Anda di halaman 1dari 16

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

Nama : ANANDA FAUZIAH


Nim : 2320114320003
Mata Kuliah : Landasan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Hari/Tanggal : Jumat, 13 Oktober 2023
Waktu : 13.30—15.00
Dosen : Prof. Drs. H. Rustam Effendi, M.Pd., Ph.D.

SOAL:

1. Apa yang dimaksud landasan pendidikan dan apa hubungan landasan


pendidikan dengan pendidikan yang sedang dan atau akan dilaksanakan!
2. Mengapa bahasa dan sastra Indonesia berperan penting dalam pelaksanaan
pendidikan nasional?
3. Apa saja yang menjadi landasan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia?
Jelaskan!
4. Apa hubungan Sumpah Pemuda dengan keberadaan bahasa Indonesia dan
apakah masyarakat Indonesia telah menjunjung bahasa Indonesia?
5. Menurut Anda, hal apa saja yang bisa dilaksanakan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia agar Trigatra Bangun Bahasa bisa terlaksana sesuai
harapan?
6. Apa komentar Anda terhadap pasal 28, 29, 32, dan 33 UU RI No. 24 tahun
2009?
7. Apa pendapat atau komentar Anda tentang Bab III pasal 42 Peraturan
Presiden RI Nomor 63 tahun 2019?
8. Apa yang dimaksud pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra
Indonesia (lihat Lembaran Negara RI/Peraturan Pemerintah RI Nomor 57
tahun 2014).

SELAMAT BEKERJA

JAWABAN :

1. Landasan pendidikan secara singkat dapat dikatakan sebagai tempat bertumpu


atau dasar dalam melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan
tentang kebijakan dan praktik pendidikan. Kajian analisis kritis terhadap kaidah
dan kenyataan tersebut dapat dijadikan titik tumpu atau dasar dalam upaya
penemuan kebijakan dan Pratik pendidikan yang tepat guna dan bernilai guna.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa landasan pendidikan merupakan dasar
bagi upaya pengembangan kependidikan dalam segala aspeknya. Terdapat
beberapa landasan yang dapat dijadikan sebagai titik tumpu dalam melakukan
analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan dalam rangka membuat
kebijakan dan Pratik pendidikan.

Dari terjadinya proses pendidikan, ada dua segi yang harus dikembangkan,
yaitu proses individual dan proses sosial. Beberapa ahli pendidikan lebih
menekankan kepada bagaimana mengembangkan semua kemampuan dasar yang
sudah dimiliki anak sejak lahir. Adapun pendidikan sebagai proses sosial,
pendidikan harus berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya
kepada generasi penerus. Ditunjau dari tujuan yang akan dicapai dalam proses
pendidikan, maka hal-hal yang dibicarakan lebih banyak mengungkapkan sistem
nilai yang akan dicapai melalui pendidikan, di mana pelaksaan pendidikan
didasarkan pada sistem nilai yang sudah dimiliki oleh suatu masyarakat. Apabila
dalam proses pendidikan lebih menekankan kepada tujuan yang ingin dicapai,
maka hal-hal yang dibicarakan lebih banyak mengungkapkan sistem nilai yang
diharapkan melalui pendidikan. Sistem nilai merupakan sumber dari segala
sumber hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, atau negara.
Dengan demikian, pelaksanaan pendidikan didasarkan kepda sistem nilai yang
sudah dimiliki oleh masyarakat, bangsa, atau negara tersebut. Pada dasarnya
pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai tujuan. Asumsi
dasar pendidikan tersebut memandang pendidikan sebagai kegiatan kehidupan
dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia seutuhnya yang
berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam
masyarakat mempunyai arti penting, baik bagi individu maupun masyarakat.
Sebab antara masyarakat dan individu saling berkaitan.

