Anda di halaman 1dari 27

RESUME

PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN (PIP)


Dosen Pengampu : Dra. SITI ASIAH, M.Pd.I

Disusun Oleh :
INTAN PURNAMA SARI
201220083
PAI 1C

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA
SYAIFUDDIN JAMBI
T.A.2023
MAKALAH
Kelompok .1. Konsep dasar pendidikan dan sejarah pendidikan
A . konsep dasar pendidikan

Definisi Pendidikan Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat awalan
sehingga menjadi kata mendidik, artinya memelihara dan memberi latihan.Dalam memeliharaan
dan memberi latihan.Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,
tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional (pasal 1 ayat 1) Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Jadi pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan
madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai
pengetahuan, kebiasaan sikap, dan sebagainya.Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan
nonformal disamping secara formal disekolah, madrasah, dan institusi-institusi lainnya.

Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori pendidikan adalah
pengetahuan tentang makna dan bagaimana seyogyanya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan
praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya.

1. hubungan pendidikan dan peserta didik

Hubungan Pendidikan dan Pengajaran Pada dasarnya mengajar adalah membantu (mencoba
membantu) seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam belajar itu
tidak ada kontribusinya terhadap pendidikan orang yang belajar.

B . Sejarah pendidikan

1 . Sejarah pendidikan di Indonesia

Sejarah Pendidikan di Indonesia Vloemans mengatakan bahwa pendidikan itu berarti


pemberian pengertian dan contoh.Berdasarkan pemikiran tersebut teranglah bagi kita bahwa
dalam masa prasejarah bangsa kita telah mengenal “pendidikan”.Pendidikan pada masa ini
dipengaruhi oleh pola dan tingkat berfikri masyarakat yang masih sangat di dominasi atau
tergantung kepada alam.Sehingga tidak heran kalau Joned dan Notosusanto (1990) berusaha
menggambarkan betapa kentalnya pengaruh sistem kepercayaan dan sistem mata pencaharian
terhadap pendidikan jaman itu.

Dalam bukunya dipaparkan bahwa kemungkinan besar dikerajaan-kerajaan seperti Mataram


kuno, Kediri, Singasari dan Majapahit ada multi sistem pendidikan yakni pertama pendidikan
yang dilakukan di Istana yang difokuskan mendidik para siswa yang berasal dari keluarga
bangsawan dan yang dipelajari adalah materi utama tentang politik pemerintahan yang dlengkapi
dengan ilmu-ilmu lainnya kecuali agama ; alur kedua dilaksanakan di biara-biara yang mendidik
para calon pendeta atau rabib yang berasal dari golongan masyarakat atau kasta brahmana (untuk
kalangan Hindu) yang tentu saja materi yang dipelajari adalah kitab-kitab agama ditambah
cilpasastra ; alur ketiga pendidikan di padepokan milk para empu yang mengajarkan
keterampilan seperti membuat keris, pedang, mengukir dan memahat serta kerja tangan lainnya
yang dibutuhkan pada jamannya (Depdikbud, 1992).

Pendidikan tingkat dasar hingga tahun 1892 yang dibiayai oleh pemerintah ada tiga jenis
sekolah yakni ELS, Sekolah Kelas Dua ( untuk anak dari kalangan rakyat biasa dengan
pengantar bahasa Melayu dan pelajaran CALISTUNG) dan Sekolah kelas Satu ( untuk anak –
anak pegawai Hindia Belanda dengan bahasa pengantar bahasa Belanda dan Melayu, pelajaran
selain CALISTUNG juga ilmu bumi, sejarah dan ilmu hayat).

Berdasarkan pemaparan tentang perkembangan pendidikan pada masa kolonial Belanda,


maka ada empat sifat yang menonjol yakni (1) dualistis, sekolah dibedakan anatara untuk anak
pribumi dengan anak Belanda dan Tionghoa, juga dibedakan aberdasarkan bahasa pengantarnya,
ada yang berbahasa Belanda dan yang berbahasa Melayu dan daerah.Sangat diskriminatif; (2)
gradualis, sistem sekolah dikembangkan sangat lambat dari level ke level lainnya, sehingga perlu
seratus tahun lebih Indonesia memiliki sistem pendidikan yang lengkap; (3) konkordansi,
kurikulum dan sistem ujian di samakan dengan sekolah di negeri Belanda; dan (4) pengawasan
yang sangat ketat.

Setelah 5 tahun masa revolusi, dalam rangka membangun landasan hukum bagi
pengembangan bidang pendidikan, sebuah panitia yang di ketuai oleh Ki Hadjar Dewantoro pada
tahun 1950 berhasil merancang dan kemudian ditetapkan sebagai Undang - Undang Pokok
Pendidikan, dan pada tahun 1954 diberlakukan di seluruh NKRI.

Pada periode selanjutnya pembangunan pendidikan nasional di arahkan untuk mencapai


tujuan ”pembentukan” manusia Indonesia yang ideal dengan kriteria antara lain 9 (a) sehat
jasmani dan rohani; (b) memiliki pengetahuan dan ketrampilan; (c) mengembangkan kreativitas
dan tanggung jawab; (d) menyuburkan sikap demokrasi, (e) mengembangkan kecerdasan yang
tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur; (f) memperkuat kepribadian yang cinta bangsa dan
manusia serta mempertebal semangat kebangsaan agar dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa berdasarkan atas Pancasila.

