Anda di halaman 1dari 13

LANDASAN PENULISAN, SOSOK, DAN KOMPONEN BUKU TEKS

Dosen Pengampu:
Afiyah Nur Kayati, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
1. Ulfatur Rohmaniyah 190621100097
2. Muhammad Ja’far 190621100104
3. Alfina Kurnia Putri 190621100105
4. Aprillia Hendra Prasetya 190621100107

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
BANGKALAN
2022
PENDAHULUAN
Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak bisa melepaskan diri dari buku. Karena dengan
buku wawasan manusia dapat menjadi luas sehingga akan berpengaruh terhadap pola pikir dan
pola hidupnya. Dalam pendidikan buku merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan
buku pelaksanaan kegiatan pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Salah satu jenis
buku pendidikan yakni buku teks. Buku teks merupakan buku yang memuat uraian bahan
tentang mata pelajaran sesuai bidang studi yang disusun secara sistematis dan terseleksi
berdasarkan tujuan tertentu, berorientasi pada pembelajaran, dan perkembangan peserta didik.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2006 menjelaskan bahwa buku teks
(buku pelajaran) adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi
pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan
kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan
kemampuan estetis, serta potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar
nasional pendidikan. Oleh karena itu, dalam penulisan suatu buku teks harus berlandaskan: 1.
Landasan keilmuan, 2. Landasan ilmu pendidikan dan keguruan, 3. Landasan kebutuhan siswa,
4. Landasan keterbacaan materi dan bahasa. Sebagai buku pendidikan buku teks memiliki
karakter atau sosok yang lebih terpadu jika dibandingkan dengan karya tulis ilmiah baik dari
bahan sajian, pengorganisasian bahan, penyajian bahan, dan bahasa yang digunakan. Sebuah
buku teks dapat dikatakan berkualitas apabila mencakup komponen petunjuk pembelajaran,
deskripsi kompetensi, tujuan pembelajaran, isi (materi) pembelajaran, ilustrasi, latihan, dan
rangkuman.
PEMBAHASAN
LANDASAN KEILMUAN
Dalam penulisan buku teks diperlukan landasan keilmuan. Ini berarti bahwa setiap penulis
buku teks harus memahami dan menguasai teori yang terkait dengan bidang studi yang
ditulisnya. Secara teknis landasan keilmuan meliputi: keakuratan materi, cakupan materi, dan
pendukung materi.
Aspek keakuratan materi dapat dilihat pada indikator:
 Setiap konsep, definisi, rumus, hukum, dan lain-lain yang disajikan dalam buku teks
harus tepat.
 Materi yang disajikan harus autentik.
 Konsep, definisi, rumus, hukum, dan lain-lain yang disajikan dalam buku teks diperoleh
dari prosedur yang tepat.
Aspek cakupan materi dapat dilihat pada indikator:
 Uraian materi pada buku teks terdapat kesesuaian dengan Standar Kompetensi(SK) dan
Kompetensi Dasar(KD) yang terdapat dalam kurikulum.
 Keluasan dan kedalaman materi sesuai dengan substansi yang terdapat dalam SK dan
KD serta tidak terjadi pengulangan materi yang berlebihan.
Aspek pendukung materi diarahkan pada indikator:
 Adanya sajian materi yang sesuai dengan perkembangan ilmu.
 Adanya sajian materi yang memenuhi syarat kemutakhiran, yang terlihat pada wacana,
contoh, dan latihan yang disajikan.
 Adanya wawasan produktivitas.
 Adanya sajian materi yang dapat berwawasan kontekstual.
 Adanya Sajian materi yang dapat merangsang keingintahuan (inquiry) siswa.
 Adanya sajian materi yang dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skill).
 Adanya sajian materi yang dapat mengembangkan wawasan kebhinekaan (sosial dari
budaya).
LANDASAN ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
Landasan Pendidikan
Landasan pendidikan secara singkat dapat dikatakan sebagai tempat bertumpu atau dasar dalam
melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan tentang kebijakan dan praktik
pendidikan. Kajian analisis kritis terhadap kaidah dan kenyataan tersebut dapat dijadikan titik
tumpu atau dasar dalam upaya penemuan kebijakan dan Pratik pendidikan yang tepat guna dan
bernilai guna. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa landasan pendidikan merupakan dasar
bagi upaya pengembangan kependidikan dalam segala aspeknya. Terdapat beberapa landasan
yang dapat dijadikan sebagai titikl tumpu dalam melakukan analisis kritis terhadap kaidah-
kaidah dan kenyataan dalam rangka membuat kebijakan dan Pratik pendidikan, sebagaimana
akan dibahas berikut ini.

