Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

Disusun Oleh :
Chindy Yulia Amanda (20050032)
Eva Pebri Ningsih (20050033)

Dosen Pembimbing :
Melisa, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN (STKIP)
PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami ucapkan kepada kehadiran Allah SWT karena atas karunia serta
kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam tidak
lupa kami kirimkan kepada nabi besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa umat nya dari alam jahiliah ke alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang
kita rasakan saat ini, tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Ibu
Melisa, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Matematika.
Dalam makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan baik yang berkenan dengan materi maupun teknik pengetikan. Walaupun
demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis. Semoga dalam makalah ini dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritikan yang membangun dari
pembaca guna memperbaiki kesalahan yang sebagaimana mestinya.

Padang, 4 Oktober 2021

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama pada proses
pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini
lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada
sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas masih
dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berintekrasi langsung kepada benda-benda konkret.
Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika
tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasilkan menanamkan konsep yang
benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan
hanya untuk meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses
mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan di mana mungkin konsepsi itu salah,
dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruk konsepsi
tersebut biar lebih matang.
Maka dari permasalahan tersebut, pemakalah tertarik melakukan penelitian konsep
untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa
mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga
dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran
karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang siswa
peroleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka rumusan masalahnya
yaitu:
1. Definisi, Tujuan dan pendapat ahli tentang pendekatan konstruktivisme
2. Kelebihan dan kelemahan pendekatan konstruktivisme
3. Langkah-langkah pelaksanaan pendekatan konstruktivisme
4. Penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran matematika
5. Analisis artikel / jurnal tentang pendekatan konstruktivisme
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisannnya yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi, tujuan, dan pendapat ahli tentang pendekatan
konstruktivisme
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pendekatan konstruktivisme
3. Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan pendekatan konstruktivisme
4. Untuk mengetahui penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran
matematika
5. Untuk mengetahui berbagai analisis artikel/jurnal tentang pendekatan
konstruktivisme

D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan berguna sebagai suatu pembelajaran yang berarti
bagi semua pihak khususnya bagi pendidik, peserta didik, dan calon pendidik. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Bagi pendidik, di harapkan mampu menerapkan pendekatan konstruktivisme dalam
proses pembelajaran semaksimal mungkin agar tercipta pembelajaran yang efektif dan
efisien.
2.  Bagi peserta didik, diharapkan mampu memahami pendekatan konstruktivisme yang
di terapkan oleh peserta didik.
3.  Bagi calon pendidik, diharapkan memberikan pembelajaran pada calon pendidik
agar mereka mampu menerapkan pendekatan konstruktivisme dalam proses mengajar setelah
menjadi pendidik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi, Tujuan, dan Pendapat Ahli tentang Pendekatan


Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan bahwa
pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri. Manusia
menkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena,
pengalaman dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu
dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang sesuai (Suparno,
2008:28).
Secara sederhana, konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi (bentukan) dari kita yang mengetahui sesuatu. Konstruktivisme mempengaruhi
banyak studi tentang salah pengertian (misconceptions) dan pengertian alternative dalam
bidang sains dan matematika.
Dapatlah dirumuskan secara keseluruhannya pengertian atau maksud pembelajaran
secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusatkan kepada siswa. Guru berperan
sebagai penghubung yang membantu siswa membina pengetahuan dan menyelesaikan
masalah. Guru berperan sebagai pereka bentuk bahan pembelajaran yang menyediakan
peluang kepada siswa untuk membina pengetahuan baru. Pengetahuan yang dimiliki siswa
adalah hasil daripada aktivitas yang dilakukan oleh siswa tersebut dan bukannya
pembelajaran yang diterima secara pasif.
Menurut Suparno (1997:73) prinsip-prinsip konstruktivisme, yaitu :
1.      Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
2.      Tekanan dalam proses pembelajaran terletak pada siswa
3.      Mengajar adalah proses membantu siswa
4.      Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir
5.      Kurikulum menekan pada orientasi siswa
6.      Guru adalah fasilitator

Adapun ciri-ciri konstruktivisme menurut Suparno (1997:61), yaitu:


1.      Belajar berarti membentuk makna
2.      Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai

3.      Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih sebagai perkembangan


pemikiran dengan membuat pegertian baru.