2 . Kondisi pendidikan di Indonesia sekarang

Kondisi Pendidikan di Indonesia Sekarang Kondisi para pelajar Indonesia ini masih sangat
jauh dari harapan sebagai generasi yang cerdas dan mampu bersaing di kancah internasional.Jika
ditarik garis beberapa tahun kebelakang, dapat disaksikan bersama bahwa Indonesia terkenal
dengan jati diri bangsa yang berkarakter dan berbudi luhur.Terbentuknya asas dasar Negara
Indonesia melalui kondisi bangsa yang penuh kearifan serta religiusitas masyarakatnya sangat
tinggi secara tidak langsung membuktikan telah adanya benih karakter yang tertanam pada diri
individu masyarakat Indonesia, begitu puka dengan siswa-siswi Indonesia.
MAKALAH

Kelompok .2. Landasan filosofis pendidikan

A . pengertian landasan filosofis

Landasan dapat diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Istilah landasan dapat diartikan
juga sebagai fundasi. Dengan mengacu arti dari istilah tersebut, dapat dipahami bahwa landasan
adalah suatu pijakan, titik tumpu atau titik tolak, suatu fundasi tempat berdirinya suatu hal.
Kata filosofis terbentuk dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu philo yang
artinya “cinta” dan sophia yang artinya “kebijaksanaan”. Dengan demikian filosofis diartikan
sebagai cinta kebijaksanaan. Secara maknawi filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang
mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau
kebijaksanaan.

B . Landasan Filosofis Pendidikan

Filsafat pendidikan merupakan hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
akar-akarnya mengenai pendidikan. Landasan filosofis pendidikan adalah seperangkat filosofi
yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Landasan filosofis pendidikan merupakan suatu
sistem gagasan tentang pendidikan dan dedikasi atau dijabarkan dari suatu sistem filsafat umum
yang dianjurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu.

C . Landasan Filosofis Pendidikan Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme

1 . Landasan Idealisme

Plato adalah tokoh pertama yang mencetuskan ide idealisme. Idealisme memandang realitas
sebagai hal yang ada dalam kehidupan alam bukanlah suatu kebenaran yang hakiki, melainkan
hanya sebatas gambaran dari ide-ide yang ada dalam jiwa. Idealisme merupakan aliran filsafat
yang berpendapat bahwa objek pengetahuan yang sebenarnya adalah ide. Idealisme mengatakan
bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal atau jiwa.
2. Landasan Realisme

Aliran filsafat realisme merupakan pemikiran murid Plato yang bernama Aristoteles.
Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi diluar kesadaran ada
sebagai suatu yang nyata dan penting untuk dikenal dengan mempergunakan kemampuan
intelektual yang dimiliki manusia. Menurut realisme hakikat kebenaran itu berada pada
kenyataan alam ini, bukan pada ide atau jiwa.

3. Landasan Pragmatisme

Aliran pragmatisme berpandangan bahwa kreteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu
memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu,
pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar
tindakan asalkan membawa akibat yang prakits yang bermanfaat. Dengan demikian patokan
pragmatisme adalah manfaat bagi hidup praktis.

D. Pancasila Sebagai Landasan Filsafat Sistem Pendidikan Nasional

Bangsa Indonesia memiliki filsafat umum atau filsafat negara ialah Pancasila sebagai
falsafah negara. Pasal 2 UU-RI No. 2 tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan ketetapan MPR-RI
No.II/MPR?1978 tentang pedoman penghayatan pengalaman Pancasila menegaskan pula bahwa
Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan
hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Republik Indonesia.Pancasila sebagai sumber dari
segala gagasan mengenai wujud bangsa dan sumber dari segala sumber nilai yang menjadi
pangkal dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan. Dengan kata lain, Pancasila
sebagai sumber sistem nilai dalam pendidikan.

MAKALAH
Kelompok 3 Aliran Aliran dalam pendidikan
A . Konsepsi dan Aliran konvensional dalam pendidikan
Aliran ini terdiri atas 4 pilar utama, yaitu :
1. Aliran Empirisme

Aliran ini berdasarkan atas konsepsi yang menyatakan bahwa perkembangan individu
bergantung pada pengalaman-pengalaman yang di peroleh individu tersebut selama hidupnya.
Tokoh aliran ini adalah John locke (1632-1704) seorang filsuf inggris teorinya dikenal dengan
Tabulae Rasae (meja berlapis lilin).

1. Aliran Nativisme

Aliran ini bertolak belakang dengan konsepsi empirisme , yaitu perkembangan individu
ditentukan faktor bawaan sejak lahir. Tokoh aliran ini adalah Schopenhaeur seorang fiolsof
Jerman yang hidup pada tahun (1788-1880).

2. Aliran Naturalisme

Aliran ini hampir bersamaan dengan aliran Nativisme , tokoh Aliran ini adalah J.J Rousseau
seorang filosof Prancis tahun (1712-1778) Rosseau berpendapat dalam bukunya Email ”Semua
anak adalah baik pada waktu baru datang dari sang pencipta, tetapi menjadi buruk ditangan
manusia ”. Berbeda dengan Schopenhaur, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru
lahir mempunyai bawaaan yang baik, tidak seorangpun anak lahir dengan pembawaan buruk.
Namun akan rusak oleh tangan manusia. Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan
masyarakat yang serba dibuat-buat atau bersifat “artificial”, sehingga kebaikan anak-anak yang
dimiliki secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat berkembang secara spontan dan bebas.

3. Aliran Konvergensi

Tokoh aliran ini adalah William stern (1871-1939) seorang tokoh pendidikan Jerman. Aliran
yang berdasarkan konsepsi konvergensi ingin mengawinkan dua aliran yang 180 derajat
berlawanan, yaitu aliran empirisme dan aliran nativisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak
lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak
selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan.