1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan,
yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok dalam pendidikan, seperti apakah pendidikan
itu, mengapa pendidikan diperlukan, dan apa yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan.
Sehubungan dengan itu, landasan filosofis merupakan landasan yang berdasarkan atau bersifat
filsafat. Sesuai dengan sefatnya, maka landasan filsafat menelaah sesuatu secara radikal,
menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan
dunia.
2. Landasan Sosiologis
Pendidikan merupakan peristiwa sosial yang berlangsung dalam latar interaksi sosial.
Dikatakan demikian, karena pendidikan tidak dapat dilepaskan dari upaya dan proses saling
mempengaruhi antara individu yang terlibat di dalamnya. Dalam posisi yang demikian, apa
yang dinamakan pendidik dan peserta didik, menunjuk kepada dua istilah yang dilihat dari
kedudukannya dalam interaksi sosial. Artinya, siapa yang bertanggungjawab atas perilaku dan
siapa yang memilki peranan penting dalam proses mengubahnya. Karena itu, proses pendidikan
untuk menunjukkan siapa yang menjadi pendidik dan siapa yang menjadi peserta didik secara
permanen, karena keduanya dapat saling berubah fungsi dan kedudukan.
3. Landasan Hukum
Pendidikan merupakan peristiwa multidimensi, bersangkut paut dengan berbagai aspek
kehidupan manusia dan masyarakat. Kebijakan, penyelenggaraan, dan pengembangan
pendidikan dalam masyarakat perlu disalurkan oleh titik tumpu hukum yang jelas dan sah.
Dengan berlandaskan hukum, kebijakan, penyelenggaraan, dan pengembangan pendidikan
dapat terhindar dari berbagai benturan kebutuhan. Setidaknya dengan landasan hukun segala
hak dan kewajiban pendidik dapat terpelihara.
4. Landasan Kultural
Peristiwa pendidikan adalah bagian dari peristiwa budaya. Hal tersebut dikarenakan
pendidikan dan kebudayaan mempunyai hubuangan timbal balik. Kebudayaan dapat
dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan mewariskannya dari satu generasi ke genarasi
berikutnya melalui pendidikan, baik pendidikan informal, nonformal, maupun formal.
5. Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia. Oleh sebab itu, landasan psikologis
merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Landasan psikologis
pendidikan terutama tertuju kepada pemahaman manusia, khususnya berkenaan dengan proses
belajar manusia. Pemahaman terhadap peserta didik, terutama sekali yang berhubungan dengan
aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pendidikan. Olh karena itu,
hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya, pengetahuan tentang
aspek-aspek pribadi, urutan, dan ciri-ciri partumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang cara-
cara yang paling tepat untuk pengembangan kepribadian.
6. Landasan Ilmiah dan Teknologi
Pendidikan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mempunyai kaitan yang sangat erat.
Hal tersebut karena bagian utama dalam pendidikan, terutama dalam bentuk pembelajaran.
Oleh karena itu, pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengetahuan,
teknologi, dan seni. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa landasan ilmiah dan teknologi
dijadikan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dan praktik pendidikan.
7. Landasan Ekonomi
Manusia pada umumnya tidak lepas dari kebutuhan ekonomi. Sebab kebutuhan dasar manusia
membutuhkan ekonomi. Dunia sekarang ini tidak hanya ditimbulkan oleh dunia politik,
melainkan juga masalah dari ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi, dan penghasilan
negara bertambah walaupun utang luar negeri cukup besar dan penghasilan rakyat kecil masih
minim. Perkembangan ekonomi pun menjadi pengaruh dalam bidang pendidikan.
8. Landasan Sejarah
Landasan sejarah memberikan peranan yang penting karena dari suatu landasan sejarah itu bisa
