Anda di halaman 1dari 5

teori belajar konstruktivisme

1. Pengertian Teori Belajar Kontruktivisme


Menurut hill konstruktivisme merupakan bagaimana menghasilkan sesuatu
dari apa yang dipelajarinya, dengan kata lain bahwa bagaimana memadukan sebuah
pembelajaran dengan melakukan atau mempraktikkan dalam kehidupannya supaya
berguna untuk kemaslahatan, sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang di pelajari.
Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, di mana
peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka
pelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan
kerangka berfikir yang telah ada dimilikinya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat dibuat sebuah kesimpulan
yaitu konstruktivisme merupakan sebuah teori yang memberikan keluasan berfikir
kepada siswa dan memberikan siswa di tuntut untuk bagaimana mempraktikkan teori
yang sudah di ketahuinya dalam kehidupannya.

2. Tujuan Teori Konstruktivisme


Tujuan dari penerapan teori ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk membantu siswa dalam memahami isi dari materi pembelajaran.
2. Untuk mengasah kemampuan siswa untuk selalu bertanya dan mencari solusi atas
pertanyaannya.
3. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep secara
komprehensif.
4. Untuk mendorong siswa untuk menjadi pemikir aktif.

3. Kelebihan Konstruktivisme
a. guru bukan satu-satunya sumber belajar.
Dalam proses pembelajaran guru hanya sebagai pemberi ilmu dalam
pembelajaran, siswa tuntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya
b. siswa (pembelajaran) lebih aktif dan kreatif.
Maksudnya di mana siswa dituntut untuk bisa memahami pembelajarannya
baik di dapatkan di sekolah dan yang dia dapatkan di luar sekolah
c. pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Belajar bermakna berarti menginstrksi informasi dalam struktur penelitian
lainnya.
d. pembelajaran memiliki kebebasan dalam belajar.
siswa bebas mengaitkan ilmu-ilmu yang dia dapatkan baik di lingkungannya
dengan yang di sekolah sehingga tercipta konsep yang diharapkannya.
e. perbedaan individual terukur dan di hargai.
f. guru berfikir proses membina pengetahuan baru, siswa berfikir untuk
menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan.

4. Kekurangan Konstruktivisme
Proses belajar konstruktivisme secara konseptual adalah proses belajar yang
bukan merupakan perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam
diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang
bermuara pada pemutakhiran sruktur kognitif.
a. peran siswa.
Menurut pandangan ini, belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan.
b. peran guru.
Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses
pengonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak
menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa
untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
c. sarana belajar.
Pendekatan ini menekankan bahwa peran utama dalam kegiatan belajar adalah
aktifitas siswa dalam mengonstruksi pengetahuannya sendiri.
d. evaluasi.
Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung
munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi
pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
DAFTAR PUSTAKA
Agus N Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual Dan
Terpopuler, (Jogjakarta, Divapres: 2013).
Dale H. Schunk, Learning Theories An Education Perspective, Di Terjemahkan Oleh
Eva Hamdiah, Rahmat Fajar, Dengan Judul Teori-Teori Pembelajaran Perspektif
Pendidikan. (Yogyakarta, Pustaka Pelajar: 2012).

Kekurangan Teori Konstruktivisme

Adapun beberapa kekurangan yang mungkin timbul dalam penerapan

teori belajar dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kesulitan memberikan contoh yang


konkrit dan realistik

Guru seringkali merasa kesulitan dalam memberikan peserta didik

contoh-contoh yang konkrit dan realistik ketika dalam proses

pembelajaran. Tentu karena hal tersebut, guru didorong untuk harus

memiliki kreatifitas yang tinggi dalam menyampaikan materi yang

diajarkan kepada peserta didik. Karena memberikan peserta didik contoh-

contoh konkrit dan realistik juga merupakan peran guru dalam proses

pembelajaran.
2. Sulit untuk mengubah kebiasaan
mengajar

Terkadang ada beberapa guru yang tidak mau berubah dalam

menggunakan model pengajarannya kepada peserta didik. Hal ini

dikarenakan guru sudah merasa nyaman dengan cara pengajaran lama

yang sudah biasa digunakannya, yaitu dengan menggunakan model

ceramah.

Guru merasa bahwa dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional juga sudah bisa membawa peserta didik untuk

mendapatkan nilai yang tinggi, sehingga menggunakan model atau cara

pembelajaran lainnya dianggap tidak terlalu diperlukan.

3. Membutuhkan lebih banyak waktu

Pada dasarnya, proses pembelajaran berdasarkan konstruktivisme ingin

membuat peserta didik menjadi lebih aktif, hal ini terkadang justru

menjadi kendala dengan kemampuan kognitif peserta didik yang berbeda-

beda, dan kemudian membuat beban guru menjadi lebih berat karena

banyaknya beban guru dalam mengajar. Sehingga hal ini lah yang

membuat guru berpendapat bahwa menggunakan pembelajaran

konstruktivisme membutuhkan waktu yang lebih banyak lagi.

4. Terbatasnya fasilitas
Banyak sekolah-sekolah yang masih terbatas dalam menyediakan

fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam mendukung pembelajaran

konstruktivisme, seperti belum tersedianya alat-alat laboratorium atau

komputer yang cukup memadai untuk jumlah peserta didik yang besar.

Sehingga, kurangnya sarana dan prasarana yang terjadi dalam lingkungan

sekolah membuat pembelajaran konstruktivisme menjadi kurang

mendukung.

5. Terlalu banyak bidang studi

Di luar sana masih banyak guru-guru yang mengajar di luar bidang studi

yang sesuai dengan kualifikasinya. Hal ini membuat guru jadi terlalu

banyak mempelajari bidang studi yang ada dalam kurikulum pengajaran,

sehingga pada akhirnya penguasaan materi yang akan diajarkan oleh guru

menjadi kurang memadai.

Anda mungkin juga menyukai