B. KONSEPSI DAN ALIRAN “BARU” DALAM PENDIDIKAN


1. Pengajaran Alam Sekitar

Konsep pengajaran alam sekitar diilhami oleh kata-kata yang dipetik dari Emmanuel Kant:
“Pengertian tanpa pengamatan adalah kosong dan pengamatan tanpa pengertian adalah buta.”
Hal ini berarti bahwa antara pengamatan dengan dan pengertian harus terjalin hubungan yang
saling menunjang dan saling memperkuat. Artinya manusia hendaknya mampu memanfaatkan
lingkungannya.

2. Pengajaran Pusat Perhatian

Pengajaran pusat perhatian didasarkan alam sekitar yang objek-objek pengamatannya dititik-
beratkan pada sesuatu pusat tertentu, yaitu hal-hal yang menarik perhatian manusia dalam
menjalani perkembangan hidupnya.

3. Sekolah kerja ( pendidikan individual dan social)

Aliran ini memandang penting antara seorang individu dengan masyarakat dalam menunjang
proses pendidikan, dalam hal ini pendidikan harus seimbang yaitu untuk kepentingan individu
dan untuk kepentingan masyarakat, bagi seorang individu harus di bina agar dirinya dapat
berkembang secara penuh menyumbangkan kepandaian, kecakapan dan kemampuannya untuk
kepentingan masyarakat, dan sebaliknya masyarakat harus rela menyediakan sesuatu agar setiap
warganya dapat mencapai tingkat perkembangan yang setinggi- tingginya.

C. ALIRAN “TRADISIONAL” DAN “MAJU DALAM PENDIDIKAN

Di Amerika Serikat berkembang pesat empat aliran filsafat yang masingmasing memberikan
penekanan yang berbeda yaitu lebih bersifat tradisional dan maju, yaitu :

1. Aliran Progesivisme

Tokoh aliran ini adalah John Dewey. Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai
kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang
bersifat menekan ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya.

2. Aliran Esensialisme
Aliran Esensial bersumber dari filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan yang diberikan
keduanya besifat eklektic.

3. Aliran Perenialisme

Aliran ini mengajak kepada kita untuk setia terhadap prinsip-prinsip yang sifatnya abadi,Tokoh
aliran ini adalah Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquino.

4. Aliran Konstruktivisme

Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico, seorang epistemology Italia Ia
berpendapat bahwa tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaaan,
hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala sesuatu karena Ia pencipta segala sesuatu itu.

D. TAMAN SISWA DAN INS SEBAGAI AWAL PENDIDIKAN DI INDONESIA

1. Perguruan kebangsaaan Taman Siswa

Didirikan oleh Kihajar Dewantara pada tanggal 03 Juli 1922. Ki hajar Dewantara adalah
tokoh politik penentang penjajah Belanda yang mengutamakan gerakannya di bidang pendidikan
nasional.

2. INS ( Indonesische Nederland School )

INS didirikan pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayutaman Sumatera Barat oleh Moh.
Syafei.

MAKALAH

Kelompok 4 Komponen Komponen dalam pendidikan

1. Komponen Pendidikan
Pendidikan adalah hal yang paling penting dalam kehidupan bangsa dan negara, karena
dengan adanya pendidikan masyarakat bisa belajar dan memahami ilmu pengetahuan baik
teoritis maupun praktis. Pendidikan juga merupakan jembatan untuk tercapainya tujuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yaitu
“ mencerdaskan kehidupan bangsa“. Pendidikan adalah sebuah sistem, sehingga sistem
pendidikan itu tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya komponen-komponen atau unsur-unsur
pembentuk pendidikan itu sendiri. Adapun komponen-komponen pendidikan diantaranya peserta
didik, pendidik, lingkungan pendidikan dan alat pendidikan.
2. Pendidikan
Pendidik dalam pedagogis mempunyai dua arti. Yang pertama secara adi kodrati, pendidik
adalah orang tua peserta didik masing-masing. Yang kedua pendidik sebagai seseorang yang
memberi pendidikan kepada peserta didik di lembaga pendidikan formal atau kita sering
menyebutnya guru.
Seorang pendidik harus mempunyai sifat-sifat, watak dan perilaku dibawah ini :
1.      Adil
2.      Percaya dan menyukai anak didiknya
3.      Sabar dan rela berkorban
4.      Meiliki kewibawaan (gezag)
5.      Penggembira
6.      Bersikap baik kepada orang lain
7.      Menguasai mata pelajaran dan berpengetahuan luas

3. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

4. Lingkungan Pendidikan
Manusia dapat mengembangkan kemampuan melalui sebuah pengalaman. Pengalaman itu terjadi
karena interaksi manusia dengan lingkungannya, naik lingkungan fisik maupun lingkungan
social manusia secara efisien dan efektif. Lingkungan tempat berlangsungnya pendidikan disebut
dengan lingkungan pendidikan. Ada tiga lingkungan utama pendidikan, yaitu keluarga sekolah
dan masyarakat (Umar Tirtaharja et. Al.,1990:39-40).
Sepanjang hidupnya manusia akan selalu menerima pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan yang utama, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat, dan ketiganya disebut tripusat
pendidikan.
1)      Keluarga
Keluarga merupakan kelompok primer yang sedikit anggotanya karena hubungan sedarah.
Keluarga itu dapat terdiri dari keluarga inti (nucleus family) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Kemudian ada juga keluarga yang terdiri dari ayah ibu, anak, kakek, nenek, paman dll.
2)      Sekolah
Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan secara
sistematis, berencana, sengaja dan terarah. Karena berkembangnya zaman keluarga tidak
mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap IPTEK
sendirian.
3)      Mayarakat
Secara umum masyarakat adalah sekumpulan manusia laki-laki dan perempuan yang
bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi dengan sesame untuk mencapai
tujuan.