2. “Bahasa Indonesia berperan penting dalam pendidikan sejak SD s.d. PT karena


untuk mempercepat penguasaan IPTEK. BI merupakan sarana berpikir untuk
menumbuh kembangkan cara berpikir logis, sistematis, dan kritis.” Pembelajaran
sastra memiliki peranan penting, bukan hanya dalam memperluas wawasan
kehidupan, menambah pengetahuan dan kemampuan berbahasa anak, tetapi juga
memerluas pengetahuan hidup dan kehidupan. Dengan begitu anak dapat memer-
oleh pengalaman hidup dari mendengar ataupun membaca karya sastra. Selain
itu, dalam pembelajaran sastra, anak dapat mengungkapkan ide, gagasan, atau
pandangan pengarang yang tercermin di dalam karyanya. Karya sastra juga
bermanfaat untuk mengasah kepekaan rasa. Sebagaimana dikemukakan
Rahmanto (2005: 16-25), bahwa pembelajaran sastra memiliki empat manfaat,
yaitu (1) membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan pegetahuan
budaya, (3) mengembangkan cipta dan rasa, dan (4) menunjang pembentukan
watak. Hal itu menunjukkan bahwa melalui karya sastra, anak dapat memiliki
kesadaran akan pentingnya mengenal, membaca, mengapresiasi, dan menilai
karya sastra yang dapat memacumereka pada kemampuan melihat permasalahan
secara obektif, membentuk karakter, merumuskanwatak, dan kepribadian.
Dengankatalain, karena manfaat pengajaran sastrauntuk meningkatkan
kemanusiaan, maka penga-jaran sastra hendaknyadiposisikan sama pentinya
denganpelajaran yang lain. Sebagai bahasa pengantar pendidikan, bahasa
Indonesia mampu menjadi penghela pengetahuan dan sebagai sarana
pembentukan kepribadian dan pengembangan kecerdasan spiritual, emosional,
dan intelektual bagi anak bangsa sehingga bangsa Indonesia menjadi lebih maju
seperti sekarang ini.

3. LANDASAN PENDIDIKAN INDONESIA:

a) Landasan Filosofis

Filosofis artinya berdasarkan filsafat. Filsafat berasal dari Filsafat dari


bahasa Yunani, philoshophia dan ere. Menurut bentuk kata, philoshophia dan
philosophos berasal dari kata philos dan shopia atau philos dan shopos. Philos
berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan
hikmah. Landasan Filosofis Pendidikan adalah pandangan- pandangan yang
bersumber dari filsafat pendidikan mengenai hakekat manusia,hakekat
ilmu,nilai serta perilaku yang dinilai baik dan dijalankan setiap lembaga
pendidikan.Karena dalam pendidikan yang menjadi pokok utama adalah
manusia, maka landasan filosofis Pendidikan adalah untuk menjawab apa
sebenarnya hakekat manusia.

Landasan Filosofis Pendidikan Memberikan rambu-rambu apa dan


bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. pendidikan tidaklah satu
melainkan ragam sebagaimana ragamnya aliran filsafat. Pancasila merupakan
aliran filsafat tersendiri yang dijadikan landasan pendidikan, bagi bangsa
Indonesia dituangkan dalam Undang-undang pendidikan yang berlaku.
Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Pasal 2 UURI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa Pendidikan Nasional
bedasarkan Pancasila dan UUD 45. Sedangkan Ketetapan MPR RI No.
11/MPR/1987 tetang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
menegaskan bahwa 3 Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar
negara Republik Indonesia.

P4 atau Ekaprasetya Pancakarsa sebagai petunjuk operasional


pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam bidang
pendidikan . Perlu ditegaskan bahwa Pengamalan Pancasila itu haruslah dalam
arti keseluruhan dan keutuhan kelima sila dalam Pancasila itu, sebagai yang
dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945

Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna


atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok
dalam pendidikan, seperti apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan
diperlukan, dan apa yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan. Sehubungan
dengan itu, landasan filosofis merupakan landasan yang berdasarkan atau
bersifat filsafat. Sesuai dengan sefatnya, maka landasan filsafat menelaah
sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan
konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia.

b) Landasan Sosiologis

Pendidikan merupakan peristiwa sosial yang berlangsung dalam latar


interaksi sosial. Dikatakan demikian, karena pendidikan tidak dapat dilepaskan
dari upaya dan proses saling mempengaruhi antara individu yang terlibat di
dalamnya. Dalam posisi yang demikian, apa yang dinamakan pendidik dan
peserta didik, menunjuk kepada dua istilah yang dilihat dari kedudukannya
dalam interaksi sosial. Artinya, siapa yang bertanggungjawab atas perilaku dan
siapa yang memilki peranan penting dalam proses mengubahnya. Karena itu,
proses pendidikan untuk menunjukkan siapa yang menjadi pendidik dan siapa
yang menjadi peserta didik secara permanen, karena keduanya dapat saling
berubah fungsi dan kedudukan.

Landasan sosiologis pendidikan adalah landasan pendidikan yang


bersumber pada norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa
sehingga terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi
norma-norma social yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus
dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.

Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham


integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat:

(1) kekeluargaaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk


mufakat

(2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat

(3) negara melindungi warga negaranya, dan

(4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban

Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber


dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Masyarakat
selalu mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar sesamanya, saling
tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, pada
umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan adakalanya mereka
memiliki hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama. Masyarakat
dapat merupakan suatu kesatuan hidup dalam arti luas ataupun dalam arti
sempit. Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebih abstrak misalnya
masyarakat bangsa, sedang dalam arti sempit lebih konkrit misalnya marga
atau suku.

c) Landasan Psikologis

Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia. Oleh sebab itu,


landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang
pendidikan. Landasan psikologis pendidikan terutama tertuju kepada
pemahaman manusia, khususnya berkenaan dengan proses belajar manusia.
Pemahaman terhadap peserta didik, terutama sekali yang berhubungan dengan
aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pendidikan.
Olh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan
penerapannya, pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi, urutan, dan ciri-ciri
partumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang cara-cara yang paling tepat
untuk pengembangan kepribadian

Berhubungan dengan aspek kejiwaan manusia. Landasan psikologis sangat


penting dalam dunia pendidikan. Sebab, landasan ini lebih banyak tertuju pada
pemahaman manusia, khususnya proses belajar seseorang atau kelompok..
Asas ini berkenaan dengan perilaku manusia. Landasan psikologis berkaitan
dengan cara peserta didik belajar, dan faktor apa yang dapat menghambat
kemauan belajar mereka selain itu psikologis memberikan landasan berpikir
tentang hakikat proses belajar mengajar dan tingkat-ingkat perkembangan
peserta didik. Kurikulum pada dasarnya disusun agar peserta didik dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik ini berarti bahwa kurikulum dan
pengajaran yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan peserta didik
sebagai peserta utama dalam proses belajar mengajar akan lebih meningkatkan
keberhasilan kurikulum, dari pada kurikulum yang mengabaikan faktor
psiklogis peserta didik.

Landasan Psikologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber


dari hasil studi disiplin psikologi yang dijadikan titik tolak dalam rangka
praktik pendidikan (Yatimah, 2017, hlm. 117). Di dalam hubungan pendidikan
dengan psikologi, pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi
pada diri individu, baik perilaku, perkembangan maupun pertumbuhannya.

Atas dasar itulah pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut
psikologis. Selain itu, psikologi dan pendidikan merupakan kesatuan yang
sangat sulit dipisahkan. Subjek dan objek pendidikan adalah manusia,
sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala perilaku dan perkembangan
psikologis dari manusia.

d) Landasan kultural

Peristiwa pendidikan adalah bagian dari peristiwa budaya. Hal tersebut


dikarenakan pendidikan dan kebudayaan mempunyai hubuangan timbal balik.
Kebudayaan dapat dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan
mewariskannya dari satu generasi ke genarasi berikutnya melalui pendidikan,
baik pendidikan informal, nonformal, maupun formal.

Dalam UU-RI No. 2 1989 Pasal 1 Ayat 2


(http://www.djpp.depkumham.go.id) ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan
sistem pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia. Hal ini menyiratkan dengan tegas bahwa antara pendidikan
dan kebudayaan sebagai bagian dari kultur kemasyarakatan tidak dapat
terpisahkan. Emile Durkheim dalam R Widada (2009: 4)mengungapkan bahwa
dampak interaksi antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat
menjadikan suatu kelompok masyarakat akan menghasilkan suatu
kebudayaan.Oleh sebab itu, landasan kultural juga memegang peranan yang
penting dalam mewujudkan pendidikan yang baik.

4. Bahasa adalah alat komunikasi. Tanpa bahasa tidak akan terjadi sebuah
komunikasi. Tanpa komunikasi tidak akan adanya kordinasi. Begitulah
pentingnya bahasa.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan berarti mengikat seluruh


masyarakat untuk mengakui dan bangga dengan identitas sebagai orang
Indonesia. Bahasa Indonesia menyatukan tujuan perjuangan yang sempat terserak
dengan semboyan “Merdeka atau Mati!”. Bahasa Indonesia menyamakan
persepsi konsep sebuah negara, menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Adanya peristiwa Sumpah Pemuda, mengukuhkan bahasa Indonesia


menjadi bahasa yang harus diakui dan dijadikan alat pemersatu bangsa Indonesia.
Maka, dari sini, bisa ditarik sebuah kesimpulan mendasar, bahwa dengan adanya
Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia menjadi eksis dan sudah semestinya
dibanggakan oleh masyarakata Indonesia.

