Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu fisika merupakan cabang ilmu yang selalu berkaitan dengan
fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena
tersebut dapat berupa fenomena yang dapat diamati ataupun yang tidak dapat
diamati secara langsung. Salah satu contoh fenomena yang dapat diamati
secara langsung adalah terjadinya gelombang. Jenis gelombang yang paling
banyak diamati adalah gelombang elektromagnetik.
Salah satu sifat gelombang yang dapat diamati adalah interferensi.
Interferensi adalah keadaan dua buah gelombang yang di padukan bersama.
Salah satu contoh interferensi adalah fenomena pada pelangi yang ada pada
genangan minyak yang berada diatas permukaan air. Perbedaan warna
tersebut yang menyebabkan adanya perbedaan panjang gelombang
berdasarkan penentuan garis interferensi dapat dilakukan menggunakan
interferometer.
Interferometer adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan suatu
pola interferensi. Interferometer yang dikembangkan oleg A.A. Michelson
pada tahun 1881 yang menggunakan prinsip membagi amplitudo gelombang
cahaya menjadi dua bagian yang berintesitas sama. pembelahan gelombang
menjadi dua bagian dilakukan dengan menggunakan pemecah sinar. Salah
satu gelombang yang ada pada interferometer adalah gelombang mikro.
Gelombang mikro yang sering ditemui adalah gelombang radio,
radiasi ultraviolet, sinar x, dan sinar gamma. Gelombang ini dapat diamati
oleh salah satu jenis interferometer yaitu interferometer michelson. Dalam
penggunaan interferometer michelson masih perlu pendalaman yang lebih
terperinci. Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah
percobaan interferometer michelson untuk mengetahui prinsip dasar
micheson pada gelombang mikro dan menentukan nilai panjang gelombang
dan frekuensi gelombang elektromagnetik pada gelombang mikro.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip dasar interferometer michelson pada gelombang
mikro?
2. Berapa nilai panjang gelombang dan frekuensi gelombang
elektromagnetik pada gelombang mikro?
C. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui prinsip dasar interferometer michelson pada
gelombang mikro.
2. Menentukan nilai panjang gelombang dan frekuensi dari gelombang
mikro.
D. Manfaat
1. Praktikan dapat mengetahui prinsip dasar Interferometer Michelson.
2. Praktikan dapat mengetahui cara menentukan panjang dan frekuensi
gelombang elektromagnetik.
3. Praktikan dapat menerapkan percobaan interferometer michelson.
4. Sebagai bahan referensi bagi praktikum selanjutnya.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Gelombang
Gelombang adalah perambatan energi dari satu tempat ke tempat lain
tanpa menyeret materi yang dilewatinya. Gelombang air, gelombang bunyi,
gelombang tali, dan gelombang gempa merambat melalui suatu medium yang
berupa zat padat, zat cair,atau gas. Gelombang ini dinamakan gelombang
mekanik. Gelombang cahaya, gelombang radio, dan gelombang mikro tidak
membutuhkan medium untuk perambatannya. Gelombang ini disebut
gelombang elektromagnetik.
(Surya, 2009: 19)
Sifat-sifat gelombang secara umum, yaitu:
1. Refleksi (pemantulan)
Setiap dari pemantulan gelombang akan berlaku sudut datang
gelombang, yang sama dengan sudut pantulnya.
2. Refraksi (pembiasan)
Jika terdapat perambatannya, suatu gelombang dapat melewati
bidang batas dua medium, maka arah gelombang yang datang
mengalamisebuah pembelokan. Arah dari pembelokan gelombang
tersebut dengan disebut pembiasan.
3. Interferensi (penggabungan)
Perpaduan dua buah gelombang atau lebih pada suatu tempat pada