5. Alat dan Metode Pendidikan


Alat dan metode pendidikan bagaikan dua sisi dari satu mata uang. Alat melihat jenisnya
sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya.
terkandung dalam alat itu. Untuk memilih alat pendidikan yang baik dan sesuai, harus
memperhatikan empat syarat berikut:
a.       Tujuan apakah yang hendak dicapai dengan alat itu
b.      Siapa yang menggunakan alat itu
c.       Anak yang mana yang dikenai alat itu
d.      Bagaimana menggunakan alat itu
e.       Bagaimana situasi dan kondidi saat menggunakan alat tersebut
MAKALAH
Kelompok 5 Keterkaitan Pendidikan dan Kebudayaan
1.Pengertian Pendidikan Dan Kebudayaan

Pendidikan

Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.

Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat
imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan
mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran
dan pelatihan.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang


pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Kebudayaan

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan merupakan karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian,


kesusastraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan. Menurut Selo Soemardjan
dan Soelaman Soemardi (1964: 113) Kebudayaaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.Karya masyarakat menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan (material
culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

2.Unsur unsur pendidikan dan kebudayaan

Unsur unsur pendidikan meliputi

1 Peserta Didik
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik.Pandangan modern cenderung menyebutkan
demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui
keberadaannya.

2. Orang yang membimbing (pendidik)

Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasaran peserta didik.Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga
lingkungan yaitu lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat.

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan
pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.

4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)

Unsur unsur kebudayaan meliputi

1. Sistem Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi
atau berhubungan dengan sesamanya.

2. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan
teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.Sistem
pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai
unsur yang digunakan dalam kehidupannya.

3.Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu
membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami
kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-
benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih
sederhana.

4.Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting
etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata
pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya.
5. Sistem Religi

Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat
adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau
supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan
berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan
supranatural tersebut.

6. Kesenian

3. Hubungan Pendidikan dan Kebudayaan

Menurut DR. Sahiq Sama'an dalam al-Syaibany (1979) pendidikan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik-pendidik dan filosofis untuk menerangkan, menyelaraskan, mengecam
dan merubah proses pendidikan dengan persoalan-persoalan kebudayaan dan unsur-unsur yang
bertentangan didalamnya.
pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu dan pelestarian
nilai-nilai budaya.Manusia sebagai mahluk berbudaya, pada hakikatnya adalah pencipta budaya
itu sendiri.Budaya itu kemudian meningkatkan sejalan dengan peningkatan potensi manusia
pencipta budaya itu.Misalnya pendidikan sebagai transformasi budaya, Sebagai proses
transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi
ke generasi yang lain. Seperti bayi lahir sudah berada di dalam suatu lingkungan budaya
tertentu.Di dalam lingkungan masyarakat dimana seorang bayi dilahirkan telah terdapat
kebiasaan-kebiasaan tertentu seperti yang dikehendaki oleh masyarakat. Hal-hal tersebut
mengenai banyak hal seperti bahasa, cara menerima tamu, makanan, istirahat, bekerja,
perkawinan, bercocok tanam, dan seterusya.

Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi
muda. Ada 3 bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok untuk diteruskan misalnya
nilai-nilia kejujuran, rasa tanggung jawab, dan yang lain-lain.

4. Implikasi kebudayaan terhadap pendidikan di Indonesia

Budaya dicapai manusia melalui proses yang panjang, melalui pendidikan, melalui sosialisasi
sehingga diperoleh internalisasi nilai yang menjadikan sesuatu nilai itu menjadi satu dengan
dirinya, menjadi miliknya yang diaktualisasikan secara spontan dalam kehidupan nyata.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses budaya (Djohar, 1998:1).

MAKALAH

Kelompok 6 Sistem pendidikan nasional di Indonesia


A.PENGERTIAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah sekumpulan
unsur / elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan
bersama untuk mencapai suatu tujuan.Sedangkan, Pendidikan merupakan usaha yang sengaja
secara sadar dan terencana untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi dan
kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan
sebagai warga negara/masyarakat, Pendidikan nasional adalah sistem pendidikan yang berdiri di
atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi
kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut.

Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I
Pasal 2 berbunyi: Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar dari pada kebudayaan
bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dasar ini dapat dilihat dari
Pembukaan UUD 1945 alinea 4 batang tubuh UUD 1945 Bab XIII Pasal 31.

B. DASAR PENDIDIKAN NASIONAL

Pancasila menjadi dasar sistem nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
sebagai termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila sehingga pendidikan nasional
Indonesia adalah pendidikan Pancasila. Melalui sistem pendidikan nasional diharapkan setiap
rakyat Indonesia mempertahankan hidupnya, mengembangkan dirinya dan secara bersama-sama
membangun masyarakatnya. Pendidikan di Indonesia mempunyai landasan ideal adalah
Pancasila, landasan konstitusional ialah UUD 1945, dan landasan operasional ialah ketetapan
MPR tentang GBHN.