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para
pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda
dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang
satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa
bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun
1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia.
Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa
Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan
secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28
Oktober 1928).
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia
dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan
majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa
negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat
Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.
5. Indonesia memiliki potensi generasi muda untuk dapat memperkuat jati diri
bangsa dalam bidang bahasa. Generasi muda yang komunikatif, adaptif, dan
inovatif perlu menyinergikan potensi dalam penguatan literasi bangsa. Apalagi
literasi di Indonesia tergolong sangat rendah. Dengan adanya pengembangan
minat baca sejak usia dini dan membiasakan untuk mengimpelementasikan
Trigatra Bangun Bahasa (utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah,
dan kuasai bahasa asing) merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan
literasi di Indonesia. Karena generasi muda merupakan generasi penerus bangsa
yang tentunya memiliki andil untuk dapat mengingatkan masyarakat Indonesia
terhadap keutamaan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,
tetap melestarikan bahasa daerah agar senantiasa terjaga, dan menguasai bahasa
asing sebagai salah satu bekal hidup di era global melalui penguatan literasi.
Penguatan literasi sangatlah penting untuk kemajuan suatu peradaban.
Literasi akan menggambarkan majunya suatu bangsa. Semakin banyak literasi
yang seseorang kuasai dengan bahasa, akan semakin mudah seseorang untuk
dapat berkomunikasi dengan baik. Bahasa Indonesia adalah peninggalan leluhur
bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan yang hingga saat ini menjadi bahasa
pemersatu bangsa. Keberadaan bahasa Indonesia memiliki kedudukan penting di
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka salah satu peran generasi muda
untuk membiasakan Trigatra Bangun Bahasa adalah dengan menggaungkan
strategi edukasi terkait pentingnya literasi terhadap masyarakat melalui banyak
membaca dan menulis dengan bahasa. Penguatan inilah yang menjadi
penghubung dan penyatu bangsa. Betapa pentingnya bahasa dalam kehidupan
manusia. Selain itu penguatan literasi dapat di dukung dengan pemanfaatan
sosial media sebagai bagian dari globalisasi. Sosial media dapat digunakan
sebagai alat 'kekuatan lunak' (soft power) untuk mempengaruhi masyarakat
dalam membuat keputusan, berinteraksi dengan pesan pada platform yang sama,
menggiatkan masyarakat untuk menyebarluaskan konten, dan membuat jaringan
di kalangan mereka sendiri dengan slogan Trigatra Bangun Bahasa.

peran generasi muda dalam penguatan literasi sangat penting di


masyarakat. Hal ini ditujukan sebagai bentuk dari implementasi Trigatra Bangun
Bahasa untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing
kuat sebagai identitas bangsa. Habituasi Trigatra Bangun Bangsa akan
mendorong kualitas berbahasa dan semangat untuk memanifestasikan nilai
pengutamaan pelestarian serta penguasaan keberagaman bahasa. Cintailah
bahasa Indonesia sebagai bahasa literasi kewarganegaraan sepanjang hayat dan
taklukkanlah dunia dengan bahasa asing. Hiduplah berbahasa, utamakan bahasa
Indonesa, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing.

6. Pada pasal 28 UU RI No. 24 tahun 2009, Dalam aturan ini, pidato resmi
kenegaraan baik dalam negeri ataupun luar negeri yang dibawakan oleh kepala
negara dan pejabat negara lainnya di wajibkan menggunakan bahasa Indonesia.

Pada pasal 29 UU RI No. 24 tahun 2009, jika dipandang menurut hukum itu
mengacu pada penggunaan bahasa dalam sistematikan pendidikan yang mana
jika disimpukan bahwa bahasa indonesia itu sebagai landasan atau acuan sebagai
bahasa wajib yang digunakan saat melakukan kegiatan mengajar dan dalam
penggunakan bahasa asing diperbolehkan dalam kegiatana pendidikan untuk
meningkatkan kualitas peserta pendidikan akan tetapi dalam pendidikan asing
bahasa indonesia tidak wajib. Pendidikan.

Pada pasal 32 UU RI No. 24 tahun 2009, Dalam forum nasional maupun


internasional baik berada di indonesia diwajibkan menggunakan bahasa
Indonesia akan tetapi di luar negeri penggunaan Bahasa Indonesia dapat
digunakan

Pada pasal 33 UU RI No. 24 tahun 2009, Dalam lingkup lingkungan kerja


pemerintah dan swasta pekerja diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia, jika
pekerja tidak mahir dalam berbahasa Indonesia pekerja wajib mengikuti
pembelajaran berbahasa Indonesia

7. BAB III PENGAWASAN

Pasal 42
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
melakukan pengawasan terhadap penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana
diatur dalam Peraturan Presiden ini.

