FOTOMETRI
Prodi Pendidikan Fisika Unismuh Makassar
Hasri Ainun Besari1) Ana Dhiqfaini Sultan S.Pd.,M.pd 2)
Universitas Muhammadiyah Makassar
Jln. Sultan Alauddin No. 259 Telp. (0411) 860 123 Makassar Sulawesi Selatan
hasriainunbesaribee@gmail.com
Abstrak : Telah dilakukan praktikum dengan judul percobaan fotometri yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan jarak pancaran sebagai hokum kebalikan
kuadrat, menyelidiki dan mengetahui pengaruh ketebalan bahan penghalang terhadap intensitas radiasi
relative dan menentukan koefisien transmitansi dan absorpbansi bahan penghalang yang digunakan
Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa Hubungan antara intensitas cahaya dengan jarak pancaran
yaitu bahwa semakin jauh jarak antara sumber cahaya dengan titik sensor, maka kuat penerangannya
semakin kecil. Hubungan antara pengaruh ketebalan bahan penghalang terhadap intensitas radiasi
relatif yaitu bahwa semakin tebal suatu penghalang maka semakin kecil pula intensitas penerangan
yang didapatkan. Sementara pada perhitungan nilai absorbansi mempunyai rerata 2,04 x 103 m-1,
sementara untuk perhitungan transmitansi didapatkan pula nilai reratanya sebesar 0,218
jumlah arus cahaya yang dipancarkan dari sumber E : Kuat penerangan (Lux)
didefinisikan sebagai berikut : cm2 dari luas permukaan sumber cahaya yang
Satu lilin internasional (Cd:Kandela) ialah kuat dilihat (jika sumber cahaya berupa bola, maka
cahaya yang memberikan cahaya sebanyak 1/20 luas permukaan yang dilihat berupa luas
Dimana :
I : intensitas cahaya Dimana :
memancar pada sudut ruang tertentu. mempunyai kuat cahaya yang sama tetapi lampu
Arus cahaya (fluks cahaya : F) ialah banyaknya yang kecil kelihatan lebih terang dari lampu yang
tenaga cahaya yang dipancarkan dari sumber besar. Dalam hal ini dikatakan terang cahaya (e)
cahaya tiap satu satuan waktu. Satuan arus cahaya lampu yang kecil lebih terang daripada lampu
cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya Fotometri mempelajari ukuran banyaknya
sekuat 1 kandela dalam 1 steradial. cahaya, oleh karena itu pemancaran cahaya tak
Kuat penerangan (E) adalah jumlah arus cahaya lain adalah pemancaran gelombang
tiap satuan luas. Satuan penerangan adalah Lux. elektromagnetik yang secara umum disebut
Satu lux didefinisikan sebagai penerangan bidang radiasi, maka sudah barang tentu ada hubungan
antara pemancaran cahaya dengan pemancaran Untuk memudahkan pembahasan selanjutnya,
tenaga radiasi. Namun kuat pemancaran cahaya fluks cahaya yang dipancarkan dari suatu titik
belum tentu sebanding dengan kuat pemancaran sumber cahaya hendak digambarkan sebagai garis-
radiasi sebab kenampakan kuat pemancaran garis yang memancarkan dari titik sumber tersebut
cahaya yang teramati atau disebut daya terang, radial merata. Dengan demikian banyaknya fluks
bersangkutan dengan peristiwa perangsangan cahaya yang mengenai suatu permukaan akan
panca indera mata. Perangsangan ini ternyata dinyatakan dengan banyaknya garis-garis fluks
bergantung pada panjang gelombang cahaya atau yang tiba dipermukaan tersebut. Permukaan yang
warna cahaya. Mata ternyata sangat peka terhadap dikenai cahaya dikatakan mendapat penerangan
warna kuning dan kepekaan itu makin merosot dan kuat penerangan dinyatakan dengan rapat
untuk warna-warna dengan panjang gelombang, fluks yaitu banyaknya garis-garis fluks cahaya
makin panjang maupun makin pendek dari yang mengenai permukaan itu. Kerapatan garis-
panjang gelombang warna kuning tersebut. garis fluks cahaya yang memancar dari sumber
Gambar 2.1 adalah grafik variasi kepekaan itu cahaya menyatakan kuat cahaya sedangkan
yang diperoleh secara empiris. Dari hasil kerapatan garis-garis fluks cahaya yang mengenai
penelitian, kepekaan tersebut adalah maksimum permukaan menyatakan kuat penerangan.