C. UNSUR-UNSUR POKOK DAN ASAS-ASAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN


NASIONAL

A.Unsur-unsur Pokok
Unsur-unsur pokok Pendidikan Pancasila terdiri dari Pendidikan Moral Pancasila
berdasarkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, pendidikan agama, pendidikan
watakdan kepribadian, pendidikan bahasa, pendidikan jasmani, pendidikan kesenian, pendidikan
ilmu pengetahuan, pendidikan keterampilan, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan
kesadaran bersejarah.

B.Asas-asas Pelaksanaan

Pendidikan Nasional dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas pelaksanaan


seperti berikut:

1.  Asas semesta menyeluruh dan terpadu


2.  Asas pendidikan seumur hidup
3.  Asas pendidikan berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat
4.  Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah

D. TUJUAN DAN FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL


Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.

Fungsi pendidikan nasional adalah Menurut Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 Bab II
Pasal 3 “Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan
mutu kehidupan dan martabat bangsa Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan
nasional”

E. KELEMBAGAAN, PROGRAM DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN


Menurut UU RI No. 2 Tahun 1989, kelembagaan, program, pengelolaan pendidikan di Indonesia
sebagai berikut:

A.Kelembagaan Pendidikan

Ditinjau dari segi kelembagaan maka penyelenggaraan pendidikan di Indonesia melalui dua
jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.

B.Jenis Program Pendidikan

1. Pendidikan umum

2.Pendidikan Kejuruan
3. Pendidikan khusus
4.Pendidikan kedinasan
5.Pendidikan keagamaan
6.Pendidikan akademik
7.Pendidikan Profesional

C. Jenjang Pendidikan

1. Pendidikan Pra Sekolah

2. Pendidikan Dasar

3. Pendidikan Menengah

4. Pendidikan Tinggi

E. Pengelolaan Sistem Pendidikan Nasional


Penanggung jawab pendidikan nasional adalah presiden, sedangkan pengelolanya
diatur sebagai berikut:

1.Pengelolaan sistem pendidikan nasional pada umumnya diserahkan oleh presiden kepada

Departemen/menteri yang bertanggung jawab atas pendidikan.

2.Dalam hal tertent, pengelolaan pendidikan nasional yang mengandung kekhususan.


3.Dalam mengelola pendidikan nasional, yang anggotanya, antara lain terdiri dari wakil-wakil
Pengelola dan unsure-unsur masyarakat. Dewan pendidikan nasional berfungsi sebagai

Penasihat presiden untuk masalah-masalah pendidikan nasional, juga penasihat badan kerja

Sama antara pengelola pendidikan nasional.

MAKALAH
Kelompok 7 Kode Etik Pendidikan yang di gagas KI Hajar Dewantara

A. PengertianKode EtikPendidikan Yang Digagas Ki Hadjar Dewantara


Perkataan “etik” berasal dari bahasa Yunani, “ethos” yang artinya watak. Kata etik biasanya
dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang disebut “kode” sehingga muncul apa yang
disebut “kode etik”. Etika berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan satu pekerjaan.
Jadi, “kode etik guru” diartikan sebagai “aturan tata susila keguruan”.

Kode etik adalah suatu sistem norma, nilai dan juga aturan profesional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional.

Menurut Ki Hadjar, Pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan
buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu
kodrat alam dan zaman atau masyarakat (Dewantara II , 1994). Dengan demikian, pendidikan itu
sifatnya hakiki bagi manusia sepanjang peradabannya seiring perubahan jaman dan berkaitan
dengan usaha manusia untuk memerdekakan batin dan lahir sehingga manusia tidak tergantung
kepada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. disisi yang lain, kemerdekaan itu
bersifat tiga macam yaitu: [1] berdiri sendiri, [2] tidak tergantung kepada orang lain, [3] dan
dapat mengatur dirinya sendiri. Dengan demikian, kemerdekaan itu berarti manusia sebagai
mahkluk individu dan sekaligus sosial dapat mengatur ketertiban hidupnya dalam berhubungan
dengan kemerdekaan orang lain ( Dewantara I, 2004).

Dalam hal ini, Ki Hadjar membedakan antara Pengajaran dan Pendidikan. Pendidikan adalah
tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya.

B. Tujuan Kode Etik Pendidikan Yang Digagas Ki Hadjar Dewantara


Tujuan pendidikan Ki Hadjar di atas berkaitan erat dengan upaya membentuk pribadi peserta
didik menjadi manusia yang manusiawi. Citra manusia manusiawi dalam konteks dan perspektif
pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah kedewasaan, kearifan, dan kesehatan secara jasmani dan
rohani. Pendidikan terlaksana secara koheren dalam ranah kognitif, afektif, spiritual, sosial dan
psikologis. Kedewasaan peserta didik dalam ranah-ranah tersebut merupakan jaminan bagi aspek
psikomotoriknya, menjadi modal bagi peserta didik untuk siap menjalani kehidupan
bermasyarakat secara bertanggungjawab.
Salah satu profesi yang menggunakan kode etik profesi adalah guru
Adapun tujuan kode etik profesi guru adalah:

1. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya

2.Sebagai pedoman berperilaku seorang guru.


3. Untuk meningkatkan pengabdian para guru.
4.Untuk meningkatkan mutu profesi guru.
5 Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi guru.

C. Implementasi Penerapan Kode Etik Pendidikan profesi guru


AdapunPenerapan kode etik pendidikan khususnyaprofesi guru dalam tugasnya menurut
Muhammat Rahman yangdikutip oleh Herwina, mengatakan bahwa secara keseluruhan masalah
dari segala aspekyang dijalani ketika melaksanakan tugas seringkali diangkat dari lingkup proses
pembelajaran sebagai tugas utama guru. Penerapan kode etik guru dalam tugasnnyasebagai
berikut:

1.Multi peran dan tugas guru dalam proses pembelajaran.


