Dosen Pengampu:
Afiyah Nur Kayati, S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh:
1. Ulfatur Rohmaniyah 190621100097
2. Muhammad Ja’far 190621100104
3. Alfina Kurnia Putri 190621100105
4. Aprillia Hendra Prasetya 190621100107
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan,
yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok dalam pendidikan, seperti apakah pendidikan
itu, mengapa pendidikan diperlukan, dan apa yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan.
Sehubungan dengan itu, landasan filosofis merupakan landasan yang berdasarkan atau bersifat
filsafat. Sesuai dengan sefatnya, maka landasan filsafat menelaah sesuatu secara radikal,
menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan
dunia.
2. Landasan Sosiologis
Pendidikan merupakan peristiwa sosial yang berlangsung dalam latar interaksi sosial.
Dikatakan demikian, karena pendidikan tidak dapat dilepaskan dari upaya dan proses saling
mempengaruhi antara individu yang terlibat di dalamnya. Dalam posisi yang demikian, apa
yang dinamakan pendidik dan peserta didik, menunjuk kepada dua istilah yang dilihat dari
kedudukannya dalam interaksi sosial. Artinya, siapa yang bertanggungjawab atas perilaku dan
siapa yang memilki peranan penting dalam proses mengubahnya. Karena itu, proses pendidikan
untuk menunjukkan siapa yang menjadi pendidik dan siapa yang menjadi peserta didik secara
permanen, karena keduanya dapat saling berubah fungsi dan kedudukan.
3. Landasan Hukum
Pendidikan merupakan peristiwa multidimensi, bersangkut paut dengan berbagai aspek
kehidupan manusia dan masyarakat. Kebijakan, penyelenggaraan, dan pengembangan
pendidikan dalam masyarakat perlu disalurkan oleh titik tumpu hukum yang jelas dan sah.
Dengan berlandaskan hukum, kebijakan, penyelenggaraan, dan pengembangan pendidikan
dapat terhindar dari berbagai benturan kebutuhan. Setidaknya dengan landasan hukun segala
hak dan kewajiban pendidik dapat terpelihara.
4. Landasan Kultural
Peristiwa pendidikan adalah bagian dari peristiwa budaya. Hal tersebut dikarenakan
pendidikan dan kebudayaan mempunyai hubuangan timbal balik. Kebudayaan dapat
dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan mewariskannya dari satu generasi ke genarasi
berikutnya melalui pendidikan, baik pendidikan informal, nonformal, maupun formal.
5. Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia. Oleh sebab itu, landasan psikologis
merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Landasan psikologis
pendidikan terutama tertuju kepada pemahaman manusia, khususnya berkenaan dengan proses
belajar manusia. Pemahaman terhadap peserta didik, terutama sekali yang berhubungan dengan
aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pendidikan. Olh karena itu,
hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya, pengetahuan tentang
aspek-aspek pribadi, urutan, dan ciri-ciri partumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang cara-
cara yang paling tepat untuk pengembangan kepribadian.
6. Landasan Ilmiah dan Teknologi
Pendidikan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mempunyai kaitan yang sangat erat.
Hal tersebut karena bagian utama dalam pendidikan, terutama dalam bentuk pembelajaran.
Oleh karena itu, pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengetahuan,
teknologi, dan seni. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa landasan ilmiah dan teknologi
dijadikan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dan praktik pendidikan.
7. Landasan Ekonomi
Manusia pada umumnya tidak lepas dari kebutuhan ekonomi. Sebab kebutuhan dasar manusia
membutuhkan ekonomi. Dunia sekarang ini tidak hanya ditimbulkan oleh dunia politik,
melainkan juga masalah dari ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi, dan penghasilan
negara bertambah walaupun utang luar negeri cukup besar dan penghasilan rakyat kecil masih
minim. Perkembangan ekonomi pun menjadi pengaruh dalam bidang pendidikan.
8. Landasan Sejarah
Landasan sejarah memberikan peranan yang penting karena dari suatu landasan sejarah itu bisa
membuat arah pemikiran kepada masa kini. Bidang pendidikan terlebih dahulu memeriksa
sejarah tentang pendidikan baik yang bersifat nasional maupun internasional. Dengan
demikian, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapi manusia untuk maju, pada umumnya
dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang tersebut pada masa lampau. Demikian juga
halnya dengan bidang pendidikan. Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding untuk
memajukan pendidikan suatu bangsa.