4.      Proses belajar yang sebenanya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang
merangsang pemikiran lebih lanjut.

5.      Hasil dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungan.

6.      Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar.

Menurut Thobroni (2015:95) menyatakan bahwa tujuan konstruktivisme yaitu :

1. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri


pertanyanya

2. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara


lengkap

3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri 

B. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Konstruktivisme

1. Kelebihan Pembelajaran Konstruktivisme


 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan
bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong
siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya
 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan
kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas
pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk
merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan
memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa
 Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir
tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif,
imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan
gagasan-gagasanpada saat yang tepat
 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada
siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh
kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah
dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk
menggunakan berbagai strategi belajar
 Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan
perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta
memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan
mereka
 Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif
yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan
menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
2. Kekurangan Pembelajaran Konstruktivisme
 Karena siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa
hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuwan,
hal ini mengakibatkan terjadinya miskonsepsi
 Membutuhkan waktu yang lama, dan setiap siswa memerlukan penanganan
yang berbeda-beda

C. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pendekatan Konstruktivisme


Langkah-langkah dalam pengelolaan pembelajaran yang konstruktivistis akan di lihat
dari tiga sisi yakni; persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Adapun penjelasannya yaitu
sebagai berikut:
1.      Sebelum guru mengajar (Tahap persiapan)
·         Mempersiapkan bahan yang mau di ajarkan;
·         Mempersiapkan alat-alat peraga atau praktikum yang akan digunakan;
·         Mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang siswa aktif belajar;
·         Mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa;
·         Mempelajari pengetahuan awal siswa;
2.      Selama proses pembelajaran (tahap pelaksanaan):
·         Mengajak siswa aktif belajar;
·         Siswa dibiarkan bertanya;
·         Menggunakan metode ilmiah dalam proses penemuan sehingga siswa merasa
menemukan sendiri pengetahuan mereka;
·         Mengikuti pikiran dan gagasan siswa;
·         Menggunakan variasi metode pembelajaran;
·         Kunjungan ke tempat pengembangan bidang studi di luar sekolah;
·         Mengadakan praktikum terpimpin maupun bebas;
·         Tidak mencerca siswa yang berpendapat salah atau lain;
·         Menerima jawaban alternative dari siswa;
·         Kesalahan konsep siswa di tunjukan dengan arif;
·         Menyediakan data anomaly untuk menantang siswa berpikir;
·         Siswa diberi waktu berpikir dan merumuskan gagasan mereka;
·         Siswa diberi kesempatan mengungkapkan pikirannya;
·         Siswa diberi kesempatan untuk mencari pendekatan dengan caranya sendiri dalam
belajar dan menemukan sesuatu;
·         Evaluasi yang kontinu dengan segala prosesnya.
3.      Sesudah proses pembelajaran (tahap evaluasi)
·         Guru memberi pekerjaan rumah, mengumpulkannya, dan mengoreksinya.
·         Memberikan tugas lain untuk pendalaman;
·         Tes yang membuat siswa berpikir, bukan hafalan.

