x n −x(n−1) Ketika n=8, maka:
∆ x 7=x 7 −x(7−1) ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 7=x 7 −x6 ∆ x 8=x 8 −x(8−1)
∆ x 7=40,0−38,7 ∆ x 8=x 8 −x7
∆ x 7=1,3 cm=0,013 m ∆ x 8=41,7−40,0
∆ x 8=1,7 cm=0,017 m
∆ x 15=1 , 6 cm=0,01 6 m
Ketika n=10, maka:

Ketika n=9, maka: ∆ x n=x n −x(n−1)

∆ x n=x n −x(n−1) ∆ x 10=x 10−x(10−1)

∆ x 9=x 9 −x(9−1) ∆ x 10=x 10 −x 9

∆ x 9=x 9 −x 8 ∆ x 10=44,5−43,1

∆ x 9=43,1−41,7 ∆ x 10=1 , 4 cm=0,01 4 m

∆ x 9=1,4 cm=0,014 m
Ketika n=12, maka:
Ketika n=11, maka: ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x n=x n −x(n−1) ∆ x 12=x 11 −x(12−1)
∆ x 11=x 11−x(11−1) ∆ x 12=x 12−x11
∆ x 11=x 11−x10 ∆ x 12=47,4−46,0
∆ x 11=46,0−44,5 ∆ x 12=1,4 cm=0,014 m
∆ x 11=1,5 cm=0,015 m
Ketika n=14, maka:
Ketika n=13, maka: ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x n=x n −x(n−1) ∆ x 14 =x 14−x (14−1 )
∆ x 13=x 13−x(13−1) ∆ x 14=x 14 −x 13
∆ x 13=x 13−x 12 ∆ x 14=50,5−49,0
∆ x 13=49,0−47,4 ∆ x 14=1 , 5 cm=0,01 5 m
∆ x 13=1 , 6 cm=0,01 6 m
Ketika n=16, maka:
Ketika n=15, maka: ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x n=x n −x(n−1) ∆ x 16=x 16 −x (16−1)
∆ x 15=x 15−x(15−1) ∆ x 16=x 16 −x 15
∆ x 15=x 15−x 14 ∆ x 16 =53,5−52,1
∆ x 15=52,1−50,5 ∆ x 16=1 , 4 cm=0,01 4 m
Ketika n=17, maka: Ketika n=18, maka:
∆ x n=x n −x(n−1) ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 17=x 1 7−x (17−1) ∆ x 18=x 18−x(18−1)
∆ x 17=x 17−x 16 ∆ x 18=x 18 −x 17
∆ x 17=55,0−53,5 ∆ x 18=56,5−55,0
∆ x 17=1 , 5 cm=0,01 5 m ∆ x 18=1 , 5 cm=0,015 m

Ketika n=19, maka: Ketika n=20, maka:


∆ x n=x n −x(n−1) ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 19=x 19−x(19−1) ∆ x 20=x 20 −x (20−1)
∆ x 19=x 19−x 18 ∆ x 20=x 20 −x 19
∆ x 19=58,1−56,5 ∆ x 20=59,5−58,1
∆ x 19=1 , 6 cm=0,01 6 m ∆ x 20=1 , 4 cm=0,01 4 m

∆ x=
∑ ∆x
n
∆ x 1 +∆ x 2 +∆ x 3+ ∆ x 4 +∆ x 5 +∆ x 6 +∆ x 7 +∆ x 8 + ∆ x 9 + ∆ x 10 +¿ ∆ x 11 + ∆ x12 +∆ x 13+ ∆ x 14+ ∆ x 1
∆ x=
n
0,014+ 0,016+0,015+ 0,014+0,017+ 0,011+ 0 ,013+ ¿ 0,017+0,014+ 0,014+0,015+ 0,014+
∆ x=
20
0,295
∆ x=
20
∆ x=0,01475 m
−2
∆ x=1,475 x 10 m

∆ n=
∑ ∆ n = 20 =1
n 20

Panjang gelombang reflektor A:

2 ∆ x 2 ( 1,475 x 10 ) 2 , 95 x 10−2
−2
−2
λ A= = = =2 , 95 x 10 m
∆n 1 1
Frekuensi gelombang reflektor A:
c 3 x 108 m/s
f A= = =1,017 x 10 10 Hz=10,17GHz
λ A 2, 95 x 10 m
−2

b. Reflektor B
Ketika n=1, maka:
∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 1=x 1−x (1−1) Ketika n=2, maka:
∆ x 1=x 1−x 0 ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 1=31 , 2−30,0 ∆ x 2=x 2−x (2−1)
∆ x 1=1 , 2 cm=0,01 2m ∆ x 2=x 2−x 1
∆ x 2=3 2 , 9−31 , 2
Ketika n=3, maka: ∆ x 2=1 , 7 cm=0,01 7 m
∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 3=x 3−x (3 −1 ) Ketika n=4, maka:
∆ x 3=x 3−x 2 ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 3=34,1−32 ,9 ∆ x 4 =x 4−x (4−1)
∆ x 3=1 , 1 cm=0,01 2m ∆ x 4 =x 4−x 3
∆ x 4 =35,9−34 ,1
Ketika n=5, maka: ∆ x 4 =1 ,8 cm=0,01 8 m
∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 5=x 5−x (5 −1 ) Ketika n=6, maka:
∆ x 5=x 5−x 4 ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 5=37,4−35,9 ∆ x 6=x 6 −x(6−1)
∆ x 5=1 , 5 cm=0,01 5 m ∆ x 6=x 6 −x5
∆ x 6=38,7−37 , 4
Ketika n=7, maka: ∆ x 5=1 , 3 cm=0,01 3 m
∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 7=x 7 −x(7−1) Ketika n=8, maka:
∆ x 7=x 7 −x6 ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 7=40 , 2−38,7 ∆ x 8=x 8 −x(8−1)
∆ x 7=1 , 5 cm=0,01 5 m ∆ x 8=x 8 −x7
∆ x 8=41 ,5−40 , 2
∆ x 8=1 , 3 cm=0,01 3 m
∆ x 15=52 , 0−50 , 8
∆ x 15=1 , 2 cm=0,012 m
Ketika n=10, maka:
∆ x n=x n −x(n−1)

Ketika n=9, maka: ∆ x 10=x 10−x(10−1)

∆ x n=x n −x(n−1) ∆ x 10=x 10 −x 9

∆ x 9=x 9 −x(9−1) ∆ x 10=44,5−43 ,2

∆ x 9=x 9 −x 8 ∆ x 10 =1 , 3 cm=0,01 3 m

∆ x 9=43 , 2−41 , 5
∆ x 9=1 , 7 cm=0,01 7 m Ketika n=12, maka:
∆ x n=x n −x(n−1)

Ketika n=11, maka: ∆ x 12=x 11 −x(12−1)


∆ x n=x n −x(n−1) ∆ x 12=x 12 −x11
∆ x 11=x 11−x(11−1) ∆ x 12=47 ,7−46 ,2

∆ x 11=x 11−x10 ∆ x 12=1 ,5 cm=0,015 m

∆ x 11=46 ,2−44,5
∆ x 11=1 ,7 cm=0,017 m Ketika n=14, maka:
∆ x n=x n −x(n−1)

Ketika n=13, maka: ∆ x 14 =x 14−x (14−1 )


∆ x n=x n −x(n−1) ∆ x 14=x 14 −x 13
∆ x 13=x 13−x(13−1) ∆ x 14=50 , 8−49 , 2

∆ x 13=x 13−x 12 ∆ x 14=1 , 6 cm=0,01 6 m

∆ x 13=49 ,2−47 , 7
∆ x 13=1 , 5 cm=0,015 m Ketika n=16, maka:
∆ x n=x n −x(n−1)

Ketika n=15, maka: ∆ x 16=x 16 −x (16−1)


∆ x n=x n −x(n−1) ∆ x 16=x 16 −x 15
∆ x 15=x 15−x(15−1) ∆ x 16=53 , 4−52 , 0

∆ x 15=x 15−x 14 ∆ x 16=1,4 cm=0,014 m


Ketika n=17, maka: Ketika n=18, maka:
∆ x n=x n −x(n−1) ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 17=x 17−x (17−1) ∆ x 18=x 18−x(18−1)
∆ x 17=x 17−x 16 ∆ x 18=x 18 −x 17
∆ x 17=55 , 1−53 , 4 ∆ x 18=56 , 4−55 , 1
∆ x 17=1 , 7 cm=0,01 7 m ∆ x 18 =1 , 3 cm=0,01 3 m