saat yang bersaman disebut dengan interferensi.
4. Difraksi (lemburan)
Jika sebuah cahaya melewati ssebuah celah sempit, maka akan
mengalami lenturan yang disebut difraksi.
5. Dispersi (penyebaran)
Dispersi adalah penyebaran bentuk gelombang ketika merambat.
6. Polarisasi
Polarisasi adalah peristiwa terserapnya sebagian arah getar
gelombang sehingga hanya tinggal memiliki satu arah saja.
(Krane, 1997: 62)
7. Panjang gelombang dan frekuensi gelombang
A adalah panjang gelombang atau gelombang akanmengalami
perulangan setelah menempuh jarak λ.f adalah frekuensi gelombang.
λf =v ( Pers. 2.1)
v
f= ( Pers. 2.2)
λ
v
λ= ( Pers. 2.3)
f
(Tim Pengajar Fisika Dasar, 2007: 3)
Gejala gelombang secara umum didefinisikan sebagai rambatan gangguan
periodik melalui suatu zat perantara dengan cara apakah perambatan
gelombang ini berlangsung, bergantung pada gaya-gaya yang bekerja antar
partikel zat perantara. Oleh karena itu, setelah percobaan Maxwell, dilakukan
sebagai upaya untuk mempelajari sifat perantara.
Sifat zat perantara berperan bagi perambatan gelombang
elektromagnetik. Zat perantara ini disebut eter. Namun, karena zat ini belum
pernah teramati dalam percobaan, maka dipostulatkan bahwa ia tidak
bermassa dan tidak tampak, tetapi mengisi seluruh ruang dan fungsi satunya
hanyalah untuk merambat gelombang elektromagnetik. Konsep eter ini
memiliki dua alasan berikut:
1. Sulit untuk membayangkan bagaimana sebuah gelombang dapat
merambat tanpa memerlukan zat perantara ini.
2. Pengertian dasar eter ini berkaitan erat dengan gagasan Newton tentang
ruang mutlak, eter dikaitkan dengan sistemkoordinat semua oran.
Dengan demikian, hal yang diperoleh dari penyelidikan terhadap eter
ini adalah bahwa dengan mengamati gerak bumi mengarang eter, akan
terungkap pada gerak bumi relatif terhadap ruang mutlak.
(Krane, 1997: 62)
B. Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik (GEM) adalah gelombang yang dapat
merambat meskipun tidak memiliki medium (perantara) yang terbentuk
akibat interaksi antara medan listrik dengan edan magnet yang saling tegak
lurus untuk merambat atau menghantarkan getarannya. Kombinasi antara
medan listrik dengan medan magnet inilah yang membawa energi dari satu
tempat ke tempat yang lain. Atas dasar itu, GEM disebut juga sebagai radiasi
elektromagnetik.
Energi elektromagnetik merambat dengan beberapa karakter yang
bisa diukur, yaitu puncak gelombang, frekuensi, amplitudo, dan kecepatan.
Grekuensi GEM tergantung dari kecepatan merambatnya gelombang. Karena
kecepatan energi elektromagnetik adalah konstan, maka panjang gelombang
dan frekuensi berbanding terbalik. Artinya, semakin panjang suatu
gelombang, maka frekuensinya akan semakin rendah dan sebaliknya.
(Prihadi, 2018: 1-2)
Adapun sifat gelombang elektromagnetik yaitu:
1. Gelombang elektromagnetik dapat merambat dalam ruang tanpa medium.
2. Merupakan gelombang transversal.
3. Tidak memiliki muatan listrik sehingga bergerak lurus dalam medan
magnet maupun medan listrik.
4. Dapat mengalami pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), perpaduan
(interferensi), pelenturan (difraksi), pengutuban (polarisasi).
5. Perubahan medan listrikdan medan magnet terjadi secara bersamaan,
sehingga medan listrik dan medan magnet sefase dan berbanding lurus.
(Syarifah, 2013: 35)
Berdasarkan perhitungan Maxwell, cepat rambat gelombang
tergantung dari dua besaran yaitu permitivitas listrik (ε 0) dan permeabilitas
magnet ( μ0 ) menurut hubungan:
1
c= (Pers .2 .4)
√ ε0 ∙ μ 0
Dimana:
c : Cepat rambat GEM di ruang hampa
μ0 : Permeabilitas ruang hampa (8,85 x 10-12 C2/Nm2