9. Landasan Religius
Landasan religius merupakan landasan yang paling mendasari dari landasanlandasan
pendidikan, sebab landasan agama adalah landasan yang diciptakan oleh Allah swt. Bahkan
setiap pendidikan nasional mengharuskan setiap peserta didik mengikuti pendidikan agama.
Karena sistem pendidikan agama diharapkan sebagai penyeru pikiran-pikiran produktif dan
berkolaborasi dengan kebutuhan zaman yang semakin modern. Pendidikan agama adalah hak
setiap peserta didik dan bukan negara atau organisasi keagamaan.
LANDASAN KEBUTUHAN SISWA
Semangat belajar siswa dapat dibangkitkan melalui pemberian motivasi belajar kepada peserta
didik. Landasan kebutuhan siswa dalam menyusun buku teks sangatlah harus diperhatikan.
Landasan ini disebut sebagai kekuatan yang dapat menimbulkan rasa partisipasi belajar siswa
meningkat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian motivasi adalah
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu. Sementara itu, dalam psikologi, pengertian motivasi adalah
usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatannya. Kekuatan motivasi yang diberika oleh seseorang kepada orang lainnya akan
mennetukan seberapa besar dampak perubahan yang akan diwujudkan.
Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiiki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) dan
kompetensi sekarang. Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran peserta didik tentunya
adanya beberapa hal yang mempengaruhi seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta
didik dengan guru, kemampuan verbal, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi
atau berinteraksi dengan siswa menjadi faktor penting guru dalam proses pembelajaran.
Dimana dalam proses belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Terdapat beberapa teori tentang
motivasi yang dapat dijelaskan antara lain:
(1) Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Abraham Maslow memiliki pendapat tentang manusia yang memiliki lima tingkah
laku, yaitu (1) Kebutuhan fisiologi seperti rasa lapar, haus, dan lain-lainnya yang terikat
dengan teori kebuthan. (2) Kebutuhan akan rasa aman (3) Kebutuhan akan kasih sayang (4)
Kebutuhan akan harga diri (5) Aktualisasi diri daam artian tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah
menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan pertama dan kedua biasanya diklasifikasikan dengan cara lain
misalnya menggolongkannya menjadi kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya kebutuhan
sekunder. Ia menyebutkan penggolongan kebutuhan tersebut berupa sifat, jenis, dan intensitas
kebutuhan manusia berbeda dengan satu sama yang lainnya. Kebutuhan manusia itu tidak anya
bersifat materi, tetapi juga bersifat psikologikal, mental, intelektual, dan bahan juga spiritual.
Dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan
sebagai rangkaian, bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini perlu ditekankan sebagai
berikut.
a. Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu
yang akan datang.
b. Pemuasan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari
pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatuf dalam pemuasannya.
c. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai titik jenuh dalam arti pada suatu
kondisi seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam memenuhi kebutuhan baru.
Kandidat pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun
telah memberikan fondasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang
berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
b. Kelayakan Penyajian
Kelayakan penyajian, ada tiga indikator yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Teknik Penyajian
Indikator teknik penyajian buku teks ada tiga poin, yaitu sistematika penyajian, keruntutan
penyajian, dan keseimbangan antar-bab.
2. Penyajian Pembelajaran
Indikator penyajian pembelajaran dalam buku teks diarahkan pada Berpusat Pada Siswa,
Mengembangkan Keterampilan proses, Memerhatikan Aspek Keselamatan Kerja
3. Kelengkapan Penyajian
Indikator kelengkapan penyajian dalam buku teks diarahkan pada hal-hal berikut.
a) Bagian Pendahuluan
Pada bagian awal buku teks terdapat prakata, petunjuk penggunaan, dan daftar isi atau daftar
simbol atau notasi. Prakata adalah sebuah pengantar dari penulis yang berisi ulasan tentang
maksud dan metode yang digunakan penulis dalam menulis bukunya (Iyan, 2007:14).
b) Bagian Isi
Penyajian materi dalam buku teks dilengkapi dengan gambar, ilustrasi, tabel, rujukan atau
sumber acuan, soal latihan atau rangkuman setiap bab.
c) Bagian penyudah
Pada akhir buku teks terdapat daftar pustaka, indeks subyek, daftar istilah (glosarium), daftar
simbol atau notasi dapat dicantumkan pada akhir buku.
c. Kelayakan Bahasa
(Muslich, 2010:303) Kelayakan bahasa, terdapat 3 indikator yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kesesuaian dengan Tingkat Perkembangan Siswa
Indikator pemakaian bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, yaitu:
kesesuaian dengan tingkat perkembangan intelektual, kesesuaian dengan Tingkat
Perkembangan Sosial Emosional
2. Kekomunikatifan
Indikator pemakain bahasa yang komunikatif diarahkan pada hal-hal berikut: Keterbacaan
Pesan, Keterbacaan Kaidah Bahasa Indonesia, Keruntutan dan Keterpaduan Alur Pikir,
Kelayakan Kegrafikan.