2.Penerapan kode etik dalam melaksanakan tugasnyaGuru berbakti dan harus memilki dedikasi
dalam membentuk manusiaIndonesia yang berjiwa Pancasila dan melaksanakan pembimbingan
kepada peserta didik sehingga mereka memiliki bakat, minat dan kemampuan dalammeraih cita-
cita mereka.
3. Penerapan kode etik guru dalam masyarakatGuru memiliki peranan yang cukup berpengaruh
di lingkungan masyarakatuntuk memberikan bimbingan dan pengajaran dalam
mewujudkanmasyarakat yang adil, makmur dan sejahtera serta berjiwa Pancasila. Tujuanini
adalah mewujudkan manusia seutuhnya dan berpegang teguh padakejujuran profesional serta
memelihara hubungan baik dengan orang tuadengan masyarakat sekitar untuk membina peran
serta tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

MATERI HAKIKAT MANUSIA


HAKIKAT MANUSIA
A. SIFAT HAKIKAT MANUSIA
1. Pengertian
Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005:3-4), sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik, yang
prinsipiil, yang membedakan manusia dari hewan. Ada berbagai ungkapan tentang manusia: Zoon
Politicon hewan yang bermasyarakat (Socrates)animal rational (hewan yang berpikir), animal
simbolocum (binatang yang memahami lambang-lambang), homofaber (manusia yang menciptakan
alat- alat), homo educandun (manusia yang terdidik), homo politicus (manusia yang berpolitik), homo
economicus(manusia ekonomik), Das Kranke Tier= hewan yarg sakit (Max Scheller), hewan yang
bermoral, dan lain-lain.
Ungkapan yang mengibaratkan manusia dengan hewan tidaklah tepat; seolah-olah manusia dan
hewan tidak berbeda secara hakiki (gradual saja). Ingat, teori evolusi Charles Darwin yang mengatakan
manusia berasal dari primal (kera) tidak terbukti (ada: the missing link, rantai yang terputus) Dengan
demikian ada suatu proses antara yang tak dapat dijelaskan. Jelasnya, tidak ditemukan bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primat atau kera melalui proses evolusi
yang bersifat gradual.