ε 0 : Permetivitas ruang hampa (4π x 10-7 Wb/Am)

Jika nilai dari ε 0 dan μ0 dimasukkan kedalam persamaan diatas,


maka akan diperoleh:
1
c=
√ ε0 ∙ μ 0
1
c=
√ 4 π ×10 −7
∙ 8,85 ×10
− 12

1
c=
√ 12,56 ×10 −7
∙ 8,85 ×10
− 12

1
c=
√ 111,156 ×10− 19
1
c=
√ 11,1156 ×10− 18
1
c=
3,334 ×10 −9
9
c=0,299× 10
8 8
c=2,99× 10 ≈ 3 × 10 (Pers. 2.5)
(Prihadi, 2018: 5-6)
C. Gelombang Mikro
Gelombang mikro (microwave) adalah salah satu anggota dari
keluarga besar gelombang elektromanetik. Contoh gelombang
elektromagnetik adalah: gelombang radio, gelombang tv, gelombang tv,
gelombang radar, gelombang mikro, cahaya, sinar x, dan sinar gamma.
Gelombang-gelombang ini mempunyai sifat gelombang umum yang sama
yaitu berupa gelombang yang menjalar dengan kecepatan sama dengan
kecepatan cahaya (c).
Radiasi elektromagnetikpada frekuensi dibawah 1 MHz dan diatas
satu juta gigahertz (GHz). Hampir semua sistem elektronik beroperasi dalam
kisaran frekuensi yang ditunjukkan dalam gambar 1 batas bawah dari
spektrum, dari 300 kHz hingga 300 MHz, disebut kisaran frekuensi radio
(RF). Berisi frekuensi menengah (MH), frekuensi tinggi (HF), dan frekuensi
sangat tinggi (HVF). Kisaran frekuensi dibawah kisaran gelombang mikro.
Kisaran frekuensi AM adalah siaran radio, gelombang pendek radio, siaran
radio FM, radio mobile, dan saluran televisi VHF yang terlokasi.
Panjang gelombang dan frekuensi, panjang gelombang dihubungkan
dengan frekuensi.
Panjang gelombang x frekuensi = kecepatan cahaya
Pada 1 MHz panjang gelombang adalah 300 m, dan pada 100 MHz,
panjang gelombang adalah 3 m.
Pita gelombang mikro memanjang dari 300 MHz ampai 300 GHz.
Kisaran frekuensi dari 300 MHz sampai 3 GHz disebut pita frekuensi sangat
tinggi (UHT), dari 3 GHz disebut pita frekuensi super tinggi (SHF), dan dari
30 GHz sampai 300 GHz adalah pita frekuensi tinggi secara ekstrem (EHF).
Bagian atas pita disebut juga pita gelombang milimeter (mm), sejak panjang
radiasi elektromagnetik berubah-ubah dari 10 mm pada 30 GHz ke 1 mm
pada 300 GHz.
Frekuensi yang dipakai selama tiga dekade berkisar dari 300 MHz
batas bawah hingga 300 GHz batas atas dianggap sebagai gelombang mikro.
Frekuensi diatas mencakup jalur transmisi khusus gelombang mikro, antena,
peranti semikonduktor, dan tabung khusus. Ini diharapkan sebagai catatan
bahwa panjang gelombang dari radiasi elektromagnetik yan melintasi pita
gelombang mikro bervariasi dari 1 m pada 300 MHz hingga 1 mm pada 300
GHz.
(Mitrayana, 2016: 1-3)
E. Interferometer Michelson pada Gelombang Mikro
Gelombang elektromagnetik merupakan salah satu fenomena fisis yang
fundamental yang merupakan penemuan terbesar James Clerck Maxwell pada
tahun 1886 serta menjadi kunci tonggak berdirinya fisika kuantum.
Interferometer michelson merupakan salah satu eksperimen penyelidikan
fenomena gelombang elektromagnetik ini, yang di lakukan oleh
MichelsonMorley pada tahun 1887 untuk membuktikan keberadaan media
hipotetik “ETER” dengan menggunakan prinsip pemisahan sebuah gelombang
tunggal kemudian menyatukan kembali kedua gelombang tersebut secara
superposisi,membentuk sebuah pola interferensi.
Gambar berikut menunjukkan skema eksperimen interferometer
michelson dengan menggunakan perangkat gelombang mikro.
A dan B adalah reflektor dan C adalah partial reflector yang berfungsi
untuk menbagi intesitas gelombang mikro menjadi dua bagian, 50%
dipantulkan dan 50% lagi dibiaskan. Gelombang mikro merambat dari
transmiter menuju ke receiver melalui dua lintasan.
Lintasan pertama, gelombang melintas melalui C menuju A dan
dipantulkan kembali ke C dan dipantulkan lagi oleh C ke receiver. Lintasan
kedua, gelombang dipantulkan dari C ke B dan dipantulkan kembali dari B
menuju C dan diteruskan ke receiver.
Jika kedua gelombang yang berbeda lintasan sefase saat mencapai
receiver, sebuah sinyal maksimum akan terdeteksi. Dengan menggerakkan
reflektor A, panjang lintasan salah satu gelombang akan berubah yang berarti
mengubah fasenya pada receiver. Jika kedua gelombang melintas masing-
masing dua kali (bolak-balik) antara reflektor dan partial reflector, maka
dengan menggerakkan reflector A sejauh λ/2 akan menyebabkan perubahan
fase salah satu gelombang sebesar 360˚. Hasil dari perubahan ini akan terbaca
oleh detector sebagai minimum ke maksimum kembali.
Dengan melakukan pengukuran posisi maksimum relatif pergeseran
reflector A menjauhi partial reflector, maka panjang gelombang dari
gelombang mikro dapat ditentukan.
(Tim, 2022 : 9-10)
BAB III
METODE EKSPERIMEN
A. Alat dan Bahan
1. Transmitter : 1 buah
2. Receiver : 1 buah
3. Reflector : 2 buah
4. Partial reflector : 1 buah
5. Galvanometer : 1 buah
6. Meteran ; 2 buah
B. Gambar Skema/ Rangkaian Eksperimen