SOSOK BUKU TEKS
Sebagai buku pendidikan sosok buku teks mengikuti konferensi karya tulis ilmiah, baik bahan
sajian, pengorganisasian bahan, penyajian bahan, maupun bahasa yang digunakan.
1. Bahan sajian
Bahan yang disajikan dalam buku teks berupa ilmu pengetahuan bidang tertentu. Oleh karena
itu, isinya harus bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya menurut bidang studi yang
bersangkutan. Bahan yang disampaikan haruslah bisa menambah wawasan dan pemahaman
siswa sasaran secara objektif, kritis, dan berdasarkan fakta terhadap bidang yang dipelajarinya.
Bahan yang terdapat dalam buku teks diorganisasikan secara runtut dan utuh, dengan tetap
memerhatikan rangkaian pokok bahasan yang terdapat dalam silabus.
Dilihat dari jenisnya, bahan yang disajikan bisa berupa teori, gagasan, dan informasi. Masing-
masing jenis bahan sajian ini mempunyai ciri tersendiri.
a. Bahan Sajian Berjenis Teori
b. Bahan Sajian Berjenis Gagasan
C. Bahan Sajian Berjenis Informasi
2. Pengorganisasian Bahan
Pola pengorganisasian bahan bisa dibedakan menjadi empat jenis, yaitu (1) pengorganisasian
bahan berdasarkan pola urutan waktu (kronologis); (2) pengorganisasian bahan berdasarkan
pola urutan ruang; (3) pengorganisasian bahan berdasarkan pola penalaran:logis; dan (4)
pengorganisasian bahan berdasarkan pola kausal.
3. Penyajian Bahan
Bahan yang terdapat buku teks disajikan dengan mengikuti pola pikir ilmiah, dengan tetap
mempertimbanggkan kondisi mental siswa sasaran. Pada umumnya, penyajian bahan bisa
dilakukan dengan pola (1) induktif; (2) deduktif; atau (3) campuran (gabungan induktif dan
deduktif).
4. Bahasa yang Digunakan
Bahasa yang dipakai sebagai alat penyampaian bahan dalam buku teks hendaknya
memerhatikan hal-hal berikut:
a. Struktur Bahasa
Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kemampuan bahasa siswa sasaran yang
beragam. Struktur bahasa ini bisa menyangkut struktur kalimat dan struktur kata.
b. Istilah
Istilah digunakan untuk mendukung konsep secara akurat. Berbeda dengan kata biasa, kata
istilah selalu berhubungan dengan bidang tertentu. Oleh karena itu, untuk konsep yang sama
(dalam bidang tertentu) hendaknya menggunakan istilah yang sama agar pembaca (terutama
siswa) tidak kesulitan memahaminya. Sebaliknya, istilah yang sama akan mendukung konsep
yang berbeda apabila digunakan dalam bidang yang berbeda.
c. Gaya Penulisan
Gaya penulisan yang digunakan terlihat luwes sehingga bisa memotivasi belajar siswa sasaran.
Keluwesan bahasa ini tidak boleh diartikan dengan penggunaan bahasa yang seenaknya,
bombastis, dan penuh humor. Tetapi, hendaklah diartikan dengan penggunaan bahasa yang
alami, tidak bertele-tele. dan sesuai dengan kemampuan bahasa dan daya pikir siswa sasaran.
d. Penyajian Bahasa
Penyajian bahasa dalam buku teks biasanya mencerminkan berkomunikasi langsung dengan
Siswa sasaran. Ini berarti, sesuai dengan prinsip komunikasi, siswa sasaran diposisikan sebagai
orang kedua, sedangkan buku teks (sebagai wakil penulis) diposisikan sebagai orang pertama.
