Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kita ketahui bahwa manusia tinggal di lingkungan yang beragam.
Sebagian dari mereka tinggal di pegunungan dan sebagian lainnya tinggal di
pantai yang datar atau di wilayah perbukitan. Keragaman tersebut memengaruhi
kehidupan manusia. Manusia yang tinggal di pegunungan memiliki corak
kehidupan yang berbeda dengan mereka yang tinggal di pantai. Demikian pula
dengan orang yang tinggal di perbukitan dan lembah sungai. Masing-masing
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya.
Menurut para ahli, keragaman bentuk permukaan bumi ini disebabkan oleh
dua kekuatan, yaitu tenaga endogen dan tenaga eksogen. Apa itu tenaga endogen
dan tenaga eksogen?. Tenaga endogen adalah tenaga pengubah muka bumi yang
berasal dari dalam bumi, sedangkan tenaga eksogen adalah tenaga pengubah
muka bumi yang berasal dari luar bumi. Tenaga endogen bersumber dari magma
yang bersifat membangun (konstruktif). Tenaga ini meliputi tektonisme,
vulkanisme dan gempa bumi. Tenaga eksogen merupakan tenaga yang bersifat
merusak kulit bumi. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tenaga eksogen ini
meliputi air, angin, makhluk hidup, sinar matahari, dan gletser. Kedua tenaga ini
menghasilkan rupa muka bumi yang beraneka ragam bentuknya baik di daratan
maupun dasar laut.
Namun, pada makalah ini yang akan dibahas secara spesifik adalah tenaga
endogen yang menyebabkan proses terbentuknya laut.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana proses pembentukan muka bumi melalui tenaga endogen ?
2. Bagaimanakah bentuk muka bumi di lautan ?
3. Bagaimana dampak tenaga endogen di dasar laut ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembentukan muka bumi melalui tenaga endogen;
2. Untuk mengetahui bentuk muka bumi di lautan;
3. Untuk mengetahui dampak tenaga endogen di dasar laut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses pembentukan muka bumi melalui tenaga endogen


Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang
menyebabkan perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen ini sifatnya
membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata. Mungkin saja di suatu daerah
dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah
menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun
menjadikan adanya lembah atau jurang.
Secara umum tenaga endogen dibagi dalam tiga jenis yaitu tektonisme,
vulkanisme,dan seisme atau gempa.
1. Tektonisme
a. Pengertian
Tektonisme adalah gerakan-gerakan lapisan penyusun kerak bumi.
Adanya tenaga tektonik dapat menyebabkan terjadinya pergeseran,
pengangkatan, lipatan, dan patahan pada kerak bumi. Tektonisme
merupakan salah satu tenaga endogen yang terpenting, yaitu sebagai
sumber utama terjadinya dinamika pada litosfer yang berasal dari dalam.
Vulkanisme dan gempa bumi sebagian besar disebabkan oleh tenaga
tektonik.
b. Teori Terjadinya Gerakan pada Litosfer
Ada beberapa teori yang berusaha untuk menjelaskan terjadinya
dinamika litosfer, antara lain sebagai berikut.
1) Teori Kontraksi
Merupakan teori tertua yang mencoba menjelaskan terjadinya
pegunungan di permukaan bumi. Teori ini dikemukakan oleh James
Dana dan Elie De Beaumont yang menjelaskan terjadinya relief di
permukaan bumi (Wirjodihardjo,1952). Mereka menyatakan bahwa
tubuh bumi telah lama mengalami pendinginan di permukaannya,
namun di bagian dalam masih merupakan substansi cair pijar yang

3
panas.Karena bumi terus mendingin, maka bagian inti bumi
mengalami penyusutan, sedangkan bagian kulit bumi tetap tidak
berubah karena sudah membeku. Akibat penyusutan tersebut, kerak
bumi menjadi longgar dari intinya sehingga timbul gaya tangensial
yang mengakibatkan terbentuk pengerutan di bagian permukaan. Inilah
yang menyebabkan terjadinya pegunungan lipatan di permukaan bumi.
Bumi diandaikan sebagai buah apel yang jika bagian dalamnya
mengering akan menyebabkan keriput di permukaannya.
2) Teori Laurasia-Gondwana
Teori ini dikemukakan oleh Eduard Zuess dan Frank B. Taylor
yang menyatakan bahwa pada awalnya di bumi ada dua benua, yaitu
Laurasia dan Gondwana yang masing-masing terletak di kedua kutub
bumi. Kedua benua kemudian bergerak secara lambat menuju Ekuator
dan kemudian terbentuklah benua-benua di permukaan bumi seperti
saat ini. Benua gondwana meliputi Amerika Selatan, Afrika, Australia
dan anak benua India, sedangkan Eropa, Asia, dan Amerika Utara
termasuk benua Laurasia

Gambar 1 : Benua Laurasia dan Gondwana.

4
3) Teori Pergeseran Benua (Continental Drift Theori)
Dikemukakan oleh Alfred Wegener yang menyatakan bahwa pada
awalnya di bumi terdapat satu benua yang disebut Pangea.Kemudian
secara perlahan benua ini pecah karena mengalami pergeseran ke arah
ekuator dan ke arah barat. Gerakan ke arah ekuator disebabkan oleh
gaya sentrifugal akibat bumi berotasi dan gerakan ke arah barat
akibat gerakan bumi ketika berotasi dari arah barat ke timur

Gambar 2: Pergeseran benua dari jaman Permian sd sekarang.

4) Teori Konveksi
Teori ini mengemukakan bahwa di bawah lapisan kerak bumi,
yaitu pada lapisan astenosfer terdapat arus yang memutar (arus
konveksi). Arus konveksi ini mempengaruhi litosfer yang ada di
atasnya.Bahkan arus konveksi ini ada yang sampai di dasar laut dan
membentuk punggungan dasar samudera atau mid oceanic
ridge.Adanya arus konveksi ini menyebabkan permukaan bumi
menjadi tidak rata.Pada puncak mid oceanic ridge lava masih terus
mengalir dari dalam menyebar ke kedua sisinya dan membeku
membentuk kerak bumi yang baru.

5
Gambar 3: Arus konveksi pada bagian dalam bumi

Arus konveksi terjadi karena adanya pemanasan secara terus


menerus dari inti bumi terhadap lapisan mantel yang ada di atasnya.
Bagian mantel yang dekat dengan inti bumi menjadi lebih panas
daripada bagian atas. Akibatnya bagian mantel yang dekat dengan inti
bumi menjadi ringan sehingga terapung dan membentuk arus menuju
bagian atas. Sebaliknya mantel yang dekat dengan lithosfer menjadi
dingin dan lebih berat dan tenggelam kembali menuju inti bumi. Proses
ini terjadi secara terus menerus sehingga membentuk arus konveksi.
Arus konveksi ini secara sederhana dapat dianalogikan dengan air yang
direbus seperti yang dapat diamati pada Gambar No 4.

Gambar 4: Arus konveksi yang terbentuk pada air yang dipanasi

6
5) Teori Pemekaran Dasar Samudera.
Teori pemekaran dasar samudera (Sea Floor Spreading)
dikemukakan oleh Harry H.Hess. Teori ini menjelaskan bahwa bagian
kerak bumi di dasar samudra mengalami pemekaran sebagai akibat
gaya tarikan (tensional force) yang digerakan oleh arus konveksi yang
ada pada astenosfer. Akibat gaya tarikan tersebut terbentuklah rekahan
pada dasar samudera. Melalui rekahan tersebut magma mengalir ke
kedua sisinya dan membentuk kulit bumi yang baru.Ekspedisi Glomar
Challenger tahun 1968 memnunjukkan bukti baru tentang terjdinya
pergeseran dasar laut dari arah mid oceanic ridge ke arah dua sisinya
(Gambar No 5).