3
1 6

2
5

Gambar 3.1. Alat dan Bahan


Keterangan:
1. Receiver
2. Galvanometer
3. Patrial reflector
4. Transmiter
5. Reflector A
6. Reflector B
C. Prosedur Kerja
1. Menyusun rangkaian atau perangkat gelombang mikro seperti gambar
berikut.
2. Menyalakan transmitter dan memasang konektor galvanometer pada
receiver. Menggesek receiver maju mundur sepanjang galvanomeer
hingga mendapatkan pembatalan skala yang memadai pada galvanometer.
3. Menggeser reflektor A dan B, sehingga teramati penyimpangan
maksimum relatif pada jarum galvanometer. Menctat posisi tersebut
sebagai xA dan xB.
4. sambil mengamati jarum galvanometer, menggeser dengan perlahan
reflector A dan B menjauhi parnal reflector hingga jarum galvanometer
membaca 1 minimum relatif dan kembali ke maksimum (n=1), mencatat
posisi akhir reflector A sebagai x2.
5. Melanjutkan langkah 4 hingga mendapatkan sedikitnya 20 minimum
relatif (n=20).
6. Melakukan langkah 3, 4, dan 5 pad reflector B, dengan mengembalikan
reflector A pada posisi x1.
D. Teknik Analisis Data
1. Analisis perhitungan
Posisi reflector (∆x)
∆ x=x 2 − x 1
∆ n=n2 −n 1
Menentukan panjang gelombang
2+ ∆ x
λ=
∆x
Menentukan frekuensi gelombang
C
f=
λ
Dimana, C = 3 × 108 m/s
Panjang gelombang dan frekuensi gelombang rata-rata
λ A + λB
λ=
2
f A +f B
f=
2
2. Analisis grafik
Hubungan antara jumlah pergeseran (n) sumbu x, dengan posisi reflector
(x) sumbu y.