KOMPONEN BUKU TEKS
Textbook mempunyai padanan kata buku pelajaran (Echols & Sadily, 2006: 584). Selanjutnya
textbook dijelaskan sebagai “a book giving instruction in a subject used especially in schools”
(Crowther, 1995: 1234) yang dapat diterjemahkan bahwa buku teks adalah buku yang
memberikan petunjuk dalam sebuah pelajaran khususnya di sekolah.
Sebuah buku teks dalam harus memuat intruksi atau petunjuk atas pembelajaran yang
dilakukan. Hal tersebut dilakukan guna meminimalisir terjadinya penyimpangan dari
pembelajaran yang dilakukan, selain itu petunjuk pembelajaran dianggap mampu memberikan
motivasi belajar dan rasa keingintahuan sehingga dapat menstimulasi kegiatan belajar peserta
didik.
Deskripsi kompetensi dalam buku teks memiliki pengaruh yang sangat penting, karena akan
memberikan petunjuk dalam memilih materi pembelajaran, penstrukturan belajar, dan menjadi
referensi dalam mengembangkan instrumen evaluasi. Deskripsi kompetensi dalam buku teks
merupakan kompetensi dasar atau materi pokok, kompetensi dasar harus sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Karena jika kompetensi dasar tidak sesuai dengan kurikulum
pendidikan maka akan berpengaruh pada tujuan pembelajaran serta visi dan misi suatu sekolah.
Tujuan pembelajaran dapat dicapai apabila baik dari pemilihan isi (materi), pengorganisasian,
maupun penyajian materi sebagai bahan ajar dalam buku teks mempertimbangkan dengan
cermat tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Tujuan pembelajaran memberikan
motivasi belajar bagi peserta didik untuk mencapai sasaran dalam proses pembelajaran yang
dilakukan.
Isi pembelajaran buku teks harus dipilih untuk memajukan tujuan pendidikan sekolah, sesuai
dengan kebutuhan peserta didik dan berkontribusi terhadap kontinuitas dan integrasi
kurikulum. Selain itu, isi yang dimuat harus akurat dan tepat, serta secara teratur direvisi untuk
memenuhi perubahan kondisi.
Ilustrasi dapat mempercepat proses pembelajaran dan membantu peserta didik dalam
menangkap pengertian yang dimaksud. Oleh harus dibuat secara sistematis, cermat, dan
sederhana sehingga dapat benar-benar mencerminkan permasalahan yang sedang dibahas.
Komponen-komponen buku teks juga tidak lepas dari latihan. Sebagai buku acuan
pembelajaran maka bagian latihan ini perlu ada. Karena bertujuan untuk menilai seberapa
paham peserta didik dengan materi yang telah disampaikan. Biasanya di dalam buku teks, soal
latihan terdiri dari pilihan ganda dan isian.
Rangkuman merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam buku teks sebagai bahan
ajar yang dapat mempermudah dan memperkuat ingatan peserta didik terhadap materi
pembelajaran. Dari komponen rangkuman juga peserta didik dapat memperluas
pemahamannya terhadap sajian materi pembelajaran karena materi tersebut sudah disusun dan
disajikan dalam bentuk yang singkat, padat, dan jelas, sehingga peserta didik dapat belajar
secara mandiri dan kreatif. Rangkuman merupakan upaya yang ditempuh penulis buku teks
untuk meninjau kembali terhadap apa yang telah dipelajari, sehingga peserta didik dapat
mempertahankan retensi. Rangkuman memberikan pernyataan singkat mengenai isi (materi)
yang telah dipelajari (Suhardjono, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi. 2018. Kualitas Buku Teks Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama Yang
Digunakan Di Provinsi Gorontalo. Diakses pada 20 Maret 2022, dari
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjO
vMGIgNX2AhWCILcAHWYzBgoQFnoECEAQAQ&url=https%3A%2F%2Fjournal.uny.ac.
id%2Findex.php%2Fjk%2Farticle%2Fdownload%2F10122%2Fpdf&usg=AOvVaw0vlSotH
ASO6IaUz_Hw8oSq.
Muslich, Masnur. 2010. Text Book Writing: Dasar-dasar Pemahaman, Penulisan, dan
Pemakaian Buku Teks. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Sidiki. Abd. Farid. 2018. Teori dan Landasan Penulisan Buku Teks. Gorontalo: Institut Agama
Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo.
Suprihatin, Siti. (2015). Upaya Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Ekonomi Mikro UM Metro. 3 (1). 74.
Hasan, M. Dkk. (2013). Landasan Pendidikan. Klaten: Tahta Media Group.