Gambar 5: Sea-floor-spreading

Penelitian mengenai umur batuan di sekitarmid oceanic ridge


mendukung kebenaran terjadinya pemekaran dasar samudera. Hal ini
dibuktikan bahwa umur batuan hasil luapan magma, semakin jauh dari
mid oceanic ridge, semakin tua umurnya.
6) Teori Lempeng Tektonik
Teori ini dikemukakan oleh Mc Kenzie dan Robert Parker yang
merupakan penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya (Teori
Pergeseran Benua, Teori Konveksi, dan Teori Pemekaran Dasar
Samudera).Teori ini menjelaskan bahwa kerak bumi mengapung di

7
atas lapisan astenosfer.Karena adanya aliran arus konveksi, maka
bagian kerak bumi di atasnya terseret mengikuti arah arus konveksi
tersebut.Itulah sebabnya maka selalu terjadi pergeseran pada kerak
bumi. Akibat pergeseran tersebut adalah terjadinya gerakan lempeng
kerak bumi yang saling menjauh, berpapasan, atau bertabrakan.
Salah satu teori yang dewasa ini banyak digunakan untuk
menjelaskan terjadinya tenaga endogen adalah teori tektonik lempeng.
Teori ini mengasumsikan bahwa kulit bumi terdiri dari lempeng-
lempeng tektonik. Lempeng-lempeng ini selalu bergerak sebagai
akibat dari pengaruh gerakan arus konveksi yang ada pada lapisan
mantel.
Aliran arus yang berada di bawah lithosfer bisa berpapasan,
bertabrakan, atau saling menjauh. Arus konveksi ini dapat menyeret
lapisan kerak bumi yang ada di atasnya, sehingga menimbulkan
berbagai bentuk dipermukaan bumi, seperti retakan, celahan, patahan,
lipatan, maupun pengangkatan.
Adanya arus konveksi yang menyeret lapisan kerak bumi di
atasnya mengakibatkan bentuk dan posisi tempat-tempat dipermukaan
bumi selalu berubah. Bentuk permukaan bumi seperti yang ada pada
saat ini terjadi dari sebuah benua yang sangat besar yang dinamakan
Pangea atau super continent. Sebagai akibat adanya gerakan lempeng
tektonik, benua tersebut terpecah belah sebagaimana benua-benua
yang ada pada saat ini.

Gambar 6: Arus konvesi, mid oceanic ridge dan subduksi

8
Gerakan lempeng-lempeng tektonik masih terus terjadi sampai saat
ini. Ada enam lempeng besar yang masing-masing lempeng terdiri
atas lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng besar
tersebut adalah Lempeng Erasia, Afrika, Amerika, Pasifik, Hindia-
Australia, dan Antartika. Lempeng-lempeng tektonik yang ada di
bumi dan arah gerakannya dapat dilihat pada Gambar No 7.

Gambar 7 : Lempeng tektonik di dunia dan arah gerakannya

Pembentukan permukaan bumi dan fenomena pada litosfer yang


diakibatkan oleh adanya arus konveksi dapat dilihat pada Gambar
No 8.

Gambar 8 : Gerakan lempeng tektonik dan fenomena pada litosfer


yang ditimbulkan

9
c. Jenis-Jenis Gerakan Tektonik
Adanya tenaga tektonik dapat menyebabkan terjadinya pengangkatan,
penurunan, lipatan dan patahan. Pada kerak bumi fenomena tersebut
membentuk pegunungan, perbukitan, punggungan, maupun celah yang
dalam. Ada beberapa lipatan seperti terlihat dalam gambar berikut.

Gambar 9: Bentuk-bentuk lipatan pada lapisan batuan.

Bagian puncak lipatan dinamakan antiklin dan lembahnya disebut


sinklin. Kumpulan antiklin dinamakan antiklinorium. Adanya pelapukan
dan pengikisan, puncak lipatan (antiklin) belum tentu merupakan bagian
paling tinggi dan sebaliknya sinklinal belum tentu merupakan bagian yang
paling rendah dari suatu bentang lahan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
No 10.

Gambar 10: Sinklinal yang secara mrfologis terlihat sebagai punggungan

10
Patahan pada lapisan batuan dapat disebabkan oleh beberapa gaya
yang berupa tarikan, tekanan, dan robekan. Gaya dan bentuk patahan
(sesar) yang dibentuk dapat dilihat pada Gambar No 11.
1) Sesar normal

2) Sesar sungkup

3) Sesar mendatar

Gambar11: (1) Sesar Normal, (2) Sesar Sungkup, (3) sesar mendatar

11
Orogenesis, atau proses pembentukan pegunugan terjadi karena adanya
tektonisme yang menyebabkan terjadinya patahan dan lipatan.
Pembentukan pegunungan merupakan proses yang relatif cepat dan
wilayah yang terangkat tidak terlalu luas. Penangkatan kerak bumi yang
meliputi wilayah relatif luas dan terjadi secara perlahan-lahan di sebut
epirogenesis.

2. Vulkanisme
a. Pengertian Vulkanisme
Vulkanisme adalah gerakan magma dari daam bumi menuju
permukaan bumi.Dalam perjalanannya magma dapat mencapai permukaan
dan sebagian lagi menyusup di pada kerak bumi.Magma yang dapat
mencapai permukaan bumi disebut dengan ekstrusi dan yang menyusup di
dalam kerak bumi disebut intrusi.
Lapisan kulit bumi terluar dikelilingi oleh batuan yang disebut kerak
bumi. Dibeberapa tempat di permukaan bumi dijumpai adanya masa cair
pijar yang meleleh keluar dari dalam bumi, baik melalui suatu pipa
maupun rekahan pada kerak bumi. Magma adalah merupakan peleburan
persenyawaan silikat pijar yang mengandung banyak gas, persenyawaan
tersebut antara lain terdiri dari SiO2, Al, Ca, Mg, K, Na, Fe, CO2, H2,
HCL dan lain-lain. Magma ini memiliki sifat mudah beregrak dengan suhu
berkisar antara 900° sampai 1.100°C.Magma terbentuk pada kerak bumi
bagian bawah dan mantel bagian atas. Meski dapat dipastikan bahwa di
dalam bumi terdapa substansi magma, namun tidak berarti bahwa pada
lithosfer secara keseluruhan terdiri dari substansi tersebut.
Dulu orang mengira bahwa panas pada magma berasal dari sisa-sisa
panas bumi, karena bumi terbentuk dari bagian matahari yang terlepas dan
membentuk planet. Pendapat yang lebih maju menyatakan bahwa panas
pada magma berasal dari unsur- unsur mineral radio aktif yang ada pada
litosfer. Ketika mineral radio aktif mengalami peluruhan (decay), akan
menghasilkan panas yang mampu melelehkan batuan di sekitarnya.

12
Sebagai mana telah di sebutkan pada bab sebelumnya, lithosfer terdiri
dari dua lapisan utama, yaitu sial dan sima. Sial menempati lapisan paling
atas dari lithosfer yang sebagian besar terdiri persenyawaan silisium dan
aluminium dengan berat jenis antara 2,7 sampai 2,8. Lapisan ini memiliki
ketebalan yang bervariasi.Di bagian benua lapisan sial jauh lebih tebal
dibandingkan dasar laut.Dibagian benua lapisan sial dapat mencapai
ketebalan puluhan kilometer, sedang di dasar samudra lapisan tersebut
sangat tipis.Lapisan sial berada mengapung di atas lapisan sima.Lapisan
sima sebagian besar terdiri dari persenyawaan SiO2 dan Mg dengan berat
jenis sekitar 3 atau lebih. Lapisan sial berkomposisi granit dan lapisan
sima berkomposisi basalt. Pada lapisan sial inilah terutama terdapat ruang-
ruang tempat magma berada yang disebut waduk magma atau reservoir
magma yang merupakan sumber utama dari aktivitas vulkanik.
Dibawah lithosfer terdapat sebuah jalur yang disebut
substratum.Substratum ini sebagai mana sima, sebagian besar juga
berkomposisi SiO2 dan Mg. Bedanya adalah lapisan sima terutama
terdapat dalam bentuk kristalin, sedangkan substratum terdiri dari
substansi amorf.Substansi amorf ini berada dalam temperature yang sangat
tinggi.
Gerakan pada litosfer dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan
termodinamik pada substaratum.Hal ini mengakibatkan substansi yang
bersifat amorf tadi berubah menjadi cair pijar. Perubahan tersebut disertai
meningkatnya volume dan pelepasan gas antara lain CL, HCl, CO2, H2S,
H2SO3, CH4 dan N2. Bahan cair pijar tersebut kemudian mengisi ruang-
ruang dalam litosfer dan membentuk dapur magma.Karena mengandung
gas, magma tersebut berada dalam tekanan yang tinggi. Oleh karena itu
jika terdapat bagian litosfer yang lemah, misalnya karena adanya patahan
atau rekahan, maka magma akan cenderung untuk keluar permukaan bumi.
Jika waduk magma terletak dangkal maka tekanan gas menghancurkan
kerak batuan yang ada diatasnya dengan suatu ledakan.Akibatnya magma
ikut tertekan dan dihamburkan keluar.Peristiwa ini dapat dibandingkan

