Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

DESAIN INTRUKSIONAL PENDIDIKAN

Dosen pengampu : Dr. Hj. Dwi Hasanah, M. Ag

Disusun oleh:

ALBIMA

NIM.201200008

PAI 4A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


A. Konsep Pendidikan 5C abad ke 21
1. Critial Thinking
Kompetensi berpikir kritis berkaitan dengan bagaimana siswa memperoleh suatu
informasi. Paradigma belajar sebelumnya adalah guru memberikan informasi, lalu siswa
menerima dan merekam informasi tersebut dalam memori pikirannya. dalam hal ini, guru
bertindak sebagai pemberi informasi dan siswa adalah penerima informasi. Konsep belajar
ini sudah tidak relevan dengan kondisi sekarang. Faktanya, informasi dapat dengan mudah
diakses oleh siswa melalui berbagai media online. Dalam pembelajaran abad 21, guru
harus bergeser fungsi sebagai fasilitator di dalam kelas. Sebagai fasilitator berarti guru
memfasilitasi kegiatan belajar yang dapat dilakukan oleh siswa untuk menemukan sendiri
informasi yang diperlukannya.
Sebagai contoh, ketika akan belajar tentang konsep benda terapung, melayang dan
tenggelam, tugas guru adalah menyediakan benda-benda yang dapat terapung, melayang
atau tenggelam tersebut. Kemudian yang perlu dilakukan guru adalah mendesain proses
pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan, mengamati hasil
percobaan dan menemukan fakta-fakta.
Selanjutnya, guru harus memfasilitasi siswa untuk melakukan analisa, menemukan
alasan dan mengkonstruksi argumen hingga menjadi suatu kesimpulan terkait konsep yang
sedang dipelajari. Jika keseluruhan proses ini terjadi, guru telah mengambil perannya
dalam hal melatih siswa untuk berpikir kritis melalui proses pembelajaran yang dilakukan.
Mengapa Critical Thinking penting untuk siswa saat ini?
Pertama, keterampilan ini minimal melatih siswa melakukan analisa. Dalam
Taksonomi Bloom, kemampuan menganalisa adalah kemampuan berpikir yang berada di
ranah keempat, yaitu di atas kemampuan mengingat, memahami dan
menerapkan. Kemampuan ini sangat diperlukan oleh siswa di abad 21 ini. Jika hanya
mengandalkan kemampuan mengingat, memahami dan menerapkan, maka
kemampuannya tidak lebih pada tingkatan user atau pelaksana instruksi di dunia kerja.
Kedua, di era 'go digital' saat ini, posisi pelaksana instruksi kerja sudah digantikan oleh
mesin-mesin teknologi. Jika dulu cashier adalah pekerjaan yang cukup bergengsi, namun
sekarang, di saat online shopping mulai menjadi life style, peran cashier mulai terganti
dengan aplikasi berbasis digital. Bisa dibayangkan, ada berapa jenis pekerjaan yang akan
hilang nantinya yang hanya mengandalkan kemampuan mengingat, memahami dan
menerapkan manusia.
2. Collaboration.
Kolaborasi berarti kemampuan bekerjasama dalam tim. Di proses belajar di kelas, ini
sama dengan bekerja dalam kelompok. Dunia digital turut mengubah gaya hidup banyak
orang saat ini. Kecanduan bermain gawai, membuat interaksi sosial makin lemah
sedangkan individualisme makin kuat. Padahal, hakekat manusia sebagai makluk sosial
tidak pernah berubah hingga saat ini, manusia super power sekalipun tetap butuh orang
lain. Dalam hal ini, guru perlu menerapkan pembelajaran berbasis kolaborasi di dalam
kelas untuk menolong siswa mampu berinteraksi dengan orang lain. Pembelajaran one
direction yang tertuju hanya pada guru harus mulai ditinggalkan. Di dalam belajar
kolaborasi, siswa belajar leadership dan kerja sama.
Leadership adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan di zaman ini. Leadership
bukan soal menjadi boss, tetapi kemampuan memimpin orang-orang agar menjadi
optimal. Seorang pemimpin kelompok, tidak hanya bertanggung jawab atas tugas
kelompoknya, tetapi memastikan bahwa setiap anggota kelompok mencapai tujuan belajar
kelompok. Di dalam belajar kolaborasi, setiap anggota kelompok berperan penting untuk
kerjasama tim. Inilah yang perlu diciptakan oleh guru dalam belajar kolaborasi. Aktifitas
kelompok harus didesain agar tidak memungkinkan hanya dikerjakan oleh satu orang