Dalam pengembangan pembelajaran seperti ini, maka sikap yang perlu dimiliki oleh
guru, yaitu:
·         Siswa tidak di anggap seperti tabula rasa, tetapi subyek yang sudah tahu sesuatu;
·         Model kelas: siswa aktif, guru menyertai;
·         Bila ditanya dan siswa tidak bisa menjawab, guru tidak perlu marah dan
mencerca;
·         Menyediakan ruang Tanya jawab dan diskusi;
·         Guru dan siswa saling belajar;
·         Yang penting bukan bahan selesai, tetapi siswa belajar untuk belajar sendiri;
·         Memberikan ruang siswa untuk boleh salah;
·         Hubungan guru dan siswa yang dialogal;
·         Pengetahuan yang luas dan mendalam; serta
·         Mengerti konteks bahan yang mau di ajarkan.
D. Penerapan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Matematika
Dalam penerapan pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan cara sebaga
berikut :
1. Langsung (Tatap muka)
Secara umum tatap muka terdiri dari tiga bagian, yaitu:
o Pendahuluan : Memberikan “orientasi” dan “penggalian ide” untuk
menegtahui prakonsepsi pebelajar.
o Inti : Merupakan bagian terbesar pembelajaran, digunakan untuk memfasilitasi
“restrukturisasi ide” mengarah ke perbaikan konsep, pembelajar menilai
apakah ide-ide itu sudah mendekati konsep ilmiah yang sesungguhnya.
Selanjutnya memberi kesempatan kepada pebelajar untuk “mengaplikasikan
ide-ide” yang baru dipelajari untuk memecahkan berbagai masalah.
Pemantapan pebelajar atas ide-ide itu sebenarnya baru, namun akan mantap
setelah digunakan untuk memecahkan masalah.
o Penutup : Melakukan “review perubahan ide” untuk membandingkan ide yang
telah dipelajari dengan ide awal yang muncul saat penggalian ide.
2. Tidak langsung (Non tatap muka)
Dalam pebelajaran non tatap muka “restrukturisasi ide” dan “aplikasi ide” dapat
terus difasilitasi; bedanya proses pembelajaran pebelajar, tanpa pengawasan
pembelajar. Tugasnya bisa bersifat terstruktur (sesuai dengan perencanaan
pembelajar), dapat juga mandiri (sesuai dengan minat masing-masing pebelajar).

Evaluasi terhadap pembelajaran konstruktivisme meliputi evaluasi formatif dan


sumatif. Evaluasi formatif menekankan pada proses, dan tujuannya lebih kepada perbaikan
mutu pembelajaran, sedangkan evaluasi sumatif menekankan pada hasil. Untuk evaluasi
formatif asesmen perlu dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan berikut ini:
a)      Diskusi kelas
b)      Kegiatan kelompok kecil di kelas atau di lapangan tigas terstruktur, pekerjaan
rumah
c)      Kegiatan mandiri (proyek)
d)     Praktikum evaluasi sumatif mengukur pencapaian pebelajar setelah menyelasaikan
suatu mata pelajaran
Aspek untuk evaluasi formatif mencakup pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.Pengukurannya bisa dilakukan dengan tes tertulis maupun tes perbuatan. Evaluasi
terhadap kegiatan praktikum sebenarnya tidak semata-mata menekankan pada proses,
melainkan juga hasil. Laporan praktikum adalah suatu hasil. Asesmen terhadap laporan
praktikum dapat dilakukan secara komprehensif mencakup hal-hal berikut ini :
a)      Kejelasan isi
b)      Kebenaran teori
c)      Presentasi hasil
d)     Penampakan keseluruhan
Koreksi terhadap laporan praktikum dan tugas seringkali menjadi pekerjaan yang
sangat berat bagi pembelajar.Struktur masing-masing laporan cukup kompleks dan
perhitungannya sangat rumit.Dengan jumlah pebelajar sekitar 40 orang tiap kelas hampir
tidak mungkin bagi pembelajar memeriksa secara teliti. Untuk tugas yang bersifat homogen,
sama untuk semua pebelajar, berbagai alternatif disarankan diantaranya yaitu:
 Cukup lakukan koreksi terhadap satu kelompok, yang lain akan belajar dari
kesalahan-kesalahan kelompok itu, yang sudah dikoreksi oleh pembelajar.
 Melakukan sampling terhadap laporan-laporan praktikum atau PR yang masuk.
Mislanya satu tiap empat laporan atau PR.
 Menggunakan peer dan self assessinent
Nilai akhir dari hasil belajar pebelajar adalah gabungan dari berbagai nilai yang
diperoleh.Komposisinya disepakati bersama pada awal pembelajaran.