2. Wujud hakikat manusia


Wujud hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan adalah: kemampuan menyadari diri,
kemampuan bereksistensi, memiliki kata hati, memiliki moral, kemampuan bertanggung jawab, rasa
kebebasan (kemerdekaan), menyadari hak dan kewajiban, dan kemampuan menghayati kebahagiaan
(Kusdaryani,2009). Berikut ini penjelasan ringkasnya : a. Kemampuan menyadari diri Manusia menyadari
tentang "aku" yang membedakan (mengambil jarak) dari engkau" (aku-aku lain, bukan aku; ia, mereka)
dan lingkungannya. Kemampuan mengambil jarak tersebut, ke luar menganggap di luar akunya sebagai
objek, menimbulkan egoisme; dan ke dalam, menganggap di luar akunya sebagai subjek, menimbulkan
pengabdian, pengorbanan, tenggang rasa (aku keluar dari dirinva dan menempatkan aku pada diri orang
lain).
Manusia juga dianugerahi kemampuan mengambiljarak dari dirinya sendiri (sebagai subjek
sekaligus objek meng-Aku). Implikasi dalam pendidikan:(1) Pendidikan hendaknya mengembangkan
secara seimbang antara aku (egois, individualitas) dan sosialitas; antara subjek dan objek, (2) hendaknya
mengembangkan “meng- Aku” (Drijarkara, 1978:138) pada peserta didik dan kemampuan mendidik diri
sendiri = self forming. b. Kemampuan bereksistensi Manusia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, yang
disebut kemampuan bereksistensi. Manusia bukan "ber-ada" melainkan "meng-ada" atau
"bereksistensi". Implikasi dalam pendidikan: Peserta didik diajar untuk belajar: dari pengalaman,
mengantisipasi sesuatu keadaan/peristiwa, melihat prospek masa depan, mengembangkan daya
imajinasi kreatif. c. Kata hati (Concience of man) Kata hati sering disebut dengan istilah hati nurani,
pelita hati, suara hati, lubuk hati adalah kemampuan memahami apa yang telah, sedang, dan akan
terjadi serta akibat bagi dirinya, yang memberikan penerangan tentang baik- buruknya tindakan sebagai
manusia. Kata hati merupakan kemampuan membuat keputusan yang baik/benar secara cerdas;
menjadi petunjuk moral/perbuatan (Tirtarahardja dan La Sulo, 2005:6).
Implikasi dalam pendidikan: Pendidikan (kata hati) bertugas mempertajam kata hati dengan
melatih akal budi, kecerdasan, dan kepekaan emosi; bertujuan memiliki keberanian moral (berbuat)
berdasarsuara hatinya. d. Memiliki moral Moral adalah norma (ukuran) tentang baik-buruknya tindakan;
filsafat moral disebut etika, yang tidak identik dengan etiket (sopan santun). Moral terkait erat (sinkron,
sesuai) dengan kata hati. Orang yang moralnya tidak sesuai dengan kata hatinya = bermoral rendah
(asor), tidak bermoral. Ingat, orang yang etiketnya (sopan-santunnya) tinggi (penipu) belum tentu
bermoral tinggi. Itulah sebabnya pendidikan moral juga sering disebut pendidikan kemauan yang oleh
(Langeveld 1955:28) dinamakan De opvoedeling omzichzelfs wil. Tentu saja yang dimaksud adalah
kemauan yang sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
Implikasi dalam pendidikan: perlu dikembangkan pendidikan moral (pendidikar nilai). e. Tanggung
jawab Tanggung jawab dapat terhadap: diri sendiri (tuntutan hati nurani) sesamanya (tuntutan
masyarakat, norma social), dan Tuhan (tuntutan norma agama). Tanggung jawab terkait dengan
tindakan moral dan suara hati, berdasar kodrat manusia. Tanggung jawab menjadi hilang bila tindakan
yang dilakukan bukan karena keputusan moral sesuai suara hatinya (dipaksakan). Bertanggung jawab
berarti sadar dan rela menerima akibat dari tindakannya sesuai tuntutan hati nurani, norma sosial,
norma agama. Implikasi pedagogis: perlu pendidikan nilai sebagai pribadi dan aiggota masyarakat. f.
Kebebasan /kemerdekaan Kebebasan tidak terlepas dari tuntutan kodrat manusia (hati nurani, moral),
artinya: bebas untuk bertindak sejauh tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia (bebas
dalam keterikatan). Kebebasan yang tidak sesuai dengan tuntutan kodrat manusia sesungguhnya tidak
bebas, karena terikat oleh akibatnya yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, keterikatan yang sesuai
dengan moral, suara hati, dan kodrat manusia bukanlah suatu keterikatan.
Implikasi pedagogis: Perlunya pendidikan nilai umtuk menginternalisasi (menyaturagakan,
pembatinan) nilai-nilai, aturan-aturan, ke dalam dirinya, hingga dirasakan sebagai miliknya. g. Hak dan
kewajiban Dalam realitas hidup sehari-hari, umumnya hak diasosiasikan dengan sesuatu yang
menyenangkan, sedangkan kewajiban dipandang sebagai suatu beban. Tidak ada hak tanpa kewajiban.
Benarkah kewajiban menjadi beban manusia? Ternyata bukan beban, melainkan keniscayaan
(Drijarkara, 1969:24- 27). Mengingkari kewajiban berarti mengingkari kemanusiannya. Memenuhi
kewajiban merupakan keluhuran, bermartabat sebagai mamusia. Kewajiban bukan keterikatan
melainkan keniscayaan. Namun demikian, hak dan kewajiban dapat menjadi relative, sesuai dengan
kondisi dani situasinya.
Hak bersifat netral, tidak harus dituntut, bahkan juga yang terkait dengan hak asasi sekalipun. Hak
dan kewajiban harus dilaksanakan berdasar keadilan. Implikasi pedagogis: (1) Pendidikan bertugas
mengembangkan rasa wajib hingga dihayati sebagai keniscayaan, yang dapat ditempuh melalui
pendidikan disiplin, dan (2) kedisiplinan dan rasa tanggung jawab hendaknya ditanamkan sejak anak usia
dini melalui pembiasaan (habit forming). Ada empat aspek disiplin, yaitu: (1) disiplin rasional, yang
pelanggarannya menimbulkan rasa salah, (2) disiplin sosial, yang pelanggarannya menimbulkan rasa
malu, (3) disiplin afektif, yang pelanggarannya menimbulkan rasa gelisah, dan (4) disiplin agama, yang
pelanggarannya menimbulkan rasa berdosa.
Kemampuan menghayati kebahagiaan Kebahagiaan dapat dirasakan, tetapi sulit dirasionalkan.
Kebahagiaan merupakan integrasi dari kesenangan, kegembiraan, kepuasan, pengalaman pahit dan
penderitaan. Kebahagian mencakup dua aspek, yaitu usaha dan takdir Tuhan, dan dapat ditingkatkan.
Kebahagiaan terletak pada kesanggupan menghayati pengalaman senang-tidak senang secara
keheningan jiwa, sebagai realita hidup, dan penyerahan total kepada Sang Pencipta. Implikasi
pedagogis: (1) pendidikan bertugas meningkatkan kemampuan berusaha dan menghayati hasil usaha
dalam kaitaninya dengan takdir, (2) perlunya pendidikan keagamaan sebagai wahana mencapai
kebahagiaan, yang intinya ada pada pendidikan keluarga.

AYAT AL-QUR’AN DAN HADIST YANG TERKAIT TENTANG PENDIDIKAN

DALIL TENTANG PENDIDIKAN


1 .Alquran Sebagai Sumber Pelajaran Orang yang Berpikir

ِ َ‫كلِّيَ َّدبَّ ُر ٓو ْا َءا ٰيَتِ ِۦه َولِيَتَ َذ َّك َرُأ ْولُو ْاٱَأۡل ۡل ٰب‬ٞ ‫نزَل ٰنَ ُهِإلَ ۡي َك ُم ٰبَ َر‬
‫ب‬ ۡ ‫ِك ٰتَبٌَأ‬

Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran,” (QS Shad: 29).

2 .Ayat Alquran tentang Pendidikan Mendalami Pengetahuan Agama

َ‫ُواقَ ۡو َمهُمۡ ِإ َذا َر َجع ُٓو ْاِإلَ ۡي ِهمۡ لَ َعلَّهُمۡ يَ ۡح َذرُون‬ ْ ‫ةلِّيَتَفَقَّه‬ٞ َ‫ُوا َكٓافَّ ٗۚةفَلَ ۡواَل نَفَ َر ِمن ُكلِّفِ ۡرقَ ٖة ِّم ۡنهُمۡ طَٓاِئف‬
ْ ‫ُوافِيٱلدِّينِ َولِيُن ِذر‬ ْ ‫َو َما َكان َۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَلِيَنفِر‬
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabilamereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya,” (QS At-
Taubah: 122).