13
dengan sebotol minuman soft drink yang setelah dikocok, tutupnya
dibuka secara tiba-tiba. Cairan sotf drink tersebut akan tersembur keluar
karena dorongan gas yang ada dalam botol yang terlepas ketika cairan tadi
dikocok.
Kedalaman dapur magma pada umumnya berkisar antara 10-140 Km,
sedangkan substratum yang dapat dianggap sebagai induk magma terletak
pada kedalaman 100 Km dari permukaan bumi. Pada dapur magma yang
dalam, yaitu pada 40-100 Km dari permukaan bumi dengan tekanan
sebesar 20.000-25.000 atmosfer, gas-gas yang ada pada magma tidak
mampu mengatasi litosfer yang ada diatasnya. Oleh karena itu, disamping
tekanan gas diperlukan juga gaya tektonik yang dapat menyebabkan
lemahnya struktur kerak bumi ditempat tersebut, misalnya terjadinya
patahan atau rekahan. Rekahan atau patahan pada kerak bumi adalah
merupakan tempat –tempat yang ideal bagi keluarnya magma ke
permukaan bumi.
Hubungan antara vulkanisme dan tektonisme memang sangat erat. Hal
ini terbukti bahwa gunung-gunung api yang sekarang masih aktif terutama
terletak di daerah-daerah yang pada zaman tertier mengalami
pengangkatan, penurunan, retakan-retakan maupun patahan-patahan secara
intensif. Daerah tersebut terutama berpusat pada jalur Sirkum Pasifik dan
Jalur Mediteran. Bahkan batas dari cekungan pasifik dapat dianggap
sebagai Ring of fire dan lebih dari 75 % vulkan aktif didunia ini ditemukan
disini.
1) Intrusi
Intrusi terbentuk jika magma dalam perjalanannya terjebak di
dalam lapisan kerak bumi dan kemudian membeku ditempat
tersebut.Lapisan kerak bumi yang ada disekitarnya dimasuki, diterobos
atau diubah. Adanya pengerjaan proses eksogen, badan intrusi tersebut
kadang-kadang dapat tersingkap dipermukaan bumi. Bentuk intrusi
sangat bervariasi, hal ini dapat dipengaruhi oleh jenis magma dan
struktur batuan yang ada pada tempat itu. Berdasarkan bentuknya

14
intrusi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain sebagai
berikut.
a) Batolit
Intrusi ini terletak cukup dalam pada kerak bumi. Biasanya
terbentuk bersamaan dengan terjadinya pegunungan dan banyak
terdapat dalam inti rantai pegunungan dengan mengikuti struktur
jalur pegunungan tersebut. Badan intrusi ini memiliki bentuk yang
tidak teratur dengan batas-batas tepi yang sangat curam dan
ukurannya sangat besar.Batolit yang terdapat di Alaska – British
Columbia memiliki ukuran luas sekitar 100.000 km persegi. Di
Indonesia juga ditemukan adanya batolit antara lain di pegunungan
Schwaner dan masif Bangkunat di Sumatera Selatan.
b) Stok
Adalah badan intrusi yang agak besar tetapi lebih kecil di banding
batolit, luasnya kurang dari 100 km persegi. Intrusi ini memiliki
formasi, bentuk dan komposisi yang sama dengan batolit.
c) Lopolit
Bentuk intrusi yang menyebar secara lateral searah dengan lapisan
batuan yang diintrusi membentuk cekungan di bagian atas
menyerupai piring.

Gambar 12: Lopolit

d) Phakolit
Adalah intrusi yang menyusup pada lapisan batuan yang
berstruktur antiklin atau sinklin. Dalam hubungannya dengan

15
lapisan batuan di sektitarnya intrusi ini tetap konkordan.
e) Lakolit
Adalah badan intrusi yang menyusup diantara lapisan batuan yang
menyerupai lensa cembung atau dome di bagian atas dan datar
pada bagian dasarnya. Badan intrusi ini memiliki diameter yang
bervariasi, yaitu dari ratusan meter sampai beberapa
kilometer.Penyusupan konkordan dengan lapisan batuan
disekelilingnya, terdiri dari magma yang kental sehingga mampu
mendorong kerak batuan yang ada diatasnya.
f) Sill
Adalah intrusi yang terbentuk lempengan/lembaran tipis yang
menyusup melalui bidang yang relatif datar dan konkordan dengan
lapisan batuan yang ada disekitarnya. Ketebalannya bervariasi,
yaitu dari beberapa senti meter sampai puluhan meter.Magma
pembentuk sill ini terdiri dari magma yang bersifat cair sehingga
mampu mengalir pada sela-sela lapisan batuan pada areal yang
cukup luas.Great Whin sill di Inggris utara luasnya sekitar 5000
km2.
g) Dike
Adalah intrusi yang menerobos dan memotong lapisan batuan
secara vertikal dan membentuk dinding batuan beku yang panjang
dan sempit.

Gambar 13: Bentuk-bentuk Intrusi

16
2) Ekstrusi
Magma yang dalam perjalanannya sampai di permukaan bumi
dinamakan ekstrusi.Ekstrusi magma cair (bersifat basa) yang keluar
melalui celah di permukaan bumi bisa membentuk plato, yaitu plato
basal, sedangkan yang keluar melalui sebuah lubang kepundan akan
membentuk gunung api. Gunung api merupakan akumulasi hari hasil
ekstrusi yang menyebabkan terbentuknya morfologi lebih tinggi dari
wilayah di sekitarnya.

b. Material Hasil Erupsi Gunung Api


Menurut wujudnya material vulkanik dapat di bedakan menjadi tiga
macam, yaitu berupa material cair, padat dan gas
1) Material cair
Material ini berupa aliran lava saat sebuah vulkan bererupsi.Lava
adalah magma yang sudah sampai di permukaan bumi, sedangkan
ketika masih di dalam bumi disebut magma.Meskipun semua magma
memiliki induk yang sama yaitu bersifat basaltis, namun dalam
perjalanan sejarahnya vulkan yang sama dapat menghasilkan jenis
magma yang berbeda. Hal ini di sebabkan adanya diferensiasi magma,
yaitu proses perubahan komposisi magma yang semula homogen
menjadi berkomposisi lain. Salah satu sebab terjadinya diferensiasi
adalah asimilasi, yaitu proses peleburan batuan disekitar dapur magma
dan menyatu dengan magma yang meleburnya. Sebagai contoh magma
yang bersifat asam setelah mengalami asimilasi dengan batuan kapur
tingkat keasamannya menjadi berkurang. Sedangkan magma basa
setelah berasimilasi dengan pasir kwarsa akan berkurang tingkat
kebasaanya.
Lava yang bersifat asam lebih kental sehingga sukar menyebar,
sedangkan lava basa bersifat cair, sehingga dapat mengalir dengan
kecepatan tinggi tersebar sampai tempat yang jauh. Arus lava semacam
ini dapat mengalir mencapai sejauh 50 kilometer.