E. Analisis Artikel / Jurnal tentang Pendekatan Konstruktivisme


Pada metode pembelajaran, Setiap metode pembelajaran yang membantu siswa
melakukan kegiatan dan akhirnya dapat mengkonstruksi pengetahuan yang mereka pelajari
dengan baik, dapat dikatakan sebagi metode yang aktif dan konstruktivistik. Namun
demikian, dapat pula di telusuri beberapa metode yang cukup efektif dalam mengaktifkan
siswa dan membantu dalam pengkonstruksian di atas. Salah satu di antaranya adalah metode
penemuan dengan penekanan pada kerangka berpikir metode ilmiah.
Dalam penerapan metode penemuan, siswa dilatih untuk terbiasa melakukan
pengamatan, membuat hipotesis, memunculkan prediksi, mengambarguji hipotesis,
memanipulasi objek untuk melihat perubahannya, memecahkan persoalan, mencarai jawaban
sendiri, menggambarkan kejadian, meneliti, berdialog, melakukan refleksi, mengungkapkan
pertanyaan, dan mengekspresikan gagasan selama proses pembentukan konstruksi
pengetahuan yang baru.
Berbagai  bentuk  media  perlu  dimanfaatkan  untuk  mengakomodasi  perbedaan
karakteristik pebelajar, yang lebih kuat dalam visual, auditif, atau kinestetik. , yaitu :
 Modul atau buku pelajaran merupakan bahan  ajar  yang  baik  akan 
menyediakan  petunjuk  bagi  pembelajar  tentang bagaimana  cara  belajar.  Isinya 
memberitahukan  tentang  cara-cara  menggunakan bahan ajar itu secara tepat.
 Media  Presentasi  ( Power  Point/flash ), media  pembelajaran  berbasis 
komputer inidapat  digunakan  secara  intensif  dalam  model  pembelajaran  yang 
berdasarkan konstruktivisme.

Disamping kompetensi disiplin (discipline-based competencies), pembelajaran


konstruktivisme juga mengembangkan kompetensi interpersonal (interpersonal
competencies) dan kompetensi intra personal (intrapersonal competencies) dalam diri
pebelajar.Kompetensi disiplin ilmu berkaitan dengan pemantapan konsep, prinsip, teori dan
hukum dalam disiplin ilmu masing-masing. Kompetensi interpersonal mencakup kemampuan
berkomunikasi, berkolaborasi, berperilaku, sopan dan baik menangani konflik, bekerja sama,
membantu orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain kompetensi intrapersonal
mencakup apresiasi terhadap keanekaragaman, melakukan ferleksi diri, disiplin, beretos kerja
tinggi, membiasakan diri hidup sehat, mengendalikan emosi, tekun, mandiri, dan mempunyai
motivasi intrinsic. Keempat lingkaran itu saling bersinggungan bagian tepinya sehingga
manakala lingkaran pembelajaran menggelinding ketiga lingkaran lainnya akan ikut
menggelinding.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan konstruksi
(bentukan) dari kita yang mengetahui sesuatu.
2. Pembelajaran yang konstruktivistis akan di lihat dari tiga sisi yakni; persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
3. Konstruktivisme berfokus pada: bagaimana orang menyusun arti, baik dari arti
sudut pandang mereka sendiri, maupun dari interaksi dengan orang lain. Dengan kata
lain, individu-individu membangun struktur kognitif mereka sendiri, persis seperti
mereka menginterpretasikan pengalaman-pengalamannya pada situasi tertentu.

B. Saran
Sebaiknya dalam proses pembelajaran kita sebagai calon pendidik harus lebih peka
terhadap anak didik, kita juga harus memberikan pengarahan agar peserta didik mampu
mengembangkan pemikirannyaagar mereka bisa memahami dan mengerti materi
pembelajaran berdasarkan bentukan pemikiran mereka sendiri sesuai dengan kenyataan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi, Mata Pelajaran Matematika Sekolah
Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah.

Fitriyani, A. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Menggunakan Komputer


Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.

Hamzah. 2008. Teori Belajar Konstruktivisme.


http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/20/teori-belajarkonstruktivisme/
(diunduh 4 Maret 2016, jam 15.16

Hamzah, A. 2014. Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Samsulhadi, 2010. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran.


http://smpn1gumukmas01.blogspot.co.id/2010/07/normal-0-false-falsefalse-en-us-x-
none.html (diunduh 5 Maret 2016 jam 12.21)

Anda mungkin juga menyukai