siswa saja. Di dalamnya harus ada tugas dan tanggung jawab personal untuk membangun
tugas kelompok. Dengan belajar kolaborasi, siswa akan belajar untuk saling menghargai
perbedaan. Ingatlah prinsip 'besi menajamkan besi'. Seorang siswa yang salah akan belajar
untuk rendah hati menerima kesalahannya dan siswa lain harus belajar mengoreksi tanpa
menyakiti. Saling asah dan saling asuh sangat mungkin terjadi.
Perbedaan pendapat memungkinkan dapat memperkaya pemahaman. Sementara saling
asuh dalam memberikan pemahaman akan memungkinkan siswa belajar menolong yang
lain. Ini perlu untuk latihan mengasah kepedulian terhadap orang lain untuk melepaskan
sikap individualis. Di dalam dunia kerja, kemampuan berkolaborasi dalam tim mutlak
diperlukan. Seringkali suatu pekerjaan tidak mungkin bisa diselesaikan hanya oleh satu
orang. Jika siswa tidak belajar bagaimana berkolaborasi sejak di bangku sekolah, maka
akan menjadi masalah besar baginya kelak saat bekerja sebagai seorang professional.
3. Communication.
Di dalam kelas, siswa harus belajar mendengar dan berbicara. Keduanya perlu dilatih
dengan baik. Mendengar secara efektif adalah bentuk komunikasi yang baik. Saat guru
memberikan instruksi, siswa harus belajar menjadi pendengar yang baik. Ruang untuk
belajar mendengar perlu disediakan sebagaimana guru juga memberikan ruang kepada
siswa untuk berbicara. Termasuk di dalam belajar kolaborasi, siswa juga harus belajar
mendengar dan menghargai temannya yang sedang berbicara.
Selanjutnya, siswa perlu dilatih untuk berbicara dengan baik. Melalui kegiatan
presentasi hasil kerja kolabarasi, siswa akan belajar berbicara secara lisan di depan orang
banyak. Ini akan melatih siswa bagaimana berbicara secara terstruktur dan menggunakan
bahasa yang efektif.
Berbicara di depan orang banyak bukanlah hal yang mudah, tetapi latihan presentasi di
depan kelas adalah pengalaman berharga yang perlu dimiliki oleh setiap siswa. Guru harus
menyediakan ruang seluas-luasnya untuk kegiatan ini, tidak hanya terbatas pada satu atau
dua orang siswa, tapi untuk seluruh siswa di kelas. Guru juga perlu melatih siswa
mengkomunikasikan hasil belajarnya melalui tulisan. Tulisan yang dimaksud dapat
berbentuk resume hasil belajar atau penyajian makalah. Menulis penting bagi
siswa. Dengan menuliskan hasil belajarnya, siswa akan dapat mengingat kembali
pelajarannya dan memori ingatannya akan tersimpan lebih lama. Selain itu, dengan
menulis, sebenarnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kembali lebih
dalam. Dan, bukan tidak mungkin, kegiatan ini akan memungkinkan siswa menemukan
sedini mungkin passionnya di bidang menulis.
4. Creativity
Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan menerapkan berpikir out of the box.
Kreatifitas adalah kompetensi yang mencakup keterampilan abstrak seperti memecahkan
masalah dan juga keterampilan konkret seperti menciptakan sesuatu dan mencoba hal baru
yang belum pernah dicoba sebelumnya. Unsur paling penting dari sebuah kreatifitas adalah
ide atau gagasan. Tanpa ide atau gagasan, mustahil seseorang menjadi kreatif.Dalam
proses pembelajaran, seorang guru matematika perlu merangsang siswa untuk terbuka dan
berani melakukan eksplorasi. Jika biasanya guru di Sekolah Dasar menanyakan 'berapa
5+7?', sekarang guru perlu membuat instruksi baru, 'buatlah sebanyak mungkin
penjumlahan bilangan-bilangan yang menghasilkan jumlah 12!". Pertanyaan ini akan
membuat siswa berpikir bahwa tidak hanya 5+7 = 12, tetapi bisa juga 1+2+9 atau
3+3+3+3, dan sebagainya. Makin terbuka dan makin berani seorang siswa bereksplorasi,
maka ia akan makin terlatih untuk kreatif menemukan ide-ide. Creativity akan
membangun kepercayaan diri seorang siswa.
Model pembelajaran berbasis project sangat baik untuk melatih kreatifitas siswa,
apalagi hasil project siswa selanjutnya disajikan dalam bentuk pameran. Setiap siswa akan
bangga dengan hasil karyanya dan juga belajar dari presentasi teman-temannya. Guru
perlu menekankan, bahwa tidak ada yang terbaik, semua hasil karya adalah baik. Ini peran