17
Jika lava yang keluar bersifat kental dan lama dalam keadaan cair
liat, bagian permukaan yang membeku akan dikerutkan oleh lava yang
masih mengalir di bawahnya. Akibatnya terbentuklah kerutan-kerutan
yang menyerupai pintalan tali sehingga dinamakan lava tali atau
pahoehoe lava. Jika lava yang membeku di permukaannya dihancurkan
oleh arus yang masih mengalir di bagian dalam akan mengakibatkan
terbentuknya lava bongkah atau a a lava (Gambar No 14)

Gambar 14: Lava tali dan lava bongkah

Di samping lava, gunung api juga bisa menghasilkan lahar. Lahar


dapat dibedakan lahar panas dan lahar dingin. Lahar panas adalah
bercampurnya lava dan air yang ada di danau kawah ketika gunung api
bererupsi. Lahar ini berbahaya karena merupakan aliran lumpur
panas yang arusnya deras.Contohnya adalah vulkan kelud di Jawa
Timur, ketika kawahnya masih berupa danau, setiap kali meletus pasti
menghasilkan lahar panas.Danau kawah di gunung Kelud pada saat ini
airnya relatif telah kering, karena telah dibuat terowongan untuk
mengalirkan air danau tersebut ke luar kawah.
Lahar dingin terjadi jika pada lereng suatu vulkan terdapat bahan-
bahan yang gembur/ tidak berkonsolidasi seperti pasir dan abu hasil
erupsi. Pada saat hujan lebat, bahan- bahan ini akan jenuh air dan
berubah menjadi lumpur. Karena gravitasi, lumpur tersebut mengalir
membentuk banjir menuruni lereng-lereng vulkan. Lahar dingin ini
sering terjadi di gunung Merapi Jawa Tengah.

18
2) Material padat atau Eflata
Material ini terdiri dari piroklastika dan berdasarkan ukurannya
dapat di bedakan menjadi beberapa macam, yaitu bom dengan garis
tengah lebih dari 64 mm, lapili (4-64 mm), Abu vulkanik (0,25 – 4
mm), dan debu vulkanik (kurang dari 0,25 mm). Bahan- bahan ini
sering bercampur dengan fragmen-fragmen batuan yang berasal dari
dinding diatrema yang ikut terseret keluar ketika terjadi erupsi.Batuan
ini dinamakan xenolit.
Di antara hasil Eflata, kadang-kadang ditemukan batu apung
(pumice). Batu apung ini terbentuk karena tiupan gas-gas (buih magma)
yang membeku secara cepat pada saat terlempar keudara. Akibatnya
terbentuklah batuan yang sangat porous. Batu apung dapat pula
terjadi karena pendinginan yang mendadak dari lava yang
menyebabkan terbentuknya absidian (gelas vulkanik) yang menpunyai
struktur amorf, pada temperatur 980°C, obsidian dapat berubah jadi
batu apung.
Magma yang terlempar ke udara mendingin dengan cepat
membeku dengan bentuk relatif membulat. Bulatan ini terjadi ketika
magma terlempar ke udara pecah menjadi berbagai ukuran dengan
gerakan yang berputar dan jatuh di sekitar kepundan. Batuan ini
disbut aglomerat. Dalam letusan gunung api, bagian sisi lubang
kepundan dan bagian puncak ikut terlempar. Material ini membentuk
akumulasi ffragmen-fragmen batuan yang berbentuk runcing dan
disebut breksi vulkanik. Aglomerat maupun breksi vulkanik pada
lereng gunungapi belum begitu kompak sehingga air hujan dapat
menghanyutkannya dan membentuk banjir lahar dingin.

3) Material vulkanik yang berbentuk gas


Gas vulkanik adalah merupakan motor pendorong dalam suatu
erupsi gunung api. Material vulkanik yang berupa gas di sebut

19
ekskalasi. Gas-gas yang sering terdapat pada gunung api antara lain
Cl, HCl, C02, H2S, H2SO3, CH4, H2 dan lain-lain.

c. Klasifikasi Bentuk Erupsi Vulkanik


Bentuk erupsi vulkanik dapat dibedakan menjadi beberapa macam, hal
ini tergantung pada dasar klasifikasi yang dipakai. Berdasarkan bentuk
lubang tempat keluarnya magma kepermukaan bumi, erupsi vulkanik
dapat dibedakan menjadi menjadi dua macam, yaitu erupsi sentral dan
erupsi linier.
1) Erupsi sentral
Pada erupsi ini, magma keluar kepermukaan bumi melalui sebuah
pipa kepundan.Luapan magma melalui pipa kepundan ini memiliki
sifat erupsi yang berbeda-beda.Berdasarkan sifatnya erupsi sentral
dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu erupsi efusit, eksplosif dan
erupsi campuran antara efusit dan eksplosif.
a) Erupsi Efusif
Pada erupsi ini, magma keluar dari lubang kepundan tanpa
disertai ledakan.Hasil erupsi semata-mata berupa lava. Erupsi
efusif murni menghasilkan gunung api yang berbentuk perisai
atau aspit. Lava yang dikeluarkan dari erupsi ini terutama bersufat
cair encer sehingga dapat mengalir jauh dan menutupi daerah yang
cukup luas. Vulkan yang demikian banyak ditemukan di kepulauan
Hawai.Bahkan kepulauan tersebut memang terbentuk oleh vulkan-
vulkan semacam itu yang muncul dipermukaan samudera
pasifik.Vulkan-vulkan tersebut antara lain Mauna Loa, Kilauea,
Mauna Lea, dan sebagainya. Vulkan Kilauea, tingginya kira-kira
4000 meter di atas permukaan air laut. Diukur dari dasar samodra
pasifik tingginya mencapai 10.000 meter dengan lereng yang
sangat landai, yaitu berkisar antara 1 – 10.di Iceland juga terdapat
erupsi efusif, tetapi hanya membentuk aspit yang kecil- kecil,

20
misalnya Kalkota Dyngya dengan ketinggian 500 meter dari
dataran yang ada disekitarnya.
b) Erupsi Eksplosif
Erupsi pada umumnya ditandai dengan ledakan yang
keras.Bahan-bahan yang dihasilkan terutama adalah piroklastika.
Bentuk gunung api yang dihasilkan tidak tinggi, yaitu hanya
menyerupai tanggul yang melingakari kawah. Gunung api ini
disebut maar. Jika dasar dan dinding-dinding terdiri dari batuan
yang impermeable, maka kawah tersebut dapat terisi oleh
air.Akibatnya terbentuklah genangan air pada lubang bekas letusan
gunung tersebut sehingga membentuk danau. Di Jawa Barat
danau seperti itu disebut ranu, di Jawa tengah di sebut telaga, dan
di Jawa Timur disebut ranu. Di Jawa Timur misalnya Ranu Klakah,
di Jawa Tengah Telaga Menjer, dan di Jawa Barat Situ Bagendit
c) Erupsi campuran
Suatu vulkan tidak selamanya memiliiki sifat erupsi yang sama.
Banyak vulkan yang memiliki erupsi yang berganti-ganti antara
eksplosif dan efusif. Erupsi semacam ini menghasilkan gunung api
strato, yaitu gunung api yang strukturnya berlapis-lapis, terdiri dari
lava yang membeku berselang seling dengan bahan piroklastika.
Pada umumnya berbentuk kerucut sehingga memiliki lereng yang
lebih curam dari pada gunung api aspit. Menurut perkiraan 99%
vulkan yang ada di dunia terdiri dari vulkan strato.

