Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DISAIN INSTRUKSIONAL
Konsep dan Komponen-Komponen Konstruktivisme

Oleh
Jodi Hardika 22155002
Reynanda Adilla Madani 22155006

Dosen Pengampu
Dra, Zuwirna, M.Pd, P.hd
Dr. Jasrial, M.Pd

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah ini. Shalawat beriring
salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah meninggalkan dua pedoman
hidup bagi umat yang dicintainya sebagai bekal di dunia dan akhirat. Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas perkuliahan pada Program
Studi Magister Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Padang dengan judul “Konsep dan Komponen-Komponen Konstruktivisme”

Padang, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................................. 1
C. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
A. Konstruktivisme ................................................................................................................... 2
B. Konsep Dasar Konstruktivisme ........................................................................................... 5
C. Komponen-Komponen Konstruktivisme ............................................................................. 6
BAB III KESIMPULAN................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama pada proses
pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme. Pemilihan pendekatan
ini lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang
ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas
masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung kepada benda-benda
konkret. Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran.
Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasil menanamkan konsep yang
benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan
hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses
mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan di mana mungkin konsepsi itu
salah, dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk
konsepsi tersebut biar lebih matang.
Maka dari permasalahan tersebut, kami melakukan penelitian konsep untuk
mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa
mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga
dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran
karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang siswa
peroleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.
B. Identifikasi Masalah
1. Apa itu Konstruktivisme
2. Apa Konsep Dasar Konstruktivisme
3. Apa Saja Komponen Komponen Konstruktivisme

C. Rumusan Masalah
1. Mengetahui apa aitu Konstruktivisme
2. Mengetahui Konsep Dasar Konstruktivisme
3. Mengetahui Komponen Komponen Konstruktivisme

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konstruktivisme
1. Pengertian Konstrutivisme
Konstruktivisme adalah teori belajar yang mengusung pembangunan kompetensi,
pengetahuan, atau keterampilan secara mandiri oleh peserta didik yang difasilitasi oleh
pendidik melalui berbagai rancangan pembelajaran dan tindakan yang diperlukan
untuk menghasilkan perubahan yang dibutuhkan pada peserta didik.
Menurut Thobroni & Mustofa (2015, hlm. 107) Teori konstruktivisme memberikan
keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan
dirinya. Artinya, belajar dalam pandangan konstruktivisme betul-betul menjadi usaha
aktif individu dalam mengonstruksi makna tentang sesuatu yang dipelajari.
Sementara itu, Yaumi & Hum (2017, hlm. 42) meungungkapkan bahwa
konstruktivisme mengasumsikan bahwa siswa datang ke ruang kelas dengan membawa
ide-ide, keyakinan, dan pandangan yang perlu diubah atau dimodifikasi oleh seorang
guru yang memfasilitasi perubahan ini, dengan merancang tugas dan pertanyaan yang
menantang seperti membuat dilema untuk diselesaikan oleh peserta didik.
Dalam hal ini, meskipun guru tidak melakukan transfer ilmu, guru harus tetap
melakukan tindakan-tindakan yang akan memfasilitasi terbangunnya perubahan positif
terhadap pada siswa. Sehingga siswa dapat membangun suatu pengetahuan,
keterampilan, atau afeksi positif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Selanjutnya, Mudlofir & Fatimatur (2017, hlm. 12-13) menjelaskan bahwa dalam
konstruktivisme, belajar lebih diarahkan pada experimental learning, yaitu adaptasi
kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret di laboratorium, diskusi dengan teman
sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan
konsep baru. Oleh karena itu, aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus
pada si pendidik melainkan pada pembelajar. Pembelajaran menurut teori belajar
konstruktivistik lebih menekankan kepada proses dalam pembelajaran.
Berdasarkan keterangan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa konstruktivisme
adalah teori belajar yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk aktif belajar
menemukan sendiri kompetensi dan pengetahuannya guna mengembangkan

2
kemampuan yang sudah ada pada dirinya untuk diubah atau dimodifikasi oleh guru
yang memfasilitasi, dengan merancang berbagai tugas, pertanyaan, atau tindakan lain
yang memancing rasa penasaran siswa untuk menyelesaikannya
2. Tujuan Kontruktivisme
Tujuan dilaksanakannya pembelajaran konstruktivisme yaitu (1) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung kepada benda-benda konkrit
ataupun model artifisial, (2) memperhatikan konsepsi awal siswa guna menanamkan
konsep yang benar, dan (3) sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang
sudah ada dan mungkin salah (Karfi, dkk).
Selanjutnya, menurut Thobroni tujuan teori konstruktivisme adalah sebagai berikut.
a. Mengembangkan Kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari
sendiri pertanyaan.
b. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian pemahaman konsep secara
lengkap.
c. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri, lebih
menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik
dalam tujuan intruksional umum maupun tujuan intruksional khusus, diperlukan
penggunaan metode yang tepat yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dalam
menyampaikan materi pelajaran, seorang guru harus menggunakan metode yang tepat
agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Untuk itu
seorang guru harus dapat memilih metode yang benar-benar sesuai dan mampu
meningkatkan motivasi serta pemahaman siswa dalam mengikuti pelajaran dan
menerima pelajaran. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang
lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik
faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang
datang dari lingkungan.
3. Ciri ciri konstruktivisme
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori
konstruktivisme, yaitu