penting seorang guru, menumbuhkan kepercayaan diri setiap siswa, agar mereka berani
untuk berkreatifitas.
5. Character.
Karakter adalah kompetensi yang tidak boleh diabaikan untuk dicapai siswa.
Kompetensi pengetahuan dan keterampilan sangat dibutuhkan, tetapi tanpa diiringi
karakter yang baik, manusia dapat menjadi monster penghancur peradaban. Korupsi yang
banyak dipertontonkan di depan mata sungguh menyesakkan dada. Orang-orang pintar
tidak hadir menjadi solusi tetapi justru kerap membuat masalah. Anak-anak di usia belajar
sesungguhnya adalah masa-masa mereka mencari jati diri. Apa yang dibentuk di masa ini
akan melekat kuat dan menjadi citra dirinya. Dalam hal ini, guru perlu membentuk karakter
siswa agar menjadi manusia beradab demi kesejahteraan dunia.
Guru perlu terus mendorong agar siswa belajar disiplin dan bertanggung jawab sebagai
seorang pelajar. Aktivitas operasi bersih 5-10 menit sebelum proses pembelajaran dimulai
perlu digalakkan supaya siswa terlatih peduli kebersihan lingkungan. Mengunjungi panti
asuhan dan teman yang sedang sakit perlu diagendakan untuk memupuk rasa empati.
Dompet sosial perlu diprogramkan oleh guru kelas supaya siswa terlatih berbagi pada
orang lain. Dan banyak lagi program-program pembentukan karakter lainnya yang perlu
dihadirkan di ruang kelas. Tentu saja program pendidikan karakter ini perlu didukung oleh
orang tua dan masyarakat yang lebih luas. Pada dasarnya keluarga adalah sekolah utama
untuk membentuk karakter anak. Namun tidak ada salahnya, apa yang telah diusahakan
oleh guru dari ruang kelas, didukung sepenuhnya oleh orang tua untuk memperkuat
pendidikan karakter yang telah diberikan di keluarga. Masyarakat luas juga perlu
mengambil peran sebagai fungsi pengontrol. Sebagai bagian masyarakat, kita perlu
memberikan teguran jika melihat anak-anak sedang tidak menunjukkan karakter yang baik
di area publik. Sikap acuh tak acuh karena berpandangan 'kan bukan keluarga saya' perlu
dibuang jauh. Mari bersama bergandengan tangan untuk membentuk generasi ini menjadi
generasi maju yang berkontribusi positif bagi peradaban dunia.
B. Hubungan keterampilan 5C dengan strategi metode pembelajaran yang cocok
dengan PAI
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran
berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai
satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi
dan pendidikan.1 Metode pembelajaran PAI diantaranya adalah:
1. Metode ceramah bervariasi
2. Metode tanya jawab
3. Metode diskusi
4. Metode simulasi atau bermain peran
5. Metode pemberian tugas dan resistasi
6. Metode demonstrasi dan eksperimen
7. Metode kerja kelompok
8. Metode problem solving (pemecahan masalah)
9. Metode karya wisata atau studywisata
10. Metode suri tauladan
11. Metode kisah atau cerita
Terdapat banyak metode pembelajaran PAI, tentunya dalam memilih metode
pembelajaran dengan banyak pertimbangan dari segala hal, seperti:
1. Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan,
kematangan, perbedaan individu lainnya.
2. Tujuan yang hendak dicapai, jika tujuannya pembinaan daerah kognitif maka
metode driil kurang tepat digunakan.
3. Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas, situasi lingkungan. Bila
jumlah murid begitu besar, maka metode diskusi agak sulit digunakan apalagi bila
ruangan yang tersedia kecil. Metode ceramah harus mempertimbangkan antara lain
jangkauan suara guru.
4. Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang akan
digunakan. Bila metode eksperimen yang akan dipakai, maka alat-alat untuk
eksperimen harus tersedia, dipertimbangkan juga jumlah dan mutu alat itu.
5. Kemampuan pengajar tentu menentukan, mencakup kemampuan fisik, keahlian.
6. Sifat bahan pengajaran. Ada bahan pelajaran yang lebih baik disampaikan lewat
metode ceramah, ada yang lebih baik dengan metode driil, dan sebagainya.
Demikianlah beberapa pertimbangan dalam menentukan metode yang akan
digunakan dalam proses interaksi belajar mengajar

