Anda di halaman 1dari 11

ABSORBSI CAHAYA

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari tentang metode-

metode untuk menghasilkan dan menganalisis spektrum. Interpretasi

spektrum yang dihasilkan dapat digunakan untuk analisis unsur kimia,

meneliti unsur energi atom dan molekuldan untuk menentukan komposisi

dan gerak benda-benda langit. Dalam ilmu fisika, spektroskopi membahas

tentang penyerapan radiasi elektromagnetik adalah cara dimana energi dari

foton yang diambil dari atom. Biasanya penyerapan gelombang tidak

bergantung pada intesitas penerapan linear. Penyerapan cahaya biasanya

disebut dengan absorbsi cahaya.

Absorbsi cahaya adalah banyaknya cahaya atau energi yang diserap

oleh partikel-partikel dalam suatu bahan. Peristiwa pemantulan cahaya

(direfleksikan) pada mediaum yang sering menimbulkan kenyamanan pada

mata. Penyerapan energi pada daerah cahaya tampak menghasilkan

perubahan dalam elektronik molekul yang merupakan hasil transisi

elektron valensi dalam molekul tersebut (Endo, 2004).

Berdasarkan pemaparan diatas, kita sudah mengetahui sedikit

mengenai absorbsi cahaya. Akan tetapi, kita belum mengetahui bagaimana

proses terjadinya absorbsi cahaya. Oleh karena itu maka dilakukanlah

percobaan mengenai Absorbsi Cahaya.


2. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada percobaan Absorbsi Cahaya adalah

sebagai berikut :

a. Untuk menentukan intesitas cahaya secara langsung

b. Untuk menentukan daya pantul (reflektifitas)

c. Untuk menentukan daya tembus (transmisivitas) suatu bahan

d. Untuk menentukan daya serap (absorbsifitas) suatu bahan

e. Untuk menentukan koefisien penyerapan suatu bahan

B. KAJIAN TEORI

Cahaya didefenisikan sebagai bagian dari spektrum elektromagnetik

dan sensitif bagi penglihatan manusia. Cahaya hanyalah sebagian kecil dari

spektrum elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 380 nm (deep

blue) sampai dengan 760 nm (deep red). Mata manusia sangat responsif pada

wilayah kuning-hijau (yellow-green) dengan panjang gelombang antara 550-

650 nm3. Cahaya ditentukan oleh flux cahaya, intesitas cahaya, luminasi

sedangkan sumber cahaya berasal dari tiga bentuk, yaitu titik, garis dan

bidang (kurniawati, 2008).

Proses pemantulan dan pembiasan, cahaya dapat terpolarisasi

sebagian atau seluruhnya oleh refleksi. Perbandingan intesitas cahaya yang

dipantulkan dengan cahaya yang datang disebut reflektansi (R), sedangkan

perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan dengan cahaya yang

datang disebut transmitasi (T). Transmitasi dapat dicari dengan

membandingkan intensitas sinar laser sebelum mengenai bahan (Io)


It
T ............................................................ (8.1)
I0

Sedangkan reflektifitas (R) didefenisikan sebagai perbandingan

antara intensitas permukaan dengan intensitas sumber yang dapat

dituliskan

I r cos r I r
R  .......................................... (8.2)
I 0 cos  i I 0

Untuk metode kedua dengan menggunakan sudut datang dan sudut

bias didapatkan nilai R dan T sebagai berikut

n cos  i  cos  t 2
RTn  ( ) ................................ (8.3)
n cos  i  cos  t
(Ratnawati, 2012).

Jika suatu berkas cahaya melewati suatu medium homogen,

sebagian dari cahaya datang (Po) diabsorpsi sebanyak (Pa), sebagian dapat

diabaikan dipantulkan (Pt), sedangkan sisinya ditransmisikan (Pt) dengan

efek intensitas murni sebesar :

P0  Pa  Pt  Pr .......................................... (8.4)

Dengan Po adalah intensitas cahaya masuk, Pa adalah intensitas cahaya

diabsorpsi, Pr adalah intensitas cahaya dipantulkan dan Pt adalah intensitas

cahaya ditransmisikan (kristianingrum, 2010).


C. METODE PRAKTIKUM

1. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan Absorpsi Cahaya

dapat dilihat pada Tabel 8.1 berikut:

Tabel 8.1 Alat dan Bahan Percobaan Absorpsi Cahaya


No. Alat dan Bahan Fungsi
1 Catu daya Sebagai pengatur tegangan
Sebagai tempat meletakkan tumpakan
2 Rel presisi
berpenjepit
3 Lampu bertangkai Sebagai sumber cahaya
Untuk memegang material plastik yang akan
4 Pemegang material
diamati
Sebagai tempat untuk meletakkan lampu
5 Tumpakan berpenjepit bertangkai, lensa cembung dan pemegang
material
6 Lensa cembung Untuk memfokuskan dan membiaskan cahaya
Kabel penghubung Untuk menghubungkan catu daya dan lampu
7
merah dan hitam bertangkai
Material plastik tiga
8 jenis (biru, hijau dan Sebagai objek pengamatan
merah)
9 Lux meter Untuk mengukur intensitas cahaya
10 Mikrometer sekrup Untuk mengukur ketebalan material
2. Prosedur kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan Absorpsi Cahaya

adalah sebagai berikut:

a. Merangkai alat dan bahan seperti Gambar 8.1 berikut:

Gambar 8.1 Susunan Alat dan Bahan Percobaan Absorpsi


Cahaya

b. Memasang material pertama (material biru) pada pemegang/tempat

material.

c. Memastikan posisi power supply pada 6 volt DC, kemudian

menghidupkan catu daya (power supply).

d. Mengatur posisi lensa cembung sehingga cahaya lampu terfokuskan pada

material.

e. Dengan menggunakan lux meter, mengukur intensitas awal (I0),

intensitas pantul (Ip) dan intensitas yang diteruskan (It). Melakukan

pengukuran ini untuk setiap perubahan tegangan lampu.

f. Mengganti material pertama dengan material kedua (material hijau) pada

tempat material dan mengulangi langkah (e).

g. Mengganti material kedua dengan material ketiga (material merah) pada

tempat material dan mengulangi langkah (e).


D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

a. Data Pengamatan

Data pengamatan pada percobaan Absorpsi Cahaya dapat dilihat

pada Tabel 8.2 berikut:

Tabel 8.2 Data Pengamatan pada Percobaan Absorpsi Cahaya


Ip
No. Warna Bahan v (volt) I0 (lux) It (lux) x (m)
(lux)
6 38,7 18,43 4,46
1 Biru 0,00091
9 187,8 25,81 12,75
6 38,7 18,95 5,26
2 Hijau 0,00058
9 187,8 25,97 8,68
6 38,7 6,68 12,26
3 Merah 0,00055
9 187,8 12,7 24,48

b. Analisis Data

1) Menentukan Intensitas Cahaya yang Diserap pada Warna Bahan Biru

I a  I 0  (It  I p )

= 38,7  (4,46 + 18,43)

= 38,7  22,89

=15,81 lux

2) Menentukan Daya Pantul pada Warna Bahan Biru

Ip
r  100 %
I0

18,43
=  100 %
38,7

= 47,6227 %
3) Menentukan Daya Tembus (Transmisivitas) pada Warna Bahan Biru

It
t  100 %
I0

4,46
  100 %
38,7

= 11,5246 %

4) Menentukan Daya Serap (Absorpsivitas) pada Warna Bahan Biru

Ia
a  100 %
I0

15,81
  100 %
38,7

= 40,8527 %

5) Menentukan Koefisien Penyerapan pada Warna Bahan Biru

1  It 
 ln  
x  I 0 

1  4,46 
 ln  
0,00091  38,7 

= 2374,3846 m-1
Dengan cara yang sama, untuk data selanjutnya dapat dilihat

pada Tabel 8.3 berikut

Tabel 8.3 Analisis Data pada Percobaan Absorpsi Cahaya


Warna v I0 Ip It Ia r t a μ
Bahan (volt) (lux) (lux) (lux) (lux) (%) (%) (%) (m-1)
2374,
6 38,7 18,43 4,46 15,81 47,6 11,5 40,9
4
Biru
2956,
9 187,8 25,81 12,8 149,2 13,7 6,79 79,5
9
3441,
6 38,7 18,95 5,26 14,49 48,9 13,6 37,4
9
Hijau
3301,
9 187,8 25,97 8,68 153,2 13,8 4,62 81,6
6
2089,
6 38,7 6,68 12,3 19,76 17,3 31,7 51,1
9
Merah
13,0 3704,
9 187,8 12,7 24,5 150,6 6,76 80,2
4 6

2. Pembahasan

Perbandingan intensitas yang dipantulkan dengan cahaya yang

datang disebut reflekstansi (R), sedangkan perbandingan intensitas cahaya

yang ditransimisikan dengan cahaya yang datang disebut transmintasi (T).

Transmintasi dapat diartikan dengan membandingkan intensitas sinar laser

setelah melalui bahan (It) dengan intensitas sinar laser sebelum mengenai

bahan (Io).