Ketika n=19, maka: Ketika n=20, maka:


∆ x n=x n −x(n−1) ∆ x n=x n −x(n−1)
∆ x 19=x 19−x(19−1) ∆ x 20=x 20 −x (20−1)
∆ x 19=x 19−x 18 ∆ x 20=x 20 −x 19
∆ x 19=58 , 0−56 , 4 ∆ x 20=59 , 3−58 , 0
∆ x 19=1 , 6 cm=0,01 6 m ∆ x 20=1 , 7 cm=0,01 7 m

∆ x=
∑ ∆x
n
∆ x 1 +∆ x 2 +∆ x 3+ ∆ x 4 +∆ x 5 +∆ x 6 +∆ x 7 +∆ x 8 + ∆ x 9 + ∆ x 10 +¿ ∆ x 11 + ∆ x12 +∆ x 13+ ∆ x 14+ ∆ x 1
∆ x=
n
0,01 2+0,017 +0,01 2+ 0,018+ 0,015+ 0,013+0 ,01 5+¿ 0,01 3+0,01 7+0,01 3+0,017 +0,01
∆ x=
20
0,297
∆ x=
20
∆ x=0,01485 m
−2
∆ x=1,48 5 x 10 m

∆ n=
∑ ∆ n = 20 =1
n 20

Panjang gelombang reflektor B:

2 ∆ x 2 ( 1,4 8 5 x 10 ) 2 , 9 7 x 10−2
−2
−2
λ B= = = =2 , 9 7 x 10 m
∆n 1 1
Frekuensi gelombang reflektor B:
8
c 3 x 10 m/ s 10
f B= = =1,01 0 x 10 Hz=10,1 0 GHz
λ B 2 , 97 x 10−2 m

Panjang gelombang rata-rata:

λ=
∑λ
2
λ A + λB
λ=
2
−2 −2
2, 95 x 10 + 2 ,97 x 10
λ=
2
5,92 x 10−2
λ=
2
−2
λ=2 , 96 x 10 m

Frekuensi gelombang rata-rata:

f=
∑f
2
f A +f B
f=
2
10,17+10,10
f=
2
20,27
f=
2
f =10 , 14 GHz

2. Analisis Grafik
a. Reflektor A
y=mx ± c
y=(1,472 x +29,93) cm
y=(0,0147 x +0,299)m
Di mana panjang gelombang:
λ A=2 m
λ A=2(1,472)
λ A=2,944 cm
−2
λ A=2,9 4 x 10 m

Frekuensi:
c 3 x 10 8 m/ s 10
f A= = =1,0 20 x 10 Hz=10 , 20GHz
λ A 2, 9 4 x 10 m
−2

b. Reflektor B

y=mx ± c
y=(1,479 x+29,84 )cm
y=(0,0148 x+ 0,298)m
Di mana panjang gelombang:
λ B=2m
λ B=2(1,47 9)
λ B=2,958 cm
−2
λ B=2,96 x 10 m

Frekuensi:
8
c 3 x 10 m/ s 10
f B= = =1,01 4 x 10 Hz=10,14 GHz
λ B 2 , 96 x 10 m
−2