y=mx+c
λ=2 m
f =c / λ
8
n Dimana , c=3× 10 m/ s
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Batas ukur 1cm
NST Mistar= = =0,1 cm=0,001m
Jumlaℎ skala 10
Batas ukur 10 μA
NST Galvanometer= = =2 μA=2 ×10− 6 A
Jumlaℎ skala 5
Tabel pengamatan
Tabel 4.1. Hubungan antara jumlah pergeseran n) dengan posisi reflector
x 0=0,3000 m x 0=0,3000 m
n Reflector A(m) N Reflector B(m)
1 0,3140 1 0,3160
2 0,3280 2 0,3300
3 0,3440 3 0,3450
4 0,3590 4 0,3620
5 0,3740 5 0,3760
6 0,3900 6 0,3890
7 0,4030 7 0,4020
8 0,4160 8 0,4180
9 0,4310 9 0,4340
10 0,4450 10 0,4490
11 0,4600 11 0,4620
12 0,4760 12 0,4760
13 0,4890 13 0,4930
14 0,5030 14 0,5110
15 0,5200 15 0,5230
16 0,5300 16 0,5380
17 0,5490 17 0,5520
18 0,5650 18 0,5660
19 0,5780 19 0,5820
20 0,5950 20 0,5970
B. Analisis
1. Analisis perhitungan
Reflektor A
Posisi reflector A
∆ x 1=x 1 − x 0 ∆ x 10 =x 10 − x9
¿ 0,3140 −0,3000 ¿ 0,4450 −0,4310
¿ 0,0140 m ¿ 0,0140 m
∆ x 2=x 2 − x 1 ∆ x 11=x 11 − x 10
¿ 0,3280 −0,3140 ¿ 0,4600 −0,4450
¿ 0,0140 m ¿ 0,0150 m
∆ x 3=x 3 − x 2 ∆ x 12 =x 12 − x 11
¿ 0,3440 −0,3280 ¿ 0,4760 −0,4600
¿ 0,0160 m ¿ 0,0160 m
∆ x 4 =x 4 − x 3 ∆ x 13=x 13 − x12
¿ 0,3590 −0,3440 ¿ 0,4890 −0,4760
¿ 0,0150 m ¿ 0,0130 m
∆ x 5=x 5 − x 4 ∆ x 14=x 14 − x 13
¿ 0,3740 −0,3590 ¿ 0,5030 −0,4890
¿ 0,0150 m ¿ 0,0140 m
∆ x 6=x 6 − x 5 ∆ x 15=x 15 − x14
¿ 0,3900 −0,3740 ¿ 0,5200 −0,5030
¿ 0,0160 m ¿ 0,0170 m
∆ x 7=x 7 − x 6 ∆ x 16 =x 16 − x15
¿ 0,4030 −0,3900 ¿ 0,5300 −0,5200
¿ 0,0130 m ¿ 0,0100 m
∆ x 8=x 8 − x 7 ∆ x 17=x 17 − x16
¿ 0,4160 −0,4030 ¿ 0,5490 −0,5300
¿ 0,0130 m ¿ 0,0190 m
∆ x 9=x 9 − x 8 ∆ x 18=x 18 − x17
¿ 0,4310 −0,4160 ¿ 0,5650 −0,5490
¿ 0,0150 m ¿ 0,0160 m
∆ x 19=x 19 − x 18
¿ 0,5780 −0,5650
¿ 0,0130 m
∆ x 20=x 20 − x19
¿ 0,5950 −0,5780
¿ 0,0170 m
∆ x 1 +∆ x 2 +∆ x 3+ ∆ x 4 +∆ x 5 +∆ x 6 +∆ x 7 +∆ x 8 + ∆ x 9 +¿ ∆ x 10 +∆ x 11 + ∆ x12 +∆ x 13+ ∆ x 14+ ∆
∆ x=
20
0,0140+0,0140+0,0160+0,0150+ 0,0150+0,0160+¿ 0,0130+0,0130+ 0,0150+0,0140+0,0
¿
20
0,2590
¿ =0,01475=0,014 m
20
Pergeseran