Pada percobaan “Absorbsi Cahaya” yang kami melakukan tiga kali

pengamatan dengan menggunakan warna material atau bahan biru, hijau dan

merah. Kami mengukur intensitas awal (Io), intensitas pantul (Ip) dan

intensitas yang diteruskan (It). Tegangan yang digunakan pada masing-

masing warna bahan yaitu sebesar 6 volt dan 9 volt. Pengamatan pertama

dilakukan pada warna bahan biru dengan tegangan 6 volt. Intensitas awal
yang digunakan sebesar 38,7 lux dan diperoleh intensitas pantulnya sebesar

18,43 lux, sedangkan intensitas yang diteruskan sebesar 4,46 lux dengan

ketebalan bahan sebesar 0,00091 m. Selanjutnya pada tegangan 9 volt

dengan bahan yang sama, digunakan intensitas awal sebesar 187,8 lux dan

diperoleh intensitas pantulnya sebesar 25,81 lux, sedangkan intensitas yang

diteruskan sebesar 12,75 lux. Pengamatan kedua dilakukan pada warna

bahan hijau dengan tegangan yang sama pada warna biru yakni 6 volt dan 9

volt. Intensitas awal yang digunakan secara berturut-turut sebesar 38,7 lux

dan 187,8 lux, intensitas pantul yang diperoleh secara berturut-turut sebesar

18,95 lux dan 25,97 lux, sedangkan intensitas yang diteruskan sebesar 5,26

lux dan 8,68 lux dengan ketebalan bahan sebesar 0,00058 m. Selanjutnya,

pengamatan ketiga dilakukan pada warna bahan merah dengan ketebalan

benda sebesar 0,00055 m. Tegangan yang digunakan sama seperti pada

warna bahan biru dan hijau yakni 6 volt dan 9 volt. Intensitas awal yang

digunakan juga sama yakni sebesar 38,7 lux dan 187,8 lux. Intensitas pantul

yang diperoleh sacara berturut-turut sebesar 6,68 lux dan 12,7 lux,

sedangkan intensitas yang diteruskan sebesar 12,26 lux dan 24,48 lux. Dari

pengamatan tersebut, dapat dilihat bahwa intensitas akan semakin berkurang

setiap melewati sebuah material. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang

mengatakan bahwa apabila cahaya melewati suatu medium (bahan/material)

maka intensitas cahaya tersebut akan berkurang.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, kami dapat

menentukan intensitas cahaya yang diserap, daya pantul, daya tembus, daya
serap dan koefisien penyerapan pada masing-masing material. Untuk warna

biru pada tegangan 6 volt, intensitas cahaya yang diserap sebesar 15,81 lux,

daya pantul yang dihasilkan sebesar 47,62 %, daya tembus atau

transmisivitas sebesar 11,52 %, daya serap sebesar 40,85 % dan koefisien

penyerapan sebesar 2374,39 m-1. Sedangkan untuk tegangan 9 volt,

intensitas cahaya yang diserap adalah 149,24 lux, daya pantul sebesar 13,74

%, daya tembus sebesar 6,79 %, daya serap sebesar 79,47 % dan koefisien

penyerapan sebesar 2956,87 m-1. Selanjutnya, untuk warna hijau pada

tegangan 6 volt, intensitas cahaya yang diserap sebesar 14,49 lux, daya

pantulnya sebesar 48,97 %, daya tembus sebesar 13,59 %, daya serap

sebesar 37,44 % dan koefisien penyerapan sebesar 3441,87 % m-1.

Sedangkan untuk tegangan 9 volt, intensitas cahaya yang diserap sebesar

153,15 lux, daya pantul sebesar 13,83 %, daya tembus sebesar 4,62 %, daya

serap sebesar 81,55 % dan koefisien penyerapan sebesar 3301,61 m-1. Untuk

material berwarna merah dengan tegangan 6 volt dan 9 volt, intensitas

cahaya yang diserap sebesar 19,76 lux dan 150,62 lux, daya pantul sebesar

17,26 % dan 6,76 %, daya tembus sebesar 31,68 % dan 13,04 %, daya serap

sebesar 51,06 % dan 80,20 % dan koefisien penyerapan sebesar 2089,99 m-1

dan 3704,58 m-1.

Dari nilai yang telah diperoleh dari analisis data menunjukan

bahwa daya pantul dan daya tembus dapat dilihat bahwa semakin besar

tegangan dan intensitas cahaya yang diberikan maka semakin kecil daya

pantul dan daya tembus yang dihasilkan. Hal ini sudah sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa intensitas cahaya yang diberikan berbanding

terbalik dengan daya pantul dan daya tembus yang dihasilkan. Dapat dilihat

bahwa semakin besar tegangan dan intensitas yang diberikan maka semakin

besar intensitas cahaya yang diserap. Ini berlaku pada semua material. Hal

ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa intensitas cahaya yang

diberikan berbanding lurus dengan intensitas cahaya yang diserap. Untuk

daya serap, semakin besar tegangan dan intensitas cahaya yang diberikan

maka semakin besar pula daya serapnya. Hal ini sejalan dengan teori yang

mengatakan bahwa intensitas cahaya berbanding lurus dengan daya

serapnya. Kemampuan suatu bahan untuk menyerap cahaya disebabkan oleh

beberapa faktor seperti warna bahan, ketebalan material, intensitas awal,

intensitas tembus dan intensitas serap cahaya. Selanjutnya, untuk koefisien

penyerapan juga sama seperti daya serap yakni berbanding lurus.

Anda mungkin juga menyukai