3 .‫قَاهَلَل ۥُ ُمو َس ٰىهََأۡلتَّبِ ُع َك َعلَ ٰىَٓأنتُ َعلِّ َمنِ ِم َّما ُعلِّمۡ تَر ُۡش ٗدا‬
Artinya: “Musa berkata kepada Khidhr: 'Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan
kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?',” (QS Al-Kahfi:
66).
4 Ayat Alquran tentang Pendidikan dan Menjaga Amanah

ۗ ‫ت ۖ فََأ َّماٱلَّ ِذينَفِىقُلُوبِ ِه ْم َز ْي ٌغفَيَتَّبِعُونَ َمات ٰ ََش“““““““““بَهَ ِم ْنهُٱ ْبتِغَٓا َء ْٱلفِ ْتنَ ِة َوٱ ْبتِغَٓا َءتَْأ ِويلِ ِهۦ‬
ٌ َ‫هُ َوٱلَّ ِذ ٓىَأن َزلَ َعلَ ْي َك ْٱل ِك ٰتَبَ ِم ْنهُ َءا ٰيَتٌ ُّمحْ َك ٰ َمتٌهُنَُّأ ُّم ْٱل ِك ٰتَبِ َوُأ َخ ُر ُمت ٰ ََش“““““““““بِ ٰه‬
‫ب‬ ۟ ُ‫ىٱل ِع ْل ِميَقُولُونَ َءامنَّابِۦه ُكلٌّ ِّم ْن ِعن ِد َربِّنَا ۗ َومايَ َّذ َّك ُر ٓاَّل ُأ ۟ول‬
ِ َ‫واٱَأْل ْل ٰب‬ ْ ِ‫َو َمايَ ْعلَ ُمتَْأ ِويلَ ٓۥهُِإاَّل ٱهَّلل ُ ۗ َوٱل ٰ َّر ِس ُخونَف‬
‫ِإ‬ َ ِ َ
Artinya: "Dialah yang menurunkan Al Kitab (Alquran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-
ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyaabihaat.Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka
mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan
fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya.Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan
Allah.Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:"Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami".Dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal," (QS Ali ‘Imran: 7).

5 .Hadis tentang Pendidikan dan Harta

ٍّ ‫واال ِع ْل َمفَ َم ْنَأخَ َذبِ ِهَأ َخ َذبِ َح‬


‫ظ َوافِ ٍر‬ ْ ُ‫ِإنَّاَأْل ْنبِيَا َءلَ ْميُ َو ِّرثُوا ِدينَارًا َواَل ِدرْ هَ ًماِإنَّ َما َو َّرث‬

Artinya: “Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka
hanyalah mewariskan ilmu.Maka barang siapa yang telah mengambilnya, maka ia telah
mengambil bagian yang banyak,” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

6. Hadis tentang Pendidikan Karakter

ُ‫ص ْبيَانَ ُك ْمَأ َّولَ َكلِ َم ٍةبِالَِإلَهَاِالَّهللا‬


ِ ‫اِ ْفتَحُوْ ا َعلَى‬

Artinya: “Ajarkanlah kalimat pertama kepada anak-anak kalian 'La ilaha Illallah," (HR Al-
Hakim).

7.Pendidikan yang Baik adalah Pemberian Utama Orang Tua kepada Anak

‫ضلَ ِم ْنَأ َدبٍ َح َس ٍن‬


َ ‫َمانَ َحلَ َوالِ ٌد َولَدًا ِم ْننَحْ َأٍل ْف‬

Artinya: "Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain
pendidikan yang baik” (HR Al-Hakim).

8.Janji Allah SWT Memudahkan Jalan ke Surga bagi Orang yang Menuntut Ilmu

ْ َ‫َم ْن َسلَ َكطَ ِر ْيقًايَ ْلتَ ِم ُسفِ ْي ِه ِع ْل ًما َسهَّاَل للهُبِ ِهطَ ِر ْيقًاِإل‬
‫ىال َجنَّ ِة‬

Artinya: "Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah SWT akan
memudahkan baginya jalan menuju surga,” (HR Muslim).
9.Menjadi Pendidik yang Baik

ِ َ‫َار ْا ِلع ْل ِمقَ ْبلَ ِكب‬


‫ار ِه‬ ِ ‫صغ‬ِ ِ‫اربَّانِيِّـْينَ ُحلَ َما َءفُقَهَا َء ُعلَ َما َء َويُقَااُل َل َّربَّانِيُّالَّ ِذىيُــ َربِــّىالنَّا َسب‬
َ ْ‫ُكوْ نـُـو‬

Artinya: "Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fikih, dan ulama.Disebut pendidik apabila
seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi
banyak," (HR. Bukhari)

10.Ajaran untuk Menghormati Guru

ُ‫اضعُوْ الِ َم ْنتَتَ َعلّ ُموانَ ِم ْنه‬


َ ‫تَ َعلّ ُمواال ِع ْل َم َوتَ َعلّ ُموْ الِ ْل ِع ْل ِمال ّس ِك ْينَةَ َو ْال َوقَا َر َوت ََو‬

Artinya: "Belajarlah kalian ilmu untuk ketenteraman dan ketenangan, serta rendah hatilah pada
orang yang kamu belajar darinya," (HR Ath-Thabrani).

Anda mungkin juga menyukai