membuat arah pemikiran kepada masa kini. Bidang pendidikan terlebih dahulu memeriksa
sejarah tentang pendidikan baik yang bersifat nasional maupun internasional. Dengan
demikian, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapi manusia untuk maju, pada umumnya
dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang tersebut pada masa lampau. Demikian juga
halnya dengan bidang pendidikan. Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding untuk
memajukan pendidikan suatu bangsa.
9. Landasan Religius
Landasan religius merupakan landasan yang paling mendasari dari landasanlandasan
pendidikan, sebab landasan agama adalah landasan yang diciptakan oleh Allah swt. Bahkan
setiap pendidikan nasional mengharuskan setiap peserta didik mengikuti pendidikan agama.
Karena sistem pendidikan agama diharapkan sebagai penyeru pikiran-pikiran produktif dan
berkolaborasi dengan kebutuhan zaman yang semakin modern. Pendidikan agama adalah hak
setiap peserta didik dan bukan negara atau organisasi keagamaan.
LANDASAN KEBUTUHAN SISWA
Semangat belajar siswa dapat dibangkitkan melalui pemberian motivasi belajar kepada peserta
didik. Landasan kebutuhan siswa dalam menyusun buku teks sangatlah harus diperhatikan.
Landasan ini disebut sebagai kekuatan yang dapat menimbulkan rasa partisipasi belajar siswa
meningkat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian motivasi adalah
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu. Sementara itu, dalam psikologi, pengertian motivasi adalah
usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya. Kekuatan motivasi yang diberika oleh seseorang kepada orang lainnya akan
mennetukan seberapa besar dampak perubahan yang akan diwujudkan.
Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiiki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) dan
kompetensi sekarang. Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran peserta didik tentunya
adanya beberapa hal yang mempengaruhi seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta
didik dengan guru, kemampuan verbal, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi
atau berinteraksi dengan siswa menjadi faktor penting guru dalam proses pembelajaran.
Dimana dalam proses belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Terdapat beberapa teori tentang
motivasi yang dapat dijelaskan antara lain:
(1) Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Abraham Maslow memiliki pendapat tentang manusia yang memiliki lima tingkah
laku, yaitu (1) Kebutuhan fisiologi seperti rasa lapar, haus, dan lain-lainnya yang terikat
dengan teori kebuthan. (2) Kebutuhan akan rasa aman (3) Kebutuhan akan kasih sayang (4)
Kebutuhan akan harga diri (5) Aktualisasi diri daam artian tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah
menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan pertama dan kedua biasanya diklasifikasikan dengan cara lain
misalnya menggolongkannya menjadi kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya kebutuhan
sekunder. Ia menyebutkan penggolongan kebutuhan tersebut berupa sifat, jenis, dan intensitas
kebutuhan manusia berbeda dengan satu sama yang lainnya. Kebutuhan manusia itu tidak anya
bersifat materi, tetapi juga bersifat psikologikal, mental, intelektual, dan bahan juga spiritual.
Dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan
sebagai rangkaian, bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini perlu ditekankan sebagai
berikut.
a. Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu
yang akan datang.
b. Pemuasan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari
pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatuf dalam pemuasannya.
c. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai titik jenuh dalam arti pada suatu
kondisi seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam memenuhi kebutuhan baru.