3
1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil
5. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
9. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan
proses pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
11. Menekankan bagaimana siswa belajar
12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan
siswa lain dan guru
13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
15. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata
4. Kelebihan dan kekurangan konstruktivisme
a. Kelebihan Teori Konstruktivisme
1) Dalam aspek berfikir, yaitu pda proses membina pengetahuan baru, murid
berfiikr untuk meyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat keputusan
2) Dalam aspek kepahaman, seoang murid terlibat secara lansung dalam
membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu
mengaplikasikanya dalam semua situasi.
3) Dalam aspek mengingat, murid terlibat secara lansung dengan aktif, mereka
akan mengingat lebig lama konsep, melalui pendekatan ini, siswa dapat
meningkatkan kepahaman mereka.

4
4) Dalam aspek kemahiran sosia; yaitu, kemahiran social dieproleh apabila
seorang murid berinteraksi dengan teman, kelompk kerja maupun dengan guru
dalam proses mendaptkan ilmu pengatahuan wawasan baru.
b. Kekurangan teori konstruktivisme
1) Siswa mengkonstruksi pengetahuanya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuia dengan kaidah
ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
2) Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri, hal ini membutuhkan waktu yang lama dan seitan siswa memerlukan
penanganan yang berbeda beda
3) Situasi dan konsidi tiap sekolah tidak sama. Karena tidak semua sekolah
memiliki sarana dan prasanara yang dapat membantu keaktian dan kreatifitas
siswa
B. Konsep Dasar Konstruktivisme
Berikut ini merupakan beberapa konsep kunci dari teori konstruktivisme antara lain:
1. Siswa Sebagai Individu yang Unik
Teori konstruktivisme berpandangan bahwa pembelajar merupakan individu yang unik
dengan kebutuhan dan latar belakang yang unik pula. Dalam teori ini tidak hanya
memperkenalkan keunikan dan kompleksitas pembelajar tetapi juga secara nyata
mendorong, memotivasi dan memberi penghargaan kepada siswa sebagai integral dari
proses pembelajaran.
2. Self Regulated Leaner (Pembelajar yang dapat mengelola diri sendiri )
Siswa dikembangkan menjadi seorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi
belajar yang efektif, yang sesuai dengan gaya belajarnya dan tahu bagaimana serta
kapan menggunakan pengetahuan itu dalam situasi pembelajaran yang berbeda. Self
Regulated Leaner termotivasi untuk belajar oleh dirinya sendiri, bukan dari nilai yang
diperolehnya sebagai hasil belajar atau karena motivasi eksternal yang lain, misalnya
dari guru atau orang tuanya.
3. Tanggung jawab Pembelajaran
Dalam konstruktivisme ini berpandangan bahwa tanggung jawab belajar bertumpu
kepada siswa. Teori ini menekankan bahwa siswa harus aktif dalam proses