Berdasarkan kekuatan tekanan gas dan derajat


kecairan lava, Escher mengklasifikasikan erupsi sentral menjadi
beberapa tipe, yaitu :
1) Tipe hawai
Tipe ini bercirikan lava yang cair encer, dapur magma sangat
ndangkal dan tekanan gas yang rendah. Gunung api yang dihasilakan
berbentuk perisai. Magma pada kawah vulkan tetap berhubungan

21
dengan udara luar.Contohnya adalah di Kilauea terdapat danau lava
dengan pulau-pulau lava yang telah membeku terapung di atasnya.
2) Tipe Stroboli
Bercirikan lava yang cair encer, waduk magma dangkal dengan
tekanan gas sedang dan magmanya tetap berhubungan dengan dunia
luar. Semburan gas yang membawa magma dapat menimbulkan erupsi
pendek menyerupai letusan yang menghasilkan bom, lapili dan debu.
Vulkan denga tipe letusan ini antara lain Stromboli, Visuvius, dan
Gunung Raung.
3) Tipe vulkano
Tipe letusan ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu vulkano
yang lemah dan vulkano yang kuat. Tipe vulkano yang lemah
bercirikan lava cair, waduk magma dangkal dan tekanan gasnya
sedang.Contohnya Vulkan Bromo dan Raung.Tipe vulkano yang kuat
bercirikan magma cair, waduk magma dalam dengan tekanan gas yang
tinggi.Contohnya Vulkan Visuvius dan Etna.Letusan tipe vulkano
berupa hembusan abu vulkanik berbentuk kembang kol yang disertai
dengan lemparan bom, lapili dan juga aliran lava.
4) Tipe Merapi
Bercirikan magma kental, waduk magma terletak dangkal dengan
tekanan gas yang rendah, lava kental yang keluar dari pipa kepundan
segera membentuk jarak pembekuan pada bagian luarnya.Akibatnya
terjadilah sumbat lava.Sumbat lava ini pada bagian dalamnya masih
tetap dalam keadaan cair.Pada saat terjadi peledakan, sumbat lava
dihembus dan dihancurkan oleh tekanan gas yang berasal dari dalam
oleh sksplotasi yang berulang-ulang.Erupsi ini menghasilakn awan
panas yang berhembus sepanjang jalur lereng vulkan.Awan panas ini
disebut nuee ardente.Sumbat lava yang berhembus dan hancur
menghasilkan banjir batu pijar yang meluncur menuruni lereng
vulkan.

22
5) Tipe pelee
Bercirikan magma kental, waduk magma terletak dangkal dengan
tekanan gas yang tinggi, sifat peledakannya kuat disertai penembakan
gas kearah jurusan mendatar. Studi mengenai peledakan ini diadakan
pada montagne pelee di pulau Martinique, salah satu pulau Antila kecil.
Pada punca vulkan ini terdapat sumbat lava yang mencuat
membventuk jarum lava. Pada peledakan tanggal 8 mei 1902 terjadi
hembusan awan pijar dengan kecepatan 150 meter perdetik. Sehingga
kota St.pierre yang jaraknya 6 km darinpuncak gunung terhembus oleh
awan pijar itu dalam waktu 40 detik. Seluruh penduduk kota tersebut
tewas karena menghirup udara panas yuang temperaturnya 210 - 230
c.

Gambar 15: Tipe letusan gunungapi menurut Escher

6) Tipe St. Vincent


Bercirikan magma kental, waduk magma terletak dangkal dengan
tekanan gas sedang.Di dalam kawah terdapat danau sewaktu erupsi, air
danau kawah bercampur dengan lava dan dimuntahkan keluar
membentuk lahar.Setelah kawah menjadi kosong, terjadi aktivitas
pelemparan bom, lapili dan awan pijar.
7) Tipe Perret
Adalah tipe letusan vulkan yang paling hebat, ciri-ciri letusan ini
yaitu lava cair, waduk magma sangat dalam dengan tekanan gas yang

23
sangta tinggi.Pada saat terjadi erupsi terbentuk tiang gas yang sangat
tinggi dengan bentuk bunga kol di bagian atasnya. Tipe letusan ini
mempunyai akibat yang merusak terhadap badan gunung api, bahkan
dapat menyebabkan terjadinya pembentukan kaldera. Ledakan vulkan
visuvius pada tahun 1906, krakatau pada tahun 1988 adalah merupakan
contoh dari ledakan tipe ini.

2) Erupsi linier
Erupsi ini sering disebut sebagai Tipe Eslandia (Icelandic
type).Dicirikan oleh keluarnya magma basalt secara efusif melalui
celah yang memanjang. Karena sifat magma yang cair, dan luapan
magma tersebut sering membentuk plato, yaitu plato basalt.
Pada erupsi linier, magma keluar melalui rekahan pada kerak
bumi.Pada umumnya sebagian besar material yang dikeluarkan berupa
lava yang bersifat cair, yaitu dengan komposisi basalt. Erupsi ini dapat
menghasilkan luapan magma yang tebal dan meliputi daerah yang luas
sehingga sering membentuk plato basalt luapan magma semacam ini
dapat dijumpai di beberapa daerah misalnya di india membentuk plato
deccan, Brazil, plato Columbia, Iceland, Afrika Selatan, dan lain-lain.
Erupsi linier yang sangat terkenal di dunia terdapat di Iceland, yaitu
pada celah Laki.Dari celah yang panjangnya 30 kilometer, magma
yang bersifat cair meluap kepermukaan bumi dan menutupi daratan
seluas lebih dari 200.000 km persegi dengan ketebalan ribuan meter.

Gambar 16: Erupsi linier

24
d. Perubahan Morfologi Gunung api
Dari waktu ke waktu morfologi gunung api selalu mengalami
perubahan. Perubahan ini disebabkan oleh proses eksogen dan endogen.
Pelapukan dan pengikisan membentuk alur-alur erosi pada lereng-lereng
gunung api. Alur-alur erosi ini semakain berkembang menjadi lembah-
lembah yang dalam dengan dinding-dinding terjal.Pada kerucut vulkan
alur-alur ini bentuknya menyerupai payung yang setengah di
kembangkan.Alur-alur ini disebut barranco. Pada vulkan-vulkan yang
memiliki danau kawah, sayatan-sayatan lembah pada lereng vulkan itu
akan lebih di perdalam oleh kikisan lahar pada saat terjadi erupsi
sebagaimana yang terjadi pada Vulkan Kelud (gambar No 17).

Gambar 17: Lembah dalam di lereng Gunung Kelud akibat kikisan aliran
lahar.

Pada vulkan yang memiliki kawah, jika salah satu jurang dapat
mencapai mulut kawah, maka akan terbentuklah puncak yang menyerupai
tapal kuda. Manakala jurang- jurang yang lain telah mencapai puncak,
maka kawah tersebut akan terkikis dan lenyap sama sekali. Akibatnya
terbentuklah puncak vulkan yang meruncing. Contohnya adalah gunung
Ringgit, gunung Salak dan gunung Batok.

25
Pada vulkan yang tidak aktif, biasanya terjadi pembekuan magma pada
pipa kepundan dan membentuk sumbat lava. Sumbat lava ini kadang-
kadang sangat kuat sehingga ketika vulkan aktif kembali, magma akan
menerobos bagian-bagian yang lemah dari vulkan itu. Akibatnya pada
lereng yang lemah akan menjadi pusat erupsi baru dan membentuk kerucut
parasiter.

1. Eksplosi batu apung pertama.


Kekuatan erupsi sedang, neveau
magma tinggi.
2. Eksplosi bertambah kuat. Neveau
magma turun ke waduk magma.
3. Puncak eksplosi sebagian material
gunung api ditembakkan ke atmosfer,
sebagian besar melalui lereng sebagai
awan pijar. Karena tidak ada tahanan,
puncak kerucut mulai retak.
4. Karena tidak ada tahanan, puncak
kerucut mulai runtuh ke dapr magma.
5. Setelah beristirahat kerucut baru
muncul di dasar kawah dan bagian
tepinya.