Kandidat pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun
telah memberikan fondasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang
berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.

(2) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)


McClelland dikenal dengan teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau need for
Acheivement (N. Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dnegan
kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray merumuskan kebutuhan akan prestasi
tersebut sebagai keinginan untuk:
(1) melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang sulit;
(2) menguasai, memanipulasi, dan mengorganisasi objek-objek fisik, manusia atau ide-ide
melaksanakan al-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang
berlaku;
(3) mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi mencapai performa puncak untuk
diri sendiri;
(4) mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain; dan
(5) meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakalt secara berhasil.

Menurut McClelland, karakteristik orang yang berpresytasi tinggi (high acheivers)


memiliki tiga ciri umum, yaitu (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan
derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi ketika kinerja mereka timbul karena
upaya-upaya mereka sendiri, bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran, misalnya; dan
(3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan
dnegan mereka yang berprestasu rendah.

(3) Teori Clyton Alderfer (Teori ERG)


Teori Alderfer dikenal dengan akronim ERG. Akronim ERG dalam teori Alderfer
merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah, yaitu: E=Existence (kebutuhan akan
eksistensi), R=Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain), dan G=Growth
(kebutuhan akan pertumbuhan). Jika makna tersebut di dalami aan tampak dua hal penting
yaitu secraa konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh
Maslow dan Alderfer karena Existence dapat didentikkan dengan hierarki pertama dan kedua
dalam teori Maslow. Relatedness senada dnegan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat
menurut konspe Maslow dan Growth mengandung makna sama dengan seelf actualization.
Menurut Maslow. Kedua teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia
itu diusahakan pemuasannya secara serentak.
Apabila teori Alderfur disimak ebih lanjut, akan tampak bahwa:
a. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk
memuaskannya.
b. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi semakin besar apabila
kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan.
c. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin
besar pula keinginan utuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya, pandnagan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme manusia. Artinya, karena
menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi objektif yang
dihadapinya dengan natra lain memuaskan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin
dicapainya.

(4) Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)


Ilmuwan selanjutnya yang memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi
adalah Herzberg. Ia mengembangkan model dua faktor dari motivasi yaitu faktor motivasional
dan faktor hygiene atau pemeliharaan. Menurut teori ini, yang dimaksud faktor motivasional
adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya instrinsik, yang berrati bersumber
dalam diri seseorang. Sedangkan yang dimaksud dnegan faktr hygiene atau pemeliharaan
adalah faktor-faktor yyang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut
menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah
pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, dan kemajuan dalam
karier dan pengakuan orang lain. Sementara itu, yang tergolong faktor-faktor hygiene atau
pemeliharaan antara lain mencakup status seseorang dalam organisasi, hubungan seseorang
individu dengan atsannya, hubungan sesoerang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik
penyeliaan yang diterpakna oleh para penyela, kebijakan organisasi, serta kondisi kerja dan
sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah
memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan
seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.

(5) Teori Victor H. Vroom


Victor H. Room mengemukakan teori yang dinamakan teori harapan. Menurut teori ini,
motivasi merupakan akibbat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan
yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkan itu.
Artinya saat seseorang menginginkan sesuatu sangat menginginkan sesuatu dan jalan
tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya.
Teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk
memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan snagat terdorong untuk
memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang
diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya pun akan menjadi rendah.

(6) Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku


Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan
sebagai model kognitif motivasi karenadidasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan
persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya snagat subjektif. Perilakunya pun ditentukan
oleh persepsi tersebut. Padahal, dalam komunikasi kehidupan, disadari dan diakui, kehendak
seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekuensi eskternal dari perilaku dan tindakannya.
Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan penguah
perilaku.
Dalam hal ini, berlakulah apa yang dikenal dengan hukum pengaruh yang menyatakan
bahwa manusia cenderung mengulangi perilaku yang mempunyai konsekuensi yang
menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengakibatkan perilaku timbulnya
konsekuensi yang merugikan.
Contoh sederhananya yaitu seseorang yang giat bekerja dan mendapatkan upah dari
pimpinannya. Seseorang tersebut mendapati pujian dari pimpinannya, pujian tersebut berakhir
pada diberikannya upah tambahan kepadanya. Karena seseorang tersebut menyukai
konsekuensi perilakunya itu, lalu ia terdorong untuk lebih giat dan teliti lagi yang pada akhirnya
ia diangkat naik jabatan.

(7) Teori Kaitan Hambatan dengan prestasi.