untuk warna dengan panjang gelombang 5550 Å. Kuat cahaya atau intensitas cahaya
Banyaknya pancaran cahaya atau fluks cahaya didefinisikan sebagai banyaknya fluks cahaya
dinyatakan dalam lumen. Fluks cahaya yang yang memancar persteradian sudut ruang sedang
dipancarkan oleh cahaya dengan panjang kuat penerangan atau iluminansi didefinisikan
gelombang 5550 Å dengan kuat radiasi 1 𝑤 sebagai banyaknya fluks cahaya yang mengenai
dikatakan 685 lumen. Dengan kata lain, apa yang satu satuan luas permukaan yang mendapat
gelombang tersebut adalah 685 lumen/watt. Jikalau sumber cahaya tidak berwujud titik
Untuk panjang gelombang lain, daya terang sudah melainkan berwujud suatu luasan atau permukaan,
tentu lebih kecil dari ini. maka banyaknya fluks cahaya yang dipancarkan
sudah tentu sebanding dengan luas permukaan
sumber cahaya itu dan begitu pula intensitas
cahayanya. Kecuali itu intensitas cahayanya
Daya terang relatif
𝑑𝐹 𝑑𝐹
diberikan oleh
𝐸0 = = 𝑑𝐴0 = 𝐸0 𝑐𝑜𝑠 𝜃 (11)
𝑑𝐴0
cos 𝜃
1
𝜋
𝐹 = ∫02 𝐼0 cos 𝜃 2𝜋 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑑𝜃 = 𝜋𝐼0 (15)
Atau
atau
𝐹 = 𝜋𝐼0
𝐸𝜃 = 𝐸0 cos 𝜃
𝑟 𝑠𝑖𝑛𝜃
Menurut Lambert, untuk sumber cahaya yang
berwujud permukaan, intensitas pada arah miring
terhadap permukaan sumber cahaya adalah lebih
kecil bila dibandingkan dengan intensitas pada
arah tegak lurus permukaan sumber cahaya
tersebut. Intensitas cahaya pada arah yang
Gambar 6 Kenaikan sudut ruang
membuat sudut 𝜃 terhadap arah tegak lurus
permukaan diberikan oleh :
Demikianlah akhirnya untuk permukaan sumber
cahaya yang membaurkan sempurna, persamaan
𝐼𝜃 = 𝐼0 cos 𝜃 (12)
(7) dengan persamaan (15) serta persamaan (13)
menghasilkan hubungan antara luminans dan
Permukaan sumber cahaya dengan distribusi
emitans
intensitas memenuhi persamaan (12) di atas
dikatakan membaurkan secara sempurna. Bagi
𝐿 = 𝜋𝐵 (16)
permukaan sumber cahaya demikian persamaan
(6) menjadi :
Jadi, untuk permukaan sumber cahaya yang
membaurkan sempurna dengan luminans 1
𝑑𝐼0 cos 𝜃 𝑑𝐼0
𝐵𝜃 = = (13) 2
lilin/cm emitans adalah 𝜋 lumen/cm . 2
𝑑𝑆 cos 𝜃 𝑑𝑆
𝐼0
juga 1 meter Lambert.