∆ n=
∑ n = 20 =1
n 20
Panjang Gelombang reflektor A
2 ∆ x 2∙ 0,014750 −2
λ= = =0,02950=2,950 ×1 0
∆n 1
Frekuensi Gelombang
8
c 3 ×10
f= = =1,01694915254 ×1 010
λ 2,950 ×1 0 −2

10
¿ 1,016 ×1 0 =10,16 GHz
2. Reflektor B
Posisi reflector B
∆ x 1=x 1 − x 0 ∆ x 10 =x 10 − x9
¿ 0,3160 −0,3000 ¿ 0,4490 −0,4340
¿ 0,0160 m ¿ 0,0150 m
∆ x 2=x 2 − x 1 ∆ x 11=x 11 − x 10
¿ 0,3300 −0,3160 ¿ 0,4620 −0,4490
¿ 0,0140 m ¿ 0,0130 m
∆ x 3=x 3 − x 2 ∆ x 12 =x 12 − x 11
¿ 0,3450 −0,3300 ¿ 0,4760 −0,4620
¿ 0,0150 m ¿ 0,0140 m
∆ x 4 =x 4 − x 3 ∆ x 13=x 13 − x12
¿ 0,3620 −0,3450 ¿ 0,4930 −0,4760
¿ 0,0170 m ¿ 0,0170 m
∆ x 5=x 5 − x 4 ∆ x 14=x 14 − x 13
¿ 0,3760 −0,3620 ¿ 0,5110 −0,4930
¿ 0,0140 m ¿ 0,0180 m
∆ x 6=x 6 − x 5 ∆ x 15=x 15 − x14
¿ 0,3890 −0,3760 ¿ 0,5230 −0,5110
¿ 0,0130 m ¿ 0,0120 m
∆ x 7=x 7 − x 6 ∆ x 16 =x 16 − x15
¿ 0,4020 −0,3890 ¿ 0,5380 −0,5230
¿ 0,0130 m ¿ 0,0150 m
∆ x 8=x 8 − x 7 ∆ x 17=x 17 − x16
¿ 0,4180 −0,4020 ¿ 0,5520 −0,5380
¿ 0,0160 m ¿ 0,0140 m
∆ x 9=x 9 − x 8 ∆ x 18=x 18 − x17
¿ 0,4340 −0,4180 ¿ 0,5660 −0,5520
¿ 0,0160 m ¿ 0,0140 m
∆ x 19=x 19 − x 18
¿ 0,5820 −0,5660
¿ 0,0160 m
∆ x 20=x 20 − x19
¿ 0,5970 −0,5820
¿ 0,0150 m
∆ x 1 +∆ x 2 +∆ x 3+ ∆ x 4 +∆ x 5 +∆ x 6 +∆ x 7 +∆ x 8 + ∆ x 9 +¿ ∆ x 10 +∆ x 11 + ∆ x12 +∆ x 13+ ∆ x 14+ ∆
∆ x=
20
0,0160+0,0140+0,0150+0,0170+ 0,0140+0,0130+¿ 0,0130+0,0160+ 0,0160+0,0150+0,0
¿
20
0,2970
¿ =0,01485=0,014 m
20
Pergeseran