(2) Pengawasan penggunaan Bahasa Indonesia oleh Pemerintah Pusat


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri.

(3) Pengawasan penggunaan Bahasa Indonesia oleh Pemerintah Daerah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh gubernur dan/atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(4) Untuk pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (21 dan
ayat 3), Menteri menetapkan pedoman pengawasan penggunaan Bahasa
Indonesia.

(5) Dalam rangka pengawasan penggunaan Bahasa Indonesia di daerah


sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah Daerah menetapkan
peraturan daerah dengan mengacu pada pedoman pengawasan penggunaan
Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

Pengawasan penggunaan bahasa Indonesia di awasi oleh pemerintah pusat


dan daerah, yang mana pengawasan dari pemerintah pusat di awasi oleh Menteri
dan pemerintah daerah diawasi oleh gubernur, bupati/walikota sesuai dengan
kewenangan nya, dalam aturannya pengawasan dari menteri di lakukan dalam
bentuk pedoman pengawasan penggunaan bahasa Indonesia sedangkan dalam
pemerintahan daerah bisa dilakukan dalam bentuk peraturan daerah.

Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam


pendidikan nasional dalam seluruh jenjang pendidikan. Bahasa Daerah dapat
digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah, atau
bentuk lain yang sederajat pada tahun pertama dan kedua untuk mendukung
pembelajaran. Selain itu, Bahasa Asing dapat digunakan sebagai bahasa
pengantar untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik. “Bahasa
Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia, pendidikan agama, dan mata pelajaran terkait dengan pendidikan
kewarganegaraan pada lembaga pendidikan asing atau satuan pendidikan
khusus,” bunyi Pasal 24 ayat (2) Perpres ini.

8. PP 57 tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa


dan Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia merupakan aturan
pelaksanaan Pasal 41 ayat (3), Pasal 42 ayat (3), Pasal 43 ayat (2), dan Pasal 44
ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

Pengembangan Bahasa menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun


2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra,
serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia, adalah upaya memodernkan bahasa
melalui pemerkayaan kosakata, pemantapan dan pembakuan sistem bahasa,
pengembangan laras bahasa, serta mengupayakan peningkatan fungsi Bahasa
Indonesia sebagai bahasa internasional. Pembinaan Bahasa adalah upaya
meningkatkan mutu penggunaan bahasa melalui pembelajaran bahasa di semua
jenis dan jenjang pendidikan serta pemasyarakatan bahasa ke berbagai lapisan
masyarakat.

PP 57 tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan


Bahasa dan Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia menyatakan
bahwa Pelindungan Bahasa adalah upaya menjaga dan memelihara kelestarian
bahasa melalui penelitian, pengembangan, pembinaan, dan pengajarannya. Sastra
Indonesia adalah karya kreatif yang berisi pemikiran, pengalaman, dan
penghayatan atas kehidupan yang diungkap secara estetis dalam Bahasa
Indonesia, tinjauan kritis atas karya sastra dalam Bahasa Indonesia, atau tinjauan
kritis atas karya sastra Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2014 tentang Pengembangan,


Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta Peningkatan Fungsi
Bahasa Indonesia ditetapkan Presiden Doktor Haji Susilo Bambang Yudhoyono
pada tanggal 7 Juli 2014 di Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2014
tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta
Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia diundangkan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Amir Syamsudin pada tanggal 8 Juli 2014 di Jakarta.

Agar setiap orang mengetahuinya PP 57 tahun 2014 tentang


Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta
Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia ditempatkan pada Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 157. Penjelasan atas PP 57 tahun 2014
tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta
Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia ditempatkan pada Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5554.

Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, dan Bahasa Asing mempunyai kedudukan dan
fungsi yang berbeda, sebagaimana telah dirumuskan dalam Politik Bahasa
Nasional. Bahasa-bahasa itu sangat diperlukan untuk membangun kehidupan
bangsa yang cerdas, kompetitif, dan berprestasi dengan tetap berpijak pada akar
budaya bangsa sendiri. Ketika batas-batas wilayah negara tidak lagi menjadi batas
wilayah kebahasaan yang tegas, penguasaan Bahasa Asing dapat dipastikan
menjadi sarana yang penting untuk memperoleh manfaat sebanyak- banyaknya atas
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam konteks semacam itu, Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan telah mengatur penggunaan Bahasa Indonesia. Di samping
itu, Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan juga mengatur Pengembangan,
Pembinaan, Pelindungan Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Daerah,
serta peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional.

Anda mungkin juga menyukai