Gambar 18: Tahapan pembentukan kaldera menurut Bemmelen

Puncak vulkan yang telah terbentuk seringkali rusak akibat ledakan


yang hebat.Bahkan banyak di antaranya yang menghasilkan bentukan
kaldera, yaitu kawah yang sangat luas.Pada kaldera ini bisa muncul pusat-
pusat erupsi baru dan membentuk kerucut vulkan yang lebih kecil. Vulkan
Bromo dan Batok yang muncul dari Kaldera Tengger dan Vesuvius yang

26
terdapat pada kaldera Somma, merupakan contoh dari fenomena
tersebut.Tahapan pembentukan kaldera dapat dilihat pada gambar 18.
Escher berpendapat bahwa terjadinya kaldera disebabkan oleh erupsi
vulakanik yang sangat eksplosif, yaitu tipe Perret.Tekanan gas yang sangat
tinggi pada erupsi ini menyebabkan dinding-dinding diaterma tertiup dan
terkikis sehingga terbentuklah lubang lebar menyerupai silinder dengan
dinding-dinding yang sangat curam.Setelah erupsi berhenti, maka dinding-
dinding silinder runtuh dan mengisi dasar kawah.Akibatnya terbentuklah
depresi yang menyerupai mangkok.Pendapat Escher ini terkenal dengan
teori silinder peniupan perobohan.
Sebagaimana Escher, Bemmelen (1954) juga sependapat bahwa
terjadinya kaldera disebabkan oleh ledakan tipe Perret. Bedanya adalah
Van Bemmelen berpendapat bahwa pada pembentukan kaldera dapur
magma terletak pada tempat yang dangkal. Pada ledakan ini gas dari
magma meniup lava menjadi debu halus.
Tiupan gas-gas magma dalam tekanan sangat tinggi menyebabkan
dinding- dinding ditrema terkikis dan menjadi lebar. Selama erupsi gas ini
dasar erupsi menurun hingga di dapur magma.Akibatnya terjadi pelebaran
diaterma ke arah bawah dan membentuk ruang kosong pada dapur magma
bagian atas.Karena tidak ada penyangga, dinding yang terdapat di atas
dapur magma runtuh, dan terbentuklah kaldera. Danau Toba di Sumatera
Utara dan Kaldera Tengger di Jawa Timur terjadi melalui proses seperti ini.
Letusan Karakatau pada tahun 1880 yang sedemikian dahsyat
menyebabkan terbentuknya kaldera di dasar laut yang dalamnya 250 meter
dengan garis tengah 7 km.

Gambar 19 : Peta Danau Toba

27
e. Gejala pasca vulkanik
Pada suatu saat aktivitas vulkanik di suatu tempat dapat
berakhir.Karena tidak ada lagi erupsi vulkanik, maka orang menyebutnnya
sebagai gunungapi yang telah mati atau padam.Gunung seperti itu dapat
padam untuk selamanya, tetapi ada pula yang hanya berhenti sejenak
untuk kemudian aktif lagi.Gunung Galunggung di Jawa Barat sudah
beristirahat selama ratusan tahun, sehingga orang menganggapnya sudah
padam.Namun secara tiba-tiba gunung tersebut aktif lagi setelah istirahat
panjang.
Pada gunungapi yang sudah tidak aktif, sering kali di temukan
fenomena yang disebut pasca vulkanik yang dapat digunakan sebagai
indikator bahwa di tempat pernah terdapat kegiatan gunungapi. Terdapat
bermacam-macam bentuk pasca vulkanik, antara lain berupa funarola,
mata air panas dan geyser.
1) Fumarola
Fumarola berasal dari kata latin yang artinya asap. Tetapi secra
lebih luas dapat di artikan sebagai aktivitas gas pada gunung api yang
sedang padam. Jika mengandung gas belerang dinamakan solfara dan
disebut mofet jika mengandung CO2. Fumarola banyak ditemukan di
Dieng Jawa Tengah (gambar No. 20).

Gambar 20: Fumarola di Dieng

2) Mata air panas, yaitu mata air yang temperaturnya lebih tinggi dari
udara disekitarnya. Salah satu contoh mata air panas terdapat di Pacet

28
Mojokerto Jawa Timur.
3) Mata air mineral, yaitu mata air yang airnya mengandung mineral-
mineral tertentu, seperti belerang, atau mineral yang lain. Contohnya
terdapat di Ciater Maribaya Jawa Barat.
4) Geyser, yaitu pancaran air panas yang terjadi secara periodik.
Contohnya di Yellow Stone National Park, California (USA) (Gambar
21).

Gambar 21: Geyser di Yellowstone Nasional Park USA

f. Hubungan antara Lempeng Tektonik dan Vulkanisme


Keberadaan gunung api di dunia sebagian besar terkait dengan gerakan
lempeng tektonik. Konsep tektonik lempeng menjelaskan bahwa kulit
bumi terdiri dari beberapa bagian lempeng. Lempeng-lempeng tersebut
bergerak antara satu dengan yang lain di atas astenosfer yang merupakan
massa yang liat. Lempeng tektonik dibedakan menjadi dua, yaitu lempeng
benua dan lempeng samudera.Lempeng samudera memiliki sifat yang
lebih berat daripada lempeng benua.Lempeng samudera terutama tersusun
dari sima, sedangkan lempeng benua tersusun dari sial. Oleh karena itu,
ketika kedua lempeng tersebut saling mendekat dan bertemu, pada
umumnya lempeng samudera akan menunjam masuk ke bawah lempeng
benua hingga lapisan astenosfer sepanjang jalur bergempa yang disebut
dengan benioff zone. Proses penunjaman (subduction) ini akan
menghasilkan jalur magmatik.
Pada jalur subduksi (penunjaman) lempeng samudera terhadap
lempeng benua mengakibatkan tekanan dan gesekan yang kuat di antara

29
lempeng tersebut. Energi yang timbul dari fenomena tersebut berakibat
melelehnya batuan sehingga membentuk magma. Magma yang di
dalamnya mengandung gas memiliki tekanan yang tinggi, sehingga
ketika bagian kerak bumi di atasnya lemah, misalnya adanya patahan atau
lipatan, magma tersebut dapat menerobos ke permukaan bumi, dan dengan
demikian terbentuklah vulkanisme (Gambar No 22) .

Gambar 22 : Arus konveksi dan fenomena-fenomena kerak


bumi yang ditimbulkan.

Keterkaitan antara gerakan lempeng tektonik dengan keberadaan


gunung api dibuktikan dari persebaran gunung api yang sebagian besar
berada di sepanjang jalur subduksi di dunia.

g. Persebaran Vulkanisme Di Dunia


Persebaran vulkanisme, khususnya yang berupa gunungapi pada
umumnya memiliki persebaran yang teratur. Dari sekitar 600 buah
gunungapi, sebagian besar muncul di sepanjang tepian benua, dan lebih
setengahnya berjajar melingkari Samudera Pasifik. Rangkaian vulkan ini
melalui Pegunungan Andes Amerika Tengah ke Mexico, bagian barat
Amerrika Serikat dan Canada, Alaska melalui pulau-pulau Aleut ke Asia.
Karena bentuknya yang melingkar, deretan gunungapi tersebut dinamakan
ring of fire (cincin api).
Zona vulkanik yang kedua, mengikuti jalur pegunungan lipatan muda
Sirkum Mediteran.Zone vulkanik ini membentuk jalur yang tidak begitu
sempurna.Dari Laut Tengah ke Asia Kecil, namun dari sini terganggu oleh

30
jalur pegunungan tinggi yang cukup panjang membentang di Asia.Jalur
tersebut kemudian dapat di ikuti lagi ke Sumtara, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara dan kepulauan Maluku. Di Indonesia, gunung api membentuk
jalur sepanjang 7000 – 7.500 km dan lebar 50 – 200 km, mulai Aceh di
ujung barat sampai Halmahera di ujung timur.
Zona gunung api yang lain membentuk rangkaian gunungapi yang
muncul dari dasar laut dalam, misalnya yang terdapat di samudera Atlantik,
yaitu di pulau-pulau Azores, Canari, Tanjung Verdi, busur Antila, dan
lain-lain. Di kontinen seperti Eropa dan Afrika juga terdapat kegiatan
gunung api. Di Eropa misalnya di dareah Eifel (Jerman), Auvergne
(Perancis), sedangkan di Afrika misalnya sebelah timur dan barat danau
Victoria, Nyassa, Abessinia dan Eritheria.Persebaran gunung api di dunia
dapat dilihat pada gambar No 25.