∆ n=
∑ n = 20 =1
n 20
Panjang Gelombang reflektor B
2 ∆ x 2∙ 0,014850 −2
λ= = =0,02970=2,970 ×1 0
∆n 1
Frekuensi Gelombang
c 3 ×10 8
f= = =1,0101010101× 1 010
λ 2,970 ×1 0 −2

10
¿ 1,010 ×1 0 Hz=10,10 GHz
Rata-rata panjang gelombang dan frekuensi gelombang
λ A + λB ( 2,950+2,970 ) ×1 0− 2 −2
λ= = =2,96× 1 0
2 2
f A +f B (10,16 +10,10 ) GHz
f= = =10,13 GHz
2 2
Tabel 4.1. Hubungan antara Posisi Reflector A (X ) dengan jumlah Pergeseran (n)
A

0,700

y = 0,01464x + 0,29970
R² = 0,99970
0,600

0,500
Posisi Reflector A, XA (m)

0,400

0,300

0,200

0,100

0,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah Pergeseran, n (m)
Analisis Grafik Reflektor A
𝑦 = 𝑚𝑐 + 𝑐
= 0,01464𝑥 + 0,29970
Dimana,
𝜆 = 2. 𝑚
= 2.0,01464 =
0,02928
= 2,928 × 10−2𝑚
𝑐
𝑓=
𝜆
3 × 108

= 2,928 × 10−3

= 1,02459016393 × 1011
= 1,024 × 1011
= 10,24 𝐺𝐻𝑧
Tabel 4.2. Hubungan antara Posisi Reflector B (XB) dengan jumlah Pergeseran (n)
0.7

0.6
f(x) = 0.0155649122807018 x + 0.296087719298246
R² = 0.997329351739084

0.5
Posisi Reflector B, XB (m)

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Jumlah Pergeseran, n (m)


Analisis Grafik Reflektor B
𝑦 = 𝑚𝑐 + 𝑐
= 0,01556𝑥 + 0,2961
Dimana,
𝜆 = 2. 𝑚
= 2.0,01556
= 0,03112
= 3,112 × 10−2𝑚
𝑐
𝑓=
𝜆
3 × 108

