Membicarakan Hadis pada masa Rasulullah SAW berarti membicarakan Hadits pada awal kemunculannya. Uraian ini akan terkait langsung kepada Rasulullah SAW sebagai sumber Hadis. Rasulullah SAW membina umat Islam selama 23 tahun. Masa ini merupakan kurun waktu turunnya wahyu sekaligus diwujudkannya Hadis. Keadaan ini sangat menuntut keseriusan dan kehati-hatian para sahabat sebagai pewaris pertama ajaran Islam. Wahyu yang diturunkan Allah SWT kepadanya dijelaskannya melalui perkataan, perbuatan, dan pengakuan atau penetapan Rasulullah SAW. Sehingga apa yang disampaikan oleh para sahabat dari apa yang mereka dengar, lihat, dan saksikan merupakan pedoman. Rasulullah adalah satu-satunya contoh bagi para sahabat, karena Rasulullah memiliki sifat kesempurnaan dan keutamaan yang berbeda dengan manusia lainnya. Adapun metode yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam mengajarkan Hadits kepada para sahabat sebagai berikut: a. Para sahabat berdialog langsung dengan Rasulullah SAW b. Para sahabat menyaksikan perbuatan dan ketetapan Rasulullah SAW c. Para sahabat mendengarkan perkataan sesama sahabat yang diperoleh dari Rasulullah SAW d. Para sahabat menyaksikan perbuatan sesama sahabat yang diperoleh dari Rasullah SAW.
Berikut ini ada 3 hal terkait penulisan hadis pada masa Rasulullah SAW
1. Larangan Menulis Hadis Pada Masa Rasulullah SAW
Pada masa Rasulullah SAW sedikit sekali sahabat yang bisa menulis sehingga yang menjadi andalan mereka dalam menerima hadis adalah dengan menghafal. Menurut Abd Al- Nashr, Allah telah memberikan keistimewaan kepada para sahabat kekuatan daya ingat dan kemampuan menghafal. Mereka dapat meriwayatkan Al-Qur’an, hadis, dan syair dengan baik. Seakan mereka membaca dari sebuah buku. Perhatian sahabat terhadap hadis sangat tinggi, terutama di berbagai majelis nabi atau tempat untuk menyampaikan risalah islamiyah seperti di masjid, halaqah ilmu, dan di berbagai tempat yang dijanjikan Rasulullah. Rasulullah menjadi pusat narasumber, referensi, dan tumpuan pertanyaan ketika para sahabat menghadapi masalah, baik secara langsung atau tidak langsung seperti melalui istri-istri Rasulullah dalam masalah keluarga dan kewanitaan, karena mereka adalah orang-orang yang paling mengetahui keadaan Rasulullah dalam masalah keluarga. Hadis pada waktu itu pada umumnya hanya diingat dan dihafal oleh para sahabat dan tidak ditulis seperti Al-Qur’an ketika disampaikan oleh Nabi, karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan. Secara memang Nabi melarang bagi umum karena khawatir bercampur antara hadis dan Al-Qur’an Banyak hadis yang melarang para Sahabat untuk menulis hadis, di antara hadis yang melarang penulisan hadis adalah “Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: janganlah engkau menulis (hadis) dariku, barang siapa menulis dariku selain dari Al-Qur’an maka hapuslah. (HR. Muslim)” Alasan pencatatan hadis pada masa Rasulullah karena khawatir hadis tercampur dengan Al- Qur’an yang saat itu masih proses penurunan. Oleh karena itu maka pada saat itu nabi melarang keras kepada sahabat untuk menulis dan mencatat hadis agar tidak bercampur dengan Al-Qur’an Al-karim. 2. Diperbolehkannya Menulis Hadis Pada Masa Rasulullah SAW Larangan menulis hadis tidaklah umum kepada semua sahabat, ada sahabat tertentu yang diberikan izin untuk menulis hadis. Nabi melarang menulis hadis karena khawatir tercampur dengan Al-Qur’an dan pada kesempatan lain nabi memperbolehkannya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abd Allah Ibn Umar, dia berkata: “Aku pernah menulis segala sesuatu yang kudengar dari Rasulullah, aku ingin menjaga dan menghafalkannya. Tetapi orang Quraisy melarang kumelakukannya.” Mereka berkata: “Kamu hendak menulis (hadis) padahal Rasulullah bersabda dalam keadaan marah dan senang”. Kemudian aku menahan diri (Untuk tidak menulis hadis) hingga aku ceritakan kejadian itu kepada Rasulullah. Beliau bersabda: “Tulislah, maka demi Dzat yang aku berada dalam kekuasaannya tidaklah keluar dariku kecuali kebenaran” Adanya larangan tersebut berakibat banyak hadis yang tidak ditulis dan seandainya Nabi tidak pernah melarang pun tidak mungkin hadis dapat ditulis. Karena menurut M Suyudi Ismail hal ini disebabkan oleh beberapa alasan berikut: (Hadis disampaikan tidaklah selalu di hadapan sahabat yang pandai menulis) Perhatian Nabi dan para sahabat lebih banyak tercurah pada Al-Qur’an). Meskipun Nabi mempunyai sekretaris tetapi mereka hanya diberi tugas menulis wahyu yang turun dan surat-surat Nabi. Sangat sulit seluruh pernyataan, perbuatan, ketetapan, dan hal-hal orang yang masih hidup dapat langsung dicatat oleh orang lain apalagi dengan alat sederhana. 3. Tanggapan Terhadap Larangan Pencatatan Hadis Pada Masa Rasulullah SAW Menghadapi dua hadis yang tampak bertentangan di atas, ada beberapa pendapat berkenaan dengan ini, yaitu: a. Larangan menulis hadis terjadi pada periode permulaan, sedangkan izin penulisannya diberikan pada periode akhir kerasulan). b. Larangan penulisan hadis itu ditujukan bagi orang yang kuat hafalannya dan tidak dapat menulis dengan baik, serta dikhawatirkan salah dan bercampur dengan Al-Qur’an. Izin menulis hadis diberikan kepada orang yang pandai menulis dan tidak dikhawatirkan salah dan bercampur dengan Al-Qur’an.). c. Larangan itu ditujukan bagi orang yang kurang pandai menulis dikhawatirkan tulisannya keliru, sementara orang yang pandai menulis tidak dilarang menulis hadis). d. Larangan hadis dicabut oleh izin menulis hadis karena tidak dikhawatirkan tercampurnya catatan hadis dengan Al-Qur’an). e. Larangan itu bersifat umum, sedangkan izin menulis hadis bersifat khusus kepada para sahabat yang dijamin tidak akan mencampurkan catatan hadis dan catatan Al-Qur’an). f. Larangan ditujukan untuk kodifikasi formal sedangkan izin ditujukan untuk sekedar dalam bentuk catatan yang dipakai sendiri). g. Larangan berlaku ketika wahyu masih turun, belum dihafal dan dicatat. Adapun ketika wahyu yang turun sudah dihafal dan dicatat, maka penulisan hadis diizinkan.