Menurut model ini, mootivasi seorang individu snagat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk, pada faktor internal adalah (a)
persepsi seseorang mengenai dirinya; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhan; (e)
keinginan; (f) kepuasan kerja; dan (g) prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan, faktor
eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain adalah (a) jenis dan sifat pekerjaan;
(b) kelompok kerja tempat seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi
lingkungan pada umumnya; dan (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
LANDASAN KETERBACAAN MATERI DAN BAHASA
Landasan ini diperlukan karena buku teks merupakan sarana komunikasi siswa dalam
pembelajaran. Sebagai sarana komunikasi, materi, dan redaksi sajian yang terdapat dalam buku
teks harus bisa dipahami siswa. secara teknis, indicator yang mendukung aspek keterbacaan
materi dan bahasa yang digunakan dalam buku teks adalah komunikatif, diaglogis dan
interaktif, lugas, keruntutan alur pikir, kohernsi, kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia
yang benar, dan penggunaan istilah dan simbol atau lambang yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik.
Aspek bahasa dan keterbacaan berkaitan dengan penggunaan Bahasa yang digunakan saat
penulisan buku ajar sehingga penulis perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Ragam Bahasa meliputi tata bahasa (struktur); bentuk kata dan diksi (pemilihan kata);
ejaan yang disempurnakan untuk Bahasa Indonesia berpedoman sesuai dengan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
2. Bahasa yang digunakan harus jelas, lugas, dan tidak ambigu
3. Bahasa yang digunakan harus bersifat komunikatif dan efektif
Menurut BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) buku teks harus memenuhi 4 kelayakan
yaitu:
a. Kelayakan Isi
Kelayakan isi, terdapat tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu:
1. kesesuaian uraian materi dengan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang
terdapat dalam kurikulum mata pelajaran yang bersangkutan Indikator kesesuaian uraian
materi dengan KI dan KD ini diarahkan pada hal berikut:
a) Kelengkapan materi
b) Keluasan materi
c) Kedalaman materi
2. keakuratan materi
Indikator keakuratan materi diarahkan pada sasaran berikut:
a) Akurasi konsep dan definisi
b) Akurasi prinsip
c) Akurasi prosedur
d) Akurasi contoh, fakta, dan ilustrasi
e) Akurasi Sosial
3. materi pendukung pembelajaran (Muslich, 2010:292)
Indikator materi pendukung pembelajaran diarahkan pada hal-hal berikut:
a) Kesesuaiannya dengan perkembangan ilmu dan teknologi
b) Keterkinian fitur, contoh, dan rujukan
c) Penalaran(reasoning)
d) Pemecahan masalah (problem solving)
e) Keterkaitan antarkonsep
f) Komunikasi (write and talk)
g) Penerapan (aplikasi)
h) Kemenarikan materi
i) Mendorong untuk mencari informasi lebih jauh
j) Materi pengayaan (enrichment)

b. Kelayakan Penyajian
Kelayakan penyajian, ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Teknik Penyajian
Indikator teknik penyajian buku teks ada tiga poin, yaitu sistematika penyajian, keruntutan
penyajian, dan keseimbangan antar-bab.
2. Penyajian Pembelajaran
Indikator penyajian pembelajaran dalam buku teks diarahkan pada Berpusat Pada Siswa,
Mengembangkan Keterampilan proses, Memerhatikan Aspek Keselamatan Kerja
3. Kelengkapan Penyajian
Indikator kelengkapan penyajian dalam buku teks diarahkan pada hal-hal berikut.
a) Bagian Pendahuluan
Pada bagian awal buku teks terdapat prakata, petunjuk penggunaan, dan daftar isi atau daftar
simbol atau notasi. Prakata adalah sebuah pengantar dari penulis yang berisi ulasan tentang
maksud dan metode yang digunakan penulis dalam menulis bukunya (Iyan, 2007:14).
b) Bagian Isi
Penyajian materi dalam buku teks dilengkapi dengan gambar, ilustrasi, tabel, rujukan atau
sumber acuan, soal latihan atau rangkuman setiap bab.
c) Bagian penyudah
Pada akhir buku teks terdapat daftar pustaka, indeks subyek, daftar istilah (glosarium), daftar
simbol atau notasi dapat dicantumkan pada akhir buku.