Gambar 25 : Peta Persebaran Gunungapi di Dunia

Pada peta tersebut dapat diamati bahwa bahwa rangkaian gunungapi


mengikuti jalur pegunungan lipatan di sepanjang tepian Samudera Pasiffik,
dari Indonesia bagian timur, Filipina, Jepang, Kamchatka, Alaska, Kanada,
Amerika Bagian barat, Meksiko, Amerika Tengah, Pegunungan Andes,
dan berlanjut sampai Kepulauan Melanesia dan Selandia Baru. Di sebeah
barat, rangkaian gunung api dapat ditemukan di sepanjang pinggiran
Benua Asia dan Afrika. Beberapa gunung api juga ditemukan mengikuti
jalur pegunungan lipatan muda, dimulai dari Laut Tengah, Asia Kecil dan

31
akhirnya sampai di Indonesia. Namun jalur gunungapi tersebut terpotong
oleh jalur pegunungan tinggi di Asia, yaitu Pegunungan Himalaya.
h. Dampak keberadaan vulkanisme terhadap kehidupan manusia.
Letusan gunung api sering menimbulkan bencana bagi manusia,
menelan korban jiwa, harta benda, dan merusak infrastruktur di suatu
wilayah. Letusan gunungapi Visuvius di Itali mengubur seluruh kota
Pompeji dengan material vulkanik yang panas dan menewaskan seluruh
penduduknya. Letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada tahun 1988
juga banyak menimbulkan korban akibat tsunami yang ditimbulkannya.

Gambar 23: Banjir lahar dingin yang menerjang wilayah Kabupaten


Magelang tahun 2011

Gunung Merapi di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa


Yogyakarta, merupakan salah satu gunung api yang paling aktif di dunia
yang letusannya sering menimbulkan korban. Bencana yang
ditimbukannya terutama akibat awan panas dan lahar dingin.Banjir lahar
dingin dapat menghanyutkan lahan pertanian dan permukiman (Gambar
No 23)
Di samping akibat-akibat yang merugikan dari letusan gunung api,
keberadaan gunung api banyak memberikan keuntungan bagi kehidupan
manusia. Keuntungan adanya gunung api di suatu wilayah, antara lain
sebagai berikut.
1) Material yang dikeluarkan menghasilkan tanah yang subur.
2) Menghasilkan berbagai jenis bahan tambang.

32
3) Ketinggiannya menimbulkan hujan orografis.
4) Ketinggiannya menyebabkan terjadinya variasi iklim sehingga
memperkaya jenis tumbuhan di wilayah tersebut.
5) Sebagai salah satu sumber energi, yaitu panas bumi.
6) Potensial sebagai objek wisata.

Gambar 24: Panorana Kaldera Tengger dengan vulkan Bromo, Batok, dan
Widaren di bagian tengahnya.

3. Gempa bumi
Gempa Bumi adalah proses pergeseran permukaan bumi, baik disebabkan
oleh tektonisme, vulkanisme, maupun rebah atau tanah runtuh. Gempa bumi
ini kurang berperan dalam membentuk konfigurasi permukaan bumi
dibandingkan tenaga endogen lain.
a. Gempa Bumi Menurut Penyebabnya
1) Vulkanik : Gempa yang terjadi karena erupsi gunung berapi.
2) Tektonik : Gempa yang terjadi karena pergeseran lapisan batuan
(dislokasi) dan meliputi wilayah luas.
3) Runtuhan : Gempa yang terjadi karena runtuhnya masa batuan mengisi
ruang yang kosong didalam litosfer.
b. Gempa Bumi Menurut Intensitasnya
1) Makrosentrum : Gempa yang intensitasnya besar.
2) Mikrosentrum : Gempa yang intensitasnya kecil.
c. Gempa Menurut Hiposentrumnya
1) Gempa Dalam : 300-700 km
2) Gempa Sedang : 100-300 km

33
3) Gempa Dangkal : < 100 km

B. Bentuk muka bumi di lautan

Gambar 25 : Bentuk muka bumi dasar laut

1. Wilayah laut
Wilayah laut terdiri atas:
a. Laut, merupakan cekungan dalam yang berisi air.
b. Teluk, merupakan lautan yang menjorok masuk ke daratan.
c. Selat, merupakan lautan sempit di antara pulau-pulau.
d. Samudra, merupakan lautan yang sangat luas dan dalam.

2. Bentuk muka bumi dasar laut


Secara garis besar, bentuk relief laut dan darat mamiliki banyak kesamaan.
Kesamaan tersebut berupa bentuk tonjolan dan cekungan yang dimiliki darat
juga ada di laut. Hanya saja karena berada di dua wilayah yang berbeda,
beberapa cekungan di darat memiliki nama yang berbeda dengan di laut.
Walau begitu, bentuk relief laut, memiliki keunikan sendiri, yang tidak ada di
darat. Begitu juga sebaliknya. Relief dasar laut tidak begitu besar variasinya
dibandingkan dengan relief daratan. Hal ini disebabkan karena lemahnya erosi
dan sedimentasi. Dasar laut adalah dataran luas yang berada di dalam laut.
Relief dataran ini juga terbentuk akibat adanya tenaga endogen dan eksogen.
Akibat kedua tenaga ini, dasar laut memiliki relief yang bermacam- macam.

34
Selain relief yang bermacam- macam, dasar laut memiliki ekosistem unik
yang dilihat berdasarkan kedalamannya. Perbedaan kedalaman di pakai,
karena semakin kedalam, maka jenis biota lautnya akan berbeda.
Sama seperti di bumi, laut memiliki cekungan maupun tonjolan. Hanya
beberapa penamaan saja yang berbeda. Selain itu, beberapa tenaga yang
terjadi di dalam laut, dapat memberikan efek besar pada bumi. Efek yang
paling berbahaya adalah, munculnya tsunami. Tsunami adalah gelombang
besar akibat adanya perubahan tekanan di dalam air yang terjadi dengan
sangat cepat (Baca: Penyebab Tsunami dan Akibatnya). Tekanan ini dapat
terjadi akibat adanya lipatan, letusan gunung api, dan pergerakan dua lempeng.
Permukaan bumi dasar laut, memiliki banyak bentuk. Bentuk Muka Bumi
Dasar Laut antara lain:
a. Landasan Kontinen atau Continental Self
Landasan kontinen adalah salah satu landasan yang ada di dalam laut.
Landasan ini juga di sebut sebagai laut dangkal. Landasan ini berada pada
kedalaman sekitar 200 meter dari permukaan laut. Pada landasan kontinen,
matahari masih dapat masuk. Sehingga jumlah fauna maupun flora pada
landasan kontinental masih beragam. Salah satu ekosistem yang ada di
dalam landasan kontinental adalah ekosistem terumbu karang. Terumbu
karang adalah kumpulan biota laut yang saling bersimbiosis. Simbiosis ini
terjadi antara hewan laut dan tumbuhan alga. Cahaya matahari berperan
dalam proses fotosintesis terumbu karang.
b. Lereng Benua
Lereng benua adalah dataran yang berada di dalam laut. Lereng benua
berada pada kedalaman lebih dari 200 meter dari permukaan laut. Lereng
benua sering disebut sebagai terusan dari landasan kontinental. Lereng
benua juga di sebut sebagai laut dalam. Lereng benua memiliki kemiringan
4% hingga 6%.
Bumi dengan jumlah laut yang luas, memiliki lereng benua sebanyak
13% dari total luas permukaan yang ada di bumi. Jumlah fauna maupunn
flora yang ada di wilayah ini sangat sedikit. Bahkan tidak ada flora yang