C. Pembahasan
Pada percobaan yang telah dilakukan kali ini mengenai interferometer Michelson,
terdapat beberapa tujuan percobaan yaitu memahami prinsip dasar interferometer
Michelson pada gelombang mikro dan menentukan nilai panjang gelombang serta
frekuensi gelombang pada gelombang mikro.
Prinsip dasar dari interferometer Michelson adalah ketika gelombang mikro dari
transmitter bergerak menuju partial reflektor, maka partial reflektor akan membagi
gelombang tersebut menjadi dua dengan lintasan yang berbeda. Ada yang diteruskan ke
reflektor A dan ada yang dibelokkan ke reflektor B. Setelah gelombang tersebut sampai
pada masing-masing reflektor, gelombang tersebut akan terpantul kembali menuju partial
reflektor. Kemudian, partial reflektor akan menyatukan kembali gelombang tersebut
menuju ke receiver dan disinilah terjadi pola interferensi. Saat gelombang sampai pada
receiver, maka galvanometer akan merespon dalam bentuk sinyal atau menggerakkan
jarum yang terdapat di galvanometer.
Data pergeseran reflektor A dan B dilakukan dengan hati-hati dan teliti, sambil
melihat penyimpangan maksimum galvanometer ini menunjukkan posisi (n) dari reflektor
A dan B hingga mendapatkan sebanyak 20 data. Untuk analisis perhitungan pada reflektor
A dan B, diperoleh nilai panjang gelombang berturut-turut yartu λ A = 2,95 x 10-2 m dan λB
= 2,97 x 10-2 m. Kedua nilai untuk panjang gelombang pada reflektor A dan reflektor B
hampir sama atau tidak jauh berbeda. Sedangkan untuk frekumsi gelombang yang
diperoleh melalui analisis perhitungan berturut-turut adalah fa = 10,17 GHz dan fb =
10,10 GHz. Kedua nilai tersebut juga tidak jauh berbeda. Untuk analisis grafik diperoleh
nilai panjang gelombang untuk reflektor A dan B secara berturut-turut turut yartu λ A =
2,94 x 10-2 m dan λB = 2,96 x 10-2 m. Kedua nilai untuk panjang gelombang pada reflektor
A dan reflektor B hampir sama atau tidak jauh berbeda. Sedangkan untuk frekuensi
gelombang yang diperoleh melalui analisis grafik berturut-turut adalah fa = 10,20 GHz
dan fb = 10,14 GHz.
Jika dibandingkan antara nilai yang diperoleh secara analisis perhitungan dan
analisis grafik, keduanya memiliki nilai yang hampir sama. Kemudian jika dikaitkan
dengan teori, keduanya juga termasuk dalam gelombang mikro, di mana rentang secara
teori untuk panjang gelombang mikro adalah 1 mm-1m. Sedangkan rentang secara teori
untuk frekuensi gelombang mikro adalah 0,3 GHz-300 GHz.
Berdasarkan nilaidari kedua data baik decara praktek melalui analisis perhitungan
dan analisis grafik serta teori yang ada, dapat disimpulkan bahwa praktek yang sudah
dilakukan sudah baik dan teliti karena hasil yang diperoleh tidak beda jauh antara reflektor
A dan reflektor B.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan eksperimen interferometer Michelson yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
1. Prinsip dasar dari interferometer Michelson adalah ketika gelombang mikro dari
transmitter bergerak menuju partial reflektor, maka partial reflektor akan membagi
gelombang tersebut menjadi dua dengan lintasan yang berbeda. Ada yang diteruskan
ke reflektor A dan ada yang dibelokkan ke reflektor B. Setelah gelombang tersebut
sampai pada masing-masing reflektor, gelombang tersebut akan terpantul kembali
menuju partial reflektor. Kemudian, partial reflektor akan menyatukan kembali
gelombang tersebut menuju ke receiver dan disinilah terjadi pola interferensi. Saat
gelombang sampai pada receiver, maka galvanometer akan merespon dalam bentuk
sinyal atau menggerakkan jarum yang terdapat di galvanometer.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Jurnal:
[1] Ha Lee, Byeong, et all. (2012). Interferometric Fiber Optic Sensors.sensors, volume 12:
2467-2486. Diakses pada tanggal 13 Desember 2022 dari
http://phet.colorado.edu/interferometric-fiber-optik-sensors/classroom-use.php.
[2] Smith, Robert dan Franz K.F (2013). Theoretical On Intrference of Sensorsbased
Selectivehidher Order Modes. Applied Physics Letters, volume 89:09119. Diakses pada
tanggal 13 Desember 2022 dari http://phet.colorado.edu/theoretical-sensorsbased-on
intrference-of-selective- hidher-order-modes/classroom-use.php.

Buku:
[3] Frederick Bueche dan David L. Wallach. 1994. Technical Physics Sth Ed, John Wiley &
Sons, Inc. (terjemahan). Jakarta: Erlangga
[4] Halliday dkk, Fisika Dasar Edisi Ketujuh Jilid 1, Erlangga, 2010.
[5] Tipler Paul A. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta. Erlangga, 1998

Anda mungkin juga menyukai