c. Kelayakan Bahasa
(Muslich, 2010:303) Kelayakan bahasa, terdapat 3 indikator yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kesesuaian dengan Tingkat Perkembangan Siswa
Indikator pemakaian bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, yaitu:
kesesuaian dengan tingkat perkembangan intelektual, kesesuaian dengan Tingkat
Perkembangan Sosial Emosional
2. Kekomunikatifan
Indikator pemakain bahasa yang komunikatif diarahkan pada hal-hal berikut: Keterbacaan
Pesan, Keterbacaan Kaidah Bahasa Indonesia, Keruntutan dan Keterpaduan Alur Pikir,
Kelayakan Kegrafikan.
SOSOK BUKU TEKS
Sebagai buku pendidikan sosok buku teks mengikuti konferensi karya tulis ilmiah, baik bahan
sajian, pengorganisasian bahan, penyajian bahan, maupun bahasa yang digunakan.
1. Bahan sajian
Bahan yang disajikan dalam buku teks berupa ilmu pengetahuan bidang tertentu. Oleh karena
itu, isinya harus bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya menurut bidang studi yang
bersangkutan. Bahan yang disampaikan haruslah bisa menambah wawasan dan pemahaman
siswa sasaran secara objektif, kritis, dan berdasarkan fakta terhadap bidang yang dipelajarinya.
Bahan yang terdapat dalam buku teks diorganisasikan secara runtut dan utuh, dengan tetap
memerhatikan rangkaian pokok bahasan yang terdapat dalam silabus.
Dilihat dari jenisnya, bahan yang disajikan bisa berupa teori, gagasan, dan informasi. Masing-
masing jenis bahan sajian ini mempunyai ciri tersendiri.
a. Bahan Sajian Berjenis Teori
b. Bahan Sajian Berjenis Gagasan
C. Bahan Sajian Berjenis Informasi
2. Pengorganisasian Bahan
Pola pengorganisasian bahan bisa dibedakan menjadi empat jenis, yaitu (1) pengorganisasian
bahan berdasarkan pola urutan waktu (kronologis); (2) pengorganisasian bahan berdasarkan
pola urutan ruang; (3) pengorganisasian bahan berdasarkan pola penalaran:logis; dan (4)
pengorganisasian bahan berdasarkan pola kausal.
3. Penyajian Bahan
Bahan yang terdapat buku teks disajikan dengan mengikuti pola pikir ilmiah, dengan tetap
mempertimbanggkan kondisi mental siswa sasaran. Pada umumnya, penyajian bahan bisa
dilakukan dengan pola (1) induktif; (2) deduktif; atau (3) campuran (gabungan induktif dan
deduktif).
4. Bahasa yang Digunakan
Bahasa yang dipakai sebagai alat penyampaian bahan dalam buku teks hendaknya
memerhatikan hal-hal berikut:
a. Struktur Bahasa
Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kemampuan bahasa siswa sasaran yang
beragam. Struktur bahasa ini bisa menyangkut struktur kalimat dan struktur kata.
b. Istilah
Istilah digunakan untuk mendukung konsep secara akurat. Berbeda dengan kata biasa, kata
istilah selalu berhubungan dengan bidang tertentu. Oleh karena itu, untuk konsep yang sama
(dalam bidang tertentu) hendaknya menggunakan istilah yang sama agar pembaca (terutama
siswa) tidak kesulitan memahaminya. Sebaliknya, istilah yang sama akan mendukung konsep
yang berbeda apabila digunakan dalam bidang yang berbeda.
c. Gaya Penulisan
Gaya penulisan yang digunakan terlihat luwes sehingga bisa memotivasi belajar siswa sasaran.
Keluwesan bahasa ini tidak boleh diartikan dengan penggunaan bahasa yang seenaknya,
bombastis, dan penuh humor. Tetapi, hendaklah diartikan dengan penggunaan bahasa yang
alami, tidak bertele-tele. dan sesuai dengan kemampuan bahasa dan daya pikir siswa sasaran.
d. Penyajian Bahasa
Penyajian bahasa dalam buku teks biasanya mencerminkan berkomunikasi langsung dengan
Siswa sasaran. Ini berarti, sesuai dengan prinsip komunikasi, siswa sasaran diposisikan sebagai
orang kedua, sedangkan buku teks (sebagai wakil penulis) diposisikan sebagai orang pertama.
KOMPONEN BUKU TEKS
Textbook mempunyai padanan kata buku pelajaran (Echols & Sadily, 2006: 584). Selanjutnya
textbook dijelaskan sebagai “a book giving instruction in a subject used especially in schools”
(Crowther, 1995: 1234) yang dapat diterjemahkan bahwa buku teks adalah buku yang