= 3,112 × 10−2

= 0,96401028278 × 1011
= 0,964 × 1011
= 9,64 𝐺𝐻z
C. Pembahasan
Eksperimen interferometer Michelson dilakukan dengan tujuan
untuk memahami prinsip dasar interferometer gelombang mikro Michelson
dan menentukan nilai panjang gelombang dan frekuensi gelombang mikro.
Berdasarkan hasil percobaan, prinsip dasar interferometer Michelson
diperoleh dengan mencari hubungan jumlah lilitan dengan posisi reflektor,
dimana semakin banyak lilitan maka posisi reflektor A juga semakin jauh. di
Reflektor B. Pengumpulan data dimulai dengan reflektor A dan B pada
posisinya masing-masing. Kedua reflektor A dan B tingginya 30 cm. Arah
reflektor baik A maupun B dihitung dengan cara melihat ke depan dan
belakang ke arah jarum galvanometer. Dari data percobaan yang diperoleh
terlihat bahwa posisi reflektor A dan B tidak jauh berbeda untuk setiap
pergeserannya. Ini sesuai dengan prinsip dasar interferometer Michelson,
yaitu gelombang yang datang dari pemancar dibagi oleh sebagian reflektor,
sebagian dipantulkan ke reflektor B dan sebagian dipantulkan ke reflektor A,
dengan reflektor A dan B dipantulkan. kembali menerima gelombang ke
reflektor parsial. Gelombang yang diterima oleh sebagian reflektor
mengalami kombinasi gelombang (interferensi). Hasil interferensi gelombang
diterima pada penerima yang ditunjukkan dengan defleksi jarum
galvanometer.
Dari hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata panjang gelombang
(𝜆̅) berdasarkan analisis komputer adalah 2,96 × 10 - 2𝑚. Nilai ini sesuai
dengan nilai panjang gelombang 3,02 × 10−2𝑚 yang diperoleh pada analisis
grafis. Dalam arti nilainya hampir sama atau berdekatan satu sama lain. Nilai
yang diperoleh dalam analisis komputer dan analisis grafis berada dalam
kisaran teoretis dari nilai panjang gelombang gelombang mikro, yaitu. 1mm -
1m. Setelah menghitung nilai rata-rata, diperoleh nilai frekuensi sebesar
10,13 GHz, berdasarkan analisis komputer, sedangkan analisis grafis
diperoleh frekuensi rata-rata sebesar 9,94 GHz. Data yang diperoleh dari
analisis baik perhitungan maupun grafik serta frekuensi sentral termasuk
dalam rentang nilai frekuensi gelombang mikro teoritis yaitu 0,3 GHz hingga
300 GHz.
Dikarenakan dari analisa perhitungan dan grafik terdapat sedikit
perbedaan nilai yang didapat, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang
berpengaruh, seperti: B. berhati-hati dalam membaca skala meteran atau
memperhatikan penunjuk arah jarum galvanometer. , serta kondisi ruang
laboratorium yang mendukung kebisingan sensorik dll dan menimbulkan
getaran yang mempengaruhi penempatan jarum galvanometer dan menjadi
tidak stabil. Oleh karena itu, akan lebih baik jika percobaan ini dilakukan di
ruangan yang tenang untuk mendapatkan hasil yang baik, teliti dan bahkan
lebih akurat, karena getaran dari sumber lain sangat mempengaruhi defleksi
jarum galvanometer.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Prinsip dasar inter Prinsip dari percobaan Interferometer Michelsn yaitu
ketika transmitter memancarkan gelombang mikro kearah partial
reflektor atau pembagi gelombang yang menyebkan gelombang akan
terbagi menjadi dua yaitu sebagian diteruskan ke reflektor A dan
sebagian dipantulkan ke reflektor B akan bersatu di partial reflektor atau
pembagi gelombang dan galvanometer sebagai bentuk adanya sinyal
yang diterima.
2. Pada reflektor A diperoleh panjang gelombang berdasarkan analisis
perhitungan adalah 2,950 x 10-2 m dan berdasarkan analisis grafik adalah
2,928 x 10-2 m. Untuk frekuensi gelombang pada reflektor A diperoleh
10,16 GHz untuk analisis perhitungan dan 10,24 Ghz untuk analisis
grafik. Pada reflektor B diperoleh panjang gelombang berdasarkan
analisis perhitungan adalah 2,970 x 10-2 m dan berdasarkan analisis
grafik adalah 3,112 x 10-2 m. Untuk frekuensi gelombang pada reflektor
B diperoleh 10,10 GHz untuk analisis perhitungan dan 9,64 GHz untuk
analisis grafik.
B. Saran
1. Praktikan harus menguasai konsep Interferometer Michelson sebelum
melakukan percobaan.
2. Praktikan harus bekerja sama antar rekan kerja.
3. Praktikan harus hati-hati dalam melakukan pengambilan data agar data
yang dirapikan menjadi akurat
4. Merapikan kembali alat dan bahan yang digunakan setelah melakukan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Krane, K. 1997. Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Mitrayana. 2016. Teori dan Aplikasi Gelombang Mikro. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Prihadi, T. 2018. Gelombang Elektromagnetik. Yogyakarta: Istana Media.
Surya, Y. 2009. Getaran dan Gelombang. Tangerang: PT Kandel.
Syarifah, A.Z. 2013. Mengenal Gelombang Elektromagnetik. Jakarta: PT Multi
Kreasi Satudelapan.
Tim Penyusun. 2022. Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika 1. Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar

Anda mungkin juga menyukai