1
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2002), 53.
Dalam lingkup yang lebih besar seperti Negara ini, peserta didik pada abad 21 sangat
mengikuti arus perkembangan teknologi yang semakin canggih. Itu artinya, metode yang
harus digunakan tidak boleh tertinggal oleh era globalisai. Dengan pesatnya
perkembangan teknologi, berkaitan dengan keterampilan critical thinking yaitu bagaimana
siswa memperoleh suatu informasi. Konsep belajar pendidik memberikan informasi dan
peserta didik menerima informasi adalah konsep yang sudah tidak relevan dengan kondisi
sekarang. Karena dengan teknologi yang canggih informasi dapat dengan mudah diakses
oleh siswa melalui berbagai media online.
Dalam pembelajaran abad 21, guru harus bergeser fungsi sebagai fasilitator di dalam kelas.
Keterampilan collaboration atau kolaborasi berarti kemampuan bekerjasama dalam tim
berhubungan dengan metode kerja kelompok dan diskusi. Karena dalam diskusi harus
menjalin kolaborasi yang baik antara peserta didik dengan yang lainnya. Keterampilan
komunikasi sudah sangat jelas berhubungan dengan segala proses belajar baik antar
peserta didik atau dengan guru. Segala hal dalam proses belajar haruslah dikomunikasin
gunna mencapai tujuan pembelajaran yang baik. Kreatifitas sangat diperlukan dalam
melakukan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Dalam metode pemecahan masalah,
peserta didik harus kreatif dalam menemukan sebuah solusi solusi yang akan ditempuh
dalam penyelasian masalah pembelajaran. Kemudian Keterampilan karakter berkaitan
dengan semua metode pembelajaran PAI karean dalam belajar peserta didik harus
memiliki karakter yang baik. Meskipun memiliki kemampuan yang sangat baik jika tidak
dibarengi dengan karakter yang baik ilmu tidak ada nilainya.
Jadi metode pembelajaran yang cocok dengan PAI pada keterampilan 5C harus
disesuiakan dengan kondisi yang dialami oleh peserta didik di kelas. Tidak bisa hanya
dengan satu metode atau hanya dengan satu keterampilan saja. Jika menerapkan satu
metode saja maka peserta didik akan bosan dalam melakukan pembelajaran. Begitupun
guru yang menerapkan metode ppembelajaran yang hanya terfous pada satu metode saja
akan merasa bosan dan tidak tahu bagaimana perbandingan antara metode pembelajaran
yang satu dengan yang lainnya.
Keterampilan yang diterapkan pada proses pembelajaran juga tidak hanya satu
keterampilan yang dipakai. Karena jika hanya satu keterampilan saja yang dipakai maka
ketrampilan lain tidak terasah dengan baik. Semua keterampilan 5C berhubungan dengan
metode pembelajaran. Kemudian, tidak hanya satu metode saja yang bisa digunakan dalam
proses belajar. Karena harus melihat kondidi dan situasi yang dialami oleh peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

https://www.kompasiana.com/josehasibuan/5ebcc5d5d541df17af436b82/refocusing-5c-
dalam-pendidikan-abad-21?page=all

http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/18/memahami-cara-memilih-metode-
pembelajaran-yang-tepat

Anda mungkin juga menyukai