𝐵= (14)
𝑆 Transmitansi (T) merupakan fraksi antara
intensitas cahaya atau radiasi masuk (I0) terhadap
intensitas yang keluar dari material dengan P0 : Intensitas cahaya masuk
ketebalan bahan penghalang. Hukum Lambert Jadi, transmitansi adalah
menyatakan intensitas cahaya yang datang 𝑃′
𝑇= (20)
𝑃0
kemudian diserap dan diteruskan oleh sumber
medium sebanding dengan intensitas cahaya yang
Absorbansi cahaya berbanding lurus dengan
keluar sehingga dapat dirumuskan :
ketebalan bahan, dengan persamaan
𝐴 = Σ𝜏𝐿 (21)
𝐸
𝑇= (17) Dimana :
𝐸0
A : Absorbansi
Absorbansi merupakan banyaknya cahaya atau Σ : Absorbansi untuk panjang gelombang
energi yang diserap oleh partikel-partikel dalam tertentu
medium. Sedangkan transmitansi merupakan 𝜏 : Konsentrasi molar
bagian dari cahaya yang diteruskan melalui L : Ketebalan bahan yang dilintasi cahaya
medium. Hubungan absorbansi dan transmitansi
dapat dinyatakan dengan persamaan : 𝑃
𝐴 = log ( 0) = Σ𝜏𝐿 (22)
𝑇
𝑃0
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 𝑇 = 𝑙𝑜𝑔 (18) Jadi, hubungan absorbansi dan transmitansi dapat
𝑃′
∆I
KR = × 100%
I
Dk = 100 % - KR
PF = |I ± ∆I|
𝐿𝑛 𝑇
=
𝑥
1 ∆𝑇 ∆𝑥 y = mx – c
∆∝= | ∙ + |∝
𝐿𝑛 𝑇 𝑇 𝑥
LnT = -∝ x
∆∝
𝐾𝑅 = × 100% Maka ∝=
LnT
sehingga ∝= m
∝ x
Kegiatan 1 (hukum kebalikan kuadrat) Tabel I. hubungan antra jarak pancaran (r) dan
iluminansi cahaya (E).
𝐼
Hubungan antara E dengan E1 𝑬
𝑅2
E2 𝑬
No r (m) (Lux (c/
E (Lux) = (cd/m2) (Lux) (Lux)
) 𝒎𝟐 )
∝
Berdasarkan data-data yang diperoleh pada
y = mx ± c tabel di atas dan dengan menggunakan persamaan
𝐼 = 𝐸 𝑥 𝑟 2 maka diperoleh hasil analisis untuk Kegiatan 2
nilai pada tabel dibawah ini : Tabel 3. Hubungan antara ketebalan bahan
penghalang (x) dengan iluminansi cahaya (E)
Tabel 2. Intensitas pancaran dari jarak pancaran E1
𝒙 E2 𝑬 𝑬
Jarak pancaran, Intensitas, I No (Lux
No (𝟏𝟎−𝟑 𝒎) (Lux) (Lux) (c/𝒎𝟐 )
r(m) (cd) )
1 0,1000 [7,33 ± 0,08]𝑥10−2 1 0,105 7,67 8,17 7.92 0,0100
2 0,1500 [8,91 ± 0,08]𝑥10−2 2 0,205 6,02 6,45 6,24 0,0127
3 0,2000 [±0,08]𝑥10−2 3 0,305 4,83 5,13 4,98 0,0160
[1,20 ± 0,01]𝑥10 −1
4 0,2500 4 0,410 4,00 4,12 4,06 0,0196
5 0,3000 [1,34 ± 0,01]𝑥10−1
5 0,505 3,34 3,42 3,38 0,269
6 0,3500 [1,45 ± 0,01]𝑥10−1
6 0,610 2,79 2,82 2,80 0,223
7 0,4000 [1,52 ± 0,01]𝑥10−1
7 0,710 2,37 2,33 2,35 0,187
8 0,4500 [1,82 ± 0,02]𝑥10−1
8 0,810 2,01 2,03 2,02 0,161
9 0,5000 [1,95 ± 0,02]𝑥10−1
9 0,910 1,74 1,77 1,76 0,140
10 0,5500 [1,94 ± 0,02]𝑥10−1
11 0,6000 [2,05 ± 0,02]𝑥10−1 10 1,015 1,50 1,53 1,52 0,121
y = 0.0894x + 0.6822
8 R² = 0.9701 Dari hasil analisis tabel di atas dengan
2 (𝟏𝟎−𝟑 𝒎) T (Cd)
1 0,105 [7,50 ± 0,02]𝑥10−1
0
0 20 40 60 80 100 120 2 0,205 [5,91 ± 0,02]𝑥10−1
-1
Setelah menentukan nilai transmitansi
ln T
-1.5
maka dilanjutkan dengan menganalisis nilai
-2
kofisien absorbansi dengan menggunakan
− ln 𝑇 -2.5 y = -1.3917x - 0.1892
persamaan 𝛼 = maka diperoleh hasil sebagai
𝑥
R² = 0.9977
berikut : -3
ketebalan, x (10 pangkat -4 m)