35
mampu hidup pada kedalaman ini. Hal ini disebabkan oleh cahaya
matahari yang tidak tembus hingga kedalaman ini. Hewan yang ada di
kedalaman ini biasanya adalah hewan predator atau hewan- hewan
pemakan bangkai.
c. Paparan Benua
Paparan benua adalah dataran yang semakin lama semakin melandai.
Dataran ini berada pada kedalaman kurang dari 200 meter. Landaian dari
paparan benua semakin lama akan semakain menuju ke daratan. Ekosistem
dalam paparan benua, hampir sama dengan ekosistem pada landasan
kontinental. Hal ini, karena lokasinya yang semakin landai, maka akan
semakin banyak matahari yang masuk ke dalam.
d. Tanjakan Kontinen
Tanjakan kontinen adalah tanjakan yang berada di antara benua dan
samudra. Tanjakan ini dapat dikatakan sebagai batas antara benua dan
samudra. Tanjakan samudra akan berbentuk semakin dalam. Kedalaman
tanjakan ini akan menuju ke laut. Tanjakan kontinen ini adalah tempat
paling banyak menerima pengendapan sedimen yang terbawa oleh air laut.
Akibat bentuknya yang semakin rendah ke dalam lautan, maka materi
sedimen tertumpuk di dasar tanjakan ini.
e. Lubuk Laut
Lubuk laut adalah dasaran yang ada di dalam laut. Lubuk laut juga
biasa di sebut sebagai basin. Dasaran yang berada di dalam laut ini
berbetuk cekungan. Cekungan pada dasar laut, terjadi akibat adanya
ingresi atau daratan yang mengalami penurunan di dasar laut. Ingresi ini
terjadi akibat adanya tekanan yang ada di dalam bumi. Tekanan ini
memberikan tarikan secara horizontal ke dalam bumi, sehingga bumi
menjadi terlipat ke bawah.
f. Palung Laut
Palung laut adalah lembah yang berada di dalam laut. Palung laut juga
bisa di sebut trog. Palung laut juga merupakan akibat dari proses ingresi
yang ada di dalam laut. Hanya saja bentuk palung laut berbeda dengan

36
lubuk laut. Palung laut mengalami ingresi dalam waktu yang lebih lama
dari lubuk laut, sehingga berbentuk semakin memanjang ke dalam, dan
lebih dalam.
g. Punggung Laut
Punggung laut adalah pegunungan yang ada di dalam laut. Panjang
punggung laut dapat mencapai ribuan kilometer. Punggung laut memiliki
dua bentuk yaitu rise dan ridge. Rise adalah punggung laut yang memiliki
bentuk yang lebih landai. Sedangkan ridge memiliki bentuk yang lebih
curam. Beberapa punggung laut ada yang puncaknya berada di atas
permukaan laut, dan membentuk gugusan kepulauan.
h. Ambang laut
Ambang laut adalah dataran tinggi yang berada di dalam laut. Ambang
laut juga bisa disebut sebagai drempel. Ambang laut berasal dari proses
penurunan ketinggian daratan akibat tenaga endogen. Hal ini
menyebabkan daratan menjadi lebih rendah dari laut, sehingga tertutup
oleh air laut. Ambang laut berada pada kedalaman kurang dari 200 meter
dari permukaan laut. Ambang laut juga dikatakan sebagai batasan dua
lautan.
i. Gunung laut
Gunung laut adalah gunung yang berada di dalam laut. Gunung ini
berada pada kedalaman antara 1000 meter hingga 4000 meter dari
permukaan laut. Beberapa gunung laut memiliki kaki di dasar laut, dan
puncak di atas permukaan laut. Puncak dari gunung laut ini membentuk
pulau. Selain itu beberapa gunung laut adalah gunung api. Salah satu
gunung laut di Indonesia adalah gunung krakatau.

C. Dampak tenaga endogen di dasar laut


Beberapa tenaga yang terjadi di dalam laut, dapat memberikan efek besar
pada bumi. Efek yang paling berbahaya adalah, munculnya tsunami.
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang (nami)
pelabuhan (tsu). Dengan demikian tsunami diartikan bencana alam yang berupa

37
gelombang air laut yang menimpa daerah tempat kapal berlabuh. Bryant (2007),
menjelaskan bahwa tsunami merupakan gelombang air yang disebabkan oleh
gangguan yang berhubungan dengan kegiatan seismik, meletusnya gunung api,
longsoran bawah laut, tubrukan meterorit dengan samudera.
Tsunami tidak semata-mata disebabkan oleh gempa bumi, namun sebagian
besar tsunami terkait dengan terjadinya gempa bumi. Itulah sebabnya, maka
dalam membahas gempa bumi dipandang penting untuk membahas tsunami.

Gambar 26 : Proses terjadinya tsunami

Saroso (1996), menjelaskan bahwa tsunami diakibatkan oleh dua hal, yaitu
sebagai akibat dari gempa tektonik lempeng dasar samudera (95 %) dan akibat
letusan gunung api dasar laut (5 %). Tsunami adalah gejala susulan akibat
gempa bumi yang berepisentrum di laut. Gempa bumi juga menimbulkan suatu
gejala seperti tsunami dalam skala kecil yang disebut seiche, yaitu ayunan
hantaman muka air danau atau waduk pada pantai sekelilingnya akibat guncangan
gempa bumi. Meskipun demikian perlu dipahami bahwa tidak setiap gempa bumi
di laut menimbulkan tsunami.
Tsunami dihasilkan (dibangkitkan oleh aktivitas seismik dari sumber yang
tersebar di sepanjang zona tumbukan lempeng tektonik (zona subduksi) dan
patahan serta aktivitas vulkanik dasar laut. RP Corner dalam Saroso (1996)

38
menyatakan gempa bumi yang diikuti oleh tsunami adalah gempa bumi yang
memiliki amplitudo ekstrem dan dapat dihubungkan dengan besaran atau
magnetudo gempa dan deformasi dasar laut yang dihasilkannya.

39
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tenaga yang sangat besar dari dalam bumi dapat berpengaruh dalam
membentuk keragaman permukaan bumi. Tenaga yang berasal dari dalam bumi
itu disebut tenaga endogen. Tenaga endogen ada yang mempunyai sifat
membangun dan ada yang mempunyai sifat merusak. Tetapi secara umum tenaga
endogen bersifat membangun.
Tenaga endogen merupakan kekuatan yang mendorong terjadinya
pergerakan kerak bumi. Pergerakan ini disebut diastropisme. Adanya tenaga
endogen dapat menyebabkan terjadinya pergeseran kerak bumi. Pergeseran kerak
bumi akan menjadikan permukaan bumi berbentuk cembung, seperti pegunungan
atau gunung-gunung berapi, serta berbentuk cekung, seperti laut dan danau.

B. Saran
Kita harus selalu menjaga bumi kita supaya bumi kita selalu dapat
memberi manfaat yang baik kepada kita dan kita juga terhindar dari bahaya yang
ditimbulkan oleh kebiasaan kita sendiri.

40
DAFTAR PUSTAKA

Farah. “9 Bentuk Muka Bumi Dasar Laut beserta Penjelasannya”. 12 Oktober


2018. https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/geomorfologi/bentuk-muka-
bumi-dasar-laut
Ristekdikti. 2018. Pendalaman materi geografi : Tenaga Endogen. Jakarta :
Kemeristekdikti
Siti N, Fitri. “Bentuk permukaan bumi”. 12 Oktober 2018.
http://fitrisitinurjanah263.blogspot.com/2015/07/normal-0-false-false-
false-in-x-none-x.html
Talago, Inyiak. “Bentuk permukaan bumi yang dihasilkan oleh tenaga endogen”.
12 Oktober 2018. https://www.cpuik.id/bentuk-permukaan-bumi-yang-
dihasilkan-oleh-tenaga-endogen.html
Thoul, Mulzone. “Endogen dan Eksogen. 12 Oktober 2018.
http://kambingliwa.blogspot.com/2017/09/makalah-eksogen-dan-
endogen.html

41

Anda mungkin juga menyukai