5
pembelajaran, dan berbeda pendapat dengan pandangan pendidikan sebelumnya yang
menyatakan tanggung jawab pembelajaran lebih kepada guru, sedangkan siswa
berperan secara pasif dan reseptif. Disini para pembelajar mencari makna dan akan
mencoba mencari keteraturan dari berbagai kejadian yang ada di dunia, bahkan
seandainya informasi yang tersedia tidak lengkap.
4. Motivasi Pembelajaran
Motivasi belajar secara kuat bergantung kepada kepercayaan siswa terhadap potensi
belajarnya sendiri. Perasaan kompeten dan kepercayaan terhadap potensi untuk
memecahkan masalah baru, diturunkan dari pengalaman langsung di dalam menguasai
masalah pada masa lalu. Maka dari itu belajar dari pengalaman akan memperoleh
kepercayaan diri, serta motivasi untuk menyelesaikan masalah yang lebih kompleks
lagi.
5. Peran Guru Sebagai Fasilitator
Jika seorang guru menyampaikan kuliah/ceramah yang menyangkut pokok bahasan,
maka fasilitator membantu siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri terhadap
pokok bahasan/konten kurikulum.
6. Kolaborasi Antarpembelajar
Pembelajar dengan keterampilan dan latar belakang yang berbeda diakomodasi untuk
melakukan kolaborasi dalam penyelesaian tugas dan diskusi-diskusi agar mencapai
pemahaman yang sama tentang kebenaran dalam suatu wilayah bahasan yang spesifik.
7. Proses Top-Down (Proses dari Atas ke Bawah)
Dalam proses ini siswa diperkenalkan dulu dengan masalah-masalah yang kompleks
untuk dipecahkan dengan bantuan guru menemukan keterampilan-keterampilan dasar
yang diperlukan untuk memecahkan masalah seperti itu. Pada prinsipnya pembelajaran
dimulai dengan pemberian dan pelatihan keterampilan-keterampilan dasar dan secara
bertahap diberikan keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks.
C. Komponen-Komponen Konstruktivisme
Adapun komponen yang ada dalam pendekatan konstruktivistik terdiri dari
a. Tujuan pembelajaran: menghasilkan manusia-manusia yang memiliki kepekaan
(ketajaman baik dalam arti kemampuan berfikirnya), kemandirian (kemampuan
menilai proses dan hasil berfikir sendiri), tanggung jawab terhadap resiko dalam

6
mengambil keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar
yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri yaitu suatu proses ”Learn To Be”
serta mampu melakukan kolaborasi dalam memecahkan masalah yang luas dan
kompleks bagi kelestarian dan kejayaan bangsanya.
b. Strategi pembelajaran:
1. Membebaskan peserta didik dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas
yang sudah di tetapkan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan idenya lebih luas.
2. Menempatkan peserta didik sebagai tempat timbulnya interes, untuk membuat
hubungan diantara ide-ide atau gagasannya, kemudian memformulasikan kembali
ide-ide tersebut serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
3. Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu usaha
yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur dan mudah dikelola.
4. Guru bersama peserta didik mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah
kompleks, dimana terdapat macammacam pandangan tentang kebenaran yang
datangnya dari berbagai interpretasi.
c. Peranan dalam pembelajaran:
1. Peran guru: membantu agar proses mengkonstruksi pengetahuan oleh peserta didik
berjalan lancar.
2. Peran peserta didik: pembentukan pengetahuan oleh peserta didik. Ia harus aktif
dalam berkegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan member makna tentang
hal-hal yang sedang dipelajari.
d. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi belajar dari teori konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan belajar
sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas,
konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan dari pengalaman.
Pandangan konstruktivistik mengakui bahwa pikiran adalah instrument penting dalam
menginterpretasikan kejadian, objek dan pandangan terhadap dunia nyata, di mana
interpretasi tersebut terdiri dari pengetahuan dasar manusia secara individual.
Sedangkan untuk evaluasi, teori ini menggunakan goal-free evalution, yaitu suatu
konstruk untuk mengatasi kelemahan evaluasi pada tujuan spesifik. Evaluasi akan lebih

7
objektif jika evaluator tidak di beri informasi tentang tujuan selanjutnya, tujuan belajar
mengarahkan pembelajaran yang juga akan mengontrol aktivitas belajar peserta didik.
Dari semua komponen dalam konstruktivistik yang lebih diutamakan adalah tujuan
pembelajaran karena mengajarkan kepada peserta didik untukmengambil keputusan,
mengembangkan segenap aspek potensi mereka melalui proses belajar yang terus
menerus untuk menemukan diri sendiri serta mampu melakukan kolaborasi dalam
memecahkan masalah yang luas.

8
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada dasarnya Teori konstruktivisme disini diartikan sebagai suatu pendekatan di mana
siswa harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang
kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu.
Konsep dasar konstruktivisme merupakan suatu unsur dimana seseorang dapat membina
pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan
pemahamannya yang sudah ada.
Komponen-komponen konstruktivisme 1) Tujuan Pembelajarab, 2) Strategi Pembelajaran,
3) Peranan dalam Pembelajaran, 4)Evaluasi Pembelajaran

9
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Erlangga.

Mudlofir, Ali & Fatimatur, Evi. (2017). Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori ke Praktik.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Riyanto, Yatim. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : Penerbit SIC.

Suyono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, PT Remaja Rosdakarya: Bandung,
2011.

Thobroni. (2015). Belajar & Pembelajaran, Teori dan Praktik. Yogyakarta: ArRuzz Media.

Yaumi, M. & Hum, M. (2017). Prinsip – Prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan dengan
Kurikulum 2013 Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Hari Suderadjat dalam Sutadi, 2007, hlm. 133, Karakteristik Pembelajaran.

10

Anda mungkin juga menyukai