memberikan petunjuk dalam sebuah pelajaran khususnya di sekolah.
Sebuah buku teks dalam harus memuat intruksi atau petunjuk atas pembelajaran yang
dilakukan. Hal tersebut dilakukan guna meminimalisir terjadinya penyimpangan dari
pembelajaran yang dilakukan, selain itu petunjuk pembelajaran dianggap mampu memberikan
motivasi belajar dan rasa keingintahuan sehingga dapat menstimulasi kegiatan belajar peserta
didik.
Deskripsi kompetensi dalam buku teks memiliki pengaruh yang sangat penting, karena akan
memberikan petunjuk dalam memilih materi pembelajaran, penstrukturan belajar, dan menjadi
referensi dalam mengembangkan instrumen evaluasi. Deskripsi kompetensi dalam buku teks
merupakan kompetensi dasar atau materi pokok, kompetensi dasar harus sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Karena jika kompetensi dasar tidak sesuai dengan kurikulum
pendidikan maka akan berpengaruh pada tujuan pembelajaran serta visi dan misi suatu sekolah.
Tujuan pembelajaran dapat dicapai apabila baik dari pemilihan isi (materi), pengorganisasian,
maupun penyajian materi sebagai bahan ajar dalam buku teks mempertimbangkan dengan
cermat tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Tujuan pembelajaran memberikan
motivasi belajar bagi peserta didik untuk mencapai sasaran dalam proses pembelajaran yang
dilakukan.
Isi pembelajaran buku teks harus dipilih untuk memajukan tujuan pendidikan sekolah, sesuai
dengan kebutuhan peserta didik dan berkontribusi terhadap kontinuitas dan integrasi
kurikulum. Selain itu, isi yang dimuat harus akurat dan tepat, serta secara teratur direvisi untuk
memenuhi perubahan kondisi.
Ilustrasi dapat mempercepat proses pembelajaran dan membantu peserta didik dalam
menangkap pengertian yang dimaksud. Oleh harus dibuat secara sistematis, cermat, dan
sederhana sehingga dapat benar-benar mencerminkan permasalahan yang sedang dibahas.
Komponen-komponen buku teks juga tidak lepas dari latihan. Sebagai buku acuan
pembelajaran maka bagian latihan ini perlu ada. Karena bertujuan untuk menilai seberapa
paham peserta didik dengan materi yang telah disampaikan. Biasanya di dalam buku teks, soal
latihan terdiri dari pilihan ganda dan isian.
Rangkuman merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam buku teks sebagai bahan
ajar yang dapat mempermudah dan memperkuat ingatan peserta didik terhadap materi
pembelajaran. Dari komponen rangkuman juga peserta didik dapat memperluas
pemahamannya terhadap sajian materi pembelajaran karena materi tersebut sudah disusun dan
disajikan dalam bentuk yang singkat, padat, dan jelas, sehingga peserta didik dapat belajar
secara mandiri dan kreatif. Rangkuman merupakan upaya yang ditempuh penulis buku teks
untuk meninjau kembali terhadap apa yang telah dipelajari, sehingga peserta didik dapat
mempertahankan retensi. Rangkuman memberikan pernyataan singkat mengenai isi (materi)
yang telah dipelajari (Suhardjono, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi. 2018. Kualitas Buku Teks Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama Yang
Digunakan Di Provinsi Gorontalo. Diakses pada 20 Maret 2022, dari
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjO
vMGIgNX2AhWCILcAHWYzBgoQFnoECEAQAQ&url=https%3A%2F%2Fjournal.uny.ac.
id%2Findex.php%2Fjk%2Farticle%2Fdownload%2F10122%2Fpdf&usg=AOvVaw0vlSotH
ASO6IaUz_Hw8oSq.
Muslich, Masnur. 2010. Text Book Writing: Dasar-dasar Pemahaman, Penulisan, dan
Pemakaian Buku Teks. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Sidiki. Abd. Farid. 2018. Teori dan Landasan Penulisan Buku Teks. Gorontalo: Institut Agama
Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo.
Suprihatin, Siti. (2015). Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Ekonomi Mikro UM Metro. 3 (1). 74.
Hasan, M. Dkk. (2013). Landasan Pendidikan. Klaten: Tahta Media Group.

Anda mungkin juga menyukai